bab i pendahuluanrepository.ump.ac.id/2969/2/muammar zaenal arifin bab i.pdf · 2017-07-28 · 1...

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008). Keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya, harus berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. Setiap perawat perlu memahami perspektik keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip dasar ini. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi 1 Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: others

Post on 03-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki

dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh

individu (Nursalam, 2008).

Keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar.

Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa,

melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan

berbeda dengan orang dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang

hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi

perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk

pelayanan yang berpusat pada keluarga (family centred care). Tindakan yang

dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya, harus

berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. Setiap

perawat perlu memahami perspektik keperawatan anak sehingga dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip

dasar ini. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi

1

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

2

seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap

klien anak maupun keluarganya (Supartini, 2004).

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak

pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan

mudah mengalami krisis, bahkan trauma karena anak mengalami stres akibat

perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam

kebiasaan sehari-hari serta anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam

mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang

bersifat menekan (Nursalam, 2008).

Anak – anak yang dirawat dirumah sakit dalam dua dekade terakhir

mengalami peningkatan pesat. Prosentase anak – anak yang dirawat dirumah

sakit ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan

dengan hospitalisasi tahun – tahun sebelumnya (Wong, 2009).

Saat anak yang mengalami sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit,

mereka akan terpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasakan aman, penuh

kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu rumah, permainan, dan teman

sepermainannya. Proses ini dikatakan sebagai proses hospitalisasi.

Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan tertentu baik

darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal dirumah sakit menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah (Sodikin, 2011).

Anak – anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami

hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut anak mengalami

kecemasan dan stress (Kain, 2006 dalam Apriliawati. 2011). Anak – anak yang

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

3

menjalani hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per 1000 anak (Sumarko,

2008 dalam Purwandari, 2009). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga

tahun 2005, menunjukkan presentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate)

sebanyak 15,50% (Susenas, 2005).

Jumlah populasi anak di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat

Statistik Nasional tahun 2007 yaitu 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200

jiwa penduduk. Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai18 tahun,

yang sedang dalam proses tumbuh-kembang, mempunyai kebutuhan yang

spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang

dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu

beradaptasi dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual,

sosial, dan spiritual (Supartini, 2004).

Secara umum rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, tetapi

perbedaan lingkungan antara rumah sakit dan tempat tinggal, persepsi buruk

terhadap sakit dan kurangnya mekanisme koping, maka lingkungan rumah

sakit menjadi stressor dan pengalaman yang menakutkan bagi pasien dan

keluarga. Saat anak di rumah sakit, stres yang diperlihatkan berupa rasa

ketakutan terhadap tindakan yang dianggap menyakitkan serta rutinitas di

rumah sakit, anak merasa diisolasi dan tindakan perawatan atau prosedur yang

menyakitkan akan menjadikan anak sangat stres (Whaley & Wong, 1999).

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

4

Hasil penelitian dari sherlock (1990) dalam supartini (2007) menunjukan

bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma pada anak

adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun

pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan sosial antar sesama

pasien. Dengan adanya stresor tersebut, distres yang dialami anak adalah

gangguan tidur, pembatasan aktifitas, perasaan nyeri dan suara bising

sedangkan distres psikologis mencakup kecemasan, takut marah, kecewa,

malu, dan rasa bersalah.

Lingkungan fisik dan psikososial rumahsakit dapat menjadi stressor bagi

anak untuk menimbulkan trauma. Prinsip dasar dari keperawatan atraumatik

yang harus dimiliki oleh setiap perawat anak terdiri dari 5 komponen yang

meliputi menurunkan atau mencegah perpisahan dari keluarga, meningkatkan

kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah atau

mengurangi cedera dan nyeri, tidak melakukaan kekerasan pada anak

modifikasi lingkungan fisik. Selain itu perilaku petugas ruangan perawatan

anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa (Hidayat, 2005)

Oleh karena itu perlunya peran serta perawat dan persepsi yang baik

terhadap perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadinya trauma

pada anak baik fisik maupun psikis (Supartini, 2004). Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Sitio, 2008) menyebutkan bahwa 11 orang (44%) perawat

memiliki persepsi yang baik dan 14 orang (56%) perawat yang memiliki

persepsi cukup baik terhadap keterlibatan orang tua dalam perawatan anak

yang merupakan salah satu prinsip keperawatan atraumatik pada anak.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

5

Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan

keberadaan lingkungan yang terapeutik. Menurut Smith dan Watkins (2010)

dalam (Solikhah, 2013) lingkungan terapeutik meliputi efek psikososial

lingkungan, efek lingkungan terhadap sistem immune, dan bagaimana

pengaturan ruangan yang menarik. Setting ruang rawat anak yang menarik

diharapkan memberikan kesenangan tersendiri sehingga anak menjadi tidak

cemas selama horpitalisasi. Anak yang kooperatif ketika dilakukan tindakan

keperawatan merupakan salah satu tanda anak yang tidak cemas akibat

hospitalisasi.

