bab i oci

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat Menurut PERMENKES No.1045/MENKES/PER/XI/2006 tugas Rumah Sakit adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan, paripurna tingkat sekunder dan tersier, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan kesehatan, Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehata dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan, Pelaksanaan administrasi Rumah Sakit. 1

Upload: fadhillahch

Post on 30-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangMenurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat Menurut PERMENKES No.1045/MENKES/PER/XI/2006 tugas Rumah Sakit adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan, paripurna tingkat sekunder dan tersier, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan kesehatan, Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehata dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan, Pelaksanaan administrasi Rumah Sakit.Kualitas pelayanan yang meningkat dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien yang merupakan salah satu kegiatan untuk evaluasi peningkatan pelayanan Rumah Sakit.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah kualitas pelayanan. Dari beberapa pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit salah satu yang utama adalah pelayanan makanan. Pelayanan makanan di Rumah Sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan (Depkes RI, 2006). Untuk itu diperlukan suatu sistem penyelenggaraan makanan guna memenuhi pelayanan makanan di Rumah Sakit.Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).Penyelenggaran makanan di Rumah Sakit ini bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (Pedoman PGRS, 2013).Menurut Tjahjono (2011) dalam Liber (2014) salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan adalah kondisi kesehatan yang menurun, sehingga orang yang sedang sakit perlu rangsangan lebih untuk meningkatkan selera makan. Peningkatan kualitas cita rasa makanan Rumah Sakit, diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah rendahnya tingkat asupan konsumsi makanan pasien.Cita rasa makanan, berhubungan dengan indera manusia yaitu meliputi perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran (Andarwulan, dkk 2010)RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya merupakan salah satu Rumah Sakit daerah tipe B yang ada di Tasikmalaya. Berdasarkan pengamatan, pasien dengan penyakit dalam di RSUD dr. Soekardjo umumnya menyisakan makanan. Beberapa ruang rawat inap penyakit dalam salah satunya adalah Ruang 6. Memperhatikan hal ini serta berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien rawat inap terhadap cita rasa makanan pada menu makan siang di ruang 6 RSUD dr. Soekardjo.B. Rumusan masalahDengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:Gambaran Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Cita Rasa Makanan pada Menu Makan Siang di Ruang 6 RSUD Dr. Soekardjo

C. Tujuan penelitian1. Tujuan UmumMengetahui Gambaran Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Cita Rasa Makanan pada Menu Makan Siang di Ruang 6 RSUD Dr. Soekardjo.2. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap besar porsi makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.b. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap penyajian makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.c. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap aroma makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.d. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap rasa (bumbu) makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.e. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap tekstur makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.f. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap suhu makanan di ruang rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya .

D. Ruang lingkup penelitianRuang lingkup penelitian ini pada gizi MSPMI tentang gambaran kepuasan terhadap cita rasa makanan pada menu makan siang di ruang 6 di RS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.E. Manfaat penelitian1. Bagi PenelitiPenelitiainidiharapkandapatmenambahwawasandanilmupengetahuanmengenaibagaimanagambarankepuasanpasienrawatinapsertabagaimanapenyelenggaraanmakanan di Institusikhususnya di RSUD dr. Sokardjo Kota Tasikmalaya2. BagiInstitusiBagi institusi Rumah Sakit dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam pelayanan maupun penyelenggaraan makanan. Bagi institusi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya terutama Jurusan Gizi dapat menambah sumber informasi terkait dengan gambaran kepuasan pasien rawat inap RSUD dr. Sokardjo Kota Tasikmalaya dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya.3. Bagi MasyaratkatDiharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran penyelenggaraan makanan di RSUD dr. Sokardjo Kota Tasikmalaya, agar dapat memberikan saran kepada institusi terkait yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga kepuasan masyarakat (pasien) terpenuhi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. LandasanTeori1. PenyelenggaraanMakananRumahSakitPelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk meningkatkan kesehatan dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu :asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan (Pedoman PGRS, 2013).Pelayanan makanan di Rumah Sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan (Depkes RI, 2006).Tujuan dilaksanakannya penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal. Sasaran penyelenggaraan makanan Rumah Sakit terutama pasien rawat inap. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit, dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi karyawan (PGRS, 2013).a. Jenis Produksi Makanan Rumah Sakit1) Cook-serve : Makanan disiapkan di area Rumah Sakit dan disajikan lebih banyak atau lebih sedikit secara cepat kepada pasien dan staf.2) Cook-Chill : Makanan disiapkan di dalam area Rumah Sakit atau di tempat lain secara cepat dan didinginkan pada suhu sekitar 0-4oC dan disimpan hingga 5 hari sebelum dipanaskan kembali di dapur Rumah Sakit atau di bangsal.3) Cook-Freeze : Makanan disiapkan di area Rumah Sakit atau di tempat lain dan secara cepat dibekukan pada suhu sekitar -18oC dan disimpan hingga 3 bulan sebelum dipanaskan kembali (biasanya) di dapur Rumah Sakit.4) Steamplicity (Compass Group, Uxbridge) : System yang dibuat komersial yang menggunakan makanan dingin mentah, semi, atau matang yang dihidangkan pada piring atau kemasan dan dibungkus dalam film plastic dengan katup uap khusus. Makanan ini dipanaskan di microwave selama waktu tertentu sebelum disajikan.(Gandy, dkk, 2011)b. Jenis Layanan Makanan Rumah Sakit1) Plated meal service :nampan individu disajikan untuk tiap pasien di dapur utama Rumah Sakit dan dibawa ke bangsal di dalam troli yang disekat (jika makanan panas dan dingin) atau troli yang didinginkan (jika diminta dipanaskan kembali ketika sampai di bangsal).2) Bulk service :wadah besar berisi makanan dikirim dari dapur ke tiap area bangsal/ruang makan, tempat staf, misalnya., keperawatan, perawatan, atau asisten catering atau penjamu bangsal, menyajikan makanan untuk tiap pasien. Makanan dikirim dalam wadah besar yang mungkin sudah panas, atau tetap harus didinginkan dan dipanaskan kembali di bangsal.(Gandy, dkk, 2011)

2. Cita Rasa Makanana. Pengertian Cita rasaCita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran Rasa sendiri merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa (Aziz, 2012).Ada kalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan tersebut. Umumnya pengolahan makanan selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap konsumen. Definisi bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur flavor dan memperpanjang daya simpan (Wahida, 2010).1) Penampilan makananCita rasa makanan mengandung 2 aspek utama, yaitu penampilan makanan dan rasa makanan. Penampilan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan memegang peranana penting dalam daya terima makanan.2) WarnaApabila penampilan makanan tidak menarik waktu disajikan, walaupun makanan itu rasanya lezat, maka akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang. Warna makanan memegang peranan penting dalam penampilan makanan (Sumiyati, 2009).3) Besar porsiAngka kecukupan makanan yang dianjurkan adalah kecukupan makan untuk satu hari. Pembagian porsi makan sehari-hari, untuk makan pagi yaitu 1/5, untuk makan siang 2/5 dan untuk makan malam 2/5. Dengan pembagian seperti itu, penyediaan zat-zat gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh (Sumiyati, 2009).4) Cara penyajianPenyajian makanan merupakan faktor terakhir dalam penyelenggaraan makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi, tetapi dalam penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai makanan tersebut tidak akn berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indra penglihatan sehingga menimbulkan selera yang berkaitan dengan cita rasa (Sumiyati, 2009).Penyajian makanan memberikan arti khusus bagi penampilan makanan. Penyajian dirancang untuk menyediakan makanan yang berkualitas tinggi dan dapat memuaskan konsumen, aman serta harganya layak (Sumiyati, 2009).Penggunaan dan pemilihan alat makan yang tepat dalam penyusunan makanan akan mempengaruhi penampilan makanan yang disajikan dan terbatasnya perlengkapan alat merupakan faktor penghambat bagi pasien untuk menghabiskan makanannya. Dalam penyajian makanan perlu diperhatikan beberapa hak pokok, yaitu pemilihan alat yang tepat untuk menyajikan makanan, misalnya mangkuk, piring atau tempat penyajian makanan khusus dan susunan makanan dalam alat penyajian makanan. Untuk penampilan makanan lebi menarik, susunan makanan perlu mendapat perhatian, karena makanan yang disusun pada alat penyajian yang tepat akan memberikan kesan yang menarik. Cara penyajian dan peralatan yang digunakan dalam menghidangkan makanan ikut berpengaruh pada penerimaan makanan tersebut, sehingga penghidangan dan penggunaan perlatan harus sesuai dengan tingkat sosial calon konsumen dan kualitas makanan yang disajikan (Sumiyati, 2009).5) Rasa MakananRasa makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan cita rasa makanan. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera pengllihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan tersebut maka tahap berikutnya cita rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera pencium dan indera pengecap (Sumiyati, 2009).6) AromaAroma yang disebarkan oleh makanan menjadi daya tarik yang sangat kuatdan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan karena terbentuknya senyawa yang mudah menguap dan sebagai akibat dari reaksi enzim (Sumiyati, 2009).7) TeksturKeempukan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh cara memasak (Sumiyati, 2009).8) SuhuTemperatur makanan waktu disajikan memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa makanan (Sumiyati, 2009).9) Tingkat KematanganTingkat kematangan tentu akan mempengaruhi cita rasa makanan, karena makanan yang kurang matang atau terlalu matang kurang enak dikonsumsi (Sumiyati, 2009).

