bab i lampiran
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah merupakan salah satu
masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia, baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga. Umumnya limbah yang di buang ke
lingkungan akan mempengaruhi lingkungan dimana limbah dibuang
(Djajadiningrat dan Harsono, 1990). Apabila dilihat dari bahaya yang ditimbulkan
limbah ini ada yang berbahaya dan ada yang tidak berbahaya. Pembuangan
limbah yang berbahaya akan menjadi persoalan besar, apabila air yang
dikonsumsi oleh manusia, hewan, dan organisme tercemar limbah yang
mengandung senyawa berbahaya.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
mala petaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Air sangat penting bagi kehidupan manusia digunakan berbagai macam
kebutuhan yaitu minum, mandi, mencuci, dan memasak. Air yang digunakan
sebagai kebutuhan semakin banyak dan air bersih semakin sedikit
persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar. Pencemaran
terjadi karena manusia yang melakukan aktivitas produksi dan konsumsi sering
membuang limbah ke dalam saluran air yang nantinya akan mengalir ke parit,
sungai, dan laut.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 1
lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan manusia serta mahluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumber daya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar
oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga
secara kualitas, sumber daya air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumber daya air adalah sungai.
Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah.
Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku
air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Sungai merupakan suatu
bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi
dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di
sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik
yang dimiliki oleh lingkungan di sekitarnya. Sungai juga merupakan tempat yang
mudah dan praktis untuk pembuangan limbah, baik padat maupun cair, sebagai
hasil dari kegiatan rumah tangga, industri rumah tangga, garmen, peternakan,
perbengkelan, dan usaha-usaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai
jenis limbah dan sampah yang mengandung beraneka ragam jenis bahan
pencemar ke badan-badan perairan, baik yang dapat terurai maupun yang tidak
dapat terurai akan menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh sungai
tersebut. Jika beban yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang
batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan
tercemar, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
Desa Tingkulang merupakan daerah pesisir yang terletak di kecamatan Tomini
kabupaten Parigi Moutong. Desa ini merupakan daerah yang memiliki kekayaan
alam air, hal ini dibuktikan dengan terdapat PLTA dan air terjun yang merupakan
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 2
tempat permandian masyarakat Tingkulang. Sehingga masyarakat desa tidak
kesulitan air bersih, namun saat ini telah menjadi kebiasaan masyarakat desa
membuang sampah disungai dan sungai ini terkadang banjir disaat musim
penghujan. Hal ini jika terjadi secara terus menurus dan pada jangka waktu yang
panjang maka sungai di Desa Tingkulang ini akan tercemar yang akan
berdampak pada penduduk desa tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu melakukan pengkajian awal
mengenai analisis pencemaran air sungai didesa Tingkulang dengan parameter
fisik, untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai di Desa Tingkulang dan
bagaimana cara penanggulangan dari pencemaran air sungai tersebut.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalahnya yaitu seberapa besar
tingkat pencemaran air di Desa Tingkulang dan bagaimana cara menanggulangi
masalah tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat pencemaran air sungai di Desa Tingkulang dengan
menganalisis parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH.
2. Menemukan solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan pencemaran
air sungai di Desa Tingkulang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan, dapat memberikan informasi kepada masyarakat Desa
Tingkulang mengenai tingkat pencemaran air sungai di desa tersebut dan
dampak dari pencemaran air sungai.
1.5 Metode Penulisan
a. Melakukan observasi dan sharing dengan warga mengenai pencemaran air
sungai di Desa Tingkulang.
b. Studi literatur guna mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan
penulisan.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 4
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KKN
2.1 Sejarah Singkat Desa
Berdasarkan sejarah pada awalnya Desa Tingkulang masih bergabung dengan
Tomini, dimana pada saat itu mulai dari Tingkulang sampai dengan Tilung,
semuanya berpusat di Tomini. Kemudian pada tahun 1905 Tingkulang secara
resmi berdiri sendiri. Sebelum terbentuknya suatu pemukiman atau
perkampungan telah hidup dan berkembang dan komunitas masyarakat asli Tialo
dan Lauje yang dalam kehidupan sehari-harinya sangat tergantung pada alam.
