bab i konsep alam (2)
DESCRIPTION
konsep alamTRANSCRIPT
BAB I
KONSEP ALAM :
Mengenal Allah Melalui Kajian tentangRelasi antara Hukum Alam dengan Hukum Agama
Penulis :Dr. Asep Zaenal Ausop, M.Ag
Editor ahli :1. Prof. Ir. Hermawan K. Dipoyono, Ph.D (Guru Besar Fisika ITB)
2. Prof. Dr. Thomas Jamaluddin (Guru besar astronomi ITB)3. Dr. Yedi Purwanto, M,Ag (Dosen Agama Islam ITB)
1
Karakter yang mau dibangun dengan bab “KONSEP ALAM : Relasi antara Hukum Alam dengan Hukum Agama” ini adalah (1). Kekaguman terhadap Allah Dzal Jalalah sebagai pencipta alam ini sekaligus melahirkan sikap rendah hati (2). Mengenal Allah melalui pemahaman tentang alam yang bersifat profan dan sebagai objek studi. (3). Syukur Nikmat kepada Allah yang telah memberikan isi bumi dan langit untuk bekal hidup manusia (4). Pemahaman tentang keberadaan hukum Allah serta relasi hukum Alam dan Hukum Agama (5). Kesadaran dan keimanan bahwa manusia harus menaati hukum alam dan hukum Alqur’an sekaligus (6). Semangat untuk melakukan kajian tentang hubungan antara sains dan ilmu dirasah Islamiyah (7). Motivasi dan semangat untuk mengkaji hukum alam dan hukum agama dalam mengembangkan sainteks dan dirasah Islamiyah (8). Motivasi tinggi untuk menghasilkan karya-karya unggul yang bermanfaat bagi orang banyak. Dengan delapan point ini mudah-mudahan pembaca bisa mengenal Allah lebih dekat. Amin.
1. Hakikat dan Karakteristik Alam
Kita sering mengucapkan lafadz : Al-hamdu li Allahi rabb al-‘alamin yang artinya
“Segala puji bagi Allah, Tuhan Pengurus sekalian alam”. Allah adalah rabb yakni sebagai
pencipta, pemelihara, sekaligus pengatur alam, sedangkan selain Allah adalah alam. Jadi
hakikat alam adalah segala ciptaan Allah swt. Alam adalah makhluk (yang diciptakan)
sedangkan Allah adalah Al-khalik (Pencipta) dan Allah adalah al-Badi’ (Yang Maha
Mencipta). Alam adalah Maha Karya Allah yang Maha Sempurna.
Alam memiliki beberapa karakteristik yang pada esenisnya alam bersifat TAWHIDI,
rinciannya sbb :
Profan1 : Alam itu profan (tidak suci, tidak sakral, tidak sial) berbeda dengan
pandangan Taoisme, Buddhisme Mahayana, Hinduisme yang memandang alam
sebagai sesuatu yang suci bahkan alam dianggap Tuhan atau Realitas Puncak atau
Yang Mutlak. Misalnya agama Hindu meyakini bahwa sapi itu hewan suci yang harus
dihormati tetapi menurut Islam sapi itu sama saja dengan kerbau, boleh disembelih
dan boleh dimakan. Kaisar Jepang dalam pandangan Shinto adalah putra dewa
matahari tetapi dalam pandangan Islam kaisar itu manusia biasa yang suka makan dan
minum, mengantuk dan tidur, sakit dan mati. Dalam pandangan agama Sunda
Wiwitan, padi itu sangat suci dengan dewi Sri sebagai simbolnya sehingga tidak boleh
menumbuk padi pada hari Rabu Wekasan. Pada kepercayan Kejawen, bulan Safar
adalah bulan sial (tidak baik) sehingga tidak boleh menikah di bulan Safar. Di
Kraton Surakarta, ada kerbau besar dan berkulit bule bernama Kyai Slamet yang
dianggap suci. Pada malam satu Syura pukul 24.00, kerbau itu diarak keliling keraton,
orang-orang berebut beraknya untuk dijadikan azimat.
Dalam agama Naturalistik alam itu dianggap misteri, ditakuti dan dihormati, tetapi
dalam Islam, alam itu harus dijamah, pegubahannya memerlukan campur tangan
manusia. Islam memandang bahwa alam dalam semua seginya adalah profan, yang
suci hanyalah Allah SWT, la ilaha illallah (QS. Ali Imran [3] : 18), menisbahkan
kesucian kepada alam adalah syirik, menjadikan makhluk sebagai bagian dari Tuhan
adalah syirik (QS Az-Zukhruf [43] :15), meminta bantuan kepada selain Allah adalah
1 Atlas Budaya Islam, p. 347-350
2
syirik (QS. Az-Zumar [39] : 43). Dalam Islam menisbahkan kesucian kepada yang
profan adalah perbuatan yang paling tercela.
Diciptakan dari ketiadaan 2 : Alam wujud bukan wujud dengan sendirinya tetapi
diciptakan oleh Allah dengan perintahNya (QS. Yunus [10] : 24), diciptakan dari
ketiadaan (QS. Al-Baqarah [2] : 118, QS Ali Imran [3] : 47). Seorang mukmin tidak
boleh memiliki keyakinan bahwa alam telah wujud sejak zaman azali.
Memiliki Keteraturan yang disengaja : Alam ini berada dalam keteraturan yang
Allah ciptakan, alam bukan mengatur dirinya sendiri tetapi dengan sengaja diatur oleh
Allah swt. Di dalamnya terdapat sistem sebab akibat yang lengkap, integral, tak
bercacat dan tak berjurang (QS. Al-Muluk [67] : 3-4), keteraturan ini akan tetap
seperti itu karena pola-pola Tuhan bersifat abadi (QS. Al-Fath [48] : 23).
