bab i dt.docx

22
BAB I DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Keadaan Umum Wilayah Ambarukmo Plaza Ambarukmo Plaza termasuk dalam wilayah Desa Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Batas- batas wilayah Ambarukmo Plaza yaitu : 1. Sebelah Utara : Desa Condongcatur 2. Sebelah Selatan: Kelurahan Demangan, Kec.Gondokusuman 3. Sebelah Barat : Desa Sinduadi, Kec. Mlati 4. Sebelah Timur : Desa Maguwoharjo Luas wilayah Desa Caturtunggal secara keseluruhan adalah 11.070.000 m 2 , dengan 120.000 m 2 adalah luasan Ambarukmo Plaza, sebagian besar adalah penginapan, kos- kosan dan industri.

Upload: raafi-wp

Post on 09-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

DESKRIPSI WILAYAH

1.1 Keadaan Umum Wilayah Ambarukmo Plaza

Ambarukmo Plaza termasuk dalam wilayah Desa Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Batas-batas wilayah Ambarukmo Plaza yaitu :

1. Sebelah Utara: Desa Condongcatur

2. Sebelah Selatan: Kelurahan Demangan, Kec.Gondokusuman

3. Sebelah Barat: Desa Sinduadi, Kec. Mlati

4. Sebelah Timur: Desa Maguwoharjo

Luas wilayah Desa Caturtunggal secara keseluruhan adalah 11.070.000 m2, dengan 120.000 m2 adalah luasan Ambarukmo Plaza, sebagian besar adalah penginapan, kos-kosan dan industri.

Gambar 1.1 Foto peta satelit Ambarukmo Plaza

1.2 Pengenalan Wilayah

Di negara kita Indonesia ini terjadi 2 musim yaitu musim kemarau yang terjadi biasanya pada bulan Juni hingga Oktober dengan membawa angin muson timur dan musim penghujan pada bulan November hingga Mei dengan membawa angin muson barat.Pada umumnya ditiap musim negeri ini menyisakan masalah-masalah yang selalu saja terjadi tiap tahun dan dalam halaman ini kami akan menguraikan masalah yang sering terjadi pada musim penghujan yaitu banjir dan genangan/limpasan yang terjadi akibat berlebihnya debit air pada suatu saluran air (drainase).

Masalah genangan yang tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia dan tak bisa dihindarkan lagi pasti ada suatu wilayah akan terjadi genangan. Itu juga yang terjadi di Yogyakarta banyak genangan air akibat limpasan air hujan. Banyak sekali titik-titik genangan yang ada di Yogyakarta, untuk mempermudah pengamatan kami melakukan pengamatan di titik Amplaz (ambarukmo plaza) daerah jln.adi sucipto KM 6,5. Di titik ini sering terjadi genangan air setelah turun hujan besar, padahal ukuran drainase air pada daerah itu cukup lebar dan diameternya cukup besar dengan diameter 50 cm dan tinggi saluran 1,5 meter, untuk pembuangan air hujanpun sudah tertampung di sungai gajah uwong yang jarak nya sekitar 1200 meter. Apakah penyebab terjadinya genangan tersebut? Dan apakah hujan mempengaruhi genangan itu?.Pertanyaan itu akan kami jawab pada paragraf berikutnya.

Tabel 1.1 Luas Wilayah

No

Penggunaan

Luas (Ha)

Presentase (%)

1

Pemukiman Umum

19,7

48,52

2

Bangunan Perkantoran

2,85

7,02

3

Bangunan Pertokoan

16,1

39,65

4

Bangunan Pasar

0,56

1,38

5

Jalan

1,39

3,43

Jumlah

40,6

100

1.3 Sistem Drainase

Sistem drainase induk yang ada di lokasi ini adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di desa Caturtunggal juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya.

1.4 Sarana Drainase

Sarana drainase untuk wilayah Ambarukmo Plaza meliputi drainase utama berupa Kali Gajah Uwong, saluran drainase sekunder (pembawa) tertutup, saluran drainase sekunder (pembawa) terbuka, saluran tersier (pengumpul) tertutup, saluran tertier (pengumpul) terbuka. Seluruh sirkulasi drainase disalurkan menuju ke saluran drainase utama berwujud sungai diatas. Pola jaringan drainase pada lokasi ini berupa pola jaringan drainase parallel dimana saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek.

1.5 Genangan

Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya genangan merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian studi. Saat hujan dijumpai genangan di sepanjang Kali Gajah Uwong.