Perawatan anak sakit selama dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi

menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat

anak berada dirumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan

pemberi asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali berhadapan dengan

prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal

yang tidak diketahui (Wong, 2009).

Anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut

beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan

penuh stress saat proses hospitalisasi (Supartini, 2004). Berbagai kejadian

dapat menimbulkan dampak atraumatik terutama pada anak yang baru pertama

kali mengalami perawatan di rumah sakit, salah satunya karena adanya

interaksi yang tidak baik dengan petugas kesehatan. Kurangnya dukungan

emosional dari kerabat, anggota keluarga ataupun petugas kesehatan pada

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

6

orang tua anak akan menimbulkan kecemasan orang tua dan hal ini akan

menyebabkan kecemasan anak meningkat (Potter dan Perry, 2005).

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan

penyebab yang tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya (Wong, 2009). Penyebab dari kecemasan pada anak

yang dirawat inap (hospitalisasi) dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor

dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru,

maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan (Nursalam, 2005).

Kecemasan timbul karena adanya reseptor di otak yang menerima

neurotransmiter yaitu Gama-aminobutirik Acid (GABA). Peningkatan GABA

akibat stresor tertentu mengakibatkan neuron tidak mampu untuk menerima

pesan yang cukup untuk berhenti.

Kecemasan perlu ditangani sedini mungkin, karena keterlambatan dalam

penanganan akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhan

terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang

lingkunganya masih asing baginya. Apabila kecemasan tidak segera ditangani

dan menjadi lebih buruk, maka dampak yang lebih besar dan nyata yaitu anak

akan menolak perawatan dan pengobatan hal ini akan memberikan pengaruh

pada lama atau proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan dari anak

sakit tersebut.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

7

Selain perasaan cemas karena perpisahan, stressor pada anak yang dirawat

di rumah sakit dapat berupa kehilangan kontrol diri, sehingga anak merasa

bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa

tidak aman dan kemandiriannya dihambat. Stressor yang juga sering dialami

oleh anak yang dirawat di rumah sakit, yakni rasa takut terhadap perlukaan

pada tubuh. Dampak dari stressor tersebut pada anak dapat berupa

menyeringaikan wajah, menangis kuat, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

bahkan melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul

atau berlari ke luar (Nursalam, 2005).

Adanya respon anak terhadap hospitalisasi menimbulkan kendala dalam

pelaksanaan perawatan yang akan diberikan sehingga menghambat proses

penyembuhan. Hal tersebut menyebabkan waktu perawatan yang lebih lama,

bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama perawatan

(Nursalam, 2005).

Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan anak

telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap

menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Oleh

karena itu, perlu dikembangkan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan

trauma pada anak. Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang

diberikan oleh perawat dalam peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan

keperawatan anak, melalui tindakan yang dapat meminimalkan stressor yang

dialami anak (Supartini, 2004). Atraumatic care difokuskan dalam upaya

pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dari keperawatan anak,

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

8

pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan

sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang

penuh dengan perhatian sehingga akan mempercepat proses penyembuhan

(Hidayat, 2005). Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stresor,

memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada

anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah sakit

(Supartini, 2004).

Menurut Supartini (2004), Atraumatic care dibedakan menjadi empat hal,

yaitu mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orang tua,

meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya,

mencegah atau meminimalkan cedera fisik maupun psikologis, serta modifikasi

lingkungan ruang perawatan anak. Intervensi keperawatan Atraumatic care

meliputi pendekatan psikologis berupa menyiapkan anak-anak untuk prosedur

pemeriksaan sampai pada intervensi fisik terkait menyediakan ruang bagi anak

tinggal bersama orang tua dalam satu ruangan (rooming in) (Wong, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

memberikan pelayanan kesehatan berupa rawat jalan dan rawat inap. Salah satu

bentuk pelayanan rawat inap yang diberikan oleh RSUD Dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga yakni bangsal perawatan anak. Hasil survey awal

di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, yang dilakukan pada

tanggal 28 Februari 2015 dan survey dilakukan di ruang cempaka RSUD Dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Kondisi ruangan di bangsal cempaka

RSUD Dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga bersih dan tertata rapi seperti

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

9

bangsal bangsal lain. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara bangsal anak

dengan bangsal orang dewasa, dinding ruangan, bed pasien,dan keadaan ruang

semuanya hampir sama dengan bangsal orang dewasa. Fasilitas yang

disediakan bangsal cempaka RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga sama dengan fasilitas yang ada di bangsal lain pada umumnya

yaitu : bed pasien, kursi penunggu pasien, kamar mandi pasien.

