bab i ehb

29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat performansi tipikal. Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan 1

Upload: angga-wicaksana

Post on 06-Aug-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I EHB

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi

persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek

ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian,

instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel

penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen

digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai

hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa,

keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program

tertentu.

Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan

bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes

terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan

document (documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat

performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat performansi tipikal.

Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti

mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu

mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam

bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua,

adalah memandang bahwa tes uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara

pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.

Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih

sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil

dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime”

dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa

dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis

sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di

kertas atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi

dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya

dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.

1

Page 2: BAB I EHB

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka

diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian

maupun nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga

hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang

dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan

pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan tinjauan yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara menganalisis alat penilaian berupa tes dan nontes?

2. Bagaimana instrumen penilaian antara tes dan nontes yang paling efektif dan

efisien untuk mengevaluasi hasil belajar?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara menganalisis alat penilaian berupa tes dan nontes?

2. Untuk mengetahui instrumen penilaian antara tes dan nontes yang paling

efektif dan efisien untuk mengevaluasi hasil belajar?

D. MANFAAT PEMBAHASAN

Adapun manfaat dari penulisan makalh ini adalah :

1. Sebagai pengetahuan yang akan membantu atau mempermudah kita untuk

membuat suatu alat penilaian terhadap peserta didik kita nantinya.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu alat penilaian yang sesuai

dengan keadaan.

2

Page 3: BAB I EHB

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Penyusunan Alat tes dan non tes Dalam Evaluasi Hasil Belajar

Perencanaan penyusunan evaluasi hasil belajar dilakukan dengan prosedur tertentu.

Prosedur yang dilakukan oleh guru paling tidak untuk mengarahkan proses penilaian yang

terencana sehingga penilaian dilakukan tidak dengan terburu-buru. Butir-butir soal yang

disusun harus dapat mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Secara

representatif. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam melakukan evaluasi tanpa

rencana yang dapat dipertanggung jawabkan dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin

akan menggangu proses pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam

perencanaan evaluasi yaitu :

1. Pengambilan sampel dan pemilihan Butir soal

Evaluasi hasil belajar disusun berdasarkan butir-butir soal yang terpilih, yang

secara akademik dapat dipertanggung jawabkan sebagai sampel yang representatif dari

bidang studi yang akan diuji. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak

mungkin dapat dilakukan secara acak (random). Hanya seorang ahli dalam bidang

studi yamg tabu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup representatif atau

tidak.Untuk memperoleh butir-butir soal yang mewakili keseluruhan konsep bidang

studi dilakukan dengan memilah pokok bahasan dan sub-pokok bahasan, agar tidak

ada butir soal yang sama untuk setiap pokok bahasan.

2. Tipe soal yang digunakan

Tipe tes yang lazim digunakan adalah tipe soal: (1) uraian (essay test), dan (2)

objektif (objective test), soal-soal yang mengukur psikomotorik, dan soal yang

mengukur sikap atau afektif.

3. Aspek kemampuan yang diuji

Setiap bidang studi mempnyuai penekanan kemampuan yang berbeda-beda. Karena

ditu aspek yang diujipun haruslah yang berbeda pula. Adanya 6 tingkatan kemampuan

yang diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintetis, dan evaluasi, di

samping itu juga harus diperhatikan kemampuan dari ranah afektif dan psikomotor.

4. Format butir soal

Baik soal uraian maupun soal objektif dikenal berbagai format. Misalnya, dalam

soal uraian ada soal uraian bebas (extended response), dan soal uraian terbatas

3

Page 4: BAB I EHB

(restricted response). Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa berbagai

format butir soal ini tidak menunjukkan perbedaan efektifitas yang berarti untuk

mengukur berbagai level ranah kognitif, asalkan dikonstruksi sama baiknya.