Beberapa penyebab terjadinya genangan di lokasi ini adalah :

a. Luapan dari sistem pembuang yang ada sebagai akibat pendangkalan, penyempitan dan penyumbatan oleh sampah.

b. Luapan akibat gorong gorong tersumbat.

c. Inlet saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat oleh pasir/tanah dan sampah sehingga limpasan air hujan tidak bisa/kurang lancar masuk ke sistem saluran drainase yang ada.

d. Luapan akibat penggunaan bantaran sungai untuk kepentingan yang tidak semestinya;

e. Berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunanaan lahan (untuk permukiman, dan lain sebagainya);

f. Elevasi dari beberapa area berada di bawah elevasi muka air air banjir sungai, bahkan beberapa lokasi elevasinya berada di bawah muka air normal sungai. Dengan kondisi tersebut debit limpasan tidak bisa segera dibuang ke sungai.

BAB II

KONDISI EXISTING SALURAN

2.1Tinjauan Terhadap Saluran Yang Ada

Meliputi tinjauan dimensi, keadaan saluran, perlengkapan saluran yang ada, serta hal hal lain yang dianggap perlu sehingga dapat diharapkan akan didapat dimensi saluran yang sesuai. Hasil pengamatan lapangan adalah sebagai berikut :

a. Kapasitas saluran belum di desain menurut sistem blok kawasan yang harus dilayani, sehingga ada beberapa saluran yang melayani suatu kawasan terlalu luas.

b. Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas pengaliran saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan.

c. Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh luapan, baik dari jaringan tersier, sekunder maupun primer.

d. Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana hirarki ini akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang direncanakan.

Selain itu dari hasil pengamatan ada sistem sekunder yang dimensinya lebih kecil dari sistem tersiernyae. Ukuran gorong gorong yang terlalu kecil, kerusakan gorong gorong maupun kerusakan pada saluran merupakan salah satu penyebab terjadinya luapan dan genangan.

2.2 Peta Daerah Pengaliran Lahan dan Saluran

Garis berwarna kuning menunjukkan bagan aliran air dari lokasi, garis berwarna merah merupakan daerah terjadinya genangan dan garis berwarna biru merupakan aliran sungai sebagai hulu.

2.3Arah Aliran

Gambar 2.1 Tampak Depan

Gambar 2.2 Tampak Atas

Gambar 2.3 Drainase ditutup

Gambar 2.4 Aliran Pembangunan Akhir Drainase

2.5 Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase

Akibat keterbatasan dana, selama ini pemeliharaan prasarana/sarana drainase kurang mendapat perhatian yang cukup dari Instansi yang berwenang. Pemeliharaan prasarana/sarana tidak dilakukan menurut suatu pola yang teratur. Biasanya pemeliharaan akan dilakukan apabila kondisi kerusakan sudah parah atau untuk mengatasi kondisi darurat dan pemeliharaan tersebut dilakukan secarapartial tidak secara menyeluruh.

Akibat dari tidak teraturnya pemeliharaan yang dilakukan, maka :

a. Prasarana/sarana drainase tidak berfungsi dengan optimal.

b. Meningkatnya kerugian yang diderita oleh masyarakat.

c. Meningkatnya biaya pemeliharaan.

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting sarana drainase untuk menjaga kesehatan lingkungan juga merupakan salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian.

2.6 Tinjauan Terhadap Sungai Induk

Perhitungan mengenai kapasitas sungai berdasarkan profil sungai yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan debit banjir hasil perhitungan dengan periode ulang 5 tahun, akan memberikan gambaran mengenai kemungkinan terjadinya atau tidak terjadinya luapan pada sungai dimaksud. Sampai saat ini data profil sungai dan data debit banjir dari sungai sungai utama di wilayah studi belum didapatkan.

Gambar 2.5 Kondisi Sungai Induk

BAB III

ANALISA / ANALISIS

Analisis permasalahan sebagai bahan rekomendasi didasarkan pada komponen komponen yang menjadi variabel dalam konsep penataan sistem drainase. Aspek yang perlu diperhatikan di dalam penataan sistem drainase adalah aspek hidrologi yang meliputi curah hujan, intensitas hujan, kecepatan aliran, koefisien penyebaran hujan dan aspek hidrolika yang meliputi luas penampang saluran, kemiringan saluran dan kelajuan aliran.

1.

2.

3.

Untuk menentukan debit hujan diperlukan beberapa data seperti data curah hujan, koefisien limpasan, koefisien penyebaran hujan dan kecepatan aliran tanah.

Tabel 3.1 Jumlah curah hujan tahunan 2002-2011

Tabel 3.2 Koefisien penyebaran hujan

Luas daerah pengaliran (km2)

Koefisien penyebaran hujan ()

0 4

1

5

0,995

10

0,980

15

0,955

20

0,920

25

0,875

30

0,820

50

0,500

Tabel 3.3 Kecepatan aliran tanah

Kemiringan dasar saluran (%)

Kecepatan rata-rata (m/s)

< 1

0,4

1 2

0,6

2 4

0,9

4 6

1,2

6 10

1,5

10 15

2,4

Beberapa istilah :

1. Intensitas Hujan (I)

Intensitas hujan adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan diperhitungkan dalam desain drainase.