Tingkulang berasal dari kata “Nting-Nting Dulang” yang artinya suatu alat yang
digunakan oleh para pemimpin untuk memanggil orang untuk berkumpul. Konon
apabila alat ini digunakan/dipukul maka dari Moutong sampai dengan Tinombo
mendengar dan langsung datang kesini. Dari kata inilah sehingga lahir nama
Desa Tingkulang.
Sejak adanya Desa Tingkulang maka terjadi pergantian Pemimpin/Kepala Desa
sebagai berikut:
1. Pangko (Almarhum
2. Dae Maketta (Almarhum)
3. Aji Muni (Almarhum)
4. Hi. Sahid Dg Malimpo (Almarhum)
5. Moh. Ali Dg Maketti (Almarhum)
6. Sahir Kasimbuang 1981 – 2002
7. Idrus. E 2002 – 2007
8. Dirham S. Pasore 2008 – Sekarang
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 5
2.2 Kondisi Geografis
Desa Tingkulang merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan
Tomini kabupaten. Parigi Moutong Provinsi Sulawesi tengah dengan luas 40
km² dari luas keseluruhan Kecamatan Tomini. Ketinggian dari permukaan air
laut berkisar 5 meter. Topografi wilayah berupa daratan berbukit-bukit. Jarak
tempuh dari Desa Tingkulang ke Kecamatan Tomini 3 Km, jarak ke ibu kota
kabupaten 240 Km.
Desa Tingkulang Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah
kecamatan Tomini dan merupakan ibu kota Kaupaten Parigi Moutong Provinsi
Sulawesi Tengah. Desa Tingkulang memiliki luas wilayah sekitar 40 Km2. Dari
luasan wilayah tersebut maka desa Tingkulang dibagi menjadi lima dusun,
yaitu :
Dusun I (Bumi Sagu)
Dusun II (Bonto)
Dusun III (Pakuku)
Dusun IV (Bumi Harapan)
Dusun V (Papasan)
Dimana secara administrasi perbatasan masing-masing sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tomini Barat Kecamatan
Tomini
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Biga kecamatan Tomini
Sebelah Utara dengan Kabupaten Buol Toli Toli
Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Teluk Tomini
Desa Tingkulang terletak disebelah utara Ibu Kota Kabupaten Sigi dengan
jarak 240 KM. Untuk mencapai desa ini dibutuhkan waktu 4-5 Jam dengan
perjalanan darat. Dan menurut hasil sensus penduduk tahun 2013 oleh BPS
Statistik Kabupaten Parigi Moutong dan Validasi Data Kependudukan oleh
pihak Catatan Sipil tahun 2013, jumlah penduduk Desa Tingkulang sekitar
1.767 jiwa yang terdiri dari laki-laki 924 jiwa dan perempuan 843 jiwa.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 6
1. Luas wilayah : 40 Km2
2. Jumlah Dusun
a. Dusun I (Bumi Sagu)
b. Dusun II (Bonto)
c. Dusun III (Pakuku)
d. Dusun IV (Bumi Harapan)
e. Dusun V (Papasan)
3. Batas wilayah
a. Utara : Kabupaten Buol Toli Toli
b. Selatan : Laut teluk tomini
c. Barat : Desa Biga
d. Timur : Tomini Barat
4. Topografi
a. Luas kemiringan lahan (rata-rata) Tingkat kemiringan tanah 0,5–65
Derajat
b. Ketinggian di atas permukaan laut (rata-rata) 5 m
c. Klimatologi
d. Suhu 20−35OC
e. Curah Hujan 3000 mm
f. Kelembaban udara
g. Kecepatan angin
5. Luas lahan pertanian
a. Persawahan : 35,58 Ha/m2
b. Perkebunan : 439 Ha/m2
6. Luas lahan pemukiman : 43 Ha/m2
Dari data diatas menyatakan bahwa desa Tingkulang memiliki Kondisi tanah
yang cukup subur karena berdekatan dengan pegunugan dan cocok untuk
ditanami tumbuhan. Sebagian lahan merupakan pemukiman penduduk untuk
kawasan desa yang berada di daereah pertanian dan perkebunan terdapat
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 7
beberapa lahan persawahan milik warga setempat, dan pada bagian sebelah
utara merupakan daerah pegunungan dan hutan dijadikan lahan perkebunan
warga.
