bab i otot skelet
TRANSCRIPT
BAB I
PRINSIP-PRINSIP KERJA OTOT SKELET
1. STRUKTUR OTOT SKELET
Kita dapat bergerak seperti: berjalan, duduk, melompat, berkedip dan
sebagainya adalah karena otot dan persendian. Untuk dapat mempelajari
prinsip-prinsip kerja otot maka perlu diketahui stuktur otot yang empat
macam yaitu; jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot, jaringan ikat,
saraf, dan pembuluh-pembuluh darah.
Kira-kira 40 persen tubuh terdiri dari otot skelet dan 5 sampai 10 persen
lainnya adalah otot polos dan otot jantung.
Semua otot skelet dalam tubuh dibentuk dari sejumlah serabut-serabut otot
dengan garis tengah berkisar antara 10 sampai 100 mikron, dan dapat
melebihi 30 cm ( misalnya otot sartorius ). Tiap-tiap serabut otot dapat
diperinci lagi menjadi myofibrildan miofilamen.
Masing-masing serabut otot juga dikelilingi oleh suatu jaringan halus
yang terdiri dari serabut-serabut jaringan ikat reticular dan beberapa
serabut kolagen yang elastis dan disebut endomysium dan ini yang
memisahkan tiap-tiap sel dari sel-sel lainnya.
Kelompok-kelompok serabut otot disatukan menjadi berkas-berkas atau
fasikulus yang masing-masing dipisahkan dari satu dengan yang lainnya
oleh jaringan yang dinamakan perimysium yaitu lapisan tipis dari serabut-
serabut kolagen yang elastis.
Perimysium ini juga meliputi semua jaringan ikat yang membungkus
beberapa fasikuli menjadi kelompok-kelompok yang lebih besar, dan
membentuk sekat-sekat fibrous didalam otot dan akhirnya seluruh otot
dibungkus oleh suatu lapisan jaringan ikat yang disebut epimysium.
Didalam ketiga pembungkus ini berjalan pembuluh-pembuluh darah dan
limfa dan juga serabut-serabut saraf. Dibawah endomisyum terdapat
sarcolema sebagai pembungkus serabut otot yang tipis dan elastis serta
membungkus kandungan seluler dari serabut otot dinamakan sarcolema
atau protoplasma, yang terdiri atas unsur-unsur umum cairan intra sel.
Cairan sarcoplasma mengandung kalium, magnesium, fosfat, protein,
enzim dalam jumlah banyak yang yang terletak diantara dan sejajar
dengan myofibrial.
Ini suatu keadaan yang menunjukan kebutuhan besar myofibrial akan
adenosin trifosfat ( ATP ) yang banyak sekali dibentuk oleh mitokondria.
Satu serabut otot yang dapat dipandang sebagai satu sel yang
memanjang, yang didalamnya terdapat banyak inti-inti. Dalam sarcolema
terdapat satu lapisan yang analog dengan membran sel yang dinamakan
membran plasma, disamping itu dibawahnya terdapat satu lapisan tipis
polisacarida yang sama dengan lapisan membran basalis disekitar kapiler-
kapiler darah, dan fibrial kolagen juga terdapat pada lapisan luar
sarcolema. Pada ujung-ujung serabut otot, lapisan luar sarcolema ini
bersatu dengan serabut-serabut tendo yang selanjutnya terkumpul dalam
berkas yang membentuk tendo otot dan kemudian melekat pada tulang.
Sedang tempat-tempat perlekatannya disebut origo dan insertio. Origo
tidak ikut bergerak pada waktu ototnya berkontraksi, sehingga origo ini
dinamakan punctum fixum. Sedangkan insertio adalah bagian skelet
dimana ototnya melekat dengan perantaraan tendo yang bergerak bila
berkontraksi, oleh karena itu insertio disebut punctum mobile.
GAMBAR
Gambar 1 : Stuktur otot skelet ; diambil dari
Fox : Sport Physiology. 1984 hal 91.
Miofibril : Filamen Aktin dan Miosin
Tiap-tiap serabut otot terdiri dari beberapa ratus ribu miofibril.
