bab i ( drainase )siip
DESCRIPTION
laporan praktek kerja bengkel drainase politeknik negeri malang pregram study manajemen rekayasa konstruksiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu drainase bermula tumbuh dari kemampuan manusia mengenali
limbah-limbah sungai yang mampu mendukung kehidupannya. Adapun
kebutuhan pokok tersebut berupa penyediaan air bagi keperluan rumah tangga,
pertanian, peternakan, perikanan, dll.
Dari siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim,
pada masa tertentu selalu terjadi keberadaan air secara berlebih, sehingga
menggangu kehidupan manusia itu sendiri. Selain hal tersebut diatas, kegiatan
manusia semakin bervariasi sehingga menghasilkan limbah berupa air buangan yang
dapat menggangu lingkungan hidupnya. Berangkat dari kesadaran akan arti
kenyamanan hidup sangat tergantung pada kondisi lingkungan, maka orang mulai
berusaha mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari
kemungkinan adanya gangguan air berlebih atau kotor.
Dari sekumpulan pengalaman terdahulu dalam lingkungan masyarakat yang
masih sederhana, ilmu drainase perkotaan dipelajari oleh banyak bangsa. Sebagai
contoh orang Babilon mengusahakan limbah sungai Eufrat dan Tigris sebagai lahan
pertanian yang dengan demikian pasti tidak dapat menghindari permasalahan drainase.
Orang Mesir telah memanfaatkan air sungai Nil dengan menetap disepanjang lembah
yang sekaligus rentan terhadap ganggaun banjir. Penduduk di kawasan tropika basah
seperti di Indonesia secara otomatis mereka pasti berinteraksi dengan masalah gangguan
air pada musim hujan secara periodic.
Maka harus diakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu drainase
dipengaruhi oleh ilmu hidrologi, hidrolika, matematika, statika, fisika, kesehatan,
lingkungan, social ekonomi yang umumnya menyajikan suatu pendekatan masalah
secara imtergrasi maka ilmu drainase semakin tumbuh menjadi ilmu yang mempunyai
dinamika yang cukup tinggi.
1
2.1 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah agar dapat digunakan sebagai
pedoman belajar bagi Mahasiswa Politeknik jurusan Teknik Sipil, sehingga
mahasiswa dapat mengetahui gambaran awal dari prosedur pelaksanaan
praktikum secara sistematis sehingga nantinya dapat dipraktekkan di lapangan
yang sesungguhnya sesuai dengan materi yang didapat.
3.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan beberapa rumusan masalah
antara lain:
1. Apa saja yang diperlukan dalam Praktek Drainase?
2. Apa yang dimaksud dengan saluran drainase serta bagaimana
pengaplikasikannya dilapangan?
3. Alat-alat apa saja yang diperlukan dalam Praktek Drainase ?
4. Hal-hal apa saja yang harus harus diperhatikan dalam melakukan praktek
Drainase?
4.1 Metode yang Digunakan
Dalam melaksanakan praktek kerja Drainase, metode yang digunakan antara
lain adalah manual, yaitu dengan menggunakan tangan sebagai tenaga, dan
menggunakan mesin yang nantinya dapat lebih memudahkan dalam praktek. Semua
metode yang digunakan sangat bermanfaat untuk menjamin kelancaran dan kecakapan
para mahasiswa selama praktek.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Keselamatan Kerja
2.1.1 Pentingnya Membiasakan Diri Aman Bekerja
Memperhatikan peraturan-peraturan untuk keselamatan kerja merupakan suatu
hal yang penting pada perusahaan-perusahaan konstruksi. Banyak pekerja pada
perusahaan-perusahaan yang mempelajari dan memperhatikan keselamatan kerja
melalui pengalaman-pengalaman yang dialami maupun diperolehnya. Tetapi,
mahasiswa lebih memiliki kesempatan untuk mempelajarinya dari instruktur dan buku
kerja berupa diktat yang diperoleh dari dosen pengajar maupun dosen pembimbingnya.
Sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan sedini mungkin dapat dihindari dan
diatasi, dan diharapkan tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan sewaktu kerja
berlangsung.
2.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja, antara lain:
1. Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan tahu
dan mengerti untuk menjaga keselamatan dan keamanan alat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pentingnya
keselamatan kerja bagi dirinya sendiri.
3. Mahasiswa diharapkan bekerja sangat hati-hati demi
menjaga keselamatan alat dan dirinya sendiri.
2.1.3 Bagaimana Meningkatkan Kebiasaan Bekerja yang Aman
Meningkatkan kerja yang aman sangat penting sekali, mengingat biasanya sarana
penunjang keselamatan kerja sangatlah minim sekali, hal ini terutama sering terjadi
pada perusahaan-perusahaan yang relatif berskala kecil-menengah. Cara-cara
meningkatkan keamanan kerja antara lain:
1. Camkan semua peraturan kerja dengan sungguh-
sungguh.
2. Waspadalah terhadap kemungkinan yang
membahayakan. Jika bahaya terlihat, maka tunda/hentikan dulu pekerjaan
sampai situasi aman terkendali.
3
3. Peliharalah peralatan agar selalu bersih, tajam dan
dalam keadaan baik.
4. Simpan bahan-bahan yang mengandung kimia
berbahaya di tempat aman dan gunakanlah secara hati-hati serta dengan
pengetahuan yang cukup mengenai hal itu.
5. Perhatikan semua peralatan mesin yang berputar cepat
dengan sangat hati-hati.
2.1.4 Peralatan
Peliharalah setiap peralatan setelah selesai dipakai, jangan menunda-nunda
kegiatan pembersihan karena terlalu lama kotoran yang menempel akan lebih sulit
untuk dibersihkan dan akan membawa kerugian di kemudian hari saat akan dipakai
kembali. Peliharalah setiap peralatan dengan baik, bersih, bebas karat dan tajam.
Jangan sekali-sekali menggunakan peralatan yang tumpul dan sudah berkarat maupun
rusak karena akan memperbesar terjadinya kecelakaan kerja, karena alat tersebut bisa
patah dan mungkin akan melukai diri sendiri atau orang lain.
2.1.5 Bahan-bahan Kimia
Pemakaian bahan-bahan kimia dalam jurusan teknik sipil jarang digunakan
namun tidak sedikit pula dijumpai, misalnya pemakaian vaselin dan ali untuk pelumas
peralatan kerja. Dalam hal ini kita harus mengetahui sifat-sifat bahan kimia tersebut
dan hendaknya disimpan di tempat yang aman dan digunakan secara hati-
hati.Bermacam-macam bahan kimia yang digunakan oleh pekerja instalasi pipa dapat
menimbulkan bahaya. Seperti minyak pelumas bekas yang digunakan untuk memotong
pipa dapat menggelincirkan seseorang, begitu juga dengan minyak tanah atau naphta
yang tercecer dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Begitu juga bahan kimia drain
cleaning (sejenis soda api) dapat membakar kulit dan membahayakan mata.
2.1.6 Tanggung Jawab
Setiap mahasiswa yang melakukan praktek instalasi pipa harus selalu ingat akan
tanggung jawab terhadap diri sendiri, teman maupun lingkungan sekitarnya. Misalnya
saat praktikan meletakkan bisk beton (pipa saluran dari beton), terutama disaat bisk
beton dalam keadaan basah karena biasanya biskbeton akan menjadi berat.orang yang
meletakkan bisk beton harus diperingatkan bahwa bisk beton memiliki permukaan yang
kasar sehingga dapat merobek tangan.
2.1.7 Tempat Kerja yang Bersih
4
Tempat kerja menentukan kenyamanan kerja. Tempat kerja yang berserakan
peralatan, material, dll merupakan hal yang sangat membahayakan. Seorang ahli
tentang keselamatan kerja menyebutkan bahaya akan tergelincir dan sandungan. Jangan
sekali-sekali membiarkan barang-barang kerja berserakan.