3. Kepuasan Pasiena. DefinisiKepuasan adalah tingkat perasaan seseorang (pelanggan/pasien) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine dalam Semedi 2013)Kepuasan pasien memang merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Oleh karenanya subyektifitas pasien diperngaruhi oleh pengalaman pasien dimasa lalu, pendidikan, situasi psikis saat itu, dan pengaruh lingkungan (Lusa dalam Firdaus, 2008).b. Pengukuran kepuasan konsumenTingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu suatu produk. Suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya (Montgomery dalam Supranto, 2011).Merkouris (1999) dalam Suryawati (2006) menyebutkan bahwa mengukur kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat untuk:1) Evaluasi kualitas pelayanan kesehatan,2) Evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara perilaku sehat dan sakit3) Membuat keputusan administrasi4) Evaluasi efek dari perubahan organisasi pelayanan5) Administrasi

Model Service Quality yang dikembangkan Zeithalm dan Parasuraman banyak dipakai sebagai landasan konsep penelitian tentang kepuasan pasien di banyak tempat. Model ini menyebutkan bahwa pertanyaan mendasar yang cukup sensitif untuk mengukur pengalaman konsumen mendapatkan pelayanan tercakup dalam lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:1) reliability (kehandalan)kemampuan untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan akurat2) responsiveness (ketanggapan atau kepedulian)kemampuan untuk membantu konsumen dan meningkatkan kecepatan pelayanan3) assurance (jaminan kepastian)kompetensi yang dimiliki sehingga memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, risiko atau keraguan dan kepastian yang mencakup pengetahuan, perilaku dan sifat yang dapat dipercaya4) empathy (perhatian)sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada pasien, kemudahan melakukan kontak dan komunikasi yang baik5) tangibles (wujud nyata)penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, sarana informasi atau komunikasi dan petugas atau pegawai (Malik dalam Suryawati, 2004)