Pengambilan data dengan cara melihat buku rekam medik yang ada di

ruangan. Data yang di ambil adalah anak usia prasekolah, jumlah anak usia

prasekolah yang pada tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 28 februari

2015 yaitu sebanyak 242 anak prasekolah.

Sikap perawat di bangsal cempaka RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga dalam menangani pasien dapat dikatakan baik, hanya saja masih

ada beberapa perawat yang kurang bisa bersikap Atraumatic Care dalam

menangani pasien anak. Hal ini terbukti masih banyak ditemukan beberapa

pasien anak yang menangis ketika akan dilakukan tindakan keperawatan.

Perawat merupakan individu yang memiliki sisi emosional masing – masing

yang tidak mudah untuk dirubah jika didalam diri masing – masing perawat

tersebut tidak memiliki kesadaran akan pentingnya bersikap atraumatic care

dalam menangani pasien anak.

Selain itu, kondisi ruangan di bangsal juga bisa berpengaruh terhadap

kecemasan pada anak yang dirawat. Kondisi ruangan bangsal yang hampir

sama dengan bangsal orang dewasa membuat anak merasa berada ditempat

asing yang menakutkan, sehingga menimbulkan kecemasan dan ketakutan.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

10

Pencahayaan yang kurang, minimnya gambar – gambar lucu yang bisa menarik

perhatian anak, seragam yang digunakan para petugas medis, minimnya

fasilitas bermain, juga dapat memicu terjadinya hospitalisasi pada anak.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Kondisi Ruang Anak, Fasilitas Ruang, dan Sikap

Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Dampak Hospitalisasi Pada

Anak Usia Pra Sekolah di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”.

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat dilihat bahwa

anak usia prasekolah dalam merespon hospitalisasi sangat beragam. Anak usia

prasekolah merespon hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya. Sumber

stress anak usia prasekolah saat hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan.

Kecemasan akibat perpisahan sebagian besar dirasakan akibat takut berpisah

dengan ibunya. Tidak hanya kecemasan dan ketakutan yang dilakukan anak

usia prasekolah dalam merespon hospitalisasi, ruang inap yang tidak nyaman,

fasilitas yang seadanya, sikap perawat yang terkadang tidak menyenangkan

pun bisa menjadi salah satu penyebab hospitalisasi pada anak. Oleh karena itu,

penulis tertarik meneliti “Hubungan Kondisi Ruang Anak, Fasilitas Ruang, dan

Sikap Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Dampak Hospitalisasi

Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga”.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

11

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi

ruang anak, fasilitas ruangan, dan sikap perawat terhadap tingkat kecemasan

sebagai dampak hospitalisasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden

b. Mendeskripsikan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah

c. Mendeskripsikan Kondisi Ruang , Fasilitas Ruang, dan Sikap Perawat

Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Dampak Hospitalisasi Pada Anak

Usia Pra Sekolah di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

d. Mengetahui hubungan antara Kondisi Ruang, Fasilitas Ruang dan Sikap

Perawat dengan adanya Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra

Sekolah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Perawat

Dapat memajukan pengetahuan bidang perawatan anak bagaimana

pentingnya menyediakan lingkungan yang ramah pada anak melalui sikap

perawat.

2. Manfaat bagi responden

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden untuk

menurunkan kecemasan sebagai dampak hospitalisasi sehingga perasaan

trauma pada anak dapat dihindari.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

12

3. Manfaat Ilmiah

Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas penanganan hospitalisasi

pada anak di Rumah sakit.

4. Manfaat Bagi Institusi

Untuk menambah refrensi ilmiah bagi pendidikan dan informasi bagi dinas

kesehatan tentang hospitalisasi pada anak.

5. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh dan menambah wawasan mengenai berbagai jenis respon anak

terhadap hospitalisasi.

E. Penelitian Terkait

1. Solikhah, (2013)

Efektifitas Lingkungan Terapeutik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada

Anak. Lingkungan terapetik efektif untuk meminimalkan reaksi

hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi ditunjukkan dengan angka signifikansi

dari variabel reaksi hospitalisasi yang meliputi kecemasan anak (p-

value=0,004), sikap kooperatif (pvalue= 0,000), respon anak (pvalue=

0,000), mood anak (pvalue= 0,000), dan sikap penerimaan pada petugas (p-

value=0,000).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian Solikhah,

(2013), adalah Peneliti Meneliti tentang Efektifitas Lingkungan Terapeutik

Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada Anak, Sedangkan penelitian yang akan

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

13

diteliti adalah Kondisi Ruang , Fasilitas Ruang, dan Sikap Perawat Terhadap

Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah. Persamaan dengan penelitian

Solikhah, (2013), dengan peneliti adalah Sama-sama meneliti tentang

lingkungan ruang rawat inap untuk anak.