5. Jumlah butir soal

Jumlah butir soal tentu saja tidak ada ketentuan yang pasti, tetapi yang harus

diingat ialah butir soal berhubungan dengan validitas dan reabilitas tes. Makin besar

jumlah butir soal yang digunakan dalam suatu tes maka kemungkinan akan makin

tinggi relia bilitasnya. Jumlah butir soal yang direncakan harus memperhatikan harus :

(a) jumlah keseluruhan (b) jumlah untuk setiap npokok bahasan, (c) jumlah untuk

setiap format, (d) jumlah untuk kategori tingkat kesukaran, (e) jumlah untuk semua

aspek dalam ranah kognitif. Tentu saja dalam menentukan jumlah ini harus

mempertimbangkan waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang

dituntut oleh test, dan jadwal ujian direncanakan.

6. Distribusi Tingkat Kesukaran

Pada umumnya semua ahli konstruksi tes sependapat bahwa soal yang baik adalah

soal yang mempunyai tingkat kesukaran disekitar 0,50. Makin dekat ke titik itu makin

mampu soal itu membedakan antara kelompok yang baik (pintar) dengan kelompok

yang kurang pintar. Tetapi tentu saja bukanlah suatu pertimbangan untuk menentukan

tingkat kesukaran. Penentukan tingkat distribusi ini juga ditentukan oleh tujuan tes.

Misalnya, bila soal dimaksudkan untuk seleksi, maka soal harus lebih mengarah pada

yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Tetapi yang harus diingat ialah

soal yang terlalu “sukar” atau terlalu “mudah” tidak akan member informasi yang

banyak. Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini juga harus

diperhatikan bahwa soal yang mempunyai tingkat kesukaran rendah sebaiknya

diletakkan di nomor awal dan yang sukar diletakkan pada akhir perangkat soal.

Perbedaan ini lebih bersifat motif untuk lebih terdorong mengerjakan butir soal.

7. Kisi – kisi tes

Kisi – kisi atau biasa desebut table spesifikasi ditampilkan dalam bentuk matriks

yang menunjukkan proporsi dan jumlah angka mutlak dari setiap butir soal yang

membentuk suatu perangkat test. Dalam suatu kisi – kisi setidaknya memuat : (1)

Pokok bahasan atau Sub pokok bahasan yang diuji, (2) Kemampuan yang diuji, (3)

Tingkat kesukaran butir soal.

4

Page 5: BAB I EHB

B. Penulisan Butir Soal Bentuk tes Uraian untuk Mengevaluasi Hasil Belajar

1. Tes Uraian (ESSAY TEST)

Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang

menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut

kata-kata (kalimat sendiri).

2. Jenis-Jenis Tes Uraian

Dilihat dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:

a)      Uraian terbatas (restricted response items)

b)      Uraian Bebas (Extended response items)

Dilihat dari Penskorannya, tes uraian dibedakan menjadi:

a)      Uraian objektif

b)      Uraian non-objektif

3. Kelebihan Tes Uraian

Kelebihan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:

a) Untuk mengukur proses berfikir tingkat tinggi

b) Untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tidak dapat diukur dengan tes

objektif

c) Waktu yang digunakan untuk menulis soal lebih cepat

d) Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pada menulis tes obyektif yang

baik

4. Kelemahan Tes Uraian

Kelemahan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:

a)      Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan

b)      Sukar memeriksa jawaban siswa

c)       Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis

d)      Hasil pemeriksaannya cenderung tidak tetap

5. Cara Pengembangan Tes Uraian

Cara pengembangan tes uraian adalah sebagai berikut:

a)      Merumuskan tujuan tes

Tes uraian dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti:

Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) atau

ujian lain yang sejenis dengan EBTA.

5

Page 6: BAB I EHB

Kedua, tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi , misalnya untuk saringan masuk

perguruan tinggi atau untuk penerimaan beasiswa untuk murid yang berbakat.

