bab i oppaa
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia sangat
tinggi. Angka kematian ibu melahirkan menggambarkan status gizi dan
kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan
terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas (Departemen Kesehatan
2005). Menurut Saifuddin (2002), pada negara miskin sekitar 25-50 %
penyebab kematian wanita subur berkaitan dengan kehamilan. Periode hamil
merupakan keadaan yang sangat rentan dan rawan terhadap timbulnya
berbagai masalah kesehatan baik berupa penyakit yang menyertai proses
kehamilan maupun ancaman kesehatan yang lain. (Prawirohardjo 1999).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), dampak
yang dapat ditimbulkan akibat anemia pada ibu hamil adalah perdarahan pada
saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR), penurunan IQ, bayi mudah
terinfeksi dan mudah menderita gizi buruk. Sedangkan dampak sosial
ekonomi akibat anemia adalah penurunan produktifitas sumber daya manusia.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut selama ini adalah
pendistribusian tablet Fe melalui Posyandu, Polindes, Puskesmas dan
melibatkan petugas kesehatan seperti; bidan, perawat hingga kader
Posyandu.Untuk meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, maka
diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya (Broek,
2003).
Anemia pada ibu hamil saat ini masih merupakan salah satu masalah
utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut Hidayati dkk (2005), saat
ini diperkirakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia rata-rata
berkisar 50% sampai dengan 70%, sementara van der Broek and Letsky
(2000) serta Hickey (2000) memperkirakan 35-75% ibu hamil menderita
anemia. Anemia pada ibu hamil merupakan penyebab utama morbiditas pada
janin dan bayi. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko
penting terjadinya berat badan bayi lahir rendah atau BBLR (Hidayati dkk,
2005). Anemia kehamilan juga merupakan penyebab utama defisiensi besi
pada bayi, yang bila dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan perkembangan
perilaku dan kecerdasan (van der Broek and Letsky, 2000).
Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi
besi. Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi
merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama. Untuk mengatasi masalah
anemia dan janin serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program
pemberian tablet besi. Intervensi yang paling mudah dan paling luas
jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas.
Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet besi atau Fe (Fe sulfat
320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu
tablet selama 90 hari (Suartika, 1999). Meskipun upaya intervensi untuk
mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama dilakukan, program ini
tampaknya perlu dievaluasi efektivitasnya, mengingat sampai saat ini
prevalensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi.
Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan
vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium
dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu
sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat
memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe
sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan.
Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari
makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam
serum.
Menurut WHO, anemia dianggap sebagai masalah kesehatan yang berat
apabila prevalensi anemia di populasi mencapai 40% atau lebih (Karaoglu et
al., 2010). Saat ini diperkirakan 35-75% ibu hamil di dunia menderita anemia
(van der Broek and Letsky, 2000; Hickey, 2000). Anemia pada ibu hamil
merupakan penyebab utama morbiditas pada janin dan bayi. Anemia
kehamilan merupakan penyebab utama defisiensi besi pada bayi, yang bila
dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku dan
kecerdasan (van der Broek and Letsky, 2000). Di Indonesia, prevalensi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil masih sangat tinggi. Sekitar 60% ibu hamil
menderita anemia defisiensi besi (WHO/SEARO, 2000). Status gizi ibu yang
baik sangat penting untuk kesehatan reproduksi dan perkembangan anak.
Gizi ibu yang baik akan mengurangi risiko prevalensi bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Sebaliknya, malnutrisi selama kehamilan
menyebabkan berbagai dampak buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
(Ramakrishnan, 2004). Di negara-negara berkembang, masalah malnutrisi atau
kekurangan gizi pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Penelitan menunjukkan bahwa di negara berkembang, ibu hamil
hanya mengkonsumsi 2/3 energi dari jumlah energi yang direkomendasikan.
Intake zat-zat gizi wanita hamil di negara-negara berkembang hanya sedikit
lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil. Padahal, kebutuhan zat-zat
gizi wanita hamil jauh lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil (Mora
and Nestel, 2000). Masalah gizi yang utama pada ibu hamil adalah anemia
defisiensi besi (Mora and Nestel, 2000).
