bab i dan ii m2 lab fiska

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan banyak metode yang dapat digunakan. Oleh karena metode yang digunakan memiliki banyak variasi dan perbedaan, maka akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula. Berdasarkan hal tersebut, maka timbul suatu ide untuk melakukan penelitian cara kerja. Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah atau teknik-teknik tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk mendapatkan rancangan sistem dan tata cara kerja yang paling efektif dan efisien.

Upload: ughanoegrah-macmoer-ti

Post on 30-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lab fika

TRANSCRIPT

Page 1: BAB  I dan II  M2 lab fiska

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum

Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan banyak metode yang dapat

digunakan. Oleh karena metode yang digunakan memiliki banyak variasi dan

perbedaan, maka akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula. Berdasarkan

hal tersebut, maka timbul suatu ide untuk melakukan penelitian cara kerja.

Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang

dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip

dengan menggunakan langkah-langkah atau teknik-teknik tertentu. Dalam

mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk mendapatkan

rancangan sistem dan tata cara kerja yang paling efektif dan efisien.

Penelitian kerja dan analisa metode kerja ini mempelajari prinsip-

prinsip kerja yang ada, maka ruang lingkup yang dibahas bukan saja

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kerja yang

dilakukan melainkan juga menyangkut banyak prinsip perancangan prinsip

perancangan sistem kerja seperti perancangan kondisi lingkungan kerja fisik

(temperatur, humidity, kebisingan,pencahayaan,dan sebagainya).

1.2 Pentingnya Penelitian

Dalam praktikum ini ada beberapa aspek yang sangat berpengaruh

terhadap produktivitas, diantaranya yaitu kondisi lingkungan kerja. Oleh karena

Page 2: BAB  I dan II  M2 lab fiska

itu untuk melakukan penyelesaian suatu perancangan sistem kerja yang efektif

dan efisien dilakukan suatu penelitian sehingga dapat menghasilkan data yang

akurat.

1.3 Batasan Praktikum

Sesuai dengan latar belakang pelaksanaan dari praktikum, maka

penelitian kami batasi pada pengukuran waktu baku pada pemasangan pasak

dengan jumlah data 32 data.diantaranya :

- Pemasangan pasak dengan menggunakan 3 alternatif cara kerja yang ada

(cara kerja 2, 3, dan 6).

1.4 Tujuan Praktikum

A. Tujuan Umum

a. Membiasakan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk

melakukan penelitian-penelitian ilmiah.

b. Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.

c. Membiasakan menggunakan peralatan-peralatan praktikum.

d. Meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk berusaha mengembangkan

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh melalui penelitian.

B. Tujuan Khusus

a. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam

melakukan penelitian dan pengukuran cara kerja.

Page 3: BAB  I dan II  M2 lab fiska

b. Memotivasi minat mahasiswa untuk memberikan ide-ide baru guna

mengembangkan metode baru dalam penelitian dan pengukuran cara

kerja.

c. Untuk memperoleh waktu baku dan mencari alternatif terbaik dari

beberapa alternatif kerja tersebut.

d. Untuk membuktikan bahwa cara kerja yang membedakan akan

memberikan hasil yang berbeda.

e. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap sistem kerja.

1.5 Alat-alat yang digunakan

Stop watch

Pasak

Papan pasak

Radio

Pengatur cahaya lampu (Diner Lamp)

Obeng

Stecker

Meteran Plastik

Kotak Deleveri

Amplimeter

1.6 Pelaksanaan praktikum

Page 4: BAB  I dan II  M2 lab fiska

A. Teknik Pelaksanaan Praktikum

1. Setiap kelompok menentukan:

- Satu orang sebagai operator

- Satu orang sebagai pengamat waktu

- Satu orang sebagai pencatat waktu

2. Setiap selesai satu siklus waktu kerja, pencatat langsung mencatat

pada lembar pengamatan yang dilakukan.

3. Amati dan selesai catat semua anggota tubuh yang terlibat dalam

pekerjaan.