2.1.8 Melakukan Pekerjaan
Saat melakukan pekerjaan, selalu perhatikan keselamatan kerja. Jika semua
pekerjaan dilakukan di atas, gunakan andhang atau papan pijakan. Jika bekerja pada
galian terbuka, pasanglah penghalang atau pagar agar tidak terjatuh ke dalam lubang.
Periksa pekerjaan, apakah jika diangkat sendiri ringan, berat, atau licin sehingga dapat
dipikirkan bagaimana cara memindahkan atau bekerja dengan benda tersebut secara
aman.
2.2 Pengertian
Drainase merupakan pekerjaan pembuatan saluran pembuangan. Baik air
buangan hujan, air permukaan maupun air buangan dari kamar mandi, dapur dan
WC. Secara umum drainase didefisinikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
pemanfaatan tertentu.
Sedangkan drainase perkotan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan
pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang ada dikawasan kota tersebut.
Dengan demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki
kekhususan, sebab untuk perkotaan ada atambahan desain seperti keterkaitan
dengan tata guna lahan, keterkiatan dengan master plan drainase kota,
keterkaitan dengan masalah social ( kurangnya kesadaran masyarakat dalam
ikut memelihara fungsi drainase kota ) dan lain-lain.
2.3 Penggunaan Drainase
Pemakaian atu pemasangan pekerjaan drainase digunakan pada
berbagai bangunan yang berhubungan dengan pengerjaan pengeringan atou
pembuangan zat cair ( Air ) yang dapat mengurangi umur pakai maupun
merusak bangunan tersebut.
Bangunan-bangunan tersebut adalah :
5
Rumah tinggal.
Pekerjaan penyaluran/ pembuangan air hujan dan limbah domestic
( buangan dari kamar mandi/ WC, dapur, air cucian dll ).
Perkantoran.
Idem + tempat parkir.
Asrama.
Hotel.
Kampus / Sekolahan.
Idem + limbah bengkel / Laboratorium.
Rumah Sakit.
Idem.
Pabrik-Pabrik / Industrial Estate
Stadion / Kompleks Olahraga
Kompleks Perumahan / Real Estate.
Padang / Lembah Golf.
Jalan Raya.
Lapangan Terbang / Bandara.
Pelabuhan Laut.
Bendungan / Waduk.
Bhumi perkemahan.
Tempat – tempat rekreasi.
Tempat Penngolahan/Pembuangan Sampah Akhir (TPA), dll.
2.4 Jenis Drainase
Saluran drainasi pada umumnya terbuka atau tertutup. Tetapi
selayaknya pada saluran terbuka hanya untuk mengalirkan air buangan yang
relatif tidak berbau, seperti air hujan maupun air permukaan (rembesan sistem
irigasi, mata air, dll).
Sedangkan saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air buangan
dari kamar mandi, WC, dapur, cucian maupun buangan hasil proses industri.
6
2.5 Penampang Saluran
Ada berbagai macam penampang saluran yang digunakan , tetapi pada
saluran terbuka banyak digunakan saluran berpenampang segi empat maupun
trapezium. Untuk penampang saluran tertutup, banyak digunakan pipa saluran
berpenampang bulat.
Penampang Saluran Terbuka
a. Saluran Segi Empat
b. Saluran Segi Empat Dengan Saluran Kecil (Cunnette)
c. Saluran Trapesium
7
d. Saluran Trapesium Dengan Saluran Kecil (Cunnette)
e. Saluran Bentuk Lainnya
8
f. Penampang Saluran Tertutup
9
Gorong-gorong Segi Empat (Box Culvert)
Gorong-gorong Bulat Gorong-gorong Bulat Telur
2.6 Fungsi Dan Tujuan Pekerjaan Drainase
2.6.1 Untuk Pengeringan
Adakalanya di sekitar suatu kompleks perumahan penduduk terdapat rawa-
rawa atou suatu lapangan yang digenangi air. Keadaan lingkungan yang seperti ini dapat
mendatangkan wabah penyakit bagi penduduk yang tinggal di sekitar area tersebut.