2. Suryanti, Sodikin, Mustiah, Y. (2011)

pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami terhadap tingkat kecemasan

sebagai efek hospitalisasi pada anak usia prasekolah Di RSUD Dr. R

Goetheng Tarunadibrata Purbalingga didapatkan bahwa 53,3% klien anak

(16 responden dari 30 responden) Terapi bermain (mewarnai dan origami)

dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari tingkat

kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian Sodikin

dkk, (2011), adalah Peneliti Meneliti tentang pengaruh terapi bermain

mewarnai dan origami terhadap tingkat kecemasan sebagai efek

hospitalisasi pada anak usia prasekolah Di RSUD Dr. R Goetheng

Tarunadibrata Purbalingga, Sedangkan penelitian yang akan diteliti adalah

Kondisi Ruang , Fasilitas Ruang, dan Sikap Perawat Terhadap Hospitalisasi

Pada Anak Usia Pra Sekolah. Persamaan dengan penelitian Sodikin dkk,

(2011) dengan peneliti adalah Sama-sama meneliti tentang hospitalisasi

pada anak usia prasekolah.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

14

3. Fitri Ardiningsih, Yektiningtyastuti, Haryatiningsih P. (2006)

Hubungan antara dukungan informasional Dengan kecemasan perpisahan

akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah, Hasil penelitian terhadap 30

responden menunjukkan bahwa dukungan informasional memiliki

signifakansi negatif terhadap kecemasan perpisahan (r = -0,582 dan p<0,05).

Koefisien r yang negatif menunjukkan bahwa semakin baik dukungan

informasional yang diberikan, maka kecemasan perpisahan akan semakin

rendah. Ada hubungan negatif antara dukungan informasional dengan

kecemasan perpisahan pada anak usia prasekolah.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian Fitri

Ardiningsih, dkk (2006), adalah Peneliti Meneliti tentang hubungan antara

dukungan informasional Dengan kecemasan perpisahan akibat hospitalisasi

pada anak usia prasekolah, Sedangkan penelitian yang akan diteliti adalah

Kondisi Ruang , Fasilitas Ruang, dan Sikap Perawat Terhadap Hospitalisasi

Pada Anak Usia Pra Sekolah. Persamaan dengan Penelitian Fitri

Ardiningsih, dkk (2006) adalah Sama-sama meneliti tentang hospitalisasi

pada anak usia prasekolah.

4. Debbi Mustika Rina (2013)

Hubungan penerapan atraumatic care dengan kecemasan anak prasekolah

saat proses hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi kabupaten Bondowoso

didapatkan bahwa: Karakteristik responden di RSU dr. H. Koesnadi

Kabupaten Bondowoso mayoritas berusia 3 hingga 4 tahun; berjenis

kelamin laki-laki; merupakan pengalaman hospitalisasi yang pertama kali;

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.ump.ac.id/2969/2/Muammar Zaenal Arifin BAB I.pdf · 2017-07-28 · 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

15

dan orang terdekat yang menemani adalah ibu, Penerapan Atarumatic care

di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso mayoritas termasuk dalam

katagori cukup (60%), Mayoritas anak didapatkan tidak mengalami

kecemasan (70%) saat proses hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi

Kabupaten Bondowoso, Ada hubungan antara penerapan Atraumatic care

dengan kecemasan anak prasekolah saat proses hospitalisasi di RSU dr. H.

Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Uji Spearman didapatkan hasil ρ value =

0,003 dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05 maka ρ < α. Hubungan

penerapan Atraumatic care dengan kecemasan anak memiliki kekuatan

korelasi yang kuat sehingga semakin besar penerapan Atraumatic care yang

diberikan maka semakin kecil 84 risiko kecemasan yang dialami anak

prasekolah saat proses hospitalisasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai

korelasi Spearman (r) pada penelitian ini sebesar r = -0,634 yaitu arah

korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian Debbi

Mustika Rina (2013), adalah peneliti Meneliti tentang hubungan penerapan

atraumatic care dengan kecemasan anak prasekolah saat proses

hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi kabupaten Bondowoso, Sedangkan

penelitian yang akan diteliti adalah Kondisi Ruang, Fasilitas Ruang, dan

Sikap Perawat Terhadap Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.

Persamaan dengan Penelitian Debbi Mustika Rina (2013), adalah Sama-

sama meneliti tentang hospitalisasi pada anak usia prasekolah.

Hubungan Kondisi Ruang..., Muammar Zaenal Arifin, S1 Keperawatan UMP, 2015