Ketiga, tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal

dengan tes diagnostic.

b)      Analisis Kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang

akan dijadikan dasar dalam menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi soal

c)       Analisis Buku Pelajaran dan Sumber dari Materi Belajar Lainnya

Analisis buku pelajaran digunakan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan

berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber

materi belajar lainnya.

d)      Mengidentifikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian

Tes uraian biasanya dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau menjelaskan prosedur, hubungan sebab-akibat,

atau memberikan argumen-argumen yang relevan.

e)      Membuat kisi-kisi

Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti

mencakup semua pokok bahasan secara proporsional.

f)       Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran

Ada beberapa petunjuk dalam penulisan butir-butir soal seperti valid, dapat

dikerjakan dengan kemampuan yang spesifik, dan berikan petunjuk pengerjaan soal secara

lengkap dan jelas.

g)      Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)

h)      Reproduksi tes terbatas

Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah

sampel uji coba atau jumlah peserta.

i)        Uji Coba Tes

Sampel uji coba harus mempunyai karakteristikyang kurang lebih sama dengan

karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.

j)        Analisis hasil uji coba

Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang

meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.

6

Page 7: BAB I EHB

k)       Revisi soal

Apabila soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi

dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan atau revisi soal.

l)        Merakit soal menjadi tes

C. Penulisan Butir Soal Bentuk pilihan ganda untuk Mengevaluasi Hasil Belajar

Yang dimaksud dengan soal tipe pilihan ganda ialah sutu butir soal yang alternative

jawabannya lebih dari dua. Pada alternative jawaban berkisar antara 4 atau 5 alternatif

jawaban termasuk kunci jawaban. Tipe butir soal jenis ini adalah yang paling popular

dalam kelompok butir soal tipe objektif. Dalam bahasa inggris biasa disebut dengan

multiple choice item.

Butir soal tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1) pernyataan atau stem,

dan (2) alternative jawaban atau option. Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau

dapat juga berupa pernyataan.

1. Kekuatan dan keterbatasan butir soal pilihan ganda

Kekuatan butir soal tipe pilihan ganda

a) Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur

segala level tujuan intruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan

yang paling kompleks, kecuali untuk tujuan yang mengukur bersifat afektif dan

psikomotorik.

b) Dapat digunakan untuk mengukur hampir seluruh cakupan materi bidang studi,

karena dapat menggunakan jumlah butir soal yang relative banyak dalam waktu

singkat, karena itu maka penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat

lebih representative.

c) Penskoran hasil kerja dapat dikerjakan secara objektif

d) Tipe butir soal dapat dikonstruksi yang menuntut kemampuan peserta tes untuk

membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

e) Jumlah option yang dapat disediakan melebihi dua. Karena itu akan dapat

mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya keinginan menebak

menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar semakin besar.

7

Page 8: BAB I EHB

f) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara

baik. Butir soal dapat dikonstruksi dengan dilakukan ujicoba terlebih dahulu. Bila

dalam uji coba butir soal tersebut terrnyata mengandung kelemahan (setelah

dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan, karena dari hasil analisis dapat

dideteksi kelemahan butir soal tersebut.

g) Tingkat kesukaran butir soal dapat dirancang sesuai dengan tingkat berfikir rana

kognitif serta dengan mengubah tingkat homogenitas alternative jawaban. Makin

homogeny alternative jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan

sebaliknya kurang homogenitas alternative jawaban, maka makin rendah tingkat

kesukaran butir soal.

h) Informasi yg diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan informasi

tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila butir soal itu memiliki

homogenitas yg tinggi. Setiap pilihan peserta tes terhadap alternative jawaban

merupakan suatu informasi tersendiri tentang penguasaan kognitif peserta tes

dalam bidang yang di tes. Dengan demikian maka bentuk soal ini baik digunakan

untuk mengukur daya serapa peserta didik, dan mendiagnosa kelemahan peserta

didik

2. Keterbatasan butir soal pilihan ganda antara lain:

a) Peserta tes yang kurang menguasai materi pelajaran, pada butir soal yang tidak

diketahui cenderung menerka jawaban yang tersedia atau guessing.

b) Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini terutama

untuk menentukan alternative jawaban yang homogeny dan memerlukan waktu

yang banyak. Acapkali guru mengkonstruksi butir soal dengan hanya satu

alternative jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban. Alternative lainnya dicari

dan ditemukan secara tergesa-gesa, sehingga jawaban tidak homogeny. Butir soal

yang seperti ini tidak terlalu bernilai untuk kemampuan peserta tes.

c) Ada kecenderungan bahwa guru mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan hanya

menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah

kognitif.