Selanjutnya masing-masing miofibril mengandung 1500 filamen miosin
dan 3000 filamen aktin, yang merupakan molekul-molekul protein polimer
besar yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot. Karena filamen
miosin dan filamen aktin mengadakan intrerdigitasi secara parsial maka
miofibrial terlihat seperti pita terang dan pita gelap yang berselang-seling.
Pita terang hanya mengandung filamen aktin yang disebut pita I, karena
isotrop terhadap polarisasi cahaya. Pita gelap mengandung filamen miosin
dan filamen aktin yang ujung-ujungnya bertumpang tindih disebut pita A
karena tidak isotrop terhadap polarisasi cahaya. Oleh karena semua serabut
otot mempunyai pita terang dan gelap maka otot skelet dan jantung
nampak bergaris melintang dan sering disebut otot serat lintang.
Miofibrial juga terdiri dari unit-unit kontraktil yang disebut sarcomer
dan batas antara dua sarcomer adalah garis Z, kemudian dari garis Z ini
timbul filamen tipis atas filamen aktin. Filamen ini mengalilingi filamen
tebal atau filamen miosin. Daerah terang pada pusat A disebut zona H.
2. MEKANISME KONTRAKSI
Pada waktu kontraksi filamen tipis (aktin) bergeser sedemikian rupa
sehingga menarik garis Z kearah pusat sarcomer.
Dalam keadaan relaksasi maka ujung filamen aktin yang berasal dari dua
membran Z bertumpang tindih satu sama lainnya, yang sekaligus juga
terjadi tumpang tindih sepenuhnya antara filamen myosin. Pada keadaan
berkontraksi maka filamen aktin akan tertarik kebagian dalam diantara
filamen myosin. Membran Z tertarik oleh filamen aktin mendekati ujung
filamen myosin. Dengan demikian kontraksi otot itu terjadi oleh suatu
mekanisme peluncuran filamen ( Sliding Filamen Mechanism ). Dalam
keadaan istirahat kekuatan tarik-menarik antara filamen aktin dan myosin
dihambat, tetapi apabila otot dalam keadaan aktip maka membran serabut
otot akan melepaskan ion kalsium kedalam sarcoplasma dalam jumlah
besar. Ion kalsium ini akan menimbulkan kekuatan tarik menarik diantara
filamen tersebut sehingga terjadi kontraksi. Tetapi energi yang diperlukan
untuk proses kontraksi selanjutnya berasal dari ikatan tinggi yaitu
adenosin trifosfat ( ATP ).
GAMBAR
Gambar 2 : Posisi filamen aktin dan miosin pada waktu relaksasi dan
kontraksi.
3. MACAM-MACAM KONTRAKSI OTOT
Fungsi otot adalah untuk berkontraksi. Ada empat macam cara kontraksi
otot yaitu :
a. kontraksi isotonik
b. kontraksi isometrik
c. kontraksi eksentrik
d. kontraksi isokinetik
GAMBAR
Gambar 3 : Macam kontraksi otot ( isotonik, isometrik dan eksentrik )
a. kontraksi isotonik
kontraksi isotonik ini juga dinamakan kontraksi konsentrik atau
dinamik. Pada kontraksi ini terjadi pemendekan otot. Sebagai contoh
kontraksi ini adalah pada waktu seseorang mengangkat bola.
b. kontraksi isometrik
pada kontraksi ini tidak kelihatan adanya gerakan maka sering disebut
sebagai kontraksi alasik, misalnya mempertahankan sikap tubuh adalah
salah satu dari kontraksi isometrik.
c. kontraksi eksentrik
pada kontraksi ini biasanya terjadi pemendekan, atau panjang otot tetap,
tetapi suatu saat ada perpanjangan otot pada waktu kontraksi dan ini
yang dinamakankontraksi eksentrik.
d. kontraksi isokinetik
yaitu ketegangan yang timbul pada otot, yang terjadi pemendekan
dengan kecepatan ( kinetik ) yang sama ( iso ) dinamakan kontraksi
isokinetik.
Apabila otot dapat berkontraksi berturut-turut secara maksimum untuk
jangka waktu yang lama maka dikatakan ketahanan ototnya baik.