Bertujuan dan bermanfaat: Allah tidak menciptakan apapun kecuali dengan ukran,
taqdir dan peran (QS. Al-Furqan [25] : 2 dan Al-A’la [ 87] : 3), tidak main-main tetapi
bertujuan (QS. Ad-Dukhan [44] : 38 dan Al-Anbiya [21] : 16). Tujuan penciptaan
satu persatu bagian dari alam ini bisa diketahui dengan jelas, bisa juga tersembunyi.
Dalam hal ini, tujuan penciptan manusia sudah jelas yakni untuk beribadah kepada
Allah (QS. Asdz- Dzariyat [51] : 56). Selanjutnya manusia sebagai bagian dari alam
ini memiliki hubungan yang integral dengan sub sistem alam lainnya, semuanya
saling ketergantungan.
Bermanfaat :“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (alam) dengan sia-
sia” (QS. Ali Imran [3] : 191), misalnya, dahulu buah mengkudu yang bau dan pahit
itu tidak dilihat sebelah mata karena dianggap tidak bermanfaat sama sekali, tetapi
sekarang orang mengetahui bahwa buah mengkudu itu banyak manfaatnya terutama
untuk obat. Dahulu orang merasa jijik dengan lintah, hewan air ini dianggap tidak
bermanfaat sama sekali, tetapi sekarang lintah dicari orang dan dipelihara antara lain
untuk pengobatan. Lintah sengaja ditempelkan di bagian tubuh tertentu untuk
menyedot limbah darah atau oksidan, bahkan ditempelkan di lidah untuk menyedot
limbah darah yang menggumpal pada saluran darah ke jantung. Coba perhatikan lagi
tentang manfaat sidik jari, DNA, dan golongan darah. “Ya Tuhan kami, tiadaklah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia “ (QS. Ali Imran [3] : 191). Semakin diteliti
akan semakin terbukti betapa hebatnya Allah Subhana wa Ta’ala.
2 Atlas Budaya, p.348
3
Baik dan Indah : Semua ciptaan Allah pasti baik dan indah. Perhatikan ribuan
species ikan, ulat, kupu-kupu, burung, dan cacing. Perhatikan pula ribuan species
tumbuhan, baik pohon-pohon kayu, bunga-bungaan, buah-buahan, maupun sayur-
sayuran. Semuanya baik, indah, cantik, menarik, mempesona, dan mengagumkan.
Sungguh Allah adalah Al-Mushawwir (Maha Menggambar, Maha Melukis dan Maha
Menciptakan rupa makhluk), Allah Maha Cantik, subhanallah. Kumpulkan ribuan
profesor biologi, lalu suruh mereka bekerjasama untuk membuat seekor cacing saja,
berikan waktu secukupnya, pasti tidak mampu. ”Allah yang telah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb yang Maha
pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang”. (QS. Al-Muluk [67]: 3).
Patuh kepada hukum Allah : Matahari dan benda angkasa lainnya taat kepada Allah
antara lain beredar pada porosnya. Lihat pula hewan, tumbuhan, air, dan udara, juga
sangat taat tunduk patuh kepada hukum Allah, baik terpaksa maupun sukarela (QS.
Al-Qashash 28 : 83). Dialah Allah sebagai Al-Qahhar (Maha Menaklukan).
Memiliki sistem sendiri-sendiri : Semua ciptaan Allah memiliki sifat dan sistem
sendiri-sendiri yang melekat pada dirinya. Hewan, tumbuhan, air, batu, tanah dan
lain-lain memiliki sistem sendiri-sendiri. Perhatikan bagaimana seekor singa bisa
secara efektif membunuh mangsanya yang besar, bagaimana ular mencari mangsa di
malam hari dengan menggunakan sensor pencari panas, bagaimana sistem kehidupan
tawon dan semut dalam membina kerajaannya termasuk memenej bahan pangan,
bagaimana tanah menjadi filter racun yang ada pada air, dan banyak lagi hal lainnya,
yang apabila kita perhatikan secara cermat, kita akan berdecak kagum tanpa henti
kepada Allah Azza wajalla sebagai Pencipta yang Maha Kreatif dan Maha Cerdas,
Allahu Akbar.
Dapat dipelajari : sifat atau sistem yang ada pada alam, baik pada manusia, hewan,
tumbuhan, maupun pada benda-benda abiotik, bersifat tetap, pasti dan
objektif :”Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat pergantian bagi sunnah Allah,
dan sekiali-kali akan menempui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”, (QS Fathir
[36]: 43). Karena ciptaan Allah tidak berubah-ubah maka dapat dipelajari. Dari hasil
penelitian itu, dibuatlah rumus, prinsip, kaidah atau teori. Alqur’an mendorong
mukminin untuk melakukan penelitian :”Maka apakah mereka tidak memperhatikan,
bagaimana unta diciptakan, dan langit bagaimana ia ditiggikan, dan gunung-gunung
4
bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan” (QS. Al-Ghasyihah
[88] : 17 – 20 ). Ilmu para peneliti jauh lebih dalam daripada orang-orang yang hanya
mengutif informasi tentang sains dari orang lain.
Berpasang-pasangan : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan dan dari diri mereka, maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui (QS. Yasin [36] : 36), misalnya malam dan siang,
pria dan wanita, sedih dan gembira, berani dan takut, antara penyakit dengan obatnya,
dll. Materi pun diciptakan berpasang-pasangan dengan anti meteri, elektron
bermuatan positif dan proton bermuatan negatif. Setiap partikel memiliki anti partikel
dengan muatan yang berlawanan.3
Berkeseimbangan (tawazun) : Seimbang antar jumlah manusia dengan bahan
makanan yang disediakan oleh Allah, jadi jika terjadi kepalapan, itu karena
ketidakadilan sebahagian manusia terhadap manusia lainnya. Terjadi juga
keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri buruk di dalam perut, kolesterol baik
dan buruk, sel darah putih dengan sel darah merah, hewan pemangsa dan yang
dimangsa, dan lain-lain. Kalau kemudian terjadi ketidak seimbangan pada alam, itu
karena ulah manusia yang sok tahu, atau tahu tetapi menghianati ilmunya. Orang yang
merusak alam disebut fasid (destroyer).Naudzu billahi min dzalik.