2.3 Kondisi Demografis
Di samping faktor lainnya aspek demografi termasuk salah satu aspek yang
sangat penting dalam suatu wilayah Desa. Penduduk baik statusnya sebagai
subyek dan terlebih lagi sebagai subyek pembangunan merupakan salah satu
sumber daya terpenting yang kemampuannya harus ditumbuh kembangkan
sehingga mampu menjawab berbagai perkembangan yang terjadi sebagai
dampak dari pembangunan itu sendiri. Penduduk atau masyarakat yang cukup
merupakan potensi sumber daya yang harus dimiliki oleh suatu wilayah, baik
secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini karena dalam setiap proses
pembangunan, penduduk ataupun masyarakat merupakan objek sekaligus
subyek dalam setiap kegiatan. Berdasarkan data tahun 2013 Desa Tingkulang
memiliki penduduk sejumlah 1.767 jiwa dengan rincian berdasarkan jenis
kelamin sebagai berikut :
Tabel 1. Menunjukkan Jumlah penduduk Desa Tingkulang Berdasarkan Jenis
Kelamin
N
oPenduduk Tahun 2013
1 Jumlah Penduduk 1.767
2 Jumlah KK 437
3 Laki – laki 924
4 Perempuan 843
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 8
Dari Tabel diatas, penduduk Desa Tingkulang dapat di golongkan
berdasarkan kelompok umur sebagai berikut:
Tabel 2. Data penduduk di golongkan dalam bentuk umur
NoKelompok
umur
Laki-
lakiPerempuan Jumlah
1 0 – 12 Bulan 8 11 19
2 1 – 5 Tahun 82 79 161
3 6 – 7 Tahun 40 29 69
4 8 – 15 Tahun 252 206 458
5 16 – 56 Tahun 556 301 857
6 56 keatas 54 43 97
Jumlah total 929 843 1772
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)
2.4 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi
Penduduk Desa Tingkulang beraneka ragam yang menopang kehidupan
keluarga masing-masing, namun mayoritas bermata pencaharian di bidang
pertanian, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3. Data penduduk di golongkan berdasarkan jenis pekerjaan
No Jenis pekerjaanJumlah
(orang)
1 PNS 8
2 Petani 267
3 Peternak 86
4 Montir 1
5 Pegawai swasta 2
6 Pengusaha Kecil dan Menengah 4
7 Dukun Kampung Terlatih 1
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 9
8 Nelayan 71
Jumlah 440
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)
Adapun Luas Lahan Perkebunan Desa Tingkulang sekitar 439 Ha/m2dan
persawahan yaitu 35,58 Ha/m2. Dalam kesehariannya, masyarakat desa
Tingkulang telah melakukan kegiatan ekonomi dan hal ini dapat dikembangkan
sejak adanya interaksi sosial hingga saat ini. Walaupun pada saatu itu
segalanya masih sangat terbatas namun hal tersebut semakin lama semakin
menunjukan peningkatran. Dan signifikan yang cukup signifikan terjadi yaitu
setelah masyarakat keterampilan dan pengetahuan tentang berkebun dan
bersawah.
Desa Tingkulang secara administrasi kepemerintahan memiliki luas wilayah
sekitar 40 KM2. Dari potensi tersebut oleh masyarakat desa Tingkulang
memanfaatkannya sebagai wilayah. Pengembangan sebagai sumber
produktifitas dan pemukiman.
