bab i naufal

8
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk hidup yang membutuhkan makan dan minum (Shihab, 2007). Setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, hakikatnya melalui serangkaian proses yang kompleks. Proses ini dimulai dari proses mengunyah, menelan dan juga proses absorpsi di saluran pencernaan, yang dilanjutkan dengan metabolisme, dan diakhiri dengan ekskresi di ginjal dan usus besar (Jean, 2010). Konsumsi secara teratur dari suatu bahan-bahan kimia dapat mengakibatkan akumulasi paparan dari zat- zat toksik yang terkandung pada bahan tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ tertentu (Subroto, 2008). Zat-zat toksik atau yang lebih dikenal dengan radikal bebas merupakan molekul dengan elektron tidak berpasangan yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan pada molekul sekitarnya (Alsuhendra & Ridawati, 2013). Zat toksik tersebut didalam tubuh akan bereaksi dengan molekul-molekul penyusun sel, seperti lemak dan protein, sehingga mengubah struktur sel dan mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan. Zat-zat toksik tersebut dapat berasal dari polutan, obat-obatan atau makanan yang tidak sehat (Junarwanto, 2013).

Upload: naufal-mubarak

Post on 10-Apr-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SKRIPSI

TRANSCRIPT

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk hidup yang membutuhkan makan dan

minum (Shihab, 2007). Setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam

tubuh, hakikatnya melalui serangkaian proses yang kompleks. Proses ini dimulai

dari proses mengunyah, menelan dan juga proses absorpsi di saluran pencernaan,

yang dilanjutkan dengan metabolisme, dan diakhiri dengan ekskresi di ginjal dan

usus besar (Jean, 2010).

Konsumsi secara teratur dari suatu bahan-bahan kimia dapat

mengakibatkan akumulasi paparan dari zat-zat toksik yang terkandung pada bahan

tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ tertentu (Subroto,

2008). Zat-zat toksik atau yang lebih dikenal dengan radikal bebas merupakan

molekul dengan elektron tidak berpasangan yang sangat reaktif dan dapat

menyebabkan kerusakan pada molekul sekitarnya (Alsuhendra & Ridawati, 2013).

Zat toksik tersebut didalam tubuh akan bereaksi dengan molekul-molekul

penyusun sel, seperti lemak dan protein, sehingga mengubah struktur sel dan

mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan. Zat-zat toksik tersebut dapat berasal

dari polutan, obat-obatan atau makanan yang tidak sehat (Junarwanto, 2013).

Salah satu organ atau jaringan yang sangat rentan untuk terkena dampak

tersebut adalah ginjal. Ginjal merupakan salahsatu organ vital tubuh. Ginjal

merupakan organ yang mengekskresikan substansi-substansi atau zat-zat yang

dikonsumsi dan zat-zat sisa metabolisme tubuh, sehingga zat-zat tersebut tidak

terakumulasi dan menyebabkan toksik bagi tubuh (Sherwood,2014). Proses

ekskresi sisa-sisa metabolit di ginjal yang terus menerus dapat menyebabkan

kerusakan jaringan karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan tersebut.

Kerusakan jaringan ini bila dibiarkan terjadi dapat menyebabkan gagal ginjal yang

berakhir dengan kematian (Kurnia,2015).

Didunia kesehatan jumlah penderita penyakit gagal ginjal memiliki

presentase yang cukup tinggi. Saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

2

250 juta orang memiliki 100 ribu pasien gagal ginjal dengan setiap tahun muncul

25.000 pasien gagal ginjal baru yang memerlukan transplantasi (Saputra, 2014).

Gagal ginjal merupakan penyakit mematikan saat kondisi ginjal mengalami

gangguan 90% dari fungsinya, jika itu terjadi maka ginjal akan sulit untuk diobati

(Krisnadi, 2015).

Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya

gangguan fungsi ginjal adalah dengan cara merawat tubuh dengan baik, seperti

rutin berolahraga dan menkonsumsi makanan dan minuman yang baik bagi tubuh.