Karena ada empat macam kontraksi, maka ketahanannya juga untuk
empat macam kontraksi tersebut. Sering ketahanan otot dikatakan
sebagai berlawanan dengan kelelahan otot. Sehingga otot yang lekas
lelah dikatakan mempunyai ketahanan otot yang rendah. Peningkatan
kekuatan maupun ketahanan otot pasti disertai dengan perubahan dari
otot, misalnya terjadi hipertrofi, hiperplasi maupun split dan ini adalah
tergantung dari macam latihannya.
Karena ada 4 macam kontraksi maka didalam menyusun program
latihan kekuatan maupun ketahanan juga harus disesuaikan dengan
kekuatan kontraksi mana yang hendak ditingkatkan dengan
menggunakan metode-metode yang khusus pula.
Program isotonik
De Lorme dan WATKINS adalah orang-orang pertama pada tahun 1948
yang menamakan metode program penambahan beban progresif, yang
dikenal dengan metode repetition maksimum ( RM ) atau maksimum
ulangan ( MU ).
Repetition maksimum ( RM ) adalah beban maksimum yang dapat
diangkut dengan ulangan tertentu sebelum kepayahan. De Lorme dan
WATKINS menggunakan 10 RM.
Didalam latihan dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. set I = 10 ulangan dengan beban ½ beban RM
2. set II = 10 ulangan dengan beban ¾ beban RM
3. set III = 10 ulangan dengan beban 1 beban RM
Apabila sesudah set III dapat diangkat lebih dari 10 ulangan maka harus
ditentukan lagi beban 10 RM yang baru, dan begitu seterusnya sampai
tujuan yang diinginkan sudah tercapai. Adapun frekwensi latihan
dianjurkan 4 hari dalam seminggu.
Program isometrik
Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa pada kontraksi isometrik otot
tidak mengalami perubahan panjang. Hal ini dimungkinkan apabila
beban lebih besar dari kekuatan maksimum. Keuntungan dari latihan
isometrik ini ialah tidak diperlukan alat-alat yang khusus. Misalnya
dengan mendorong tembok dengan kekuatan yang penuh, akan tetapi
ada juga kerugiannya yaitu atlet tidak tahu kemajuan yang dicapai, dan
bagi pelatih tidak tahu dengan pasti apakah atletnya sudah menjalankan
dengan kekuatan penuh atau belum. latihan ini dilaksanakan dengan
mempertahankan ketegangan maksimal selama 5 detik sampai 10 detik
dan diulang 5 sampai 10 kali.
Frekwensi untuk latihan isometrik ini adalah 5 hari dalam seminggu
yang cocok diberikan latihan ini adalah atlet panahan, dan menembak.
Latihan eksentrik
Latihan ini tidak lazim digunakan dalam melatih atlet karena latihan ini
banyak digunakan dalam terapi maupun rehabilitasi.
Latihan isokinetik
Latihan ini harus dengan menggunakan alat-alat dapat mengatur
kecepatan tetap konstan meskipun kontraksi maksimum. Jadi pada
waktu latihan ini seluruh sudut gerakan kontraksi ototnya maksimum
dan dan kecepatannya konstan, latihan jenis ini adalah lebih cepat
kelihatan kemajuannya dan tidak memakan waktu yang lama.
Kelebihan dan kekurangan dari setiap latihan tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel I
UNSUR-UNSUR ISOTONIK ISOMETRIK ISOKINETIK
Peningkatan kekuatan
Peningkatan ketahanan
Beaya
Kemudahan dikerjakan
Kemungkinan timbul -
kerusakan
Peningkatan keterampilan
Baik
Baik
Sedang
Sulit
Banyak
Baik
Jelek
Jelek
Murah
Mudah
Sedang
Jelek
Ketat
Ketat
Mahal
Sangat mudah
Sedikit sekali
Ketat
0 10 20 30 40
50
% Kenaikan
Gambar 4 : Prosentase kenaikan kekuatan dan ketahanan pada tiga jenis
latihan.
Hasil latihan yang dilakukan 4 kali seminggu selama 8 minggu.