Untuk mengukur kepuasan pasien menurut Kotler adalah sebagai berikut:1) Sistem, keluhan dan saran Organisasi yang berorientasi kepada pelanggan mempermudah pelanggannya memberikan saran dan keluhan, diantarnya dengan menggunakan kotak saran, memberikan kartu komentar pada pasien yang pulang atau menempatkan staf untuk menangani keluhan pelanggan.2) Ghost Shopping Dengan mengutus orang berpura-pura menjadi pelanggan dan melaporkan titik titik kekuatan dan kelemahan organisasi tersebut.3) Analisis Pelanggan yang Beralih ( loss custumer analysis ) Organisasi menghubungi pelanggan yang telah berhenti menggunakan jasa yang diberikan dan mencari tahu alas an yang terjadi.4) Survey Kepuasan Pelanggan Organisasi yang responsif akan melakukan survei kepuasan pelanggan secara berkala. Cara pengukuran survey antara lain:a) pengukuran secara langsung dimana pelanggan diberi pertanyaan dan dibuat skala untuk menjawabnyab) derived satisfaction dimana pelanggan diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu pelayanan tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakanc) problem analysis dengan meminta pelanggan menuliskan masalah yang mereka hadapi dan perbaikan yang mereka sarankand) importance performance rating dengan meminta pelanggan membuat peringkat dari berbagai elemen pelayanan didasari oleh kepentingan elemen dimata pelanggan serta seberapa jauh Rumah Sakit memenuhi elemen tersebut. Sementara itu, menurut Fredy Rangkuti kualitas jasa dipengaruhi dua variabel, kedua variable tersebut yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Pengukuran kualitas jasa lebih sulit dibandingkan dengan mengukur kualitas produk nyata, sebab atribut yang melekat pada jasa tidak mudah untuk diidentifikasi. (Kotler dalam Shalahudin, 2011)c. Komponen kepuasan pasienDalam pengalaman sehari-hari, kepuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk, aspek pelayanan hotel di RS, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan RS. Sikap perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan pasien RS. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan dan martabatnya. Banyak variabel non medik ikut menentukan kepuasan pasien antara lain: tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup pasien. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh karakteristik pasien yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, etnis, sosial ekonomi, dan diagnosis penyakit

B. Penampilan :WarnaBentukPorsiCara penyajianKerangkaTeori

Rasa :SuhuBumbuTeksturAromaTingkat kematangan

MutumakananMakanan

Kenyamanan

KepuasanPasien

Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit

Kompetensiteknispetugas

Biaya

Gambar 1.Kerangka teoriSumber : Modifikasi dari Jumadi P (1991) dalam Sabarguna (2005)

C. KerangkaKonsep

Penampilan :PorsiCara penyajian

KepuasanPasien

Rasa :SuhuBumbuTeksturAroma

Gambar 2.Kerangka Konsep

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Desain PenelitianDesain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu melihat gambaran atau deskripsi mengenai kepuasan pasien terhadap cita rasa makanan di ruang Ruang 6 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.B. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan Ruang 6 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 26 sampai dengan 27 Maret 2015.C. Populasi dan Sampel1. Populasi dan sampela. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien di Ruang 6 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dan tercatat sebagai pasien di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya .b. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi, sedangkan yang terkena kriteria eksklusi tidak akan diambil.

Kriteria inklusi :1) Pasien berusia 17 tahun.Pemilihan pasien berdasarkan usia tersebut karena pada usia tersebut cara berpikir seseorang sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, dapat menganalisa secara kombibubur, sudah berpikir secara proporsional, dan dapat menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi (Piaget dalam Budiningsih, 2004).2) Pengambilan pasien yang telah menjalani perawatan minimal 1 hari dengan alasan pasien sudah mengetahui jenis makanan yang biasa dihidangkan setelah melalui 3 kali waktu makan.3) Bersedia menjadi responden.Kriteria eksklusi :1) Pasien yang mendapat makanan cair dan bubur saring.2) Pasien dengan penyakit yang dapat mengganggu fungsi panca indera seperti gangguan fungsi penciuman, rasa, dan ganguan alat pencernaan lainnya.2. Teknik samplingMetode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hal ini karena pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan, diantaranya sampel telah menjalani perawatan selama minimal 1 hari dan mendapat makanan lunak atau biasa. Pengambilan sampel akan dilakukan selama 2 hari.

D. Definisi Operasional1. Variabel : Kepuasan pasienDefinisi operasional: Penilaian pasien secara subjektif terhadap cita rasa makanan yang disajikan.Cara ukur : WawancaraAlat ukur : Kuesioner Hasil : Puas, jika skor rata-rata 2 Tidak puas, jika skor rata-rata