Beberapa tanaman herbal memiliki efek yang baik bagi tubuh terutama ginjal.

Indonesia yang merupakan negara di garis khatulistiwa kaya akan hasil alamnya.

Berbagai tanaman herbal dapat tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia. Salah

satu tanaman yang memiliki manfaat tinggi bagi tubuh adalah tanaman kelor

(Moringa oleifera) (Kurniasih, 2010).

Tanaman kelor dahulu hingga sekarang telah dikenal sebagai tanaman

multi guna, padat nutrisi dan bisa dijadikan obat-obatan. Namun, bagi beberapa

masyarakat pendalaman kelor masih dikenal dengan tanaman yang memiliki

kekuatan magis dan dipercaya dapat menangkal ilmu hitam. Padahal kelor sangat

bermanfaat dikarena mengandung 46 antioksidan kuat, 18 asam amino, 36

senyawa anti inflamasi serta 90 nutrisi seperti vitamin dan mineral yang berfungsi

sebagai zat pelindung tubuh, nutrisi dan substansi yang di perlukan guna

pertumbuhan sel-sel tubuh (Krisnadi, 2015).

Dari beberapa penelitian dikatakan bahwa Kelor mengandung 46

antioksidan kuat, senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari

radikal bebas. Evaluasi statistik pada penelitian Ekudina V. O dkk (2015)

mengungkapkan adanya perubahan signifikan berat badan tikus dari minggu

pertama pemberian daun etanol ekstrak Moringa oleifera sampai empat minggu

sebelum dekapitasi. Peningkatan berat badan tikus mungkin dikarenakan Moringa

oleifera kaya akan asam amino, vitamin dan mineral terutama zat besi (Reyes et

al., 2005;. Faye, 2011)

3

Kelor juga mengandung senyawa kimia tertentu, seperti alkalid moringin,

zat moringinan dan zat pterigospermin yang menunjukan efektif dalam

menghancurkan batu yang mengendap dalam ginjal dan dapat meningkatkan

volume urine (Krisnadi, 2015). Selain itu juga di dapatkan bahwa daun kelor

memiliki efek anti hiperlipidemi, antidiabetes, immunomodulatory,

radioprotective dan antihipertensi, tissue protectant (hati, ginjal dan saraf) (Stohs

& Hartman, 2015). Namun, penelitian pada pemeriksaan histopatologis ditemukan

adanya pelebaran ruang kapsular pada ginjal tikus yang mendapatkan asupan daun

kelor akut dibandingkan dengan kelompok kontrol (Akinlolu et al, 2014).

Pemanfaatan daun kelor sebagai alternatif sumber nutrisi, belum banyak

dibuktikan secara experimental pada hewan coba. Namun diperlukan penelitian

yang lebih dalam untuk mengetahui kandungan dari daun kelor (Moringa oleifera)

diperlukan agar dapat, secara optimal dan ditemukan kegunaan yang belum

terungkapkan dari daun kelor (Moringa oleifera). Sehingga timbul masalah yang

sangat menarik untuk diteliti yaitu sejauh manakah daun kelor dapat

mempengaruhi gambaran histopatologi ginjal pada tikus putih.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta-fakta yang telah disebutkan pada latar belakang tersebut

maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat efek pemberian infusa daun kelor

terhadap gambaran histopatologi ginjal. Sehingga muncul rumusan masalah

penelitian yaitu seperti berikut:

1. Apakah pemberian infusa daun kelor (Moringa oleifera) terhadap perubahan

histopatologi nephron ginjal pada tikus putih (Rattus Norvegicus)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kelor (Moringa oleifera)

terhadap histopatologi nephron ginjal pada tikus putih (Rattus Norvegicus)

4

1.4 Keaslian Penelitian

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang meneliti efek infusa daun

kelor (Moringa oleifera) belum banyak dilakukan yaitu:

1. Penelitian Fikriansyah, (2013) yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

Etanoloik Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Gambaran Histopatologi

Jantung dan Hati Tikus Galur Sprague Dawley yang dipejani Doxorubicin.

