bab i hgf

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pengkajian pada sistem endokrin ini agak sedikit sulit dikarenakan gambaran klinis atau tanda gejalanya sangat bervariasi. Perlu pemahaman fisiologis dari setiap Hormon untuk bisa melakukan pemeriksaan pada sistem endokrin ini, data pengkajian itu sendiri bisa didapat melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik. Adapun dalam makalah ini akan membahas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin secara umum serta tanda dan gejala yang bisa ditemui pada gangguan sistem endokrin. 1.2 Rumusan Masalah 1.Bagaimana pemeriksaan fisik pada sistem endokrin? 2.Apa saja pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin? 1.3 Tujuan 1.Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada sistem endokrin 2.Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin . 1

Upload: rizkiemil

Post on 11-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GDFHJ

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam melakukan pengkajian pada sistem endokrin ini agak sedikit sulit dikarenakan gambaran klinis atau tanda gejalanya sangat bervariasi. Perlu pemahaman fisiologis dari setiap Hormon untuk bisa melakukan pemeriksaan pada sistem endokrin ini, data pengkajian itu sendiri bisa didapat melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik.Adapun dalam makalah ini akan membahas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin secara umum serta tanda dan gejala yang bisa ditemui pada gangguan sistem endokrin. 1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana pemeriksaan fisik pada sistem endokrin?2. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada sistem endokrin2. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada sistem endokrin.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pemeriksaan Fisik Sistem Endokrin1. Pemeriksaan Fisik Kelenjar TiroidMelalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:1. Kondisi kelenjar endokrin2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrinPemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testis). Secara umum,tekhnik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :A. InspeksiDisfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid. Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh sekaligus. Infeksi jamur, penumbuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.

B. PalpasiKelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri samasaja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid. Selain itu, cara palpasi pada kelenjar tiroid ini dilakukan dengan pendekatan anterior dan posterior yaitu:1. Pendekatan posterior Perawat meminta klien untuk duduk dengan leher pada tinggi yang nyaman. Kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher, dengan dua jari dari setiaptangan pada kedua sisi trakea tepat dibawah kartilago krikoid. Pada saat klien menelan, perawat merasakan gerakan istmus tiroid. Tiroid akan bergerak dibawah jari pada saat menelan. Untuk memeriksa setiap lobus, perawat meminta klien untuk menelan sementara perawat menggeser trakea kekiri atau kekanan.2. Pendekatan anteriorPada pendekatan ini mengharuskan klien duduk dan perawat berdiri disampingnya.Dengan menggunakan buku-buku jari telunjuk dan jari tengah, perawat memalpasi lobus kiri dengan tangan kanan dan lobus kanan dengan tangan kiri pada saat klien menelan, jika kelenjar tampak membesar, perawat menempatkan diafragma stetoskop diatas tiroid. Jika kelenjar tsb membesar, darah yang mengalir melewati arteri tiroid bertambah dan akan terdengar bunyi bruit.Palpasi tes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan sinyal seperti karet.C. AuskultasiMendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.2. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar AdrenalBerikut ini beberapa observasi yang penting dilakukan pada saat melakukan pengkajian: 1. Penampilan umum : kurus kering (esimiasai) pada Addison disease, sedangkan pada Cushings Syndrome klien tampak : wajah bulat membesar (moon face), peningkatan lemak di daerah leher dan punggung2. Adanya tanda-tanda syok dan kelemahan yang ekstrim. 3. Tanda-tanda vital, lakukan pengecekan nadi setiap 4 jam, catat adanya perubahan tekanan darah atau adanya perubahan ortostatik (baik penurunan atau peningkatan tekanan darah). Tekanan darah; adanya hipotensi pada penyakit Addison dan hipertensi pada Cushings Syndrome.4. Dehidrasi atau overhidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit karena jika terapi steroid tidak adekuat maka akan terjadi kehilangan natrium dan retensi kalium, tetapi jika terapi steroid dosisnya terlalu tinggi, maka jumlah natrium akan berlebihan dan air diretensi tetapi ekskresi kalium akan tinggi.5. Kondisi fisik dan emosional atau psikosis karena pasien dengan gangguan cortex adrenal sangat tidak toleran terhadap stress (Addison crisis).6. Serak pada tenggorokan dan rasa terbakar pada perkemihan.7. Timbang berat badan setiap hari, untuk mengukur penambahan atau pengurangan cairan.8. Kelumpuhan akibat hipokalemia, fatique, kelemahan, osteoporosis.9. Penurunan tingkat kesadaran. 10. Distribusi lemak, moon face dan dorsocervical fat pad (buffalo hump) pada bagian posterior leher serta daerah supraklavikular, badan yang besar serta ekstremitas yang relatif kurus, truncal obesity.11. Peningkatan kadar androgen karena menyebabkan virilisme (maskulinisme) pada wanita, penipisan pada rambut, tetapi menyebabkan hirsutisme pada tubuh dan wajah).12. Status mental termasuk kehilangan memory, kurang konnsentrasi dan cognitive, euporia dan depresi,kadang2 disebut steroid psicosis.13. Integument : seperti adanya striae, kulit mudah, luka, ekomosis (memar), tipis dan rapuh.14. Kaji adanya perubahan warna kulit pada area leher, wajah, tangan area tubuh yang lain, adakah kulit terlihat terlalu lembab berair atau sangat kering.15. Kaji apakah klien merasakan terlalu panas atau terlalu dingin.16. Kaji apakah klien merasakan nervus atau tremor untuk melakukan sesuatu.Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dapat dilakukan secara head to toe atau secara spesifik menemukan tanda dan gejala akibat penyakit pada korteks adrenal. Pemeriksaan fisik klien yang dicurigai mengalami gangguan pada korteks adrenal secara spesifik dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang sering ditemukan akibat kelebihan (Cussing Syndrome) atau kekurangan (Addison Desease) produksi hormon yang disekresi oleh kelenjar korteks adrenal. Berikut ini metode pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan pada korteks adrenal :A. Inspeksi Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.a. Penyakit Addison Pigmentaasi pada kulit Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa Warna kulit; pucat, sianosis RR cepat Suhu tubuh diatas normal Tanda-tanda dehidrasi Bibir tampak kering Kelemahan umum Pasien tampak haus Membran mukosa kering b. Cushing Sindrom Kifosis Buffalo hump Moon face Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat. Virilitas pada wanita Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)B. PalpasiPemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.a. Penyakit Addison Nadi cepat dan lemah Nyeri abdomen Turgor kulit b. Cushing Sindrom Kulit tipis, rapuh dan mudah luka Atropi payudara Klitoris yang membesarC. Perkusi Penyakit Addison Cushing Sindrom D. Auskultasi a. Penyakit Addison Tekanan darah rendah b. Cushing Sindrom Suara yang dalam3. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar PankreasCara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3 cara :A. Inspeksi1. Atur pencahayaan yang baik2. Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.3. Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis4. Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan striae5. Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran umbillikus6. Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasiC. Palpasi Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2 :a. Palpasi Ringan Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang ebelumnya sebagai titik bermasalah. Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa untuk mengurangi sensasi geli Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 21 cm. Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda ketidaknyamanan. Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan tangan.b. Palpasi Dalam Gunakan metode bimanual Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm Catat adanya massa dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan

