bab i gangguan tidur

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah suatu fenomena dasar yang penting dari kehidupan. Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Kira-kira sepertiga kehidupan manusia dijalankan dengan tidur. Keluhan tidur merupakan hal yang umum terjadi pada orang lanjut usia. Established Populations for Epidemiologic Studies of the Elderly (EPESE) mendapatkan dari 9000 responden, sekitar 29% berusia di atas 65 tahun dengan keluhan gangguan tidur. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Referat Gangguan Tidur pada Lansia | Rian Damayanti

Upload: riandamayanti

Post on 04-Jul-2015

809 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I gangguan Tidur

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidur adalah suatu fenomena dasar yang penting dari kehidupan.  Tidur

merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat

berfungsi dengan baik. Kira-kira sepertiga kehidupan manusia dijalankan

dengan tidur. Keluhan tidur merupakan hal yang umum terjadi pada orang

lanjut usia. Established Populations for Epidemiologic Studies of the Elderly

(EPESE) mendapatkan dari 9000 responden, sekitar 29% berusia di atas 65

tahun dengan keluhan gangguan tidur.

Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang

mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang

meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur

dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang

bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak

langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. Di Amerika Serikat,

biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar

seratus juta dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering

ditemukan.

Keluhan tidur umumnya berupa waktu tidur yang kurang, mudah

terbangun malam hari, bangun pagi lebih awal, rasa mengantuk sepanjang hari

dan sering tertidur sejenak. Banyak hal menyebabkan penurunan kualitas tidur

pada usia lanjut antara lain perubahan irama sirkadian, adanya penyakit

medik, psikiatrik, efek samping obat-obatan dan kebiasaan tidur yang buruk.

Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes,

artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan

durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan

tidur dapat meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan. Gangguan tidur

juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa

dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di

| Rian Damayanti

Page 2: BAB I gangguan Tidur

2

siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh,

penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup.

Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang

yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila

dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.

B. Tujuan dan Manfaat

1) Tujuan

Untuk mengetahui lebih dalam tentang gangguan tidur pada lansia.

2) Manfaat

Manfaat dari pembuatan referat ini adalah untuk membantu memahami

pola gangguan tidur pada lansia dan sebagai proses belajar bagi penulis.

| Rian Damayanti

Page 3: BAB I gangguan Tidur

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Tidur

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan

beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola

dunia disebut sebagai irama sirkadian.

Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi SSP.

Jadi, seseorang yang tertidur, susunan saraf pusatnya sedang bekerja. Dimana

neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan

sinkronisasi.

Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi

terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut

sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang

menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang

otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center).

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu

diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM

terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam

empat stadium, antara lain:

1. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium

ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran

kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7

siklus perdetik, yang disebut gelombang teta.

2. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu

tidur. EEG menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle

shaped) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik,

| Rian Damayanti

Page 4: BAB I gangguan Tidur

4

lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini,

orang dapat dibangunkan dengan mudah.

3. Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG

menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga

2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat

nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.

4. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran

EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada

jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur

dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS)

Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak

dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.

B. Fisiologi Tidur pada Lansia.

Gelombang otak berubah sesuai dengan pertambahan usia.  Pada usia

lanjut tidur NREM stadium 1 dan 2 cenderung meningkat, aktivitas

gelombang alfa menurun, sementara pada stadium 3 dan 4 aktivitas

gelombang delta menurun atau hilang. Sehingga kondisi terjaga yang dapat

timbul 2-4 kali selama tidur normal pada dewasa muda, pada orang tua akan

meningkat.  Orang tua lebih mudah terjaga oleh stimulasi internal atau

eksternal dan lebih menyolok pada pria dibandingkan wanita.  Narkolepsi atau

jatuh tertidur sebentar pada siang hari juga meningkat frekuensinya pada usia

tua.  Kontinuitas tidur berkurang sehingga menurunkan efisiensi tidur

sebanyak 20% dibandingkan dewasa muda.  Walau sebenarnya rata-rata waktu

tidur total pada usia lanjut hampir sama dengan dewasa muda, tapi orang tua

lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur, selain karena efisiensi tidur

yang berkurang, juga karena merasa lebih letih dan merasa harus lebih banyak

tidur.

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan siklus sirkadian.  Dewasa muda

umumnya mengantuk pada jam 10-11 malam lalu tertidur selama 8-9 jam,

terbangun sekitar jam 6-8 pagi.  Pada usia lanjut jam biologik menjadi lebih

pendek, fase tidur lebih maju, sehingga orangtua memulai tidur lebih awal dan | Rian Damayanti

Page 5: BAB I gangguan Tidur

5

bangun lebih awal pula.  Selain itu orangtua sering terbangun pada malam hari

sehingga bangun pagi terasa tak segar, siang hari mengalami kelelahan dan

lebih sering tertidur sejenak.  Waktu tidur malam tampak lebih kurang

sehingga mereka merasa mengantuk sepanjang hari.  Gejala ini sering disalah-

artikan sebagai kecemasan atau depresif.   Walaupun demikian perlu

dibedakan  dengan gangguan tidur spesifik karena gangguan medis atau

psikiatrik tertentu.