Ketahanan
Kekuatan
Kekuatan
Ketahanan
Isokinetik
Isotonik
Isometrik
Kekuatan
Ketahanan
4. JENIS-JENIS SERABUT OTOT
Dalam tubuh manusia, terutama pada otot skelet terdapat dua jenis
serbut otot yaitu otot yang lebih kuat bekerja secara anaerobik dan otot
yang lebih kuat bekerja secara aerobik. Kedua jenis serabut ini mempunyai
perbedaan mekanis maupun kimiawi, termasuk tegangan yang timbul
selama kontraksi maksimal, daya tahan dan kontraksi enzim metabolisme.
Serabut otot yang aerobik dinamakan tipe I, otot merah, serabut lambat,
serabut oksidasif lambat ( slow twitch fibers : ST ). Sedang yang anaerob
dinamakan tipe II, otot putih, serabut otot cepat ( fast twitch fibers : FT )
atau otot glikolisis cepat ( fast glikolitik : FG ). Untuk yang tipe II masih
dibagi lagi menjadi dua tipe berdasarkan metabolismenya yaitu : tipe IIa
dan tipe IIb. Bahkan ada yang membagi menjadi tiga yaitu : tipe IIa, tipe
IIb, dan tipe IIc ( Astrand, 1986 : 34 ).
- Serabut otot merah ( sloow – twich = tipe I = SO ( oksidatif ).
Dengan melihat namanya serabut ini mempunyai sifat kontraksi
lambat, tegangan yang dihasilkan pada kontraksi maksimum
rendah, endurance tinggi karena disamping kaya enzim oksidatif,
juga banyak mengandung mitokondria dan banyak mengandung
kapiler.
- Serabut otot putih ( fast-twich = tipe IIb FG ( glikolitik ).
Secara praktis serabut ini mempunyai sifat berlawanan dengan tipe
II. Kontraksinya cepat, tegangan yang dihasilkan pada kontraksi
maksimum besar, tetapi cepat lelah karena energinya didapat
secara anaerobik. Otot ini dipergunakan untuk kekuatan maksimum
dan power.
- Serabut intermedia ( fast- twich tipe IIa FOG (oksidatif glikolitik ).
Serabut ini merupakan bentuk antara tipe I dan tipe IIb.
Kontraksinya cukup cepat, tegangan yang dihasilkan cukup besar,
tetapi tidak dapat cepat lelah karena mengandung enzim oksidatif
dan kaya akan kapiler.
Distribusi tipe serabut otot berfariasi dari individu ke individu. Misalnya
pelari maraton mempunyai persentasi serabut SO yang tinggi dan pada
sprinter ditemukan proporsi serabut FG yang tinggi.
Untuk proporsi serabut adalah dipengaruhi oleh faktor genetik ( Robert,
1984 : 246 ). Sedangkan perbedaan jenis-jenis serabut otot adalah bukan
sifat asli dari sel, melainkan ditentukan sebagian oleh persyarafannya
( Ganong, 1982 : 58 ).
Experiment yang dilakukan yaitu menukarkan saraf yang menuju
keserabut ST dipindahkan ke serabut FT dan begitu sebaliknya. Setelah
terjadi pertumbuhan kembali secara lengkap, maka otot lambat
kontraksinya menjadi cepat dan otot cepat kontraksinya menjadi lambat.
Dan penelitian yang sama pernah pula dilakukan dengan hasil yang sama (
Strauss, 1979 : 52 ).
Beberapa kali juga pernah dilakukan penelitian mengenai efek latihan
terhadap perubahan jenis serabut otot, yaitu dengan memberi rangsangan
pada serabut FT otot pada tibialis anterior kelinci 8 jam setiap harinya
selama 7 minggu maka menghasilkan serabut tipe IIb menjadi IIa
(Sweeney, 1986 : 431 ).
Begitu pula dengan latihan endurance serabut IIb dapat berubah menjadi
IIa ( Watson, 1983 : 516 ). Sedangkan perubahan tipe IIb menjadi tipe I
belum pernah ditemukan. Sedangkan sebagian besar penelitian untuk
latihan endurance tidak terlihat adanya perubahan prosentase ST maupun
FT fiber ( Wilmore, 1988 : 141 ).