C. Auskultasi Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area sekum. Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya. Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan setiap kuadran abdomen Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan arteri femoral.4. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar ParatiroidPada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan pada kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.A. Inspeksi otota Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau hipertrofi b Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan mistar.c Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditujukan oleh malposisi suatu bagia tubuhd Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter(spastisitas)e Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.f Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisteng Amati kenormalan susunan dan deformitas.h Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekani Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.B. Inspeksi persendiana. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendib. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak dan nodulc. Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM)2.2 Pemeriksaan Diagnostik Sistem Endokrin1. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Hipofisea. Foto Tengkorak (Kranium) Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi). Tidak di butuhkan persiapan fisik secara khususb. Foto Tulang (Osteo)Untuk melihat kondisi tulang Pada gigankisme pertambahan ukuran dan panjang tulang Pada akromegali pertambahan kesamping tulang-tulang feriferc. Ct Scan OtakUntuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamusd. Pemeriksaan Darah dan Urine Kadar Growth hoemone (GH): Nilai normal 10 pg/ml, meningkat pada bulan-bulan pertama kelahiran, spesimen darah vena 5 cc, Tanpa persiapan khusus. Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH) : Nilai normal 6-10 pg/ml, Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder, Spesimen vena 5 cc , Tanpa persiapan khusus. Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH): Pengukuran dilakukan dengan tes supresi deksametason, Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam Persiapan :1. Tidak ada pembatasan makanan dan minuman2. Bila klein menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya dihentikan dulu 24 jam sebelumnya3. Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman specimen4. Cegah stres fisik dan fisikologisPelaksanaan :1. Klien diberikan deksametason 4x0,5 ml/hari selama lamanya 2 hari2. Besok paginya darah vena diambil kurang lebih 5 cc3. Urine ditampung selama 24 jam 4. Spesimen dikirim ke laboratoriumHasil : Normal bila:1. Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl2. 17-hydroxy-cortico-streroid (17 OHCS) dalm urine kurang dari 2,5 mg2. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Tiroida. Uptake Radioaktif (Ray) Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap yodiumPersiapan :1. Klien puasa 6-8 jam 2. Jelaskan tujuan dan prosedurPersiapan klien : 1. Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral2. Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif yang bertahan 3. Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpul kan urine selama 24jam dan di ukur kadar radioaktif yodiumHasil:Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase1. Normal : 10-35%2. Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35% (pada tirotoksis,pengobatan panjang hipertiroidisme)b. T3 dan T4 Serum Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada Spesimen darah vena 5-10 cc Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3 mg/dl T4 6-12 mg/dl Pada anak T3180-240 mg/dlc. Upatake T3 Resin Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak jenuh. TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme. Spesimen darah vena 5ccPersiapan: puasa 6-8 jam Nilai normal Dewasa : 25-35% uptake oleh resin Anak : umur nya tidak adad. Protein Boun IondineTujuan: mengukur yodium yg terikat dengan protein plasmaNilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah, Spesimen darah vena 5-10 cc, Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaane. Basal Metabolic RateTujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah kondisi basal selama beberapa waktuPersiapan :1. Klien puasa 12jam2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedative5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukanPenatalaksanaan:Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator nilai normal :- pria 53 kalori perjam- wanita 60 kalori perjamMetode Harris Benedict Untuk Mengukur BMRPria:BMR = 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn) )Wanita BMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )3. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Paratiroida. Percobaan Sulkowitch Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine Menggunakan reagen sulkowitch. Persiapan:1. Urine 24 jam ditapung2. Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.Penatalaksanaan:1. Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)2. Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya sebagai kontrol.Pembacaan secara kuantitatif- Negatif ( - ) jika tidak terjadi keruhan- Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus- Positif (+ + ) kekeruhan sedang- Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik- Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketikab. Percobaan Ellwort-HowardPercobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh parathormon. Pada hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai normal Pada hiperparatiroid, diuresis tidak banyak berubah.Cara pemeriksaannya :1. Klien disuntikkan parathormon intravena2. Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.c. Percobaan Kalsium IntravenaNormal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.4. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Pankreas a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa) Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.Nilai normal1. Dewasa : 70-110mg/dl2. Anak-anak : 60-100mg/dl3. Bayi : 50-80mg/dl Persiapan1. Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan2. Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan Pelaksanaan1. Spesimen adalah darah vena 5 cc2. Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan3. Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan4. Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai program. 5. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Adrenala. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah1) Nilai normal : - Dewasa wanita : 37 47 % - Dewasa pria : 45 54 % - Anak - anak : 31 40 % - Bayi : 30 40 % - Neonatal: 44 62 %2) Spesimen darah periferb. Pemeriksaan elektrolit serum (Na, K, Cl)1) Nilai normal : Natrium Natrium : 310 : 310 335 mg (13,6 335 mg (13,6 14 meq/ liter) 14 meq/ liter) Kalium Kalium : 14 0 mg % (3,5 : 14 0 mg % (3,5--5,0 meq/liter) 5,0 meq/liter) Chlorida : 350 375 mg% (100--106 meq/liter) Chlorida : 350 375 mg% (100--106 meq/liter)2) Hipofungis adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi3) Hiperfungsi adrenal kebalikan hipofungsic. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)1) Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine2) Spesimen urin 24 jam3) Nilai normal : 1 Nilai normal : 1 5 mgd. Stimulasi Test 1) Untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal2) Pemberian ACTH untuk kortisol3) Pemberian Sodium untuk aldosteron

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanPemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi.3.2 SaranKami sebagai penyusun makalah ini, mengharapkan kritik dan masukkan yang positif, untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.Semoga makalah kami, dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca, khususnya perawat 11