Dilakukan terhadap 25 ekor tikus putih yang di bagi dalam 5 kelompok

(kontrol dan uji) dan di berikan doxorubicin dipejankan 1 kali seminggu pada

hari ke-1 dan ke-8 intra peritoneal sedangkan ekstrak etanolik daun kelor

(EDK) diberikan selama 2 minggu per oral. Menunjukan hasil bahwa ekstrak

etanoloik daun kelor dapat mengurangi efek kardiotoksik doxorubicin.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian saya, peneliti menggunakan

ekstrak etanoloik daun kelor pada jantung dan hati sedangkan penelitian saya

mengunakan infusa daun kelor pada ginjal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aney et al., (2009) yang berjudul

Pharmacological and Pharmaceutical Potential of Moringa oleifera: A

Review. Dengan hasil bahwa kelor menunjuk kan aktifitas yang sangat

signifikan dalam proses penutupan luka. Perbedaan dari penelitian yang saya

lakukan ginjal pada tikus putih.

3. Penelitian Amijayanti, (2010) yang berjudul Pengaruh Salep Daun Kelor

(Moringa oleifera) Terhadap Penyembuhan Luka Iris Pada Tikus Putih Jantan

(Rattus norvegicus). Sampel yang diambil di kelompokan menjadi 3

kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus, kemudian di

buat perlukaan dan mendapatkan perlakuan kelompok I merupakan kontrol

negatif, mendapat perlakuan dengan aquades 2 ml. kelompok II merupakan

kontrol positif, mendapatkan perlakuan dengan Povidon Iodine 10%. Dan

kelompok III merupakan kelompok dengan pemberian salep daun kelor 10%.

Selanjutnya masing-masing kelompok diukur dan diamatin penutupan luka

pada hari ke 1-17, kemudian dilanjutkan dengan analisa data menggunakan

Oneway Anova dan Post Nova. Perbedaan dari penelitian yang saya lakukan

5

adalah organ yang diteliti adalah ginjal pada tikus putih dan metode penelitian

mengunakan Post test only group.

4. Penelitian Akinlolu et al. (2014) yang berjudul Moringa oleifera Impairs the

Morphology and Fuctions of the Kindey in Adult Wistar Rats. Sampel yang

diambil di kelompokan menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok

terdiri dari 6 ekor tikus dengan berat 100-200 g, kemudian setiap kelompok

mendapatkan perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol negatif, mendapat

perlakuan dengan salin fisiologis. kelompok II – IV mendapatkan perlakuan

dengan pemberian oral 250, 500 dn 750 mg/kg BB estrak methanolic

Moringa oleifera yang diberikan selama 21 hari. Selanjutnya masing-masing

tikus disetiap kelompok diukur berat badannya dan diamatin perubahan

prilaku dan morfologi fisiknya, kemudian dilanjutkan dengan pembedahan

dan pemeriksaan histopatologis dan pemeriksaan biokimiawi berupa kadar

alanin dan aspartat transminase yang hasilnya akan analisis secara

computerisasi. Perbedaan dari penelitian yang saya lakukan adalah jenis tikus

yang di jadikan sampel adalah Sprague Dawyle, dosis berserta waktu

pemberiannya juga berbeda dan metode penelitian mengunakan Post test only

group.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Mengetahui adakah perubahan dari nephron ginjal pada tikus putih

betina (Rattus norvegicus) pada pemberian secara infusa daun kelor

(Moringa oleifera).

b. Bagi keilmuan.

1. Menyediakan informasi tambahan bagi masyarakat, produsen

makan bahwa daun kelor kaya akan protein.

2. Memberikan informasi tambahan atau ilmu yang bermanfaat bagi

dunia kedokteran.

3. Sebagai bahan studi lanjutan bagi penelitian selanjutnya.