Untuk kalasifikasi sifat yang dimiliki oleh serabut otot dapat dilihat
pada tabel I dibawah ini :
Klasifikasi serabut otot skelet manusia
Yang dimiliki
Tipe I
Slow twich fiber
Tipe II
Fast twich fiber
a b
Motorneuron
Kecepatan kontraksi
Ketahanan
Kepadatan kapiler
Mioglobin
Glikogen
Enzim glikolitik
Enzim mitokondrial
ATPase pada miofibrial
kecil
tendah
tinggi
tinggi
tinggi
-
rendah
tinggi
rendah
besar
tinggi
sedang
sedang
sedang
-
tinggi
sedang
tinggi
besar
tinggi
rendah
rendah
rendah
-
tinggi
rendah
tinggi
Tabel II : klasifikasi sifat yang dimiliki oleh serabut- serabut otot skelet
manusia. ( Diambil dari Astrad : Physiological Bases Of
Exercise. Hal 36. ).
5. KONTROL KERJA OTOT.
Otot-otot adalah tidak hanya ditembus dan dilalui pembuluh-
pembuluh dari sistem sirkulasi, akan tetapi juga didapatkan banyak sekali
saraf-saraf.
Beberapa saraf yang mengandung serabut-serabut motorik dan sensorik
datang dari sistem saraf pusat memasuki tiap-tiap otot.
Saraf-saraf ini mengandung banyak sekali akson-akson yang masing-
masing melayani fiber-fiber dalam fasikulus. Didalam fasikulus ini saraf
tadi mengeluarkan beberapa cabang yang masing-masing mempunyai
sesuatu “end plate” yang terbenam didalam sebuah serabut otot, sehingga
serabut-serabut otot tersebut mempunyai hubungan langsung dengan
sistem saraf pusat.
Jumlah serabut otot yang disarafi oleh satu serbut saraf motorik
berkisar antara tiga sampai beberapa ratus, jumlah ini berbeda-beda
tergantung pada besar kecilnya otot. Dalam keadaan normal kelompok-
kelompok serabut otot yang disarafi oleh suatu serabut saraf akan
berkontraksi sebagai satu kesatuan otot. Suatu sel saraf, aksonnya beserta
cabang-cabangnya, dan serbut otot yang dilayaninya dikenal sebagai satu-
kesatuan motor ( motor unit ). Kesatuan motor unit ini dapat dianggap
sebagai kesatuan fungsional yang fundamental dari kontraksi neomuscular.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak, spinal cord, dan 31 pasang
saraf perifer yang cabang-cabangnya keluar dari spinal cord menuju
keseluruh bagian tubuh ( Falls, 1970 : 37 ).
Kesatuan steruktur yang ada pada sistem saraf pusat adalah sel-sel saraf
atau neuron. Sedangkan pada sel body ( soma ) mempunyai uluran-uluran
yang disebut dendrit dan akson.
Dendrit adalah sejumlah serabut pendek yang selalu maenyalurkan impuls
menuju ke sel body.
Akson adalah berserabut panjang yang timbul dibagian badan sel. Akson
ini berakhir pada sejumlah biji sinap yang dinamakan kancing terminal
atau telodendria.
Akson menyalurakan implus jauh dari sel dan mereka membuat hubungan
fungsional dengan dendrit-dendrit dari neuron-neuron yang lain dan
berakhir dalam organ-organ effektor misalnya otot. Dekat dengan
pangkalnya akson mempunyai selubung disebut myelin sheath, sehingga
penyaluran ilmpuls akan lebih cepat.
Akson ini merupakan jalan masuk dan keluar dari sistim saraf pusat .
sedangkan neuron yang menerima informasi dari lingkungan seperti panas,
tekan, raba, bau an lain-lainnya kemudian diteruskan keotak atau spinal
cord disebut neuron affern.
Spinal cord adalah bertindak sebagai penghubung ( tombol ) datangnya
impuls dari sel-sel saraf sensori untuk diteruskan ke sistim saraf pusat, dan
yang membawa aksi keluar adalah sel-sel saraf motorik. Dalam
mekanisme ini ada bagian bagian yang sangat penting yaitu :
1. Reseptor : sebagai penerima informasi.
2. Sel saraf afferent : yang menyampaikan informasi dari reseptor ke
spinal cord.
3. Synapse : sebagai penghubung antara sensorik dan motorik.
4. Sel saraf efferen : saraf motorik yang meneruskan impuls dari spinal
cord ke effektor.
5. effektor : organ yang bertanggung jawab untuk memberikan
jawaban.