Integratif, sistemik, hierarkis dan centralistik. Disebut integratif, karena alam
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Sistemik, karena antara satu
dengan yang lainnya saling keterkaitan, berhubungan, inter connect dan saling
ketergantungan sebagai sebuah sistem. Hierarkis, yakni bertingkat, tingkatan yang
paling tinggi adalah manusia. Centralistik, yakni semua berpusat kepada kekuasaan
Allah. Dalam pengertian lain, centralistik berarti apapun yang Allah ciptakan adalah
untuk manusia. Manusia wajib mengelola alam dengan sebaik-baiknya. Bekal untuk
dapat mengelola alam adalah kemauan, perasaan, pemikiran dan akal manusia. Allah
memberikan pendengaran, penglihatan dan qalbu. Karunia Allah ini harus digunakan
oleh manusia untuk mengelola alam. Apabila ada orang yang tidak menggunakan
karunia Allah ini untuk mengelola alam maka orang tersebut pantas dihukum.
Berubah, rusak dan hancur (fana) : alam itu terkena rusak dan akhirnya punah (QS.
Al-Qashash [28] : 88). Langit dan bumi dengan segenap isinya akan hancur di bawah
semua relativitas ruang dan waktu (QS. Hud [11] : 7, QS. Al-Ahqaf [46] : 3). Oleh
3 Baca karya Ilmuwan Inggris Paul Dirac, pemenang Piala Nobel Fisika, 1933.
5
karena itu seorang mukmin harus siap-siap dalam menghadapi alam karena alam itu
bermula dari tiada dan akan kembali kepada tiada. Tidak ada alam yang bersifat abadi
(baqa); muda menjadi tua, kulit kencang menjadi keriput, segar menjadi busuk, dan
lain-lain. Bagaimana dengan surga, neraka dan ruh bukankah semuanya abadi, tiada
berakhir ?. Ya betul, tetapi surga, neraka dan ruh adalah makhluk yang berawal
walaupun tiada akhir, atau bersifat baqa aradhi, sedangkan Allah swt sebagai
pencipta alam bersifat baqa hakiki, yakni tiada awal dan tiada akhir.
Itulah karakteristik alam sehingga kita bisa mempelajari dan memanfatkan alam untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan umat manusia dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
2. Ragam Alam
Allah telah menciptakan alam yang sangat beragam dan dalam jumlah jenis dan items
yang sangat spektakuler, itulah mengapa Allah disebut al-Mushawwir (Maha Penggambar).
Penciptaan alam ini berlangsung dalam tempo enam hari.4 Enam hari di bumi adalah 6 x 24
jam, berbeda dengan 6 hari di langit “Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu seperti seribu
tahun menurut hitunganmu” (QS. Al-Hajj [22] : 47). Di langit ketujuh lebih lama lagi,
takarannya satu hari sama dengan 50.000 tahun, ”Malaikat-malaikat dan Jibril naik
(menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. Al-
Ma’arij [70]: 4). Kata Einstein, waktu itu relatif.
Dari sisi besarannya, alam terbagi dua yakni alam makro dan alam mikro. Dari sisi
hayatinya alam terbagi dua yakni alam biotik dan alam abiotik. Dari sisi sifatnya alam terbagi
dua menjadi alam syahadah dan alam ghaib. Dari sisi fungsinya, alam terbagi dua yakni alam
fisik dan alam spirit.
Alam mikro adalah makhluk kecil seperti sel; baksil, bakteri, virus, dan sel sperma.
Ukuran sperma adalah 600 milimicron setara dengan satu centimeter dibagi 600, sedangkan
virus HIV kecilnya 1000 milimicron setara dengan satu centimeter dibagi 1000. Jadi kalau
ada iklan menyarakan : “Jauhi HIV gunakanlah kondom” itu iklan yang menyesatkan, karena
kondom itu efektif untuk menyaring sperma tetapi tidak akan mampu menyaring virus HIV.
4 Dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. (QS. 11 : 7). Di dalam surat al-Hajj, satu hari menurut Allah sama dengan 1000 tahun hitungan manusia, sedangkann di dalam QS. Al-Ma’arij, satu hari sama dengan 50.000 tahun. Menurut ahli geofisika (yang mendasarkan hitungannya kepada pemnbentukkan batu dan sungai), satu periode sama dengan 600 tahun, sedangkan menurut ahli astronomi, berdasarkan pergerakan bintang, comet, satu periode bisa mencapai 6 milyar tahun.
6
Alam makro adalah alam besar, yakni bumi dan langit (termasuk planet, galaksi, dan
cluster). Di langit terdapat triliunan bintang. Bintang yang paling dekat ke bumi adalah
bintang kuning, disebut asy-syamsu atau matahari, besarnya lk 120 kali bumi. Jadi matahari
itu sebenarnya bintang, kalau begitu matahari bukan satu tetapi amat banyak. 100 sampai 300
milyar bintang dalam satu gugusan disebut galaksi. Ada galaksi Milky Way atau Bima Sakti,
Andromeda, Messier, dll. Gugusan galaksi disebut Cluster. Satu Cluster berisi 100 sampai
300 milyar galaksi. Apabila seseorang mau menempuh perjalanan dari sebuah galaksi ke
galaksi ujung, diperlukan waktu 100 milyar tahun cahaya. Kecepatan cahaya adalah 300.000
km / detik. Kalau begitu, apabila seseorang mau ke ujung galaksi, ia harus mempunyai umur
minimal 100 milyar tahun dan menggunakan kendaraan berkecepatan cahaya.
