bab i kti bagan asahan

7
BAB I PENDAHULUAN 1.2 Pendahuluan. Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa. Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman dahulu, manusia sudah berabad-abad hidup bersama dengan kuman tuberkulosis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-tulang kerangka di Mesir. Demikian juga di Indonesia, yang dapat kita saksikan dalam ukiran-ukiran pada dinding candi Borobudur. Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 – 1991 tercatat peningkatan jumlah kasus TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan Eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Annual Risk Infection ditahun 1980 1985 dinegara-negara Asia Tenggara diperkirakan sekitar 2% yang berarti terdapat insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000 penduduk. Tahun 1987 di Singapura terdapat 62 kasus per 100.000 penduduk, dengan rata- rata penurunan tahunan 5,7% sejak tahun 1959. Brunei Darussalam dengan angka kematian 8,5 kasus per 100.000 penduduk dengan insiden BTA (+) 84 kasus per 226.000 penduduk. Sedangkan Filipina ditahun 1981 – 1983 memperkirakan prevalensi BTA (+), 0,95%. Berdasarkan data dari SEAMIC Health Statistic tahun 1990,

Upload: dwi-feri-hariyanto

Post on 28-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PH

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Kti Bagan Asahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Pendahuluan.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman mikobakterium

tuberkulosa. Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.

Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman dahulu, manusia sudah

berabad-abad hidup bersama dengan kuman tuberkulosis. Hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-tulang kerangka di Mesir. Demikian

juga di Indonesia, yang dapat kita saksikan dalam ukiran-ukiran pada dinding candi

Borobudur.

Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB dengan

49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 – 1991 tercatat peningkatan jumlah

kasus TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan Eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta

kasus TB dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.

Annual Risk Infection ditahun 1980 – 1985 dinegara-negara Asia Tenggara

diperkirakan sekitar 2% yang berarti terdapat insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000

penduduk. Tahun 1987 di Singapura terdapat 62 kasus per 100.000 penduduk, dengan rata-

rata penurunan tahunan 5,7% sejak tahun 1959. Brunei Darussalam dengan angka kematian

8,5 kasus per 100.000 penduduk dengan insiden BTA (+) 84 kasus per 226.000 penduduk.

Sedangkan Filipina ditahun 1981 – 1983 memperkirakan prevalensi BTA (+), 0,95%.

Berdasarkan data dari SEAMIC Health Statistic tahun 1990, penyakit tuberkulosis penyebab

kematian no. 10 di Thailand tahun 1989 dan menduduki urutan ke 4 di Filipina pada tahun

1987. Menurut Global TB – WHO, 1998 saat ini pusat dari epidemi TB berada di Asia

dengan terdapat 4,5 juta dari 8 juta kasus yang diperkirakan terdapat di dunia atau 50%

kasusnya di 6 negara yaitu India, Cina, Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan Filipina.

Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di dunia setelah India

dan Cina.

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI,

tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut SKRT tahun 1980 TB

menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB menempati urutan nomor 2

sesudah penyakit sistem sirkulasi.

Page 2: BAB I Kti Bagan Asahan

Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari seluruh

kelompok usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan masalah

kesehatan masyarakat Indonesia.Pembuatan diagnosis tuberkulosis paru kadang-

kadangsulit, sebab penyakit tuberkulosis paru yang sudah berat dan progresif, sering tidak

menimbulkan gejala yang dapat dilihat/dikenal; antara gejala dengan luasnya penyakit

maupun lamanya sakit, sering tidak mempunyai korelasi yang baik. Hal ini disebabkan

oleh karena penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit paru yang besar (great

imitator), yang mempunyai diagnosis banding hampir pada semua penyakit dada dan

banyak penyakit lain yang mempunyai gejala umum berupa kelelahan dan panas.

Walaupun penyakit ini telah lama dikenal, obat-obat untuk menyembuhkannya belum lama

ditemukan, dan pengobatan tuberkulosis paru saat ini lebih dikenal dengan sistem

pengobatan jangka pendek dalam waktu 6–9 bulan. Prinsip pengobatan jangka pendek

adalah membunuh dan mensterilkan kuman yang berada di dalam tubuh manusia. Obat

yang sering digunakan dalam pengobatan jangka pendek saat ini adalah isoniazid,

rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol

1.2 Latar Belakang

Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut

Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan

normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara

Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel

agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan

antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh

tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan

fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel

tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus menerus.

