laporan drainase

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali. Hal ini menjadikan kota Denpasar sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, pariwisata, perdagangan, dan permukiman. Kedudukan kota Denpasar tersebut menuntut adanya fasilitas memadai yang menunjang keamanan, kenyaman, dan bebas dari banjir maupun genangan air. Bertambahnya jumlah penduduk kota denpasar menyebabkan pesatnya perkembangan kota, sekaligus menyebabkan bertambahnya jumlah permukiman. Alih fungsi lahan menjadi permukiman tersebut mengakibatkan berkurangnya resapan air ke dalam tanah sehingga limpasan air permukaan meningkat. Selain itu, Peningkatan jumlah penduduk juga menyebabkan meningkatnya debit limbah, dan berpotensi besar mengurangi sepadan saluran (eksploitasi lahan untuk pemukiman). Rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan dapat dijumpai dengan dibuangnya sampah ke saluran drainase. Sampah pada saluran menyebabkan menurunnya efektifitas saluran. Bahkan di beberapa tempat, saluran terputus akibat ditimbun oleh masyarakat. 1

Upload: cakra-dwipayana

Post on 30-Jun-2015

1.654 views

Category:

Documents


81 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan drainase

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali. Hal ini menjadikan kota Denpasar

sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, pariwisata, perdagangan, dan

permukiman. Kedudukan kota Denpasar tersebut menuntut adanya fasilitas memadai

yang menunjang keamanan, kenyaman, dan bebas dari banjir maupun genangan air.

Bertambahnya jumlah penduduk kota denpasar menyebabkan pesatnya

perkembangan kota, sekaligus menyebabkan bertambahnya jumlah permukiman. Alih

fungsi lahan menjadi permukiman tersebut mengakibatkan berkurangnya resapan air

ke dalam tanah sehingga limpasan air permukaan meningkat. Selain itu, Peningkatan

jumlah penduduk juga menyebabkan meningkatnya debit limbah, dan berpotensi

besar mengurangi sepadan saluran (eksploitasi lahan untuk pemukiman).

Rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan dapat dijumpai dengan

dibuangnya sampah ke saluran drainase. Sampah pada saluran menyebabkan

menurunnya efektifitas saluran. Bahkan di beberapa tempat, saluran terputus akibat

ditimbun oleh masyarakat.

Secara topografi Denpasar relatif datar dengan kemiringan 0-15 %. Pada daerah

datar, kecepatan aliran rendah sehingga mudah terjadi pengendapan pada dasar

saluran.

Hal – hal tersebut merupakan beberapa penyebab sistem drainase eksisting tidak

berfungsi secara maksimal. Itu ditandai dengan sering terjadi genangan air di

beberapa tempat di wilayah Denpasar.

Untuk menanggulangi masalah tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan

menganalisis saluran drainase eksisting mulai dari daerah genangan air, pola aliran,

dimensi saluran, tebal endapan, profil saluran, dan sebagainya yang terkait dengan

efektifitas saluran dan kebutuhan drainase.

1

Page 2: laporan drainase

Dalam laporan ini, daerah genangan air yang diamati yaitu daerah jalan Tukad

batanghari, panjer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Dimana daerah rawan genangan air di sekitar jalan Tukad Batanghari?

2. Bagaimana kondisi saluran eksisting yang ada di wilayah jalan Tukad

Batanghari termasuk pola aliran, dimensi saluran eksisting, tebal sedimen,

tinggi muka air, profil saluran, bangunan penunjang drainase?

3. Apa tindakan dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang

terjadi sepanjang jalan Tukad Batanghari?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui daerah rawan genangan air yang ada di sekitar jalan Tukad

Batanghari.

2. Mengetahui kondisi saluran eksisting.

3. Mengetahui tindakan yang sudah dilakukan dan yang perlu dilakukan

pemerintah untuk mengatasi daerah genangan air yang terjadi sepanjang

jalan Tukad Batanghari.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa penulis

1. Sebagai media dalam pendalaman wawasan dan pengalaman mengenai

identifikasi drainase suatu wilayah.

2. Melatih kemandirian, kerja keras, dan kemampuan bekerja dalam tim.

1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa Pembaca dan Masyarakat

1. Sebagai gambaran tentang kondisi drainase yang ada pada sekitar jalan

Tukad Batanghari.

1.5 Ruang Lingkup Penulisan

2

Page 3: laporan drainase

Ruang lingkup penulisan laporan ini yaitu hasil pengamatan lapangan tentang

kondisi drainase daerah sekitar jalan Tukad Batanghari, serta hasil kajian teknis

tentang drainse tersebut yang dilakukan oleh PU

3

Page 4: laporan drainase

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan

kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase.