Langit itu ada tujuh (sab’a samawat) yang berlapis (thibaqa) . Akan tetapi, kata tujuh
bisa bermakna hakiki atau harfiyah, bisa juga bermakna majazi (kiasan) yakni saking
banyaknya, saking lamanya, seperti kata-kata berikut ini : Ini harta tidak akan habis oleh
tujuh turunan, ini pesta tujuh hari tujuh malam, aku akan membela cintaku meskipun harus
menyeberangi tujuh samudera, putriku harus mandi dengan tujuh bunga dan air di tujuh
sumur, pusing tujuh keliling, eta aki-aki tujuh mulud (bahasa Sunda). Setelah langit ke tujuh,
area berikutnya adalah Sidratul Muntaha yakni ujung yang paling ujung atau ujung absolut,
yakni Arasy. Di dekat Arasy inilah ada surga.
ن�ت�ه�ى ة� ال�م� د�ر� ند� س� ى ع� ر� ل�ة( أ�خ� ء�اه� ن�ز� د� ر� ل�ق� و�
و�ىأ� ن2ة� ال�م� ا ج� ند�ه� ع�
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal”
Jadi luas surga itu seluas langit dan bumi. Arasy sebagai bagian terluar dari alam ini
pasti luasnya meliputi segenap langit dan bumi, bahkan luasnya luas absolut tanpa batas
(wallahu a’lam). Di Arasy inilah Allah bersemayam. Al rahman ‘ala arsy istawa (QS. 20/
Thaha : 5 ). Allah mengatur alam semesta tanpa kecuali. Dalam hal ini, jangan sekali-kali
mempersamakan Allah dengan seorang raja manusia yang duduk di sebuah kursi pada satu
titik yang terikat dengan tempat ruang dan waktu sebab Allah itu immaterail. Subhanallah.
Bumi hanyalah satu noktah kecil di antara triliunan bintang dan benda angkasa
lainnya di dalam sistem alam raya yang amat luas, bumi tak ubahnya debu. Sudah amat kecil
debu terbagi-bagi lagi menjadi lima benua. Rakyat Indonesia menempati benua Asia, itupun
7
hanya Asia Tenggara bahkan hanya Indonesia. Selanjutnya Indonesia dibagi-bagi menjadi
provinsi, kota kabupaten, kecamatan, kelurahan, RW dan RT, akhirnya kita hanya kebagian
satu rumah. Jadi kalau bumi ibarat debu, maka rumah kita adalah debunya debu. Masya
Allah. Pantaskah kalau manusia menyombongkan diri ?
Alam biotik dan abiotik :
Allah menciptakan alam biotik atau makhluk hidup. Ada lima spicies makhluk biotik
yakni malaikat yang dibuat dari cahaya, jin yang dibuat dari api, manusia yang dibuat dari
tanah, hewan dan tumbuhan. Adapun selain dari itu termasuk alam abiotik seperti matahari,
bumi, batu, air, dll.
Alam syahadah dan alam gaib :
Alam syahadah atau alam konkret adalah alam yang dapat dijangkau dengan
pancaindera dengan segala alat bantunya. Alam syahadah ini terbagi dua, yakni alam hidup
dan alam tidak hidup (biotik dan abiotik). Alam syahadah yang biotik antara lain manusia,
hewan, tumbuhan, sedangkan alam syahadah abiotik antara lain air, api, udara, batu, dan
tanah.
Alam gaib adalah alam yang tidak dapat dijangkau dengan panca indera dengan
segala alat bantunya. Alam gaib terbagi dua yakni gaib nisbi dan gaib mutlak. Gaib nisbi
(relatif) adalah sesuatu itu gaib bagi orang secara umum tetapi tidak gaib orang-orang tertentu
seperti jin dan malaikat. Adapun alam gaib mutlak adalah gaib bagi seluruh makhluk tanpa
keciali, yakni apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam hal ini, tidak ada satu
makhluk pun, termasuk nabi dan para malaikat yang dapat mengetahui hari esok.
Subhanallah.
Hari esok atau apa yang akan terjadi di masa depan adalah gaib mutlak, yang hanya
diketahui oleh Allah. “Dan kepunyaan Allah apa yang gaib di langit dan di bumi. Hanya
kepada-Nyalah semua urusan dikembalikan”.(QS. Hud [11] : 23). Nabi Muhammad saw
misalnya tidak mengetahui sebelumnya bahwa ia akan terluka di dalam perang Uhud.
Malaikat pun tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi, bagaimana nasib seseorang di
masa depan, dll. Hanya Allah yang mengetahui alam gaib mutlak. Jika ada orang datang ke
tukang ramal, paranormal, dukun, orang “pintar”, kiyai “ahli hikmah” dll untuk mengetahui
masa depan seseorang, baik melalui garis tangan, zodiak-zodiak atau bintang kelahiran, atau
8
lewat meditasi, itu adalah perbuatan syirik. Kenapa dianggap syirik ? sebab telah
mempersamakan makhluk dengan Allah dalam hal dapat mengetahui masa depan, wilayah
gaib mutlak.
Alam Fisik dan alam Ruh :
Dari perspektif yang lain, alam terbagi dua, yakni alam fisik dan alam spirit atau alam
ruh. Manusia memiliki dua dimensi alam, yakni jasad /fisik dan alam ruh/ spirit (nonfisik).
Ruh berbeda dengan nyawa. Nyawa berhubungan dengan hayat (hidup) dan al-maut
(kematian), sedangkan ruh, selain berhubungan dengan hidup dan mati, juga berhubungan
dengan kesadaran manusia (wallahu a’lam). Dalam hal ini, hewan mempunyai nyawa tetapi
hewan tidak mempunyai ruh.
Bayi dalam kandungan ibu, baru mendapatkan ruh pada usia 4 bulan, tetapi sebelum
itu, bayi sudah hidup. Menurut ahli biologi, kehidupan itu ada 9 level, yakni kehidupan
tingkat sel, jaringan, sistem jaringan, organ, sistem organ, individu, polulasi, komunitas, dan
ekosistem. Jadi sperma itu hidup, hidup level sel. Demikian pula bayi sebelum usia 4 bulan
sudah hidup, hidup dalam level jaringan, sistem jaringan, organ dan sistem organ. Ketika
berusia 4 bulan itulah Allah Swt meniupkan ruhNya.
