bab i oppaa

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia sangat tinggi. Angka kematian ibu melahirkan menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas (Departemen Kesehatan 2005). Menurut Saifuddin (2002), pada negara miskin sekitar 25-50 % penyebab kematian wanita subur berkaitan dengan kehamilan. Periode hamil merupakan keadaan yang sangat rentan dan rawan terhadap timbulnya berbagai masalah kesehatan baik berupa penyakit yang menyertai proses kehamilan maupun ancaman kesehatan yang lain. (Prawirohardjo 1999). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), dampak yang dapat ditimbulkan akibat anemia pada ibu hamil adalah perdarahan pada saat

Upload: komp-aan

Post on 24-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I oppaa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia sangat

tinggi. Angka kematian ibu melahirkan menggambarkan status gizi dan

kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan

terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas (Departemen Kesehatan

2005). Menurut Saifuddin (2002), pada negara miskin sekitar 25-50 %

penyebab kematian wanita subur berkaitan dengan kehamilan. Periode hamil

merupakan keadaan yang sangat rentan dan rawan terhadap timbulnya

berbagai masalah kesehatan baik berupa penyakit yang menyertai proses

kehamilan maupun ancaman kesehatan yang lain. (Prawirohardjo 1999).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), dampak

yang dapat ditimbulkan akibat anemia pada ibu hamil adalah perdarahan pada

saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR), penurunan IQ, bayi mudah

terinfeksi dan mudah menderita gizi buruk. Sedangkan dampak sosial

ekonomi akibat anemia adalah penurunan produktifitas sumber daya manusia.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut selama ini adalah

pendistribusian tablet Fe melalui Posyandu, Polindes, Puskesmas dan

melibatkan petugas kesehatan seperti; bidan, perawat hingga kader

Posyandu.Untuk meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, maka

diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya (Broek,

2003).

Page 2: BAB I oppaa

Anemia pada ibu hamil saat ini masih merupakan salah satu masalah

utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut Hidayati dkk (2005), saat

ini diperkirakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia rata-rata

berkisar 50% sampai dengan 70%, sementara van der Broek and Letsky

(2000) serta Hickey (2000) memperkirakan 35-75% ibu hamil menderita

anemia. Anemia pada ibu hamil merupakan penyebab utama morbiditas pada

janin dan bayi. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko

penting terjadinya berat badan bayi lahir rendah atau BBLR (Hidayati dkk,

2005). Anemia kehamilan juga merupakan penyebab utama defisiensi besi

pada bayi, yang bila dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan perkembangan

perilaku dan kecerdasan (van der Broek and Letsky, 2000).

Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi

besi. Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi

merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama. Untuk mengatasi masalah

anemia dan janin serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program

pemberian tablet besi. Intervensi yang paling mudah dan paling luas

jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas.

Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet besi atau Fe (Fe sulfat

320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu

tablet selama 90 hari (Suartika, 1999). Meskipun upaya intervensi untuk

mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama dilakukan, program ini

tampaknya perlu dievaluasi efektivitasnya, mengingat sampai saat ini

prevalensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi.

Page 3: BAB I oppaa

Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan

vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium

dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu

sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat

memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe

sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan.

Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari

makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam

serum.

Menurut WHO, anemia dianggap sebagai masalah kesehatan yang berat

apabila prevalensi anemia di populasi mencapai 40% atau lebih (Karaoglu et

al., 2010). Saat ini diperkirakan 35-75% ibu hamil di dunia menderita anemia

(van der Broek and Letsky, 2000; Hickey, 2000). Anemia pada ibu hamil

merupakan penyebab utama morbiditas pada janin dan bayi. Anemia

kehamilan merupakan penyebab utama defisiensi besi pada bayi, yang bila

dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku dan

kecerdasan (van der Broek and Letsky, 2000). Di Indonesia, prevalensi anemia

defisiensi besi pada ibu hamil masih sangat tinggi. Sekitar 60% ibu hamil

menderita anemia defisiensi besi (WHO/SEARO, 2000). Status gizi ibu yang

baik sangat penting untuk kesehatan reproduksi dan perkembangan anak.