2.4.1 Kondisi Pendidikan Desa Tingkulang
Dari segi pendidikan di Desa Tingkulang dapat dikatakan bahwa belum
memadai hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah dan tenaga pengajar
yang ada di desa ini, seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Jumlah Sarana pendidikan
No Sarana Pendidikan Jumlah1 PAUD 2 Unit2 SD 3 Unit
Jumlah 5 Unit
Tabel 5. Jumlah Guru SDK Terpencil Pakuku
No Data Pendidik Jumlah1 Kepala Sekolah 1 Orang2 Guru 6 Orang
Jumlah 7 Orang (Sumber: Data Administrasi SDK Terpencil Pakuku)
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 10
Tabel 6. Jumlah Siswa SDK Terpencil Pakuku
No Data Siswa Jumlah1 Siswa Perempuan 56 Orang2 Siswa Laki-Laki 60 Orang
Jumlah 105 Orang (Sumber: Data Administrasi SDK Terpencil Pakuku)
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut surat Keputusan Mentri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988
Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkan
makhluk hidup, zat,energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi atau
sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).
Dalam pasal 2, air pada sumber menurut kegunaan/peruntukannya digolongkan
menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
dan dapat dimanfatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan milik Negara
(Achmad, 2004).
Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya bagi manusia.
Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam air
tanah menjadi sumber air minum, mencuci, memasak, mandi, dan bersuci. Air
tanah yang telah tercemar sangat sulit untuk dipulihkan kembali menjadi air
bersih, meskipun beberapa logam berat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 12
biologis, misalnya pertumbuhan alga sebagai tumbuhan air namun jika
jumlahnya berlebihan akan mempengaruhi kegunaannya karena yang timbul
justru daya racun yang dimiliki logam berat, sehingga jumlah logam berat dalam
air limbah harus diperhatikan sebelum dibuang ke lingkungan luar yang luas
(Sugiharto, 2005).
Daerah pemukiman juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari air.
Limbah yang dihasilkan yaitu sampah dan air buangan yang mengandung
deterjen. Limbah yang masuk dalam perairan akan menggangu ekosistem
perairan dan secara langsung maupun tidak langsung yang berimbas juga pada
manusia (Aliya, 2006).
3.2 Limbah
1. Definisi Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestic (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai
sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada
jenis dan karakteristik limbah.
2. Indikasi Pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun
pengujian.
a. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan
kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki
pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat
mengganggu kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini akan semakin
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 13
parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah.
Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.
b. Perubahan warna, bau dan rasa Air normal dan air bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya
berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah
tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat
bahwa air telah tercemar. Air yang berbau dapat berasal dari limbah
industri atau dari hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam
air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan
berbau sehingga mengubah rasa.
c. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut. Endapan, koloid dan
bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat.
Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan
mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid
dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji
BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur
menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya
terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan
buangan anorganik.
3. Macam-macam limbah ada 3 macam:
a. Limbah padat Limbah padat atau sampah, istilah ini diberikan kepada
barang-barang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik
yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat.
Sampah merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak
berbahaya seperti sampah dapur (organik) maupun bahan-bahan
berbahaya yang banyak dibuang oleh pabrik dan rumah tangga yang
dapat digunakan kembali maupun yang tidak dapat digunakan kembali.
Dampak negatif dari sampah tersebut dapat terjadi di tempat
penampungan sementara (TPS) yang terdapat di setiap wilayah seperti di
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 14
setiap RW atau Kelurahan, pasar dan sebagainya maupun di tempat
penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS biasanya dalam
bentuk bau yang kurang sedap karena terjadi penguraian secara
anaerob, kumpulan lalat di atas sampah yang dapat menimbulkan
berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan sampah akhir
(TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan menimbulkan
dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang tidak sedap
yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen
sampah, seperti gas H2S, NH3, CH4 juga dapat terjadi rembesan dari
proses “leaching” logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau
sumber air (Achmad Lutfi, 2009).
b. Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus
dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik
pengolahan kawat, seng, besi-baja, sebagian besar air dipergunakan
untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari
sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan
pendinginan, kemudian dibuang.
c. Limbah Gas Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara
sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui
udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup
luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara
basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun
bersama embun (Suparni, 2009).