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
normal apabila kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dL, anemia ringan bila kadar
Hb 8 - < 11 g/dl, dan anemia berat apabila kadar Hb < 8 g/Hb (Suartika,
1999). Kebijaksanaan pemerintah dalam melakukan intervensi untuk
mengatasi anemia pada ibu hamil adalah memberikan tablet besi atau Fe (Fe
sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu
kali satu tablet selama 90 hari. Intervensi dilakukan melalui posyandu dan
Puskesmas yang paling mudah dan paling luas jangkauannya. Alasan lain
adalah penderita anemia pada ibu hamil kebanyakan ditemukan di daerah
pedesaan (Suartika, 1999).
Rendahnya respon ini dikarenakan disamping defisiensi besi, defisiensi
vitamin seperti vitamin seperti asam folat, vitamin A, vitamin C, riboflavin,
and vitamin E dapat pula menghambat eritropoesis. Defisiensi besi
berkontribusi besar terhadap kejadian anemia pada populasi yang dietnya
didominasi terutama oleh sereal dan rendah konsumsi produk binatang serta
tinggi konsumsi makanan yang menghambat absorpsi besi, seperti phytate,
serat dan tanin. Penyakit infeksi seperti malaria dan infeksi cacing usus juga
merupakan kontributor penting terhadap anemia (Christian et al., 2009).
Christian et al. (2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemberian
multivitamin dan obat cacing dapat memperbaiki respon terapi anemia
gravidarum dengan tablet besi. Menurut Casey et al. (2009) dan Christian et
al. (2009), infeksi cacing usus dapat mempengaruhi efektivitas terapi tablet
besi. Pemberian anthelmintik rutin selama setahun terbukti dapat
meningkatkan efektivitas terapi anemia dengan tablet besi.
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih
cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun
sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per
100.000 kelahiran pada tahun 2004. Sedangkan berdasarkan sasaran
pembangunan Millenium atau Millenium Development Goal (MDG), kematian
ibu melahirkan ditetapkan 102 per 100.000 kelahiran tahun 2015 (shere,
2011).
Terjadi kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sedangkan
faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena banyaknya kasus 3
Terlambat dan 4 terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya,
pendidikan dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi, Terlambat mengenali
tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, Terlambat dirujuk,
Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Faktor resiko
4 Terlalu yaitu, Terlau tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%,
Terlau muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%,
Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, Terlalu dekat
(jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun) (shere, 2011).
Perdarahan merupakan salah satu faktor dampak dari anemia pada ibu
hamil (Manuaba, 2010). Sebagian perempuan mengalami anemia selama
kehamilan, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Badan
kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa 35-37% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di Negara
maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara merekan yang telah
menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar
43% pada perempuan yang tidak hamil di Negara berkembang dan 12% di
Negara yang lebih maju (Prawirohardjo, 2009).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi
( hipokromik mikrositik), dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya
relative mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut “potenaial danger
to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan pada ini terdepan (Manuaba, 2010).
Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan yang
penting terutama bagi ibu hamil. Dampak dari anemia pada ibu hamil antara
lain: abortus, partus prematurus, partus lama, perdarahan post partum, syok
infeksi infeksi intrapartum maupun post partum. Pada masa selanjutnya, dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah
Indonesia mulai menerapkan suatu program penambahan zat besi. Program ini
didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri
ke puskesmas atau posyandu selama kehamilannya (Arisma, 2010).
Program suplemen besi adalah salah satu program pemerintah dibidang
kesehatan yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah anemia terutama
pada kehamilan. Program suplementasi besi seharusnya memiliki tingkat
keberhasilan yang ckup tinggi mengingat tablet besi folat mudah diperoleh
dan diberikan secara gratis. Namun masih banyak ibu hamil yang tidak patuh
mengkonsumsinya (Rukunco, 2010).