Oleh karena genangan air atau rawa tersebut telah menjadi sarang berbagai penyakit
seperti Malaria, Cholera, Demam berdarah dan lain-lainnya. Untuk menghindari hal itu
diperlukan suatu sistem drainase yang baik agar tidak terjadi genangan air agar
lingkungan di situ sehat, aman, dan sejahtera.
2.6.2 Untuk Pencegahan Banjir
Ada daerah-daerah tertentu yang hujannya turun sering seperti pada saat
musim sekarang curah hujan hampir di daerah-daerah di wilayah Indonesia curah hujan
sangat tinggi jadi hampir tiap harti terjadi hujan, kalau saluran drainase tidak dibuat
dengan baik maka banjir akan terjadi di mana-mana. Maka saluran drainase harus
difungsikan sebagai mana mestinya.
2.6.3 Untuk Pembuangan Air Kotor
Air buangan dari industri adalah penyebab pencemaran lingkungan , kerena
air buangan ini mengandung berbagai macam bahan kimia, sampah-sampah pabrik, dll.
Banyak ikan dan hewan ternak penduduk mati disebabkan air lingkungan mereka
tercemari oleh air buangan dari industri atau di sebut dengan air limbah pabrik. Untuk
mencegah agar lingkungan tempat tinggal penduduk tidak tercemari, maka buangan dari
10
Gorong-gorong Tapal Kuda
industri harus dialirkan secara khusus dengan melalui pengolahan limbah yang sesuai
dengan semestinya agar pada saat dialirkan ke pembuangan air, tidak berbahaya karena
sudah steril.
2.6.4 Penyuplaian Air Untuk Penduduk
Dalam suatu kota pada umumnya, air yang dibutuhkan penduduk
didatangkan dari suatu kabupaten pada umumnya, air yang dibutuhkan penduduk
tersebut akan dialirkan kerumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa yang diinstalasi
sedemikian rupa agar air tersalurkan dengan lancar dan baik ke konsumen.
2.6.5 Jenis Saluran
Saluran drainase pada umumnya ada yang terbuka dan ada juga yang
terbuka. Tetapi layaknya pada saluran terbuka untuk mengalirkan air buangan yang
relative tidak berbau , seperti air hujan maupun air permukaan ( rembesan system
irigasi, mata air, dll ).
Sedangkan Saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air buangan dari
kamar mandi, WC, dapur, cucian maupun buangan hasil proses industry.
2.7. Sistem Saluran.
Jenis saluran yang ada merupakan jaringan instalasi Sistem Terpisah
yaitu satu saluran hanya mengalirkan air kotor dari rumah tangga / industri,
sedangkan saluran lainnya hanya mengalirkan buangan air hujan. Sistem
Kombinasi atau Sistem Gabungan merupakan satu saluran yang membawa air
buangan rumah tangga/industri dan buangan air hujan.
Pada sistem ini sering dijumpai pada kota-kota di negara berkembang,
oleh karena faktor ekonomi, tetapi pada daerah perdagangan dan pariwisata yang
bertaraf internasional di negara berkembang sudah menerapkan sistem terpisah.
Sedangkan Sistem Terpisah Sebagian hanya dipasang pada daerah tertentu saja,
yaitu pada titik tertentu pada saluran yang membawa air hujan dipasang Valve
(Katub) atau pintu air yang dihubungkan dengan saluran yang membawa limbah
domestik untuk penggelontoran terhadap endapan pada dasar saluran limbah
domestik yang sewaktu-waktu dibutuhkan, yang dioperasikan pada waktu air
hujan cukup untuk penggelontoran (Flushing).