Perubahan keadaan hormonal yang berjalan sesuai siklus sirkadian seperti

pola tidur juga berubah sesuai usia.  Sekresi melatonin berkurang.  Hormon ini

berperan juga dalam mengontrol irama sirkadian.  Sekresinya terutama pada

malam hari, berhubugan dengan rasa mengantuk. 

C. Gangguan Tidur pada Lansia

Menurut Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke

empat (DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria

diagnostik klinik dan perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur

dalam DSM-IV adalah

1. Gangguan tidur primer,

2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain, dan

3. Gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis

umum atau yang disebabkan oleh zat.

Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia.

Dissomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk :

a. Insomnia primer,

b. Hipersomnia primer,

c. Narkolepsi,

d. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, dan

e. Gangguan tidur irama sirkadian.

Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur termasuk :

a. Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder),

b. Gangguan teror tidur, dan

c. Gangguan tidur berjalan. | Rian Damayanti

Page 6: BAB I gangguan Tidur

6

1. GANGGUAN TIDUR PRIMER

a. Dissomnia

Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran tidur

(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying

as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.

Insomnia primer

Ditandai dengan:

· Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap

tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling

sedikit satu bulan

· Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau

impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

· Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan

mental lainnya.

· Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik

umum atau zat.

Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk

tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari

waktu ke waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit

masuk tidur mungkin suatu saat mengeluh sulit mempertahankan tidur.

Meskipun jarang, kadang-kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar

meskipun sudah tertidur.

Hipersomnia primer

Hipersomnia (hypersomnia) primer merupakan rasa kantuk yang

berlebihan sepanjang hari yang berlangsung sampai sebulan atau lebih.

Rasa kantuk yang berlebihan (terkadang disebut “mabuk tidur”) dapat

berbentuk kesulitan untuk bangun setelah periode tidur yang panjang

(biasanya 8 sampai 12 jam tidur).

Meskipun banyak dari kita yang merasa mengantuk sepanjang hari,

orang dengan hipersomnia primer memiliki periode rasa kantuk yang

lebih parah dan bertahan lebih lama mengakibatkan kesulitan untuk

melakukan fungsi sehari-hari karena sulit untuk bangun tidur. | Rian Damayanti

Page 7: BAB I gangguan Tidur

7

Narkolepsi

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari

pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu

kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang

kembali 2- 3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan

fase REM 30-70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.

Berbagai bentuk narkolepsi:

- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara

baik sebagian atau seluruh otot tubuh.

- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat

jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke

kerangka pikiran normal.

- Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk

tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya.

Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak

pada lokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white

dengan populasi lebih dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%,

dan bangsa Israel 1:500.000. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin

laki dan wanita. Kelainan ini diduga terletak antara batang otak bagian atas

dan kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnya fase

REM

Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan (sleep

apnea)

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper

airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya.

Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur,

yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur

patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima

kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama

periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan.

Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan

intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi | Rian Damayanti

Page 8: BAB I gangguan Tidur

8

oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha

pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan

dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batang

otak atau hiperkapnia.

Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur

ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha

otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui

obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM.

Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap

atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali

bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik.

Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat

hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang

diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi medula, dengan

akibat pasien terjaga dan respirasi kembali normal secara reflek. Baik pada

sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulang kali

dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur.

Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak

perasaan pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan

gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar

hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek,

hipotiroid, atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke,

GBS, arnord chiari malformation.

Gangguan tidur irama sirkadian

Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu

gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang

dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat

berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.

Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara

lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi.

Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi

irama tidur bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga | Rian Damayanti

Page 9: BAB I gangguan Tidur

9

untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami

gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Menurut

beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu

tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing irama

sirkadian).

Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan

irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat

dikategorikan dua bagian:

1. Sementara (acut work shift, Jet lag)

2. Menetap (shift worker)

Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi

perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.

Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah

sebagai berikut:

1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai

oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini

sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-

orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada

siang hari (insomnia sekunder).

2. Tipe Jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat

menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih

dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya

panjang dengan tidur yang terputus-putus.

3. Tipe pergeseran kerja (shift work type).

Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat

mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala

ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus

peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur

normal dengan onset tidur fase REM.

| Rian Damayanti

Page 10: BAB I gangguan Tidur

10

4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).

Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia

lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara

pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.

Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur

sirkadian yang tdk sesuai.

5. Tipe bangun-tidur beraturan

6. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

b. Parasomnia

Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-

kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau

pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan

dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik potensial,

sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian,

Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%)

dan mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa

(3%).

Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:

1. Peminum alkohol

2. Kurang tidur (sleep deprivation)

3. Stress psikososial

Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium

transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal

dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan

kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut.

Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.

Gangguan tidur berjalan (slepp walkin)/somnabulisme

Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk

adanya automatis dan semi purposeful aksi motorik, seperti membuka

pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan

kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali | Rian Damayanti

Page 11: BAB I gangguan Tidur

11

tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan

gelombang tidur yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam

selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak

memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi

dengannya dan dapat dibangunkan susah payah.

Pada gambaran EEG menunjukkan irama campuran terutama theta

dengan gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang

alpha.

Gangguan teror tidur (sleep teror)

Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan

berdiri ditempat tidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak.

Serangan ini terjadi sepertiga malam yang berlangsung selama tidur

NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita tetap terjaga

dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan.

Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis

maupun dalam pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin

mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus temporalis.

Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem otonomnya

seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas.

Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder)

Merupakan proses terjaga dari tidur secara berulang karena mimpi

yang menakutkan (mimpi buruk). Mimpi buruk biasanya melibatkan

cerita panjang seperti mimpi di mana terdapat ancaman akan adanya

bahaya fisik yang sudah dekat dengan individu, seperti dikejar, diserang,

atau dilukai. Orang yang mengalami biasanya dapat mengingat mimpi

buruk ini dengan jelas pada saat bangun tidur. Meskipun kesadaran

diperoleh segera setelah bangun, kecemasan dan ketakutan tetap bertahan

dan menghalangi mereka untuk tidur kembali. Mungkin setengah dari

populasi dewasa sesekali mengalami mimpi buruk, meskipun masih

belum diketahui persentase dari orang-orang yang mengalami mimpi

buruk intensif dan berulang yang menghasilkan suatu distres emosional

| Rian Damayanti

Page 12: BAB I gangguan Tidur

12

atau kesulitan berfungsi yang mengacu pada diagnosis gangguan mimpi

buruk.

Mimpi buruk sering dihubungkan dengan pengalaman traumatis dan

umumnya lebih sering terjadi ketika individu berada dalam kondisi stress.

Mimpi buruk biasanya muncul saat tidur REM. Periode REM cenderung

menjadi lebih panjang dan mimpi yang muncul selama REM lebih intensif

pada periode setengah terakhir dari tidur, jadi mimpi buruk biasanya

muncul pada larut malam atau menjelang subuh. Meskipun mimpi buruk

dapat berisi aktivitas motorik yang hebat, seperti melarikan diri dari

serangan, para pemimpi menunjukkan sedikit aktivitas otot. Proses

biologis yang sama yang mengaktifkan mimipi (termasuk mimpi buruk)

akan menghambat gerakan tubuh, mengakibatkan suatu jenis kelumpuhan

2. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

GANGGUAN MENTAL / PSIKIATRIK LAIN

Pada depresi berat dapat dijumpai latensi REM yang pendek,

menurunnya tidur stadium 4 dan kehilangan waktu tidur total.  Onset tidur

relatif normal, tapi sering terbangun lebih awal di pagi hari dan sulit tidur

kembali. Pada anxietas terjadi perpanjangan latensi tidur, tidur gelisah

disertai mimpi yang menakutkan dan serangan panik muncul selama tidur

itu sendiri. Pada psikosis dapat dijumpai insomnia atau mengantuk yang

berlebihan.  Pasien mungkin menunjukkan perpanjangan latensi tidur,

pengurangan tidur delta, latensi REM yang pendek. Kondisi demensia dan

delirium ditandai oleh peningkatan durasi dan frekuensi terjaga malam

hari, peningkatan tidur stadium 1, berkurangnya gelombang lambat

(stadium 3 dan 4) dan tidur REM, mengantuk berlebihan di luar masa tidur

dan sering serangan tidur sejenak.

| Rian Damayanti

Page 13: BAB I gangguan Tidur

13

3. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI

MEDIS UMUM

Tiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh kondisi medik

umum seperti gangguan gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala,

nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi, kelainan degeneratif, kelainan

endokrin (diabetes melitus, hipertiroid), kelainan jantung (gagal jantung),

arteriosklerosis dan kelainan neurologis.  Kelainan medik umum ini sering

didapat pada usia tua.  Keluhan tidur yang dapat timbul berupa kesulitan

untuk tertidur, sering terbangun malam hari dan keluhan lainnya.