3. Beberapa prinsip konstruksi butir soal pilihan ganda

Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip pokok dalam konstruksi butir soal tipe

pilihan ganda (Zainul, 2005:78-84)

8

Page 9: BAB I EHB

a. Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem). Inti

permasalahan dalam butir soal tersebut harus dicantumkan dalam rumusan pokok

soal, sehingga dengan membaca pokok soal, peserta didik sudah dapat menentukan

jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban. Persyaratan ini tidak

berlaku bagi pengembangan pada butir soal kesusteraan

b. Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Peniadaan pengulangan

kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat.

c. Hindari rumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci

mempermudah pengertian, justru dapat membingungkan dan mengaburkan

pengertian. Yang penting rumusan yang baik yang berisi padat, dan jelas tanpa

kata-kata “kembang”.

d. Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka tata atau kata-

kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di tengah-

tengah kalimat.

e. Susunan alternative jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun

alternative jawaban dibuat berderet dari atas ke bawah. Kalau yang diderertkan itu

dari satu kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alphabet, kalau yang dideretkan

bilangan, urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang makin bertambah besar atau

makin menurun, atau diurutkan berdasarkan panjang kalimat.

f. Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau

mentereng. Perlu diingat bahwa tes yang dikembangkan bertujuan untuk mengukur

materi pelajaran, kalau materi tersebut tidak menyangkut perbendaharaan,

janganlah menggunakan istilah teknik atau aneh.

g. Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang

benar. Ciri khas pilihan ganda dari tes objektif yang lain adalah pada pilihan ganda

semua alternative jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar, sehingga

peserta didik terpaksa membaca dan memikirkan semua pillihan dan menetukan

yang mana yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hindari

pengecoh yang dengan melihat sepintas peserta didik sudah bisa dapat menentukan

pengecoh tersebut tidak ada sangkutannya dengan pokok soal atau pengecoh

teesebut adalah jawaban yang tidak masuk akal.

h. Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari

jaawaban yang salah. Ada kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang

9

Page 10: BAB I EHB

lebih panjang dan yang lebih terinci sebagai jawaban yang benar. Oleh karena itu

penulis soal berusaha agar pengecoh dan jawaban yang benar ditulis sama panjang

dengan rincian yang sama pula.

i. Hindari adanya petunjuk/indicator pada jawaban yang benar.

j. Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi “semua yang diatas benar” atau “tidak

ada satu pun yang benar”. Adanya pilihan semacam ini sebenarnya mengurangi

jumlah alternative pilihan, karena kalau peserta didik sudah mengenal satu atau dua

diantara empat pilihan sebagai jawaban pilihan ketiga peserta didik tersebut akan

memilih”semua yang diatas benar”. Hal yang sama berlaku untuk “tidak ada satu

pun yang benar”.

k. Gunakan tiga atau lebih alternative pilihan. Kalau hanya ada dua pilihan, bentuk ini

sama dengan bentuk salah-benar. Dua pilihan berarti tebakannya tinggi sedangkan

kalau lima pilihan factor tebakan menurun yaitu 20 persen. Banyaknya pilihan yang

disediakan sangat ditentukan oleh usia dan tes tergantung pada sifat bahan yang

disajikan.

l. Pokok soal diusahan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna

tidak tentu.

m. Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika

terpaksa menggunakan pernyataan negative tersebut digaris bawahi atau ditulis

tebal.