11
SISTEM TERPISAH
SISTEM KOMBINASI/GABUNGAN
SISTEM TERPISAH SEBAGIAN
12
RUMAH TANGGA
INDUSTRI
AIR HUJAN
INSTALASI PENGOLAH LIMBAH
A
BADA
N A
IR/S
UN
GAI
RUMAH TANGGA
INDUSTRI
AIR HUJAN
INSTALASI PENGOLAH LIMBAH
B BADA
N A
IR/S
UN
GAI
AIR HUJAN
RUMAH TANGGA
INDUSTRIINSTALASI
PENGOLAH LIMBAH
BA
DA
N A
IR/S
UN
GA
IBA
DAN
AIR
/SU
NG
AI
RUMAH
TANGGA
INDUSTRIINSTALASI PENNGOLAH
LIMBAH
AIR HUJAN
VALVE (KATUB)/PINTU AIR
2.8 Posisi Saluran
Sebagaimana seperti yang sering kita jumpai, posisi saluran di luar halaman rumah atau gedung, yaitu di kedua sisi jalan, biasanya disebut saluran drainase jalan. Oleh karena saluran tersebut juga melayani buangan air hujan dari genting/atap rumah maupun bangunan lainnya serta halaman, maka secara umum kita sebut saluran drainase. Perhatikan gambar-gambar dibawah ini dimana posisi/letak saluran, baik saluran terbuka maupun saluran tertutup.
13
Dibawah As Jalan
Dibawah Median Jalan
Dibawah Batas Belakang Rumah
14
Dibatas Blok
Tepi Jalan / Dibawah Trotoir
BAB III
JOB SHEET
Praktek I
3.1 Latihan Dasar Membuat Kemiringan dasar Saluran dengan
Boning - Rod
3.1.1 Dasar Teori
Boning-Rod digunakan untuk menentukan kemiringan dasar
galian/pemasangan pipa agar memiliki kemiringan yang lurus sesuai
dengan yang dikehendaki.
3.1.2 Alat dan Bahan
Roll meter.
Boning Rod
Patok dari kayu.
Selang air ( waterpass air ).
Martil besar (bobot 10 – 20 kg).
Benang.
Patok dolken panjang 90 cm atau usuk 5/7 cm panjang 90
cm.
3.1.3 Langkah Kerja
Pekerjaan persiapan
a. Buat patok dari dolken atau usuk sejumlah yang diperlukan.
b. Tentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan
patok.
15
90 cm
c. Pasang tiang dolken 1 (satu) meter di luar ujung sisi galian (A –B).
d. Tandai salah satu tiang dengan pensil pada ketinggian 80 cm dari
tanah, lalu tanda itu dipindahkan pada seluruh tiang-tiang dengan
datar menggunakan slang plastik yang diisi air.
e. Pada salah satu ujung A, dipasang papan Stake-Out tepat pada tanda
pensil tadi.
16
Rencana galian1 m 1 m
AB
TAMPAK SAMPING
TAMPAK ATAS
Rencana galian
Rencana galian1 m 1 m
AB
Slang plastik (Waterpass)
Rencana galian1 m 1 m
AB
f. Lalu Stake-Out itu diberi skor ke belakang agar kokoh berdirinya.
g. Tentukan penurunan galian sesuai dengan kemiringan yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Contoh :
Panjang galian = 600 cm
Kemiringan galian =1 : 40 = 800/40 = 20 cm perbedaan ketinggian
Angka ini ditandai pada tiang ujung B, yaitu 20 cm turun dari tanda pertama tadi.
17
Rencana galian1 m 1 m
AB
Rencana galian1 m 1 m
AB
6 m
Pelaksanaan kerja
a. Pasang sebuah patok pada ujung-ujung galian dengan ketinggian yang
sama (waterpass). Jarak patok A ke patok B = 10 meter.
b. Hitung penurunan saluran berdasarkan angka kemiringan yang sudah
ditentukan misalnya 3 %.
c. Tandai pada patok B = 30 cm turun dari puncak atas patok, lalu
tancapkan sebuah lagi patok pendamping (patok C)dari patok B itu,
tingginya tepat sama dengan garis tanda yang sama pada patok B.