9
A L A Madalah semua ciptaan Allah.
Alam adalah makhluk sedangkan Allah adalah
Khalik.
UKURAN:
Alam makro dan alam mikro
FUNGSI :
Alam Fisik dan alam Ruhani
SIFAT:
Alam Syahadah dan alam Ghaib
KAKAKTERISTIK ALAM
Profan atau tidak suci tidak sakral
Diciptakan dari ketiadaan Teratur Bertujuan Baik dan indah Memiliki sistem sendiri-
sendiri Dapat dipelajari Bermanfaat Patuh kepada hukum Allah Berpasang pasangan Berkeseimbangan
(Tawazun) Integratif, sistemik,
hierarkis dan centralistik Fana’
HAYATI :
Alam biotikAlam abiotik
Ragam alam
3. Perbedaan Fungsi Hukum Alam dan Hukum Agama
Alam ini sangat heterogen dengan sifatnya masing-masing. Supaya alam tertib dan
teratur maka Allah swt membuat seperangkat aturan (laws). 5 Aturan atau hukum Allah pada
dasarnya terdiri dari dua gugusan besar yakni hukum alam atau sunnatullah dan hukum
hukum agama atau syari’ah.
Semua alam fisik seperti langit, bumi, gunung, laut, tumbuhan, api, udara, dan tubuh
manusia diatur oleh hukum alam (sunnatulah). Contoh sunnatullah : permukaan air selalu
rata, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan air mendidih pada suhu 100 derajat
celcius. Sifat-sifat air seperti itu disebut sunnatullah. Demikian juga sifat-sifat udara, sifat
batu, dll. Sunnatullah atau hukum alam melekat pada alam itu sendiri dan tidak terdapat pada
ayat-ayat Alqur’an, oleh karena itu, hukum alam disebut hukum kauniyah (penciptaan), atau
hukum ghair mathluwi (hukum tidak tertulis).
Adapun hukum syari’ah berfungsi mengatur alam ruhani (spirit). Contoh hukum
syari’ah adalah perintah berdzikir, shalat, shaum, zakat, haji, larangan berzina, membunuh,
minum alkohol, dll. Hukum syari’ah disebut juga hukum kitabiyah, atau hukum Quraniyah,
atau hukum Mathluwwi (tertulis di dalam Alqur’an).
Hukum syari’ah ini berlaku bagi semua makhluk yang memiliki ruh dengan dengan
segala elemennya yakni kemauan (al-syahawat, willingnes ), perasaan (al-dzauq, feeling) dan
pemikiran (al-fikr, thinking). Manusia dan jin sebagai makhkuk yang berkemauan diatur oleh
hukum syari’ah, sedangkan malaikat yang tidak memiliki kemauan, tidak terkena aturan
syari’ah.
Menaati hukum alam dan hukum syari’ah akan berdampak baik, sebaliknya
melanggar kedua hukum tersebut pasti berdampak buruk. Dalam hal ini manusia dan jin
harus menaati hukum yang mana ? Manusia dan jin harus menaati kedua hukum tersebut
secara bersamaan.
Hal penting yang perlu dicatat, diingat dan dijadikan anggapan dasar bahwa , hukum
alam atau sunnatulah atau hukum kauniyah tidak mungkin bertentangan dengan hukum
Quraniyah. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di
segenap penjuru dan pada diri mereka, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alqur’an itu
5 Salah satu aturan Allah tentang alam adalah terjadinya siang dan malam. Allah menegaskan :”Sesungguhnuya dalam kejadian langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (bahan pemikiran) bagi orang yang beriman (QS. 3 : 190).
10
adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu” (QS. Fussilat [41] 53).
Selanjutnya, kita memahami bahwa manusia dan jin berbeda dengan hewan dan
tumbuhan karena manusia dan jin memiliki kebebasan memilih, jadi mereka boleh memilih
antara menaati atau melanggar hukum Allah. Kebebasan memilih ini membawa resiko baik
atau buruk, surga atau neraka. Adapun hewan tidak memiliki kebebasan memilih, oleh karena
itu apapun yang dilakukan hewan tidak ada resiko. Jadi apabila hewan “berzina”, ia tidak
terkena dosa, demikian pun jika ia “berinfaq” tidak akan mendapatkan pahala.
Supaya lebih jelas perhatikanlah uraian di bawah ini
Manusia adalah makhluk dua dimensi yakni dimensi fisik dan dimensi ruhani. Fisik
manusia harus sehat, oleh karena itu manusia memerlukan dokter untuk menjaga kesehatan
dan mengobatinya ketika sakit. Untuk mengetahui penyakit fisik, dokter harus belajar
puluhan tahun. Setelah tamat SMA, dia menyelesaikan sarjana medis, kemudian masuk
spesialis I, kemudian masuk spesialis II. Itu memakan waktu puluhan tahun, padahal dokter
hanya mempelajari sesuatu yang konkret, itu pun hanya sebahagian kecil dari tubuh manusia,
bukan dokter yang serba bisa. Pada umumnya, setiap dokter hanya memiliki satu keahlian
saja; dokter spesialis THT, dokter saraf, dokter kulit, dokter penyakit dalam, dokter mata,
dokter ahli jantung, dokter bedah, dokter kandungan, dokter anak, dll.
Demikian juga ruhani manusia perlu dirawat oleh dokter ruhani, yakni nabi dan para
ulama. Untuk mengetahui penyakit fisik saja, dokter harus belajar puluhan tahun, apalagi
untuk mengetahui penyakit ruhani yang nonmaterial, calon ulama perlu studi belasan tahun.