Semua contoh diatas berlaku pada tipe soal pilihan ganda. Untuk lebih

meningkatkan kemampuan butir soal tipe soal pilihan ganda ada beberapa ragam dari tipe

pilihan ganda yaitu:

1. Pilihan ganda biasa

2. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal

3. Pilihan ganda analisis kasus

4. Pilihan ganda kompleks

5. Pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik, atau table.

10

Page 11: BAB I EHB

Berikut contoh soal dari test pilihan berganda :

1)

 

Dalam menggambar menggunakan pensil. Standard kekerasan pensil kategori paling lunak

adalah ...

A. 2B

B. 3B

C. 4B

D. 5B

E

. 6B

2)  Dalam menggambar menggunakan pensil. Standard kekerasan pensil kategori paling keras

adalah ...

A

. 4H

B. 5H

C

. 6H

D

. 7H

E. 8H

3) Gambar bangunan yang diproyeksikan pada bidang vertikal dan posisinya diambil pada

tempat-tempat.tertentu, terutama adalah duga lantai yang negatip (turun), disebut ...

A. Gambar denah

B. Gambar potongan

C

. Gambar tampak

D. Gambar detail

E. Gambar sketsa

Yang termasuk besaran pokok adalah ...

A Luas

11

Page 12: BAB I EHB

.

B. Panjang

C. Volume

D

. Berat

E. Kecepatan

5)  Nama satuan gaya adalah....

A. Joule

B. Watt

C

. Pascal

D

. Volt

E. Newton

6) 

Penggunaan alat gambar rapido, dipakai untuk menggambar garis-garis konstruksi pada

A. Kertas duplikator

B. Karton manila

C. Kertas minyak

D. Kertas kalkir

E. Kertas HVS

7)  Dalam menggambar teknik jika menggunakan rapido 0,5 berapa ukuran sablon yang

dipakai ?

A

. 0.2 mm

B. 0.3 mm

C

. 0.4 mm

D

. 0.5 mm

12

Page 13: BAB I EHB

E. 0.6 mm

8) 

Pemasangan keramik pada bidang vertikal dimulai

dari ...

A

. Atas ke bawah

B. Kiri ke kanan

C. Kanan ke kiri

D

. Tengah-tengah ke atas

E. Bawah ke atas

9)  Menentukan lebar tangga harus dipertimbangkan berdasarkan ...

A

. Fungsi tangga

B. Tinggi langit-langit

C. Ruang gerak orang

D. Model tanggal

E. Tinggi bordes

1

0)

Perhatikan gambar berikut!

Besar momen di titik C = ........

A. 80 Kgm

B. 90 Kgm

C. 100 Kgm

D. 110 Kgm

13

Page 14: BAB I EHB

E. 120 Kgm

11)  Ukuran kertas A3 adalah

A. 320 x 426 mm

B. 300 x 424 mm

C. 298 x 422 mm

D. 297 x 420 mm

E. 290 x 415 mm

Judul gambar dan skala gambar ditulis di sebelah....

A. atas gambar

B. samping kiri gambar

C

. tengah gambar

D. bawah gambar

E. samping kanan gambar

13)  Toolbar yang berfungsi untuk memperbesar atau memperkecil obyek adalah ....

A

. move

B. offset

C

. rotate

D

. scale

E. line

14)  Untuk mempersiapkan macam-macam jenis text, dilakukan melalui cara ...

A

. format, text style, pilih huruf, OK

B. format, dimention style, pilih huruf, new, ketik kode, OK

C

. format, text style, pilih huruf, new, ketik kode, OK

14

Page 15: BAB I EHB

D. format, dimention style, new, OK

E. format, text style, pilih huruf, new, OK

15)  Untuk membuat arsiran dalam program AutoCad digunakan perintah ...