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kota Padang secara umum
disemua puskesmas yang berada di kota padang tahun 2010 jumlah ibu hamil
yang mendapatkan tablet Fe sebesar 89,15% dan tahun 2011 mengalami
penurunan yaitu sebesar 87,3%. Hal tersebut mengalami penurunan mencapai
target yaitu sebesar 90%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Padang tahun 2011, dari 20 puskesmas yang ada di kota
padang didapat bahwa ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 8.882 dari
19.390 ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh dari ruangan tata usaha Puskesmas
Nanggalo bahwa wilayah kerja yang ada di puskesmas nanggalo terdapat 3
kelurahan yaitu kelurahan Surau Gadang, KR dan GL. Dari ketiga kelurahan
tersebut total ibu hamil yaitu 823 ibu hamil. Dari data tersebut juga didapatkan
data cakupan distribusi tablet Fe di puskesmas nanggalo tahun 2012. Pada
kelurahan surau gadang dengan jumlah ibu hamil 470 orang, pemberian Fe1
hanya 464 tablet dan Fe3 hanya 447 (95%). Di kelurahan KP 269 ibu hamil
jumlah tablet Fe yang terdistribusi 266 tablet dan Fe3 246 tablet (89,2%). Di
kelurahan GL dari 84 ibu hamil, 82 Fe1 terdistribusi dan 69 tablet fe2. Dari
data ini disimpulkan distribusi tablet Fe di puskesmas nanggalo belum
terdistribusi secara merata. Dan dari hasil wawancara dengan petugas KIA
belum ada program evaluasi efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja
Nanggalo.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil
judul penelitian “faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian
tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Efektifitas Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2013”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas
Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi tipe makanan yang dikonsumsi oleh
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang tahun 2013
b. Diketahuinya distribusi frekuensi jumlah simpanan zat besi pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo tahun 2013
c. Diketahuinya distribusi frekuensi efektifitas pemberian tablet Fe pada
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas nanggalo Padang Tahun 2013”.
d. Diketahuinya hubungan tipe makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
dengan efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja puskesmas
nanggalo padang tahun 2013
e. Diketahuinya hubungan jumlah simpanan zat besi pada ibu hamil
dengan efektifitas pemberian tablet Fe di wilayah kerja puskesmas
nanggalo padang tahun 2013
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk lingkup praktek keperawatan,
pendidikan keperawatan dan riset keperawatan berikutnya. Adapun manfaat
penelitian ini adalah :
a. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan di
wilayah kerja puskesmas nanggalo sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang langsung berhubungan
dengan pasien dalam melakukan tindakan keperawatan yang berhubungan
dengan ibu hamil
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk
pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya tentang faktor faktor yang
mempengaruhi efektifitas pemberian tablet fe pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas nanggalo padang tahun 2013, serta dapat digunakan
sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya
c. Bagi Peneliti
Mampu untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah,
menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman dalam bidang
penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian
tablet fe pada ibu hamil.
E. Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini membahas mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi efektifitas pemberian tablet fe pada ibu hamil. Penelitian ini
merupakan ruang lingkup ilmu keperawatan maternitas. Dimana variable
independennya adalah faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pemberian
tablet fe pada ibu hamil, sedangkan variabel dependennya adalah efektifitas
pemberian tablet fe pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tablet Fe
1. Pengertian tablet Fe
Tablet Fe adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang
mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting dalam tubuh. Tablet Fe
berisi tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat
atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (Rukunco, 2008).
Tablet Fe adalah unsur pembentuk sel darah merah yang sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya terjadinya anemia
atau kurang darah selama kehamilan. Konsumsi tablet Fe ibu hamil adalah
jumlah tablet Fe yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan.
WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun banyak
literature menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu
atau lebih pada kehamilan (saifuddin, 2008).
2. Tujuan dan kegunaan pemberian tablet Fe
Bertujuan untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil,
karena kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah ibu dan membentuk sel darah merah janin dan
plasenta (Prawirohardjo, 2008).