Jadi jika ada seseorang sudah terlanjur digelari ulama atau ustadz tetapi hanya belajar al-
Islam secara instant, keilmuannya perlu dipertanyakan. Selain itu, penyakit ruhani jauh lebih
sulit diobati daripada penyakit fisik sehingga wajar dan rasional apabila dampak buruk
penyakit ruhani jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik.
Ada lagi persoalan yang lebih rumit yang dihadapi oleh manusia yakni persoalan
metafisika yang ada di seputar ruh, seperti apa arti hidup ini ?, pergi ke mana ruh manusia
kalau ia mati ? apa itu alam qubur ? apa yang harus di bawa oleh manusia untuk bekal hidup
di alam akhirat ? dll. Oleh karena itu manusia sangat memerlukan bimbingan agama, karena
agamalah yang akan memberikan penjelasan dan petunjuk tentang semua persoalan
metafisika dan persoalan gaib yang diajukan.
Dengan bimbingan wahyu Alqur’an, manusia akan banyak mengetahui tentang Allah,
malaikat, jin, syetan, makna hidup, kehidupan setelah mati, akhirat, tentang persoalan haram
dan halal, tata cara beribadah, dll sehingga hidupnya lebih terarah. Seseorang yang memiliki
11
kepakaran di bidang sains tetapi tidak dibarengi agama, pasti ruhaninya tidak akan lurus
menuju Allah Azza wa Jalla. Orang itu akan mengalami banyak kerugian; di dunia
mengalami penderitaan spiritual, di alam qubur mendapat azab qubur, di akhirat masuk
neraka. Sebaliknya seorang saintis yang dibimbing agama akan mendapatkan doble impact,
di dunia mendapatkan kebahagiaan relatif dan temporal, di akhirat pun mendapatkan
kebahagiaan absolut dan kekal yakni syurga.
Dengan ilmu dan teknologi hidup manusia jadi mudah, dengan seni hidup jadi indah,
dan dengan agama hidup jadi terarah. Jadi manusia sangat mutlak memerlukan agama.
Agama bagi manusia bukan sekadar pelengkap, tetapi merupakan kebutuhan utama, posisinya
paling primer, dan mutlak, bukan sekadar pelengkap hidup, apalagi sebagai asesoris saja.
4. Karakteristik Hukum Allah
Semua hukum Allah, baik hukum alam (kauniyah) maupun hukum agama
(Qur'aniyah) memiliki persamaan yakni :
(1). Pasti (exact). "Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan yang
pasti (QS. Al-Qamar [54] : 49). (2). Orang yang tidak shalat pasti masuk neraka sebagaimana
pastinya api itu panas. Orang yang berbuat zina pasti sengsara sebagaimana pastinya air itu
akan mendidih pada suhu 100 derajat celcius.
(2). Tetap, tidak berubah sepanjang waktu. “Sebagai suatu sunnatullah yang telah
berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan pada sunnatullah
itu. (QS. Al-Fath [48]: 23). Contoh : zina dan riba itu haram dan akan tetap haram sampai
kiamat sebagaimana api yang akan tetap panas.
(3). Objektif , yaitu berlaku kepada apa dan siapa saja. “Dan tidak ada sesuatupun
melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya. Dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran tertentu”. (QS. Al-Hijr [15] :21). Contoh : Orang yang berbuat dosa, siapapun
dia, mungkin anak nabi, putra kiyai atau anak seorang preman tetapi meninggalkan shalat,
pasti akan sengsara di akhirat sebagaimana nasib batu yang dilepaskan dari tangan, pasti akan
jatuh ke bumi karena ada hukum gravitasi.
Dalam hak ini ada sebuah ilustrasi. Ada sebuah masjid yang sangat tinggi yang
berdampingan dengan gedung bioskop porno yang juga sangat tinggi. Semua ustadz dan
santri berdoa supaya masjid tetap lestari. Pada suatu sore turunlah hujan dan halilintar, tiba-
tiba halilintar menyambar kubah masjid sehingga kubah itu terbakar, hancur berantakan.
12
Lafadz Allah yang dipasang diujung menara pun terpental dan remuk. Ustadz dan para santri
geleng-geleng kepada heran, mengapa masjid terkena halilintar sedangkan gedung bioskop
porno selamat. Jawabannya adalah karena gedung bioskop dilengkapi dengan penangkal petir
sedangkan masjid tidak. Itu artinya bahwa hukum alam itu objektif.
Karena hukum Allah bersifat pasti, tetap dan objektif, maka bisa dipelajari, diteliti
dan diamati, selanjutnya dibuatlah rumus-rumus sehingga lahirlah sains. Adapun perbedaan
antara hukum alam dengan hukum syari’ah adalah terletak tempo akibatnya (respons time).
Pelanggaran terhadap hukum alam, sangat cepat akibatnya, sedangkan pelanggaran terhadap
hukum syari’ah lebih lambat akibatnya. Karena akibat pelanggaran terhadap hukum alam
dapat cepat dibuktikan melalui pengamatan panca indera (bersifat empirik) maka orang
mudah percaya (iman) atas kebenaran hukum alam. Sikap percaya ini kemudian melahirkan
sikap hati-hati dalam menghadapi hukum alam. Sikap hati-hati itu disebut taqwa.
Berbeda sekali dengan pelanggaran terhadap hukum Alqur’an, reaksi waktu akibat
pelanggaran hukum Alqur’an itu lambat (tidak secepat hukum alam), bahkan ada yang baru
bisa dibuktikan di akhirat nanti. Karena akibatnya lambat maka manusia kurang percaya
(kurang iman) terhadap hukum Alqur’an. Akibat lebih jauh adalah manusia kurang berhati-
hati (tidak taqwa) ketika berhadapan dengan hukum Alqur’an. Dalam keseharian terbukti
bahwa orang lebih takut meminum racun daripada memakan uang riba atau uang korupsi,
padahal minum racun dengan makan uang riba sama – sama berbahaya, bedanya adalah,
akibat minum racun sangat cepat sedangkan akibat makan uang riba sangat lambat, karena itu
orang kurang berhati-hati terhadap uang riba. Kurang hati-hati itu esensinya adalah kurang
bertaqwa.