2. Waktu Konsentrasei (to)

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan. Dalam perencanaan, waktu konsentrasi minimum biasanya diambil 5 menit.

3. Debit (Q)

Adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang saluran atau jalur air per satuan waktu.

4. Koefisien Pengaliran (C)

Adalah suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan antara besarnya jumlah air yang mungkin dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada.

3.1. Analisis Debit Hujan Metode Rasional

Q = ..I.A

Keterangan

= koefisien peyebaran hujan.

= koefisien pengaliran.

I = Intensitas hujan.

A = Luas wilayah

1. Menentukan koefisien pengaliran

Tabel 3.4 Koefisien pengaliran.

No

Penggunaan

Luas (Ha)

Koef. pengaliran ()

1

Pemukiman Umum

19,7

0,5

2

Bangunan Perkantoran

2,85

0,7

3

Bangunan Pertokoan

16,1

0,9

4

Bangunan Pasar

0,56

0,9

5

Jalan

1,39

0,9

Jumlah

40,6

=

2. Menghitung debit (Q)

A = 0,406 km2 < 2 km2 dipakai nilai = 1

Q = ..I.A = 0,691.1.(13,53).(83,12) x 1/360

= 2,516 m3/s

3.2. Analisis Debit Hujan Metode Empiris

Q = .Cs. C.I.A

Keterangan

= koefisien peyebaran hujan.

Cs = koefisien limpasan akibat waktu konsentrasi.

C = koefisien limpasan rerata.

I = Intensitas hujan.

A = Luas wilayah.

Dari survei lapangan data sebagai berikut :

Panjang saluran : L = 1200 m

1. Menghitung waktu konsentrasi (tc)

tc =

tc = tcs + tcc tcs = waktu aliran disepanjang lebar area

tcs = asumsi 8 menit

tcc = 64,2 8 = 52,6 menit

Cs =

2. Menghitung intensitas hujan (I)

tc = 1,07 jam = 64,2 menit

I =

= 46,9 mm/jam

3. Menentukan koefisien limpasan (C)

Tabel 3.4 Koefisien limpasan

No

Penggunaan

Luas (Ha)

Koef. Limpasan (C)

1

Pemukiman Umum

19,7

0,5

2

Bangunan Perkantoran

2,85

0,7

3

Bangunan Pertokoan

16,1

0,9

4

Bangunan Pasar

0,56

0,9

5

Jalan

1,39

0,9

Jumlah

40,6

A = 0,406 km2 < 2 km2 dipakai nilai = 1

C =

4. Menghitung debit (Q)

Q = .Cs. C.I.A = 1.(0,5497).(0,691).(46,9).(40,6)x1/360

= 2,009 m3/s

Analisis ini merupakan metode empiris, tanpa memperhatikan data curah hujan (R) walaupun tidak akurat tapi data intensitas hujan ini dapat memberikan informasi awal pada perencanaan.

Dari hasil perhitungan debit hujan didapat 2,009 m3/s.

3.2 Kesimpulan

Setelah kami analisa daerah ini terdapat beberapa genangan yang terjadi bila hujan deras dalam selang waktu yang cukup lama yang dikarenakan pendangkalan pada drainase dan minimnya lahan penyerapan air. Solusinya pengerukan drainase secara berkala dan disediakan lahan/kawasan penyerapan air.

2002200320042005200620072008200920102011

Januari530,40173,60333,50333,50390,6099,90174,10263227396

Februari456,20465,10159,00159,00309,10335,00346,20326174405

Maret465,60233,50267,60267,60336,60283,90241,60130259234

April243,7019,4019,40231,60325,60263,30229151274

Mei24,3024,30194,6040,10105,70132208184

Juni6,106,100,1039,209,2049815

Juli12,7012,700,303,300,00211000

Agustus7,007,000,000,000,0011070

September1,401,400,000,002,2003960

Oktober12,6012,601,4052,80190,5010032226

November329,20329,2041,50184,60305,70102342241

Dessember423,00423,00328,70709,20232,00227374310

Bulan

Curah Hujan (mm)

691

,

0

9

.

0

40,6

39

,

1

9

.

0

40,6

56

,

0

9

.

0

40,6

1

,

16

7

.

0

40,6

85

,

2

5

.

0

40,6

7

,

19

=

+

+

+

+

jam

07

,

1

24

,

1

2

,

1

87

,

0

H

87

,

0

385

.

0

3

385

.

0

3

=

=

D

L

5497

,

0

6

,

52

2

2

,

64

2

2

,

64

2

2tcc

2tc

2tc

=

+

=

+

10

64,2

3480

10

tc

3480

+

=

+

691

,

0

9

.

0

40,6

39

,

1

9

.

0

40,6

56

,

0

9

.

0

40,6

1

,

16

7

.

0

40,6

85

,

2

5

.

0

40,6

7

,

19

=

+

+

+

+