(turun 30 cm terhadap patok B)
18
Slang plastik (Waterpass)
AB
Slang plastik (Waterpass)
AB C
30 cm
d. Lalu pukul patok B hingga permukaan patok tersebut sama (selevel)
dengan patok C.
e. Lalu pasang patok-patok antara pada tiap jarak 2 (dua) meter diantara
patok A – B dengan lurus menggunakan yalon/tongkat ukur.
Ketinggian patok-patok antara ini dibuat lebih tinggi sedikit atau sama
tinggi dengan patok A.
f. Kemudian dirikan boning-rod diatas patok A dan patok B, masing-
masing dipegang oleh satu orang, Boning-rod harus tegak lurus. Dan
satu orang berdiri kira-kira 1 (satu) meter dibelakang patok A lalu
membidik permukaan atas Boning-rod pada patok A dan patok B
(dimana kedua permukaan Boning-rod harus betul-betul horisontal
dan satu garis). Dan satu orang lagi memegang Boning-rod dan
mendirikannya di atas salah satu patok antara.
19
AB C
30 cm
AB
TAMPAK SAMPING
TAMPAK ATAS
A B
B A
g. Si pembidik memberi aba-aba pada yang bekerja pada patok antara
apakah patok antara itu harus diturunkan lagi agar segaris dengan
patok A dan Patok B. Si pemegang patok antara dibantu oleh seorang
yang bertugas untuk memukul patok antara agar permukaan patok
turun, sehingga garis bidikannya segaris. Penurunan patok antara ini
dilakukan sedikit demi sedikit sambil dikontrol oleh si pembidik.
h. Begitulah penurunan patok-patok antara yang lainnya, sehingga semua
patok itu akan menjadi segaris dalam suatu kesatuan miring yang
tepat.
3.4.3 Kesimpulan
1. Penggunaan benang hanya diijinkan untuk membuat garis sudut.
2. Pemasangan patok-patok harus betul-betul tegak lurus dan kokoh
3. Dibutuhkan minimal 5 (lima) orang untuk menyelesaikan praktek ini.
Yaitu, 2 orang sebagai pembidik, satu orang sebagai pemukul patok dan
dua orang yang lain sebagai pemegang boning rod
4. Pada akhirnya kemiringan jalur/saluran harus sama dengan kemiringan
yang telah di desain sedemikian rupa sesuai dengan perencaan.
20
B A
B
A
Praktek II
3.2 PEMASANGAN STAKE-OUT DAN GALIAN TANAH
3.2.1 Dasar Teori
Stake-out dan galian tanah merupakan pengaplikasian dari latihan
kemiringan dasar saluran menggunakan boning-rod. Dalam hal ini stake-
out menjadi dasar sekaligus menjadi acuran dalam menentukan kedalaman
sekaligus lurusnya jalur yang dibuat sesuai dengan rencana kerja.
3.2.2 Peralatan
Roll meter.
Selang air ( waterpass air ).
Martil besar (bobot 10 – 20 kg).
Benang.
Gergaji.
Ember.
Unting-unting.
Sekop dan cangkul.
Boning-rod.
Sendok spesi.
Pensil.
Bak spesi.
Gerobak.
Linggis.