Gizi ibu yang baik akan mengurangi risiko prevalensi bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR). Sebaliknya, malnutrisi selama kehamilan

menyebabkan berbagai dampak buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

Page 4: BAB I oppaa

(Ramakrishnan, 2004). Di negara-negara berkembang, masalah malnutrisi atau

kekurangan gizi pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang utama. Penelitan menunjukkan bahwa di negara berkembang, ibu hamil

hanya mengkonsumsi 2/3 energi dari jumlah energi yang direkomendasikan.

Intake zat-zat gizi wanita hamil di negara-negara berkembang hanya sedikit

lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil. Padahal, kebutuhan zat-zat

gizi wanita hamil jauh lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil (Mora

and Nestel, 2000). Masalah gizi yang utama pada ibu hamil adalah anemia

defisiensi besi (Mora and Nestel, 2000).

Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 kategori, yaitu

normal apabila kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dL, anemia ringan bila kadar

Hb 8 - < 11 g/dl, dan anemia berat apabila kadar Hb < 8 g/Hb (Suartika,

1999). Kebijaksanaan pemerintah dalam melakukan intervensi untuk

mengatasi anemia pada ibu hamil adalah memberikan tablet besi atau Fe (Fe

sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu

kali satu tablet selama 90 hari. Intervensi dilakukan melalui posyandu dan

Puskesmas yang paling mudah dan paling luas jangkauannya. Alasan lain

adalah penderita anemia pada ibu hamil kebanyakan ditemukan di daerah

pedesaan (Suartika, 1999).

Rendahnya respon ini dikarenakan disamping defisiensi besi, defisiensi

vitamin seperti vitamin seperti asam folat, vitamin A, vitamin C, riboflavin,

and vitamin E dapat pula menghambat eritropoesis. Defisiensi besi

berkontribusi besar terhadap kejadian anemia pada populasi yang dietnya

Page 5: BAB I oppaa

didominasi terutama oleh sereal dan rendah konsumsi produk binatang serta

tinggi konsumsi makanan yang menghambat absorpsi besi, seperti phytate,

serat dan tanin. Penyakit infeksi seperti malaria dan infeksi cacing usus juga

merupakan kontributor penting terhadap anemia (Christian et al., 2009).

Christian et al. (2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemberian

multivitamin dan obat cacing dapat memperbaiki respon terapi anemia

gravidarum dengan tablet besi. Menurut Casey et al. (2009) dan Christian et

al. (2009), infeksi cacing usus dapat mempengaruhi efektivitas terapi tablet

besi. Pemberian anthelmintik rutin selama setahun terbukti dapat

meningkatkan efektivitas terapi anemia dengan tablet besi.

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih

cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun

sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per

100.000 kelahiran pada tahun 2004. Sedangkan berdasarkan sasaran

pembangunan Millenium atau Millenium Development Goal (MDG), kematian

ibu melahirkan ditetapkan 102 per 100.000 kelahiran tahun 2015 (shere,

2011).

Terjadi kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sedangkan

faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena banyaknya kasus 3

Terlambat dan 4 terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya,

pendidikan dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi, Terlambat mengenali

Page 6: BAB I oppaa

tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, Terlambat dirujuk,

Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Faktor resiko

4 Terlalu yaitu, Terlau tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%,

Terlau muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%,

Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, Terlalu dekat

(jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun) (shere, 2011).

Perdarahan merupakan salah satu faktor dampak dari anemia pada ibu

hamil (Manuaba, 2010). Sebagian perempuan mengalami anemia selama

kehamilan, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Badan

kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa 35-37% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di Negara

maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara merekan yang telah

menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar

43% pada perempuan yang tidak hamil di Negara berkembang dan 12% di

Negara yang lebih maju (Prawirohardjo, 2009).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi

( hipokromik mikrositik), dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya

relative mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut “potenaial danger

to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah

anemia memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait

dalam pelayanan kesehatan pada ini terdepan (Manuaba, 2010).

Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan yang

penting terutama bagi ibu hamil. Dampak dari anemia pada ibu hamil antara

Page 7: BAB I oppaa

lain: abortus, partus prematurus, partus lama, perdarahan post partum, syok

infeksi infeksi intrapartum maupun post partum. Pada masa selanjutnya, dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah

Indonesia mulai menerapkan suatu program penambahan zat besi. Program ini

didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri

ke puskesmas atau posyandu selama kehamilannya (Arisma, 2010).