3.3 Cara Menangani Pencemaran Air
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 15
Filtrasi atau penyaringan merupakan proses dimana air dibersihkan dengan
melewatkan melalui bahan (media) yang berpori. Cara ini cukup dikenal
masyarakat dan sering digunakan dalam berbagai pengolahan air.
Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau
penyaring memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau
material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan
tersuspensi yang paling halus. Penyaringan ini merupakan proses pemisahan
antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan
sebagai proses awal (primary treatment).
Air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus
atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka bahan-bahan
tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Apabila air olahan
mempunyai padatan dengan ukuran seragam, maka saringan yang digunakan
adalah single medium. Sebaliknya, seperti dalam penelitian ini, karena ukuran
beragam maka digunakan saringan dual medium atau three medium
(Sanropie,1984). Ada beberapa alternatif media untuk penyaringan antara lain:
a. Pasir
Pasir merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam
peroses penjernihan air. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 16
yang porous, berdegradasi, dan uniformity. Butiran pasir memiliki pori-pori dan
celah yang mampu menyerap dan menahan pertikel dalam air. Selain itu
butiran pasir juga mempnyai keuntungan dalam pengadaannya yang mudah
dan harganya yang relatif rendah. Pasir berfungsi menyaring kotoran dan air,
pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah
kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan
ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat
(Kusnaedi,1995).
b. Kerikil
Kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media
pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat
dihindari. Diameterkerikil yang digunakan biasanya antara 1-2,5 cm. Batuan
kerikil mempunyai bentuk yang tidak beraturan namun ukurannya dapat
disamakan melalui proses pengayakan analisa krikil. Di Indonesia pembagian
fradasi krikil sesuai dengan lubang ayakan yang terdiri dari 5 mm, 10 mm, 15
mm, 20 mm, 25 mm, 40 mm.
c. Arang Aktif
Arang aktif adalah bahan padat berpori yang terbentuk dari hasil pembakaran
bahan yang mengandung karbon. Unsur utamanya terdiri atas karbon terikat,
abu, nitrogen. Arang aktif yang sering disebut karbon aktif dan biasa
dimanfaatkan untuk bahan bakar juga digunakan untuk keperluan pengolahan
air karena memiliki daya serap dan absorbsi yang kuat untuk gas atau bau dan
warna pada air. Arang yang biasa dimanfaatkan untuk pengolahan air ada 2
bentuk yaitu bubuk dan butiran. Arang aktif juga sering digunakan dalam
proses pengolahan akhir terhadap air untuk proses industri dan air mineral.
Pada proses ini arang aktif akan menahan bahan organik terlarut,
menghilangkan bau dan rasa dalam air serta mengabsorbsi ion-ion logam
berat, ketebalan media arang aktif untuk filtrasi setinggi 10-20 cm
(Sutrisno,1987). Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 17
tinggi dan kadar abu rendah. Arang tempurung kelapa termasuk arang yang
sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka, dengan demikian gaya
absorbsi menjadi lebih besar. Pori-pori arang aktif tersebut bersifat menyerap.
3.4 Dampak Pencemaran Air sungai
Limbah permukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab
pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada
akhirnya pencemaran air ini juga memberikan dampak dan akibat merugikan
bagi manusia itu pula. Limbah permukiman mengandung limbah domestik
berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik
adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri seperti sisa
sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik
seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan
kulit. Sampah anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).
Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman
yang paling potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap rumah
tangga menggunakan deterjen.
Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah permukiman
mendatangkan akibat atau dampak diantaranya:
Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian besar
oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan
sampah.
Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari
sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang
menghasilkan oksigen.
Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk
jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai
organisme air.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 18
Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa
fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok (Eichhornia crassipes).
Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali
menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga
menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya
proses fotosintesis.
Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa akibat
proses pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan persediaan oksigen.
Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan
pendangkalan.
Selain diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga) sumber atau
penyebab pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian, limbah
industri, dan beberapa tempat tertentu diakibatkan oleh limbah pertambangan.
3.5 Indikator Pencemaran Perairan
Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk
dianalisis sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan,
antara lain parameter fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003). Indikator atau
tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa.
Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri patogen. Indikator yang umum digunakan pada pemeriksaan
pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 19
(Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen
Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen
Demand, COD).
Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan pengukuran dan
pencatatan debit air agar analisis hubungan parameter pencemaran air dan
debit badan air sungai dapat dikaji untuk keperluan pengendalian
pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2003).
Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam
badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu
badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi.
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan
interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air
lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai
berikut: (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan
reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya
terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan
hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992).
b. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik adalah bilangan yang menyatakan kemampuan
larutan cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung
keberadaan ion, total konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan
suhu saat pengukuran. Makin tinggi konduktivitas dalam air, air akan
terasa payau sampai asin. (Mahida, 1986).
c. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS) dan Total
Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS) Padatan total adalah
bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan
pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1989). Padatan yang terdapat di
perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel Tabel 1
Berikut:
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 20
Klasifikasi Padatan Diperairan Berdasarkan Ukuran Diameter
(Sumber: Apha, 2000)
Sugiharto (1987) mendefinisikan sebagai jumlah berat dalam air limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikro.
Total padatan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-
jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang
terbawa ke dalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam
perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan
menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer
perairan menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya
keseluruhan rantai makanan. Padatan tersuspensi yang tinggi akan
mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi
dan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga
mengahambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air
lainnya. Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu
biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang.
d. Kekeruhan
Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang.
Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel
suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri,
plankton dan organisme lainnya. Effendi (2003), menyatakan bahwa
tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 21
Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (
μm¿
Ukuran Diameter (mm)
Padatan Terlarut < 10 -3 <10 -6
Koloid 10-3 -1 10-6 – 10 -3
Padatan Tersuspensi >1 >10-3
3.6 Baku Mutu Lingkungan Hidup
Baku mutu lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar
mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai
unsure lingkungan hidup (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009),
sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat
energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air.
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan
hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, sehingga
dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya melestarikan fungsi air. Upaya
yang dilakukan adalah dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi
sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis yaitu dengan
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjaga agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas agar sesuai
dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air (Pemerintah Republik Indonesia, 2001).
Arti penting baku mutu lingkungan adalah untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, sebagai penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup serta
untuk pengendalian terhadap pencemaran lingkungan.
Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau
kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak cara untuk
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 22
melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, yaitu diantaranya
yang disajikan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003), tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, yaitu dengan Metoda Storet dan Metoda Indeks
Pencemaran.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi
masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air
untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas
jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Metode ini
menghubungkan tingkat pencemaran dengan dapat tidaknya air yang diperiksa
dipakai untuk penggunaan tertentu dengan nilai-nilai parameter tertentu.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 23
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sungai Desa Tingkulang, Kecamatan Tomini,
Kabupaten Parigi Moutong.
4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu thermometer dan bahan yang
digunakan yaitu kertas pH.
4.3 Prosedur Penelitian
Penelitian mengenai analisis tingkat pencemaran air sungai di Desa Tingkulang
ini, dengan menganalisis parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH.
Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik yaitu titik pertama daerah hulu, tengah
dan daerah hilir. Analisis ini dilakukan dengan melihat warna air sungai, bau dan
rasa kemudian mengukur suhu air dengan menggunakan thermometer dan
mengukur pH dengan menggunakan kertas pH pada masing-masing titik.