Kegunaan pemberian tablet Fe adalah agar ibu mengetahui kegunaan
tablet Fe yaitu menunjang persediaan darah ibu hamil untuk pembentukan
Hb, untuk mencegah anemia selama kehamilan yang dapat membahayakan
jiwa ibu dan menghambat pertumbuhan janin (Rukunco, 2010).
3. Efek samping tablet Fe
Efek samping yang sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan
oral, dan ini sangat bergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang
diabsorbsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan
nyeri lambung (± 7-20%), konstipasi (± 10%), diare (± 5%) dan kolik.
Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi
dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini
absorbs dapat berkurang. Perlu ditenangkan kemungkinan timbulnya feses
yang berwarna hitam kepada pasien.
Pada pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada
tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat
suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal.
Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan
IV. Selain itu dapat terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus.
Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat,
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.
Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam ½-24 jam setelah
suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada,
perasaan sakit pada seluruh badan dan enselopatia. Reaksi sistemik ini
lebih sering pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung
(Gunawan, 2009).
4. Cara mengkonsumsi tablet Fe
Kendala utama pemberian suplemen Fe adalah akibat efek samping
yang dihasilkan dan kesulitan dalam mematuhi konsumsi tablet Fe karena
kurangnya kesadaran dalam arti pentingnya masalah anemia gizi besi.
Untuk menghindari bertambah beratnya mual dan muntah sebaiknya ibu
meminum tablet Fe menjelang tidur, dikonsumsi dengan air putih.
Pemberian dianjurkan setelah mual hilang. Tablet Fe sebaiknya
dikonsumsi setelah makan selama kehamilan dan nifas (IBI, 2001).
Hindari mengkonsumsi tablet Fe dengan air teh, kopi dan susu karena
dapat mengurangi penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan serta
dianjurkan untuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran hijau dan Vitamin C
untuk meningkatkan penyerapan dan efek samping (manuaba, 2010).
5. Gejala dan akibat kekurangan zat besi
Beberapa gejala yang dapat dikenali secara dini adalah lemah,
pusing, mata berkunang-kunang, mual, pucat, rambut kering, rapuh dan
tipis, sering sariawan, kuku tipis kering, denyut jantung cepat, nafas cepat.
Akibat yang bisa ditimbulkan apabila ibu hamil kekurangan zat besi
adalah gangguan perkembangan janin dalam kandungan dan anemia pada
ibu hamil (Rukunco, 2010).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi besi
Jumlah zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor
seperti kandungan makanan, simpanan zat besi dalam tubuh, kecepatan
produksi sel darah merah, dan apakah pasien meminum suplemen zat besi atau
tidak (stables, 1999) dalam Jordan (2002).
Jika simpanan zat besi didalam tubuhnya rendah, penyerapan akan
meningkat sampai 30 persen atau bahkan hingga 70 persen pada kehamilan
yang lanjut ketika zat besi yang diekstraksi oleh sel-sel mukosa usus dengan
proporsi yang lebih besar di angkut lewat mekanisme pembawa kedalam
plasma darah (smith, 1997) dalam Jordan (2002).
Menurut Almatsier (2006) :
1. Bentuk besi
Bentuk besi dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya.
Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang
terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-
nonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging, ayam dan ikan
terdapat sebagai besi-hem dan selebihnya sebagai nonhem. Besi nonhem
juga terdapat didalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem dan nonhem secara bersama
dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan
mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini
terdiri atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya.
Susu sapi, keju dan telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat
membantu penyerapan besi.
2. Asam organic
Seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi-nonhem dengan
merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.bentuk ero lebih mudah diserap.
Vitamin C juga membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada Ph
lebih tinggi dalam duodenum. Oleh kerena itu sangat dianjurkan memakan
makanan yang sumber vitamin C tiap kali makan. Asam organic lain
adalah asam sitrat.
3. Asam fitrat
Asam fitrat dan faktor lain didalam serat serealia dan asam oksalat
didalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat
zat besi, sehingga mempersulit penyerapannya.