D. Penatalaksanaan Umum

1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:

Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat

Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik

Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh

penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental

Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek

2. Konseling dan Psikotherapi

Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri

seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan

psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan

tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.

3. Sleep hygiene terdiri dari:

a. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan

b. Hindari tidur pada siang hari/sambilan

c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari

d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan

e. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur

f. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut

kosong | Rian Damayanti

Page 14: BAB I gangguan Tidur

14

g. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)

h. Hindari rasa cemas atau frustasi

i. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak

4. Pendekatan farmakologi

Pengobatan medikamentosa perlu mempertimbangkan banyak

faktor, antara lain bahwa pasien mungkin pernah mendapatkan resep obat

bervariasi, kemungkinan dapat terjadi interaksi obat yang membahayakan

dan pengobatan itu sendiri dapat menyebabkan gangguan tidur. Perlu

dipertimbangkan bahwa pasien lanjut usia memiliki laju metabolisme dan

ekskresi yang kurang efektif, sering mengalami efek farmakologis yang

berkepanjangan (seperti mual, sedasi, gangguan kognitif, gangguan

perilaku, psikomotor, dll). Karena itu dianjurkan penggunaan

medikamentosa dosis rendah, waktu kerja singkat dan secara reguler

diamati efek samping obat sehingga tidak menimbulkan efek kumulatif

yang berbahaya. Tujuan pengobatan adalah meningkatkan efektivitas tidur

malam hari dengan tetap berfungsi baik di siang hari.

Terapi menggunakan obat dapat diberikan setelah menentukan

diagnosis pasien usia lanjut. Beberapa contoh terapi obat pada pada lansia

misalnya, insomnia jangka pendek (short term) dapat diberikan Triazolam

0,125 – 0,25 mg atau jenis benzodiazepin lainnya yang bekerja cepat dan

hilang cepat dari tubuh. Sedangkan untuk insomnia jangka panjang (long

term) diberikan neuroleptika dengan dosis kecil seperti klorpromazin,

levomepromazin dan tioridazin. Pada pasien usia lanjut dengan insomnia

dan depresi, diberikan antidepresan jenis tetrasiklik, serotonin selective

receptor inhibitor (SSRI), dan mono amino oxisidase inhibitor (MAOI),

misalnya Maprotiline 10 – 25 mg, Fluxetine 20 mg pada pagi hari atau

Moclobemide dua kali 150 mg.

.

BAB III

KESIMPULAN | Rian Damayanti

Page 15: BAB I gangguan Tidur

15

Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk

dapat berfungsi dengan baik. Gangguan tidur merupakan penderitaan bagi para

usia lanjut karena berhubungan dengan rasa kenikmatan, kebahagiaan dan kualitas

hidupnya. Pola tidur pada usia lanjut yang berbeda dengan orang dewasa perlu

mendapat perhatian dari para petugas kesehatan. Perubahan struktur tidur juga

berbeda pada usia lanjut sehingga umumnya kurang dapat menikmati tidur

nyenyak daripada orang muda.

Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah gangguan tidur

primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain, dan

gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum atau

yang disebabkan oleh zat.

Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia

adalah suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk insomnia primer,

hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan

pernafasan, dan gangguan tidur irama sirkadian. Parasomnia adalah suatu

kelompok gangguan tidur termasuk gangguan mimpi menakutkan (nightmare

disorder), gangguan teror tidur, dan gangguan tidur berjalan.

Pendekatan secara sistematik terhadap gangguan tidur lebih ditekankan

pada pendekatan komprehensif terhadap seluruh kondisi kesehatan fisik dan

mentalnya dan lebih bersifat konservatif.

Upaya meningkatkan higiene tidur perlu dilaksanakan di rumah maupun di

panti werda. Terapi dengan obat-obatan psikotropika perlu diberikan dengan

dimulai dosis efektif paling kecil sehingga tidak menimbulkan efek kumulatif.

| Rian Damayanti

Page 16: BAB I gangguan Tidur

16

DAFTAR PUSTAKA

Sadock BJ, Sadock VA. 2007.Kaplan and Sadock’s synopsis of psychiatry. 10th

ed. Wolter Kluwer. Philadelphia.

Marcel AR, Gaharu M, Lumempouw SF. Gangguan tidur pada usia lanjut.

Didapat dari URL: http://www.perdossi.or.id/show_file.html?id=146.

Diakses tanggal 29 Januari 2009.

PDSSI. 2008. Buku ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Haponik EF. 1990. Disordered sleep ini the elderly. In: Hazzard WR, editor.

Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. Mc Graww Hill.

Boston.

Nurmiati Amir. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan

Penatalaksanaan .Cermin Dunia Kedokteran No. 157. Jakarta.

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti. Jakarta.

| Rian Damayanti