4.4 Metode Pengumpulan Data Dalam Menulis Karya Ilmiah
4.4.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini meliputi data
primer dan data sekunder yang terdiri atas :
1) Data Primer, berupa data hasil observasi atau data hasil pengukuran
dilapangan.
2) Data Sekunder, berupa data yang di peroleh dari buku-buku atau
literatur yang berhubungan dengan penulisan karya tulis ilmiah ini.
4.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data primer dan data
sekunder yaitu:
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 24
a. Teknik observasi, digunakan untuk mengamati secara langsung
kondisi dilapangan dengan menganalisis parameter fisiknya.
b. Studi literatur, mencari informasi dari buku-buku dan dari internet yang
dapat menunjang penyusunan karya tulis ilmiah ini.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 25
1 Titik 1
Warna
Bau
Rasa
Suhu
pH
Bening
Tidak berbau
Tawar
25oC
7
2 Titik 2
Warna
Bau
Rasa
Suhu
pH
Bening
Tidak Berbau
Tawar
26oC
7
3 Titik 3
Warna
Bau
Rasa
Suhu
pH
Agak kuning
Agak berbau
Tawar
29oC
8
5.2 Analisis pencemaran air sungai
Pencemaran atau polusi adalah keadaan yang telah berubah dari bentuk asal
kekeadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk dari kondisi asal kekondisi
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 26
buruk dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau
polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun atau
toksik yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksitas atau daya racun dari
polutan itulah yang menjadi pemicu terjadinya pencemaran. pH merupakan
derajat keasaman. Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik
dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC. Chemical Oxygen Demand (COD) atau
kebutuhan oksigen yaitu oksidasi secara kimiawi dengan menggunakan kalium
bikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat. DO adalah kandungan
oksigen terlarut. Konduktifitas merupakan daya hantar listrik. Resistifitas
merupakan tahanan jenis penghantar dan TDS (Total Dissolve Solid) yaitu
ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic).
Desa Tingkulang merupakan daerah yang kaya dengan air bersih, karna
didaerah ini memiliki aliran sungai yang dapat menjangkau atau dapat memenuhi
semua kebutuhan air bersih dari penduduk desa. Namun saat ini telah menjadi
kebiasaan masyrakat desa membuang sampah rumah tangga disungai bahkan
membuat aliran air got yang pembuanganya menuju kesungai. Jika hal ini terus
terjadi, lama kelamaan air akan tercemar dan akan memiliki dampak terhadap
penduduk desa kinopasan sendiri. Dan air sungai didesa tersebut kadang banjir
disaat musim penghujan.
Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab
pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya
pencemaran air ini juga memberikan dampak dan akibat merugikan bagi
manusia itu pula. Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa
sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah
sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri seperti sisa sayuran,
buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas,
plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah
anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Selain sampah
organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 27
potensial mencemari air. Karena saat ini hampir setiap rumah tangga
menggunakan deterjen.
Pengambilan sampel analisis tingkat pencemaran air sungai ini dilakukan ditiga
titik yaitu, daerah hulu, tengah dan hilir. Dengan menganalisis parameter fisik
yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH. Pengukuran pH dilakukan untuk
menentukan derajat keasaman air sungai. Suatu larutan dapat dikatakan asam
jika pH lebih besar dari 7, dikatakan basa jika pH kurang dari 7 dan dikatakan
netral jika pH nya sama dengan 7. Asam adalah zat yang dalam air akan
melepaskan ion H+. Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), dan
basa adalah ion yang dalam air melepaskan ion OH−¿¿.