4. Tanin
Merupakan polifenol dan terdapat didalam teh, kopi dan beberapa
jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara
mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum
teh atau kopi waktu makan.
5. Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam
klorida didalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa
seperti antacid menghalangi absorbsi besi
6. Faktor intrinsik
Faktor ini membantu penyerapan besi di dalam lambung diduga karena
hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.
7. Kebutuhan tubuh terhadap besi
Kebutuhan akan besi akan berpengaruh besar terhadap absorbsi besi.
Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa
pertumbuhan, absorbs besi-nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali,
sedangkan besi-hem dua kali.
Sedangkan menurut Gibney (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi besi yaitu :
1. Tipe makanan yang dikonsumsi
Fasilitator absorbsi zat besi yang besi yang paling terkenal adalah asam
askarbonat (vitamin C) yang dapat meningkatkan absorbs zat besi non
heme secara signifikan. Jadi buah kiwi, jambu biji dan jeruk merupakan
produk pangan nabati yang meningkatkan absorbs besi. Faktor-faktor yang
ada dalam daging juga memudahkan absorbs zat besi. Sedangkan
penghambat absorbs besi meliputi kalsium fosfat, bekatul, asam fitat dan
polifenol. Asam fitat yang banyak terdapat dalam sereal dan kacang-
kacangan. Polifenol terdapat dalam teh, kopi, kakao dan anggur merah.
Tannin yang terdapata dalam teh hitam merupakan jenis penghambat
paling poten dari semua inhibitor di atas. Kalsium yang dikonsumsi dalam
produk susu seperti susu atau keju dapat menghambat absorbs besi.
2. Interaksi antar bahan pangan
Berupa interaksi antara zat makanan yang meningkatkan absorbs
dengan faktor penghambat absorbs besi dalam tubuh
3. Mekanisme regulasi dalam mukosa usus
Mekanisme pengaturan keseimbangan zat besi yang utama adalah
absorbs zat besi melalui traktus gastrointestinal. Karena manusia tidak
memiliki alur fisiologis untuk ekskresi zat besi, regulasi absorbs zat besi
didalam usus sangatlah penting. Sel-sel kriptus duodenum akan
mengalami maturasi untuk menjadi enterosit dengan fungsi absorbs
sehingga kapasitasnya dalam mengabsorbsi zat besi akan mencerminkan
status zat besi yang ada pada saat maturasi tersebut.
4. Bioavailabilitas (penggunaan besi yang dikonsumsi fungsi metabolic)
Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang
membawa oksigen, yaitu hemoglobin serta mioglobin dalam tubuh dan
untuk sintesis enzim yang mengandung zat besi.
5. Jumlah simpanan zat besi
Pada kehamilan dengan berkurangnya simpanan zat besi yang terjadi
selama bersamaan gestasi, penyerapan besi secara berangsur dan mantap
menjadi lebih efisien. Sebaliknya, simpanan zat besi yang besar dalam
tubuh pria akan mengurangi persentase zat besi yang diserap dan keadaan
ini melindungi tubuh terhadap kelebihan muatan besi.
6. Kecepatan produksi sel darah merah
Sekitar dua pertiga total zat besi tubuh terdapat di dalam sel darah merah.
Penghancuran atau produksi sel darah merah bertanggung jawab terhadap
proses pergantian zat besi. Kebanyakan zat besi pada sel darah merah yang
dihancurkan digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin.
C. Konsep kehamilan
Kehamilan adalah masa mulai terjadinya konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu
trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan trimester kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai
9 bulan (Prawirohardjo, 2006).
Kehamilan adalah proses mulai dengan konsepsi atau pembuahan sampai
dengan menjelang proses kehamilan (Mochtar Rustam, 2003). Proses mulai
terjadinya pertemuan sel telur dengan sperma sampai menjelang keluarnya
hasil konsepsi dalam rahim disebut hamil (Manuaba, 2003).