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari

suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga

diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan

salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada

suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air

tersebut. (Suhardjono 1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu

unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju

kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi

untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah

permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Sehingga dapat disimpulkan drainase adalah

suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan air yang perlu ditangani atau

dibuang meliputi:

Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah(surface flowatau surface run off)

Aliran bawah tanah(subsurface flow atau subflow)

Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan

permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air kelebihan menggenang pada

daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian,

industri, dan pariwisata.

4

Page 5: laporan drainase

2.1.1 Jenis-jenis drainase

Drainase secara umum dibagi menjdai dua bagian yaitu drainase permukaan tanah dan

drainase bawah tanah. Dalam perencanaan keduanya memilki konsep dasar yang berbeda,

namun daam perencanaan system drainase tentu perlu direncanakan baik drainase

permukaan maupun drainase bawah permukaan. Secara garis besar dikenal tiga jenis

system drainase:

1. drainase perkotaan.

2. drainase lahan

3. drainase jalan

2.1.1.1 Drainase perkotaan

Semua kota-kota besar mempunyai system drainase untuk pembuangan airhujan.

Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder, kemudian berkumpul di

saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke dalam sungai, danau, laut.

Pembuangan edapat mungkin dilakukan dengan cara gravitasi, apabila tak mungkin

maka digunakan system pompa dengan bangunan pendukung. Saluran dapat berupa

saluran tertutup ataupun saluran terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan system

pemeliharaan yangada. Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah

dibandingkan yang tertutup.

2.1.1.2 Drainase Lahan

Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah

atau menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah daerah akar, untuk

memperbaiki tumbuhnya tanaman atau menurunkan akumulasi garam-garam tanah,

kondisi ini difungsikan untuk pertanian dan perkebunan.

5

Page 6: laporan drainase

2.1.1.3 Drainase jalan

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di

perkotaan dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka

tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu

jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran

drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan

muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan

elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui

inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan

raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan

ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau

pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka

saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung,

maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan

satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu

sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak

tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk

mengalirkan air dari saluran.

2.1.2 Sistem Drainase Kota Denpasar

2.1.3 Daerah Potensi Genanagn air

2.2 Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai intensitas curah hujan rata-

rata yang diasumsikan jatuh seragam di atas daerah tangkapan hujan

untuk menentukan durasi dan frekuensi (Interval rata-rata periode ulang),

dan satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan intensitas curah

hujan adalah mm/jam. Pada daerah tangkapan hujan yang kecil, besarnya

durasi tergantung pada hubungannya dengan waktu konsentrasi atau

lamanya aliran dari daerah tangkapan hujan ke saluran keluar (outlet).

6

Page 7: laporan drainase

Sedangkan untuk daerah tangkapan hujan yang lebih besar, digunakan

pola aliran sementara agar intensitas curah hujan berubah-ubah selama

periode yang berbeda dari durasi hujan. Untuk daerah tangkapan hujan

tebesar unsur-unsur di area digunakan untuk mendapat batas intensitas

curah hujan, agar didapat curah hujan aktual yang tidak seragam di atas

daerah tangkapan.

2.4 Definisi Sungai

Secara umum sungai berarti aliran air yang besar. Secara ilmiah sungai

adalah perpaduan alur sungai dan aliran air.

Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi

tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Aliran air marupakan

bagian yang senantiasa tersentuh oleh air. Daerah aliran sungai

merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas-

air topografi dan yang dengan salah satu cara memberikan sumbangan

terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang (Sehyan,

1990:6).

Sebuah sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifat-

sifatnya (Mulyono, H. R, 2007:3)

a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river

yang dapat berupa sungai jeram atau rapids river atau sungai

jalin atau braided river.

b. Sungai alluvial.

c. Sungai pasang surut atau tidal river.

d. Muara sungai atau estuary.

e. Mulut sungai atau tidal inlet yaitu bagian laut yang langsung

berhubungan dengan muara dimana terjadi interaksi antara

gelombang laut dan aliran air yang ke luar masuk melewati

muara.

7

Page 8: laporan drainase

f. Delta sungai yang berupa dataran yang terbentuk oleh

sedimentasi di dalam muara dan mulut sungai delta ini perlu

ditinjau karena berpengaruh terhadap sifat-sifat sungai dimana

delta ini terbentuk di dalam muaranya

2.5 Peranan Sungai

Sungai sebagai aset negara yang bernilai dan perlu dipelihara. Sungai

mempumyai peranan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia,

sehingga pada saat ini sungai masih mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peranan sungai selain sebagai

pembangkit listrik tenaga air, sungai juga berperan sebagai sumber air

untuk sarana irigasi, penyedia air minum, dan masih banyak lagi yang

lainnya.