Seorang muslim yang sudah menyatakan aslama (berislam) harus rela diatur oleh
hukum Allah, baik hukum alam maupun hukum Alqur’an. Segenap kegiatan manusia, baik
perilaku ritual maupun perilaku mu’amalah (ekonomi, politik, dan sosial budaya) harus
menggunakan hukum absolut yakni din al-Islam bukan menggunakan hukum relatif produk
pemikiran filosofis manusia.
Selanjutnya perlu penulis tekankan bahwa hukum alam adalah ciptaan Allah, hukum
Alqur’an pun ciptaan Allah. kalau begitu, secara logika tidak mungkin kedua hukum itu
bertentangan. Apa-apa yang danggap baik oleh hukum Alqur’an pasti bagus menurut hukum
Alam, sebaliknya apa-apa yang dilarang oleh Alqur’an pasti buruk menurut hukum Alam.
Inilah azas kesatuan atau disebut azas tawhidullah. Berdasarkan azas ini, maka segala
aktivitas manusia harus selaras dengan kedua hukum tersebut.
13
Sungguh banyak manusia yang membuat aturan berdasarkan rasio yang dipandu oleh
nafsu syaithaniyah, akibatnya banyak produk hukum yang berbahaya bagi kehidupan
manusia, misalnya kebolehan aborsi, membiarkan praktik riba, peraturan daerah yang
melonggarkan penjualan minuman keras, wacana tentang larangan poligami, dll. Dalam hal
ini, seorang mukmin wajib memiliki keyakinan tanpa sedikit pun ragu, bahwa hukum
Alqur'an berisi aturan yang paling baik, selaras dengan hukum Alam, dan paling cocok
dengan sifat tabi'at manusia yang fitrah dan hanief (lurus).
Secara fisik, manusia diatur hukum alam, sedangkan dari sisi ruhani, manusia diatur
oleh syari’ah. Jika ingin selamat, maka seorang mukmin wajib menaati dua hukum ini
sekaligus, yakni menaati hukum Alqur’an sekaligus menaati hukum alam.
Sebenarnya, secara fisik, semua manusia sudah aslama, islam, taat kepada
sunnatullah, baik disadari maupun tidak, baik sukarela maupun terpaksa, thaw’an aw karhan
(QS. 3 : 83). Seorang muslim yang sudah menyatakan aslama (berislam) harus rela diatur
oleh hukum Allah, baik hukum alam maupun hukum Alqur’an, baik dalam ritual maupun
mu’amalah (ekonomi, politik, dan sosial budaya). Bahkan seseorang yang sudah menyatakan
keislamannya ia memiliki kewajiban dan tanggung untuk menggunakan hukum absolut din
al-Islam bukan menggunakan hukum relatif produk pemikiran filosofis manusia.
5. Dikhotomi Antara Sains dengan Ilmu Agama
Hukum alam dan hukum agama bersifat pasti, tetap dan objektif. Karena sifatnya
itulah, kedua hukum ini bisa dipelajari dan diamati. Hasil kajiannya bisa menghasilkan rumus
dan formula. Selanjutnya lahirlah sains seperti kimia, biologi, fisika, astronomi, farmasi,
oceanografi, dll. Hukum syari’ah pun dipelajari sehingga menghasilkan kaidah-kaidah,
prinsip dan rumus-rumus, lahirlah ilmu dirasah Islamiyah seperti ilmu akidah, ilmu syari’ah,
dan ilmu akhlak .
Mungkinkah terjadi dikhotomi (berdekatan tetapi bertentangan) antara sains dengan
dirasah Islamiyah?. Apakah mungkin terjadi dikhotomis antara ilmu pengetahuan ilmiah
dengan Alqur’an? Jawabannya adalah mustahil terjadi dikhotomi antara keduanya, karena
kedua-duanya dilahirkan dari hukum Allah. Apabila sesuatu dihukum haram menurut
syari’ah, pasti dianggap jelek pula oleh sains. Sebaliknya apabila sesuatu dihukum halal
menurut syari’ah, pasti akan dinlai baik oleh sains.. Coba Anda cari beberapa contoh yang
membuktikan kecocokan antara syari’ah dengan sains, misalnya tentang keharam babi, zina,
14
riba, judi, arak, menikahi saudara sedarah, dan larangan banyak marah. Juga tentang manfaat
salat, saum, dzikir, sikap syukur, dan tatacara makan Islam ditinjau dari perspektif sains. Pasti
tidak akan ditemukan dikhotomis, yang ada justru saling menunjang dan saling
mengokohkan.
6. Hierarki Hukum dan Urutan Menaatinya
Di muka sudah dijelaskan bahwa ada dua macam hukum Allah, yakni syari’ah dan
sunnatullah. Sebenarnya, jika dilihat secara komprehensif tanpa melihat siapa pembuatnya,
terdapat lima macam hukum yang bertingkat, yakni hukum syari’ah, hukum alam, hukum
akal, hukum Ulul Amri dan hukum ‘uruf. Penjelasannya sbb :
a. Hukum Syari’ah : hukum Alqur’an seperti hukum zina, warisan, riba, dll. Inilah
hukum tertinggi.
b. Hukum Sunnatullah : hukum alam yang melekat pada alam itu sendiri, misalnya
hukum gravitasi, hukum rotasi, hukum daur, hukum pertumbuhan, sifat-sifat air, dll.
c. Hukum akal : hukum yang dihasilkan oleh rasio atau nalar misalnya tentang
konstruksi bangunan, memilih cat rumah yang sesuai dengan arsitektur, strategi
berdagang, cara menangkal petir, dll.
d. Hukum Ulul Amri : ialah hukum buatan manusia yang bertugas menguruskan
keperluan kita seperti keputusan MPR, DPR, presiden, menteri, peraturan daerah,
peraturan rektor, peraturan pengurus mesjid, dll. Kalau kita berada di pesawat
terbang, maka ulul amri kita adalah pilot pesawat, maka perintahnya harus ditaati.