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan
perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul
penuh perjuangan (Maulana, 2008).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008)
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam
rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya
janin sesuai usia kehamilan, padasetiap dilakukan pemeriksaan kehamilan
(Muhimahdan Safe’I, 2010).
D. Prinsip Diet Ibu Hamil Dengan Anemia (Proverawati, 2011)
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumalh
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil,
volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan
hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal. Selama hamil diperlukan
lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah)
karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Jenis anemia
yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi
didalam makanan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang
menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi
dalam darah.
Anemia akibat kekurangan zat besi diobati dengan pemberian tablet besi.
Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi dapat menyebabkan
gangguan pada lambung dan dapat menyebabkan sembelit pada ibu, terutama
bila dosisnya tinggi. Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi
meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar
yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya
sendiri.
Jika ibu mengalami anemia terutama penyebab yang paling sering adalah
karena kekurangan zat besi (Fe). resiko persalinan yang abnormal akan
meningkat, demikian pula dengan resiko infeksi ibu dan kecendrungan
perdarahan yang akan berdampak pada morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.
Kondisi anemia kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II
dan III. Kondisi tersebut bisa saja karena asupan Fe yang kurang, adanya
infeksi parasit dan interval kehamilan yang pendek.
Anemia dapat dicegah dengan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama
daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacang-kacangan.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Tablet Fe adalah unsur pembentuk sel darah merah yang sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya terjadinya anemia atau
kurang darah selama kehamilan. Konsumsi tablet Fe ibu hamil adalah jumlah
tablet Fe yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan. WHO
menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun banyak literature
menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada
kehamilan (saifuddin, 2008).
Kegunaan pemberian tablet Fe adalah agar ibu mengetahui kegunaan tablet
Fe yaitu menunjang persediaan darah ibu hamil untuk pembentukan Hb, untuk
mencegah anemia selama kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan
menghambat pertumbuhan janin (Rukunco, 2010).
Jumlah zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor seperti
kandungan makanan, simpanan zat besi dalam tubuh, kecepatan produksi sel
darah merah, dan apakah pasien meminum suplemen zat besi atau tidak
(stables, 1999) dalam Jordan (2002).
Jika simpanan zat besi didalam tubuhnya rendah, penyerapan akan
meningkat sampai 30 persen atau bahkan hingga 70 persen pada kehamilan
yang lanjut ketika zat besi yang diekstraksi oleh sel-sel mukosa usus dengan
proporsi yang lebih besar di angkut lewat mekanisme pembawa kedalam
plasma darah (smith, 1997) dalam Jordan (2002).
Sedangkan menurut Gibney (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi besi yaitu: Tipe makanan yang dikonsumsi, Interaksi antar bahan
pangan, Mekanisme regulasi dalam mukosa usus, Bioavailabilitas
(penggunaan besi yang dikonsumsi fungsi metabolic), Jumlah simpanan zat
besi, Kecepatan produksi sel darah merah.
faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi besi (Gibney, 2009) :
- Tipe makanan yang dikonsumsi
- Interaksi antar bahan pangan
- Mekanisme regulasi dalam
mukosa usus, Bioavailabilitas
(penggunaan besi yang
dikonsumsi fungsi metabolic)
- Jumlah simpanan zat besi
- Kecepatan produksi sel darah
merah
Efektifitas pemberian tablet
Fe
B. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Independen
Tipe makanan yang dikonsumsi
Jumlah simpanan zat besi
C. Hipotesis
1. H01 : Tidak ada hubungan antara tipe makanan yang dikonsumsi ibu
hamil dengan efektifitas pemberian terapi Fe
Ha1 : Ada hubungan antara tipe makanan yang dikonsumsi ibu hamil
dengan efektifitas pemberian terapi Fe
2. H02 : Tidak ada hubungan antara jumlah simpanan zat besi ibu hamil
dengan efektifitas pemberian terapi Fe
Ha2 : Ada hubungan antara jumlah simpanan zat besi ibu hamil dengan
efektifitas pemberian terapi Fe
Efektifitas pemberian tablet Fe