Ada dua fungsi utama yang diberikan alam kepada sungai yang ke-

duanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi

(Mulyono, H. R, 2007:6).

a. Mengalirkan air.

Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan

terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ

sebagai air tanah dan air permukaan, serta runoff yang akan

memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut.

b. Mengangkut sediment hasil erosi pada DAS dan alurnya.

2.6 Banjir

Banjir merupakan proses meluapnya air sungai ke daratan sehingga dapat

menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan

korban jiwa. Banjir dapat merusak bangunan, sarana dan prasarana,

lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat, maka sudah

semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat

8

Page 9: laporan drainase

mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil

kerugian yang ditimbulkan (Kodoatie, J. Robert dan Sugiyanto, 2002:73).

Banjir dan bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alamiah

maupun pengaruh perlakuan masyarakat terhadap alam dan

lingkungannya. Pada diagram mekanisme terjadinya banjir dan bencana,

terlihat bahwa faktor alamiah yang utama adalah curah hujan. Faktor

alami lainnya adalah erosi dan sedimentasi kapasitas sungai, kapasitas

drainasi yang tidak memadai, pangaruh air pasang, perubahan kondisi

DPS, dll. Sedangkan faktor non-alamiah penyebab bnjir adalah adanya

pembangunan kompleks perumahan atau pembukaan suatu kawasan

untuk lahan usaha yang bertujuan baik sekalipun, tanpa didasari dengan

pengaturan yang benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar

atau erosi yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya,

debit pengaliran sungai yang terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas

pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir.

Usaha pengendalian dan penanggulangan banjir pada suatu pihak dan

perlakuan masyarakat terhadap lingkungannya di pihak lain akan

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap fenomenan hujan-

banjir-bencana. Pengaruh kedua hal tersebut dapat saling menunjang

perbaikan keadaan, saling meniadakan atau memperburuk keadaan.

Bergantung pada tingkat kerawanan dan kewaspadaan masyarakat di

daerah potensial bencana, banjir dapat menimbulkan bencana. Misalnya,

pemukiman daerah retensi banjir atau daerah bantaran sungai, suatu saat

pasti akan terlanda banjir. Bila menjelang banjir penghuni daerah tersebut

mengungsikan diri dan harta bendanya akan berkurang.

Keberhasilan usaha penanggulangan banjir dan bencana akibat banjir

dapat diperoleh tanpa peran serta dari masyarakat. Di samping itu

suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek

9

Page 10: laporan drainase

lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi,

kelembagaan dan lainnya.

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Rancangan Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah suatu metode yang menekankan kepada tata cara

penggunaan alat dan teknik di bidang penulisan karya ilmiah yang berorientasi

pada paradigma alamiah (Moleong, 1989). Pengertian metode kualitatif menurut

10

Page 11: laporan drainase

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989), dimaksudkan sebagai prosedur

penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

3.2 Subjek Penulisan

Subjek penulisan dalam penulisan ini adalah hasil survai saluran drainase jalan

Tukad Batanghari, serta tulisan yang memuat tentang itu seperti presentasi dari

PU, dan lain – lain.

3.3 Objek Penulisan

Objek penulisan dalam penulisan ini yaitu kajian tentang daerah rawan genangan

air yang terjadi di jalan Tukad Batanghari, efektifitas saluran eksisting, serta

tindakan yang sudah dan akan dilakukan utnuk mengatasi potensi genangan air

daerah tersebut.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penulisan ini adalah pengamatan lapangan, buku –

buku, serta presentasi PU tentang drainase Kota Denpasar.

3.5 Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pencatatan Dokumen dan Pengamatan di Lapangan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

metode pencatatan dokumen atau metode dokumentasi (data sekunder)

serta dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan (data primer).

3.6 Metode Pengolahan Data

11

Page 12: laporan drainase

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap Deskripsi Data : yaitu data yang telah dikumpulkan, dideskripsikan apa adanya, tanpa adanya pretensi apa pun.

2. Tahap klasifikasi data : yaitu data yang telah dideskripsikan, kemudian

dikelompokan menurut kelompoknya masing-masing sesuai dengan

permasalahan.

3. Menarik simpulan sementara sesuai dengan kecenderungan yang

disarankan oleh data.

4. Menarik simpulan umum sesuai dengan yang disarankan oleh data

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Daerah Rawan Genangan Air di Sekitar Jalan Tukad Batanghari

Berdasarkan survai di lapangan dengan cara bertanya secara informal kepada

penduduk setempat, didapatkan bahwa daerah rawan genangan air bila terjadi

hujan yaitu hampir di sepanjang jalan Tukad Batanghari. Presentasi tentang

pengendalian banjir kota Denpasar oleh PU juga menyebutkan hal yang sama.