Satu motor unit beserta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar
5 dibawah ini.
GAMBAR
Gambar 5 : Suatu motor unit terdiri dari motor neuron dan serbut otot
yang disarafinya ( * Diambil dari Brooks : Exercise
physiology, 1984, hal 350 ).
Untuk terjadinya kontraksi otot yaitu apabila impuls menjangkau
neuromyal junction, maka ion kalsium mengalir cepat dan menimbulkan
potensial listrik yang disebut potensial “ end plate “, dan ini akan
membangkitkan seluruh serabut otot dan menyebabkan kontraksi.
Kontraksi ini benar-benar hasil interaksi antara lapisan filamen aktin dan
miosin, dimana filamen aktin tertarik masuk diantara filamen miosin
kemudian otot memendek.
6. SUMBER ENERGI DAN METABOLISME UNTUK KONTRAKSI
OTOT
Kontraksi otot memerlukan energi. Otot adalah diibaratkan sebagai
suatu mesin untuk mengubah energi kimia menjadi energi mekanik.
Sumber langsung dari energi untuk kontraksi otot adalah devirat-devirat
fosfat organik yang kaya energi didalam otot, dan sebagai sumber yang
terakhir adalah metabolisme antara karbohidrat dan lipida. Oleh karena itu
kontraksi otot sangat tergantung pada energi yang disuplai oleh ATP.
Sebagian besar energi ini diperlukan untuk mekanisme roda pasak dimana
jembatan penyebrang ( Cross Bridge ) tertarik filamen aktin, tetapi dalam
jumlah sedikit diperlukan untuk :
1. Memompa kalsium dari sarkoplasma kedalam retikulum
sarkoplasma.
2. Memompa ion kalsium dan natrium melalui membran serbut otot
untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk
pembentukan potensial aksi.
Akan tetapi, jumlah ATP yang terdapat pada serabut otot cukup untuk
mempertahankan kontraksi penuh selama satu detik, akan tetapi setelah
ATP dipecah menjadi ADP, maka ATP mengalami refosforilasi ATP baru
dalam waktu kurang dari satu detik ( Guyton, 1976 : 183 ).
Terdapat beberapa senergi yang diperlukan untuk refosforilasi antara
lain :
1. Sumber energi pertama yang digunakan untuk membentuk kembali
ATP adalah zat keratin fosfat, yang membawa ikatan ikatan fosfat
berenergi tinggi yang sama seperti ATP.
Ikatan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat dipecah dan dilepaskan
energi yang mengakibatkan pengikatan ion fosfat baru pada ADP untuk
membentuk kembali ATP. Akan tetapi jumlah kratin fosfat juga sangat
sedikit ( hanya sekitar lima kali jumlah ATP ). Oleh karena itu energi yang
disimpan dari ATP cadangan dan kratin fosfat dalam otot masih mampu
menyebabkan kontraksi maksimal otot selama tidak lebih dari beberapa
detik.
2. Sumber energi yang lain yang digunakan untuk membentuk
kembali kratin fosfat dan ATP adalah energi yang dikeluarkan dari bahan
makanan ( karbohidrat, lemak, dan protein ).
Sebagian besar energi ini dilepaskan dari perjalanan oksidasi bahan
makanan tersebut. Oksidasi ini mengeluarkan energi untuk membentuk
energi baru.
Jadi sumber terakhir energi untuk kontraksi otot adalah makanan dasar dan
oksigen.
GAMBAR
Gambar 6 : ( A ). ATP terdiri dari sejumlah besar molekul yang disebut
adenosin dan tiga komponen yang lebih sederhana disebut
fosfat.
( B ). Energi yang dilepaskan dari pemecahan ATP, digunakan
untuk melakukan kerja biological. Pembangunan blok-blok
untuk sintesis ATP adalah hasil-hasil pemecahannya,
adenosindihospate ( ADP ) dan inorganik phospate ( PI ).
( C ). Energi untuk mesintesa kembali ATP datang dari
pemecahan makanan dan phosphocreatine. Energi ini
dipasangkan dengan energi yang dibutuhkan dari reaksi
mesintes kembali itu. * Diambil dari Fox Sport physiology 19.
hal 12 *.