Program suplemen besi adalah salah satu program pemerintah dibidang

kesehatan yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah anemia terutama

pada kehamilan. Program suplementasi besi seharusnya memiliki tingkat

keberhasilan yang ckup tinggi mengingat tablet besi folat mudah diperoleh

dan diberikan secara gratis. Namun masih banyak ibu hamil yang tidak patuh

mengkonsumsinya (Rukunco, 2010).

Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kota Padang secara umum

disemua puskesmas yang berada di kota padang tahun 2010 jumlah ibu hamil

yang mendapatkan tablet Fe sebesar 89,15% dan tahun 2011 mengalami

penurunan yaitu sebesar 87,3%. Hal tersebut mengalami penurunan mencapai

target yaitu sebesar 90%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Padang tahun 2011, dari 20 puskesmas yang ada di kota

padang didapat bahwa ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 8.882 dari

19.390 ibu hamil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari ruangan tata usaha Puskesmas

Nanggalo bahwa wilayah kerja yang ada di puskesmas nanggalo terdapat 3

kelurahan yaitu kelurahan Surau Gadang, KR dan GL. Dari ketiga kelurahan

Page 8: BAB I oppaa

tersebut total ibu hamil yaitu 823 ibu hamil. Dari data tersebut juga didapatkan

data cakupan distribusi tablet Fe di puskesmas nanggalo tahun 2012. Pada

kelurahan surau gadang dengan jumlah ibu hamil 470 orang, pemberian Fe1

hanya 464 tablet dan Fe3 hanya 447 (95%). Di kelurahan KP 269 ibu hamil

jumlah tablet Fe yang terdistribusi 266 tablet dan Fe3 246 tablet (89,2%). Di

kelurahan GL dari 84 ibu hamil, 82 Fe1 terdistribusi dan 69 tablet fe2. Dari

data ini disimpulkan distribusi tablet Fe di puskesmas nanggalo belum

terdistribusi secara merata. Dan dari hasil wawancara dengan petugas KIA

belum ada program evaluasi efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja

Nanggalo.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil

judul penelitian “faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian

tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana Faktor Faktor yang Mempengaruhi

Efektifitas Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang Tahun 2013”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas

Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang Tahun 2013.

Page 9: BAB I oppaa

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi tipe makanan yang dikonsumsi oleh

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang tahun 2013

b. Diketahuinya distribusi frekuensi jumlah simpanan zat besi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo tahun 2013

c. Diketahuinya distribusi frekuensi efektifitas pemberian tablet Fe pada

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo Padang Tahun 2013”.

d. Diketahuinya hubungan tipe makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil

dengan efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja puskesmas

nanggalo padang tahun 2013

e. Diketahuinya hubungan jumlah simpanan zat besi pada ibu hamil

dengan efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja puskesmas

nanggalo padang tahun 2013

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk lingkup praktek keperawatan,

pendidikan keperawatan dan riset keperawatan berikutnya. Adapun manfaat

penelitian ini adalah :

a. Bagi Institusi Pelayanan

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan di

wilayah kerja puskesmas nanggalo sebagai pemberi pelayanan kesehatan

dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang langsung berhubungan

dengan pasien dalam melakukan tindakan keperawatan yang berhubungan

dengan ibu hamil

Page 10: BAB I oppaa

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk

pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya tentang faktor faktor yang

mempengaruhi efektifitas pemberian tablet fe pada ibu hamil di wilayah

kerja puskesmas nanggalo padang tahun 2013, serta dapat digunakan

sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya

c. Bagi Peneliti

Mampu untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah,

menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman dalam bidang

penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian

tablet fe pada ibu hamil.

E. Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini membahas mengenai faktor faktor yang

mempengaruhi efektifitas pemberian tablet fe pada ibu hamil. Penelitian ini

merupakan ruang lingkup ilmu keperawatan maternitas. Dimana variable

independennya adalah faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian

tablet fe pada ibu hamil, sedangkan variabel dependennya adalah efektifitas

pemberian tablet fe pada ibu hamil.

Page 11: BAB I oppaa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tablet Fe

1. Pengertian tablet Fe

Tablet Fe adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang

mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting dalam tubuh. Tablet Fe

berisi tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat

atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (Rukunco, 2008).

Tablet Fe adalah unsur pembentuk sel darah merah yang sangat

dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya terjadinya anemia

atau kurang darah selama kehamilan. Konsumsi tablet Fe ibu hamil adalah

jumlah tablet Fe yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan.

WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk

memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun banyak

literature menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu

atau lebih pada kehamilan (saifuddin, 2008).

2. Tujuan dan kegunaan pemberian tablet Fe

Bertujuan untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil,

karena kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah ibu dan membentuk sel darah merah janin dan

plasenta (Prawirohardjo, 2008).

Page 12: BAB I oppaa

Kegunaan pemberian tablet Fe adalah agar ibu mengetahui kegunaan

tablet Fe yaitu menunjang persediaan darah ibu hamil untuk pembentukan

Hb, untuk mencegah anemia selama kehamilan yang dapat membahayakan

jiwa ibu dan menghambat pertumbuhan janin (Rukunco, 2010).

3. Efek samping tablet Fe

Efek samping yang sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan

oral, dan ini sangat bergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang

diabsorbsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan

nyeri lambung (± 7-20%), konstipasi (± 10%), diare (± 5%) dan kolik.

Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi

dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini

absorbs dapat berkurang. Perlu ditenangkan kemungkinan timbulnya feses

yang berwarna hitam kepada pasien.

Pada pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada

tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat

suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal.

Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan

IV. Selain itu dapat terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus.

Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit

kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat,

mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.

Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam ½-24 jam setelah

suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada,

Page 13: BAB I oppaa

perasaan sakit pada seluruh badan dan enselopatia. Reaksi sistemik ini

lebih sering pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung

(Gunawan, 2009).

4. Cara mengkonsumsi tablet Fe

Kendala utama pemberian suplemen Fe adalah akibat efek samping

yang dihasilkan dan kesulitan dalam mematuhi konsumsi tablet Fe karena

kurangnya kesadaran dalam arti pentingnya masalah anemia gizi besi.

Untuk menghindari bertambah beratnya mual dan muntah sebaiknya ibu

meminum tablet Fe menjelang tidur, dikonsumsi dengan air putih.

Pemberian dianjurkan setelah mual hilang. Tablet Fe sebaiknya

dikonsumsi setelah makan selama kehamilan dan nifas (IBI, 2001).

Hindari mengkonsumsi tablet Fe dengan air teh, kopi dan susu karena

dapat mengurangi penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan serta

dianjurkan untuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran hijau dan Vitamin C

untuk meningkatkan penyerapan dan efek samping (manuaba, 2010).

5. Gejala dan akibat kekurangan zat besi

Beberapa gejala yang dapat dikenali secara dini adalah lemah,

pusing, mata berkunang-kunang, mual, pucat, rambut kering, rapuh dan

tipis, sering sariawan, kuku tipis kering, denyut jantung cepat, nafas cepat.

Akibat yang bisa ditimbulkan apabila ibu hamil kekurangan zat besi

adalah gangguan perkembangan janin dalam kandungan dan anemia pada

ibu hamil (Rukunco, 2010).

Page 14: BAB I oppaa

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi besi

Jumlah zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor

seperti kandungan makanan, simpanan zat besi dalam tubuh, kecepatan

produksi sel darah merah, dan apakah pasien meminum suplemen zat besi atau

tidak (stables, 1999) dalam Jordan (2002).

Jika simpanan zat besi didalam tubuhnya rendah, penyerapan akan

meningkat sampai 30 persen atau bahkan hingga 70 persen pada kehamilan

yang lanjut ketika zat besi yang diekstraksi oleh sel-sel mukosa usus dengan

proporsi yang lebih besar di angkut lewat mekanisme pembawa kedalam

plasma darah (smith, 1997) dalam Jordan (2002).

Menurut Almatsier (2006) :

1. Bentuk besi

Bentuk besi dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya.

Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang

terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-

nonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging, ayam dan ikan

terdapat sebagai besi-hem dan selebihnya sebagai nonhem. Besi nonhem

juga terdapat didalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan

beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem dan nonhem secara bersama

dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan

mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini

terdiri atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya.

Susu sapi, keju dan telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat

membantu penyerapan besi.

Page 15: BAB I oppaa

2. Asam organic

Seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi-nonhem dengan

merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.bentuk ero lebih mudah diserap.

Vitamin C juga membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada Ph

lebih tinggi dalam duodenum. Oleh kerena itu sangat dianjurkan memakan

makanan yang sumber vitamin C tiap kali makan. Asam organic lain

adalah asam sitrat.