Jalan Tukad Batanghari termasuk sistem drainase V.

12

Page 13: laporan drainase

2.2 Kondisi Saluran Eksisting yang Ada di Wilayah Jalan Tukad Batanghari

Termasuk Pola Aliran, Dimensi Saluran Eksisting, Tebal Sedimen, Tinggi

Muka Air, Profil Saluran, Bangunan Penunjang Drainase

Untuk saluran tersier, pengamatan dilakukan mulai dari muara saluran

kemudian bergerak ke bagian hulu dan melakukan pengamatan tiap 200 meter

atau sampai menemukan percabangan saluran. Kondisi saluran eksisting

(saluran tepi jalan Tukad Batanghari) hasil pengamatan langsung sebagai

berikut :

0+000

13

Page 14: laporan drainase

Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Sedimen sama sekali tidak ada

(sangat kecil). Sepadan saluran pada potongan ini yaitu 0 meter.

0+200

Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Tebal endapan yang ada yaitu

10 cm. Sepadan saluran pada potongan ini masih besar, karena daerah sepadan

masih merupakan tanah kosong.

0+250

Pada jarak ini terdapat bangunan fasilitas drainase berupa gorong – gorong.

Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Tebal endapan yang ada yaitu

15 cm. Sepadan saluran pada potongan ini krang lebih 20 cm.

0+400

Bagian barat jalan Bagian timur jalan

14

Page 15: laporan drainase

Saluran di sebelah timur jalan sudah tidak berfungsi. Profil saluran di barat jalan

tidak jelas karena. Saluran tidak diperkeras. Tebal endapan 17 cm

0+600

Barat jalan Timur jalan

15

Page 16: laporan drainase

Profil saluran sebelah barat jalan (diasumsikan berbentuk segi empat) :

Tebal sedimen =13 cm, saluran tidak diperkeras

Profil saluran sebelah timur jalan :

Tebal sedimen = 11 cm, saluran tidak diperkeras

0+800

16

Page 17: laporan drainase

Profil saluran :

Tebal sedimen = 26 cm , saluran tidak diperkeras

0+900

Pada potongan ini, tinggi muka air sangat kecil. Saluran tidak diperkeras.

17

Page 18: laporan drainase

Saluran samping jalan Tukad Batanghari ( saluran tersier ) bermuara pada

sungai Pandian (saluran sekunder)

Bangunan fasilitas drainase berupa bendung pada saluran sekunder Sungai

Pandian

18

Page 19: laporan drainase

Bendung pada sluran sekunder Tukad Punggawa

Saluran sekunder bermuara pada Tukad Rangda yang merupakan saluran

primer.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa saluran samping jalan

Tukad Batanghari secara garis besar belum direncanakan dengan baik dalam hal

pola aliran maupun dimensi saluran. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya saluran drainase tercermin dari penimbunan saluran baik berupa

sampah maupun tanah (pembuatan jalan masuk). Akibat sedimen dan sampah

efektifitas saluran menjadi lebih rendah.

Meski pengamatan dilakukan tidak setelah hujan, namun di beberapa bagian

saluran samping jalan Tukad Batanghari sudah hampir mencapai kapasitas

maksimalnya.

2.3 Tindakan Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Daerah Genangan Air

Yang Terjadi Sepanjang Jalan Tukad Batanghari

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang

terjadi sepanjang jalan tukad batanghari antara lain :

Normalisasi alur dan tembok senderan sungai + saluran Pengerukan sungai

19

Page 20: laporan drainase

Pengerukan saluran tepi jalan / saluran tersier lainnya Penataan bantaran sungai Sosialisasi pentingnya saluran drainase kepada masyarakat

20

Page 21: laporan drainase

BAB IV

KESIMPULAN

1. Sepanjang jalan Tukad Batanghari merupakan daerah rawan genangan air.

2. Saluran drainase tersier (saluran samping jalan) tidak berfungsi dengan

maksimal akibat adanya endapan, dimensi tidak memadai, saluran terputus di

beberapa bagian akibat tertimbun tanah / sampah, dan saluran tidak diperkeras

sehingga mudah terjadi pengikisan dinding saluran. Pada tingkat saluran

sekunder, sampah – sampah pada saluran menghambat aliran air.

3. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang

terjadi sepanjang jalan tukad batanghari antara lain :

Normalisasi alur dan tembok senderan sungai + saluran Pengerukan sungai Pengerukan saluran tepi jalan / saluran tersier lainnya Penataan bantaran sungai Sosialisasi pentingnya saluran drainase kepada masyarakat

21