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang

merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit yang biasanya

ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi

yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya

bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain

yang ada didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli

Page 3: BAB I Kti Bagan Asahan

yang terjadi melalui aliran darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh

mengalami reaksi alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya.

Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi

positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC tidak mendapatkan pengobatan dan

perawatan yang tepat, maka penderita akan mengalami gangguan pemenuhan oksigen,

kerusakan pada paru yang luas, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi,

peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi

oksigen sekunder akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai gejala yang membahayakan bagi

orang lain yaitu penularan. Penularan bisa melalui bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh

Gede Yasmin Asih, keperawatan medikal bedah. System pernafasan 83, 2004 ).

Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia. Total seluruh kasus TB tahun

2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 3709

adalah kasus TB kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh.

Prevalensi penyakit TB paru di indonesia pada tahun 2011 sebesar 289/100.000 penduduk,

dan insidennya sebesar 189/100.000 penduduk serta angka kematian akibat penyakit TB paru

mencapai 27/100.000 penduduk. (profil P2PL, kemenkes 2011)

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012, diperhitungkan sasaran penemuan TB paru BTA

(+) di provinsi Sumatra utara adalah sebesar 21.145 jiwa, dan hasil cakupan penemuan kasus

baru TB paru BTA (+) yaitu 17.459 kasus. (profil kesehatan Sumatra Utara 27, 2012)

Prevalensi penyakit TB paru di kabupaten Asahan terus meningkat dari tahun ke tahunnya,

dari jumlah penderita BTA (+) 259 orang atau dengan IR 0,28 per 1000 penduduk pada tahun

2000, meningkat menjadi 278 orang atau dengan IR 0,29 pada tahun 2001 dan pada tahun

2002 meningkat menjadi 290 penderita. Tahun 2003 meningkat menjadi 483 penderita dan

pada tahun 2004 terus meningkat menjadi 713 penderita.

Puskesmas Kecamatan Bagan Asahan, diketahui jumlah penderita TB paru BTA positif

periode tahun 2012 sebanyak 6 orang, sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita TB paru

BTA positif sebanyak 20 orang. Dari data ini terlihat jelas terjadinya kenaikan penderita TB

paru BTA positif. (Profil puskesmas bagan asahan, 2013)

Peran serta keluarga sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan TBC. Keluarga dalam

proses penyembuhan diharapkan juga memberikan dukungan moral dengan tidak

mengasingkan anggota keluarga yang menderita penyakit TBC, mengawasi minum obat

secara rutin dan teratur karena pengobatan TBC memerlukan waktu yang cukup lama 6-8

bulan dan dikhawatirkan penderita akan bosan untuk mengkonsumsi obat dikarenakan waktu

yang cukup lama dan mengalami putus asa, sehingga dapat mempengaruhi kesembuhan.

Page 4: BAB I Kti Bagan Asahan

Tersedianya biaya untuk pengobatan, lingkungan yang bersih, penerangan yang cukup,

ventilasi udara, nutrisi yang baik, kemampuan keluarga merawat penderita TBC akan

mempercepat kesembuhan bagi klien yang menderita TBC.

Mengingat banyaknya masalah dan penyebab yang terjadi dalam keluarga yang mempunyai

masalah TBC, sehingga perlu ditanggulangi dan dipecahkan bersama.

1.3 Perumusan Masalah

Dari indentfikasi masalah,sehingga peneliti merumuskan masalah penelitian tentang,

”Apakah ada hubungan gejala klinis penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan sputum di

wilayah kerja Puskesmas Bagan Asahan”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gejala klinis penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan

sputum di wilayah kerja puskesmas bagan asahan.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gejala klinis penderita +TB paru di wilayah kerja puskesmas

bagan asahan.

a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan sputum di wilayah kerja puskesmas.

1.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1 Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan, khususnya bagi para penderita mengenai bahaya penyakit

TB paru dan sebagai salah satu sumber informasi tentang penyakit TB paru.

2 Bagi Puskesmas Bagan Asahan

Sebagai bahan pertimbangan pada Puskesmas tentang hubungan gejala klinis

penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan sputum di wilayah kerja Puskesmas

Bagan Asahan.

3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi peneliti

selanjutnya.