Kalau kita berada di sebuah negera kafir, maka ulul amrinya adalah orang kafir itu,
maka segala aturannya selama tidak bertentangan dengan hukum syari’ah, maka harus
ditaati,
e. Hukum ‘Uruf : hukum adat istiadat, misalnya keharusan antri jika makan prasmanan,
pembagian warisan adat minang yang didominasi oleh wanita, cara-cara menghormati
orang tua, dll.
Apakah semua hukum itu harus ditaati ? Mukmin harus menaati kelima hukum itu secara
bersamaan. Contoh : Jika seseorang bemaksud membuat rumah, maka :
Taatilah hukum syari’ah, antara lain memasang closet WC yang tidak menghadap ke
kiblat.
15
Taatilah hukum alam, misalnya jika rumahnya bertingkat maka harus dipasangi
penangkal petir.
Taatilah hukum akal, misalnya memilih warna cat yang tepat dan pengaturan ruangan
(ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dll.).
Taatilah hukum Ulul Amri antara lain membuat izin mendirikan bangunan (IMB) dari
pemerintah daerah setempat.
Taatilah hukum ‘uruf , antara lain memberi tahu dan memohon izin kepada tetangga kiri
kanan, karena sangat mungkin selama proses pembangunan, banyak tetangga yang merasa
terganggu dengan suara tukang ketika memaku, memotong atau mengelas. Jika
pemberitahuan dan permohonan maaf itu tidak dilakukan, sangat mungkin akan
dikomentari oleh para tetangga.
Bagaimana jika ada hukum ‘uruf yang menyalahi hukum syari’ah ? Jika hukum uruf /
hukum adat bertentangan dengan hukum alam, ikutilah hukum alam. Jika hukum adat
bertentangan dengan hukum akal, ikutilah hukum akal. Jika hukum adat bertentangan dengan
hukum Ulul Amri misalnya PERDA ikutilah PERDA itu. Jika hukum adat bertentangan
dengan syari’ah, ikutilah hukum syari’ah. Jika memaksakan diri mengambil hukum adat
dengan mengesampingkan hukum syari’ah, berarti mengkhianati risalah nabi Muhammad
Saw.
Kasus : Sebelum ayah wafat, ia sempat berwasiat agar harta pusaka dibagi rata antara
anak wanita dengan anak pria. Haruskah diikuti ? Wasiat tersebut haram diikuti. Hukum
waris adat masyarakat Padang didominasi oleh wanita, sedangkan hukum waris adat
masyarakat Batak didominasi oleh anak pria. Haruskah diikuti ? Tidak perlu karena itu semua
bertentangan dengan syari’ah Islam. Mukminin wajib mengambil hukum waris menurut
syri’ah Islam, bukan mengikuti wasiat ayah, bukan pula mengambil hukum adat. Prinsipnya,
aturan atau hukum manapun yang jelas-jelas bertentangan dengan syari’ah, wajib ditolak.
Juga tidak boleh mengoplos hukum syari’ah dengan hukum adat.
7. Hubungan Mukjizat dengan Sunnatullah
Sunnatullah atau hukum alam itu bersifat pasti, tetap, dan objektif Contoh : tentang
air. Salah satu sifat air adalah permukaannya selalu rata, tetap begitu selamanya, tidak akan
berubah. Tetapi mengapa terjadi, ketika nabi Musa a.s memukulkan tongkatnya kepada laut
Merah, air laut tiba-tiba beriak, berdiri tegak, sehingga terbentanglah jalan di tengah laut.
16
Allah berfirman :”Lalu Kami wahyukan kepada Musa : ‘Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu’, maka terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar”.
(QS. Asy-Syu’ara [26] : 63). Mengapa bisa terjadi demikian ? apakah itu mustahil ? apakah
itu hanya dongengan seperti lampu Aladin ? Tidak ! itu fakta. Mengapa bisa demikian ?
karena ada intervensi hukum syari’ah terhadap hukum air. Tetapi setelah kejadian itu, hukum
air kembali ke hukum semula.6
Contoh lain : tentang Api. Api itu panas, pasti dan tetap panas, tidak akan berubah
sampai kapan pun, itu adalah ketetapan Allah, sunnatullah, hukum alam. Tetapi mengapa
terjadi, ketika nabi Ibrahim as dibakar oleh raja Namrud, nabi Ibrahim as selamat, sebabnya
karena api yang digunakan membakar Ibrahim berubah menjadi dingin. Kenapa bisa ? karena
ada intervensi dari hukum syari’ah. Setelah kejadian itu, api kembali menjadi panas
sebagaimana sifatnya semula. Mukijzat seperti itu adalah logis rasional, jangan diingkari.
6 Telah dilakukan penelitian
17
RELASI HUKUM ALAM DAN HUKUM SYARI’AH
18
HUKUM ALLAH
SUNATULLAH (Hukum Alam)
Hukum GravitasiHukum RotasiHukum PertumbuhanHukum daur, dll
Mengatur Alam Fisik
Mengatur Alam Ruh
Hukum ShalatHukum PuasaHukum ZinaHukum Riba, dll
Kesamaan :1. Pasti 2. Tetap3. Objektif
Perbedaan : Hukum Alam cepat akibatnya sedangkan hukum syari’ah relatif lebih lambat
SYARI’AH(Hukum Alqur’an)
Melahirkan Sains :Geologi, Oceanografi, Astronomi, Biologi, Vulkanologi, Farmasi, dll
Melahirkan Dirasah Islamiyah :Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu Aqidah, Ilmu Syari’ah, ilmu Akhlaq, dll
Tidak mungkin terjadi DIKHOTOMIS (berdekatan tetapi bertentangan) antara Sains dan Dirasah Islamiyah.