3. Asam fitrat

Asam fitrat dan faktor lain didalam serat serealia dan asam oksalat

didalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat

zat besi, sehingga mempersulit penyerapannya.

4. Tanin

Merupakan polifenol dan terdapat didalam teh, kopi dan beberapa

jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara

mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum

teh atau kopi waktu makan.

5. Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam

klorida didalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa

seperti antacid menghalangi absorbsi besi

6. Faktor intrinsik

Faktor ini membantu penyerapan besi di dalam lambung diduga karena

hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

Page 16: BAB I oppaa

7. Kebutuhan tubuh terhadap besi

Kebutuhan akan besi akan berpengaruh besar terhadap absorbsi besi.

Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa

pertumbuhan, absorbs besi-nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali,

sedangkan besi-hem dua kali.

Sedangkan menurut Gibney (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

absorbsi besi yaitu :

1. Tipe makanan yang dikonsumsi

Fasilitator absorbsi zat besi yang besi yang paling terkenal adalah asam

askarbonat (vitamin C) yang dapat meningkatkan absorbs zat besi non

heme secara signifikan. Jadi buah kiwi, jambu biji dan jeruk merupakan

produk pangan nabati yang meningkatkan absorbs besi. Faktor-faktor yang

ada dalam daging juga memudahkan absorbs zat besi. Sedangkan

penghambat absorbs besi meliputi kalsium fosfat, bekatul, asam fitat dan

polifenol. Asam fitat yang banyak terdapat dalam sereal dan kacang-

kacangan. Polifenol terdapat dalam teh, kopi, kakao dan anggur merah.

Tannin yang terdapata dalam teh hitam merupakan jenis penghambat

paling poten dari semua inhibitor di atas. Kalsium yang dikonsumsi dalam

produk susu seperti susu atau keju dapat menghambat absorbs besi.

2. Interaksi antar bahan pangan

Berupa interaksi antara zat makanan yang meningkatkan absorbs

dengan faktor penghambat absorbs besi dalam tubuh

Page 17: BAB I oppaa

3. Mekanisme regulasi dalam mukosa usus

Mekanisme pengaturan keseimbangan zat besi yang utama adalah

absorbs zat besi melalui traktus gastrointestinal. Karena manusia tidak

memiliki alur fisiologis untuk ekskresi zat besi, regulasi absorbs zat besi

didalam usus sangatlah penting. Sel-sel kriptus duodenum akan

mengalami maturasi untuk menjadi enterosit dengan fungsi absorbs

sehingga kapasitasnya dalam mengabsorbsi zat besi akan mencerminkan

status zat besi yang ada pada saat maturasi tersebut.

4. Bioavailabilitas (penggunaan besi yang dikonsumsi fungsi metabolic)

Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang

membawa oksigen, yaitu hemoglobin serta mioglobin dalam tubuh dan

untuk sintesis enzim yang mengandung zat besi.

5. Jumlah simpanan zat besi

Pada kehamilan dengan berkurangnya simpanan zat besi yang terjadi

selama bersamaan gestasi, penyerapan besi secara berangsur dan mantap

menjadi lebih efisien. Sebaliknya, simpanan zat besi yang besar dalam

tubuh pria akan mengurangi persentase zat besi yang diserap dan keadaan

ini melindungi tubuh terhadap kelebihan muatan besi.

6. Kecepatan produksi sel darah merah

Sekitar dua pertiga total zat besi tubuh terdapat di dalam sel darah merah.

Penghancuran atau produksi sel darah merah bertanggung jawab terhadap

proses pergantian zat besi. Kebanyakan zat besi pada sel darah merah yang

dihancurkan digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin.

Page 18: BAB I oppaa

C. Konsep kehamilan

Kehamilan adalah masa mulai terjadinya konsepsi sampai lahirnya janin,

lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu

trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan trimester kedua

dari bulan keempat sampai 6 bulan trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai

9 bulan (Prawirohardjo, 2006).

Kehamilan adalah proses mulai dengan konsepsi atau pembuahan sampai

dengan menjelang proses kehamilan (Mochtar Rustam, 2003). Proses mulai

terjadinya pertemuan sel telur dengan sperma sampai menjelang keluarnya

hasil konsepsi dalam rahim disebut hamil (Manuaba, 2003).

Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan

perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003).

Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

penuh perjuangan (Maulana, 2008).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan

berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008)

Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam

rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya

Page 19: BAB I oppaa

janin sesuai usia kehamilan, padasetiap dilakukan pemeriksaan kehamilan

(Muhimahdan Safe’I, 2010).

D. Prinsip Diet Ibu Hamil Dengan Anemia (Proverawati, 2011)

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumalh

hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil,

volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan

hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal. Selama hamil diperlukan

lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah)

karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Jenis anemia

yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi

didalam makanan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang

menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi

dalam darah.

Anemia akibat kekurangan zat besi diobati dengan pemberian tablet besi.

Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi dapat menyebabkan

gangguan pada lambung dan dapat menyebabkan sembelit pada ibu, terutama

bila dosisnya tinggi. Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi

meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar

yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya

sendiri.

Page 20: BAB I oppaa

Jika ibu mengalami anemia terutama penyebab yang paling sering adalah

karena kekurangan zat besi (Fe). resiko persalinan yang abnormal akan

meningkat, demikian pula dengan resiko infeksi ibu dan kecendrungan

perdarahan yang akan berdampak pada morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.

Kondisi anemia kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II

dan III. Kondisi tersebut bisa saja karena asupan Fe yang kurang, adanya

infeksi parasit dan interval kehamilan yang pendek.

Anemia dapat dicegah dengan dengan mengonsumsi makanan bergizi

seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama

daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran

berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,

serta kacang-kacangan.

Page 21: BAB I oppaa

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Tablet Fe adalah unsur pembentuk sel darah merah yang sangat

dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya terjadinya anemia atau

kurang darah selama kehamilan. Konsumsi tablet Fe ibu hamil adalah jumlah

tablet Fe yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan. WHO

menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi

kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun banyak literature

menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada

kehamilan (saifuddin, 2008).

Kegunaan pemberian tablet Fe adalah agar ibu mengetahui kegunaan tablet

Fe yaitu menunjang persediaan darah ibu hamil untuk pembentukan Hb, untuk

mencegah anemia selama kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan

menghambat pertumbuhan janin (Rukunco, 2010).

Jumlah zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor seperti

kandungan makanan, simpanan zat besi dalam tubuh, kecepatan produksi sel

darah merah, dan apakah pasien meminum suplemen zat besi atau tidak

(stables, 1999) dalam Jordan (2002).

Jika simpanan zat besi didalam tubuhnya rendah, penyerapan akan

meningkat sampai 30 persen atau bahkan hingga 70 persen pada kehamilan

yang lanjut ketika zat besi yang diekstraksi oleh sel-sel mukosa usus dengan

Page 22: BAB I oppaa

proporsi yang lebih besar di angkut lewat mekanisme pembawa kedalam

plasma darah (smith, 1997) dalam Jordan (2002).

Sedangkan menurut Gibney (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

absorbsi besi yaitu: Tipe makanan yang dikonsumsi, Interaksi antar bahan

pangan, Mekanisme regulasi dalam mukosa usus, Bioavailabilitas

(penggunaan besi yang dikonsumsi fungsi metabolic), Jumlah simpanan zat

besi, Kecepatan produksi sel darah merah.

faktor-faktor yang mempengaruhi

absorbsi besi (Gibney, 2009) :

- Tipe makanan yang dikonsumsi

- Interaksi antar bahan pangan

- Mekanisme regulasi dalam

mukosa usus, Bioavailabilitas

(penggunaan besi yang

dikonsumsi fungsi metabolic)

- Jumlah simpanan zat besi

- Kecepatan produksi sel darah

merah

Efektifitas pemberian tablet

Fe

Page 23: BAB I oppaa

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Independen

Tipe makanan yang dikonsumsi

Jumlah simpanan zat besi

C. Hipotesis

1. H01 : Tidak ada hubungan antara tipe makanan yang dikonsumsi ibu

hamil dengan efektifitas pemberian terapi Fe

Ha1 : Ada hubungan antara tipe makanan yang dikonsumsi ibu hamil

dengan efektifitas pemberian terapi Fe

2. H02 : Tidak ada hubungan antara jumlah simpanan zat besi ibu hamil

dengan efektifitas pemberian terapi Fe

Ha2 : Ada hubungan antara jumlah simpanan zat besi ibu hamil dengan

efektifitas pemberian terapi Fe

Efektifitas pemberian tablet Fe