A. hatch

B. trim

C. multi line

D

. circle

Bentuk tes diatas, setelah dilakukan uji coba terhadap 24 siswa kelas III-2 Jurusan

Teknik Gambar Bangunan SMK N 1 STABAT. Berdasarkan hasil uji coba yang telah

dilakukan, dapat lah ditarik kesimpulan setelah dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut

dapat disimpulkan bahwa siswa dinyatakan “BERKOMPETENSI” dalam teori ujian

kejuruan.

Gambar 1. dokumentasi tes uji kemampuan peserta didik

15

Page 16: BAB I EHB

D. Alat Penilaian Nontes

Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak

menggunakan tes. 

2. Jenis-Jenis Nontes

a. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan

memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan.

Menurut cara dan tujuannya, obsevasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1)      Partisipatif dan nonpartisipatif

2)      Observasi sistematis dan nonsistematis

3)      Observasi eksperimental

Cara pengembangan observasi:

1)      Merumuskan tujuan

2)      Merumuskan kegiatan

3)      Menyusun langkah-langkah

4)      Menyusun kisi-kisi

5)      Menyusun panduaan obsevasi

6)      Menyusun alat penilaian

Contoh observasi:

Guru mengamati cara anak melukis sudut 300.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan cara percakapan

(dialog) yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang

hendak digali.

Wawancara dibedakan menjadi 2 macam:

1)      Wawancara bebas

2)      Wawancara terpimpin

Cara pengembangan wawancara:

1)      Perumusan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara

16

Page 17: BAB I EHB

2)      Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

3)      Penyusunan kisi-kisi dan bentuk wawancara

4)      Penyusunan pedoman dan pertanyaan wawancara

5)      Lembaran penilaian

Contoh wawancara:

Guru menanyakan ke siswa :

“Bagaimana cara kamu menghitung volum dari gambar balok ini? ”

“Mengapa kamu menggunakan cara tersebut?”

“Dari mana kamu mengetahui cara tersebut?”

 

Gambar 2. Tes wawancara kepada salah satu peserta didik

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dalam penyusunan makalah ini kami dapat menyimpulkan, bahwa dalam

menganalisis harus sesuai dengan yang ingin kita di teliti. Kita harus dapat menganalisis

alat-alat tes dan non tes yang kita buat. Apakah tes tesebut valid (tepat) sesuai dengan yang

ingin kita cari. Pergunakan alat tes dan non tes sesaui dengan fungsinya yang ingin kita

cari.

17

Page 18: BAB I EHB

Setelah alat tes dan non tes telah diuji dan dianalisis, maka dapat kami simpulkan

bahwa alat tes yang paling objektif untuk menentukan kompetensi peserta didik (aspek

kognitif) sedangkan alat non tes berupa wawancara tidak objektif untuk menentukan

kompetensi peserta didik tetapi sangat baik untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dari sikap hidup (afektif) dan keteraampilan (psikomotorik).

B. IMPLIKASI

Penerapan dari simpulan tersebut adalah bahwa dalam mengetes yang ingin kita ukur,

harus terlebih dahulu harus sesuai dengan yang ingin kita ukur, sesuai dengan keadaan

yang ingin kita ukur (objek siswa).

C. SARAN

Dalam penggunaan alat-alat tes dan nontes harus sesuai dengan objek yang kita telitih.

Alat tes yang ingin kita gunakan harus sesuai standar.

DAFTAR PUSTAKA

H. Djaali dan  Pudji Mulyono. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT

Grasindo. 2008.

Miftachudin. 2010. Kekurangan dan Kelebihan Bentuk Tes Jenis Uraian.

18

Page 19: BAB I EHB

Nur, Dewi dkk. 2009. Teknik dan Alat Evaluasi Pendidikan Nontes. Bogor. Laporan

kegiatan.

Sunarya, Yaya. 2011. Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Uraian.

http://nandangfkip.blogspot.com/2008/04/pengembangan-tes-uraian_02.html

http://suhadinet.files.wordpress.com/2008/06/angket-model-arcs-untuk-mengukur-

motivasi-belajar-dan-minat-belajar-siswa1.pdf

19