3.2.3 Bahan
1. Patok dolken 90 cm atau usuk 5/7 cm.
2. Papan 2x20x120 cm .
3. Paku – 5 cm.
4. Gamping.
5. Batu Bata.
6. Biston ( gorong-gorong ).
21
3.2.4 Langkah Kerja
a. Tentukan lokasi jalur/trase saluran, pasang patok-patok sebagai as
saluran. Untuk jalur yang panjang dan lurus, patok-patok dapat
dipasang dengan jarak 10 – 15 meter sebagai lokasi Stake-Out (Bouw
plank). Pada praktikum kali ini jalur yang dipakai sepanjang 3
meter saja.
b. Lalu kita pasang papan Stake-Out diatas patok dengan datar, maka
kita sudah membuat 2 ( dua ) buah Stake-Out dengan kesatuan miring
yang diinginkan .
c. Tandai pertengahan panjang papan Stake-Out sebagai sumbu ( as )
saluran dengan membidik as/patok dibawah papan Stake-Out
menggunakan unting-unting.
22
Rencana Saluran
Saluran Drainasi Primer
Rencana Saluran
Saluran Drainasi Primer
I H G F E
D
C B A
d. Lalu tandai 25 cm kiri kanan as tadi (sebagai lebar galian dan
tergantung diameter pipa yang akan dipasang), ini dilakukan pada
kedua papan Stake-Out tadi yaitu di titik A dan di titik B .
Pada garis-garis tanda ini kita pasang 2 ( dua ) buah paku sebagai
pengikat benang nantinya.
23
PAPAN DUGA
As galian / pipa
Patok trase saluran
Unting-unting
PAPAN DUGALEBAR GALIAN
As galian / pipa
Patok trase saluran
Unting-unting
e. Lalu kita tarik benang dari Stake-Out A ke Stake-Out B , yaitu benang
tepi keduanya , kemudian benang ini kita pindahkan ke tanah tegak
lurus dan kita tandai dengan bubuk kapur atau pasang patok dan 1
(satu) paku diatasnya dan benang diikat, maka garis inilah sebagai
garis tepi galian.
f. Jika menggunakan tanda kapur sebagai tepi galian , lepas benang
tersebut, dan sekarang penggalian tanah kita mulai, dengan
menggunakan cangkul dan sekop ( Jika tanah terlalu keras penggalian
menggunakan linggis, jika trase saluran terdapat bekas bangunan
misalnya, dibongkar menggunakan mesin pahat/hammer beton ) .
Tanah bekas galian harus kita tempatkan pada salah satu sisi galian
dengan jarak minimum 30 cm dari tepi galian .
g. Galian kita lakukan selapis demi selapis sampai sedalam 40 cm
kemudian kemiringan dasar galian kita kontrol dengan Boning-rod ,
dengan mendirikannya di dasar galian dan kita bidik pada kedataran
kedua papan Stake Out tersebut .
24
PAPAN DUGALEBAR GALIAN
Patok trase saluran
Unting-unting
3.2.5 Gambar Kerja
3.2.5 Kesimpulan
Praktikum ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, sebab
banyak item pekerjaan yang harus dilakukan tahap demi tahap seperti
menggali tanah yang kemudian akan digunakan sebagai jalur saluran. Dan
hal yang mungkin cukup sulit bagi mahasiswa adalah dalam pengaturan
kemiringan tepi saluran.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Drainase merupakan salah satu pekerjaan utilitas dari bangunan
gedung, bagian dari bangunan air maupun bangunan transportasi yang harus
diadakan. Pekerjaan drainase sangat penting dilakukan karena mempunyai
tujuan yang penting pula seperti mencegah banjir, pembuangan air kotor dan
penyaluran air lainnya pada suatu kota serta mencegah longsor. Oleh karena
itu pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat dan dengan
perhitungan yang teliti, mulai dari ketinggian lokasi (elevasi), posisi dan
menjaga kelurusannya serta kedap air, cukup kuat dan tahan lama.
4.2. Saran
1. Dalam praktek ini sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antar teman
agar pekerjaan ini dapat terselesaikan dengan baik dan cepat.
2. Mahasiswa diharapkan meminta pentujuk dari para pembimbing sebelum
melakukan praktek, dan selama praktek berlangsung agar tidak terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Dibutuhkan ketelitian dan keseriusan dalam mengerjakan semua praktek
drainase.
26