Pada titik pertama atau daerah hulu warna airnya bening, tidak berbau, rasanya
tawar dan pH = 7. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa air pada daerah
hulu belum tercemar karna masih memiliki pH netral dan parameter fisiknya
masih memenuhi syarat untuk kebutuhan air bersih. Begitu pula untuk titik kedua
atau daerah tengah hasil yang diperoleh sama dengan titik pertama atau daerah
hulu, sehingga air dititik kedua dapat dikatakan belum tercemar. Dan dititik ketiga
atau daerah hilir warna airnya agak kuning, agak berbau rasanya tawar dan PH
= 8. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa air pada daerah hilir telah
tercemar. Karena warna airnya telah berubah dan agak berbau. Standar air
bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari – hari yaitu warna airnya
bening, tidak berbau dan rasanya tawar. pH air pada daerah hilir ini yaitu 8, hal
ini berarti air sungai pada daerah hilir lebih bersifat asam. pH air pada daerah
hilir ini telah berubah karena telah tercemar dengan larutan garam atau pun
detergen. Dan pada saat musim penghujan sungai ini akan banjir. Hal ini
menunjukkan bahwa ada aktivitas manusia yang merusak hutan, sehingga ketika
hujan tidak ada lagi pepohonan yang dapat menahan aliran air dari
pengunungan.
5.3 Cara Penanggulangan pencemaran air
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 28
Desa Tingkulang merupakan salah satu desa yang penghasil kakao dan kelapa
tertinggi didaerah Parigi Moutong khususnya dikecamatan Tomini. Setelah
kelapanya diolah menjadi kopra maka tempurung kelapa sering dibuat arang.
Dalam menanggulangi pencemaran air ini, arang tempurung kelapa dapat
digunakan sebagai karbon aktif, karena arang tempurung kelapa termasuk arang
yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka, dengan demikian gaya
absorbsi menjadi lebih besar. Pori-pori arang aktif tersebut bersifat menyerap.
Dan air sungai didaerah ini juga sering banjir ketika musim penghujan sehingga
air berubah warna menjadi coklat, untuk menanggulangi hal ini dapat dilkukan
penyaringan / filter. Alat filtrasi atau penyaring antara padatan atau koloid
dengan cairan. Air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung
butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka
bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Untuk
pencegahan banjir disaat musim penghujan yaitu dapat dilakukan penanaman
pohon kembali (Penghijauan).
BAB VI
PENUTUP
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 29
6.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi dan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pencemaran air disungai Desa Tingkulang tingkat pencemaranya masih
rendah, dari ketiga titik yang digunakan sebagai sampel hanya titik ketiga
yang telah tercemar.
2. Proses penyaringan air yang tercemar di Desa Tingkulang dapat diatasi
dengan media arang tempurung kelapa, karena arang tempurung kelapa
merupakan arang aktif dan memiliki pori yang bersifat menyerap, sehingga
gaya absorbsi lebih besar.
3. Banjir yang sering terjadi didaerah ini saat musim penghujan akibat dari
penebangan pohon (illegal logging). Sehingga ketika hujan tidak ada lagi
pepohonan yang dapat menahan aliran air dari pengunungan. Hal ini dapat
diminimalisir yaitu dengan melakukan penanaman pohon (penghijauan)
kembali.
6.2 Saran
Dari hasil analisis dan penyusunan KTI ini, penulis mengakui masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 30
semua pihak yang sifatnya membangun guna untuk kesempurnaan penyusunan
KTI ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Priadi, 2008, Prediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia- Fisik dan Metrik Bentik Makroinvertebrata, Bandung.
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 31
Juandi, 2009, Analisis Pencemaran Limbah Berdasarkan Nilai Resistivitas, Riau.
Syamsul Bahri, 2009, Analisis kualitas air sungai secara cepat menggunakan makrobenthos disungai cikapuntung, Bandung.
Yekti Prihati, 2008, Analisis kualitas air sungai krakat di kabupaten sragen dengan indicator nilai coliform fecal setelah diberi perlakuan tanaman enceng gondok (Eichhrnia crassipes Mart. Solms), Surakarta.
LAMPIRAN
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 32
Gambar 1. Sungai Desa Tingkulang Gambar 2. Tumbuhan/Pepohonan
sekitar sungai
Gambar 3. Analisis Warna Air Sungai Gambar 4. Analisis Bau Air Sungai
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai dengan Paramete Fisik) 33