B. Penelitian Cara Kerja

1. Pemasangan Pasak

Dalam praktikum cara kerja, praktikum dihadapkan pada pekerjaan

dalam memindah – memindahkan pasak dari tempat ke lubang –

lubang yang terdapat pada papan pasak dan pekerjaan ini dianggap

selesai jika seluruh pasak terpasang tegak dengan baik. Alternatif,

tetapi dalam praktikum ini masing – masing kelompok hanya

melakukan 3 alternatif cara keja yang ada. Adapun alternatif –

alternatif tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

( 2 )

Page 5: BAB  I dan II  M2 lab fiska

( 3 )

( 6 )

2 . Perakitan Stecker

o Melakukan perakitan stecker yang terdiri dari 5 komponen,

satu siklus pekerjaan berakhir jika stecker yang telah selasai

dirakit disimpan dikotak atau delivery box.

o Beberapa alternative yang harus dilakukan yaitu:

1. Tingkat kebisingan berbeda-beda yakni 0.5 dB, 1 dB.

Tingkat pewarnaan yang berbeda-beda yakni biru, kuning,

merah jambu, coklat. Tingkat pencahayaan normal (terang)

dan bau-bauan.

Page 6: BAB  I dan II  M2 lab fiska

2. Tingkat kebisingan berbeda-beda yakni 0.5 dB, 1 dB, 1,5

dB. Tingkat pencahayaan normal (terang), bau-bauan

sedangkan tingkat pewarnaan tidak diberikan.

3. Tingkat pencahyaan redup, agak redup, terang. Tingkat

kebisingan normal. Tingkat pewarnaan normal sedangkan

bau-bauan normal.

4. Tingkat pencahayaan berbeda-beda redup, agakk redup,

terang. Tingkat kebisingan berbeda-beda 0.5 dB, 1 dB, 1,5

dB sedangkan tingkat pewarnaan berbeda-beda merah,

biru, kunding, merah jambu, merah dan coklat.

Page 7: BAB  I dan II  M2 lab fiska

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penelitian dan Pengukuran Kerja

Penelitian cara kerja merupakan aktivitas yang meliputi peralatan secara

sistematika dan pemeriksaan yang seksama mengenai cara kerja yang berlaku

yang akan diusulkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, sehingga memberikan hasil yang lebih efektif dan dapat

menekan biaya.

Pengukuran kerja adalah merupakan metode penetapan keseimbangan

antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.

Pengukuran dari waktu kerja ini sangat berhubungan dengan usaha-usaha untuk

menetapkan hal waktu baku yang dibutuhkan guna dapat menyelesaikan suatu

pekerjaan.

Waktu baku sangat diperlukan,terutama sekali untuk:

Man Power Planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan

Penjadwalan produksi dan penganggarannya

Perencanaan sistem pemberian bonus yang intensif bagi karyawan yang

berprestasi

Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh pekerja.

Page 8: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang

memiliki tingkat kemampuan rata-rata umtuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Disini sudah meliputi kelonggaran pekerjaan yang harus diselesaikan dalam

pengukuran kerja ini bisa digunakan berbagai alat untuk membuat rencana

penjadwalan kerja yang dapat menyatakan berapa lama suatu pekerjaan harus

berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Disisi lain dengan

adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah

atau intensif bonus yang akan dibayar sesuai performans yang ditunjukkan oleh

pekerja.

Pada garis besarnya, teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat

dibagi atau dikelompokan dalam dua hal, yaitu pengukuran waktu kerja secara

langsung dan secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena

pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan

diukur dan dijalankan, termasuk didalam hal ini dengan menggunakan stop watch

dan sampling kerja. Aktifitas yang dilakukan yaitu perhitungan waktu kerja tanpa

pengamat ada ditempat kerja. Melakukan proses perhitungan melihat tabel-tabel

waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-

elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dalam suatu aktivitas data waktu baku

atau standar data dan data gerakan.

Pengukuran untuk kerja secara langsung ini dapat dilakukan dengan

teknik – teknik sebagai berikut:

Page 9: BAB  I dan II  M2 lab fiska

2.1.1 Teknik Penelitian Jam Henti

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali

oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik

diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang – ulang

(repetitive).

Untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya, banyak faktor

yang harus diperhatikan seperti yang berkaitan dengan kondisi kerja,

kerjasama yang ditunjukkan operator untuk mau bekerja secara wajar pada

saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur dan lain- lain.

Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi

menjadi elemen – elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Aturan

tersebut adalah:

Elemen – elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi

masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti

Handling time sepertiloading dan unloading time harus dipisahkan dari

machining time

2.2 Prosedur Pelaksanaan Dengan Peralatan yang Digunakan

Untuk mendapatkan hasil yang baik, dan yang dapat dipertanggung

jawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran

Page 10: BAB  I dan II  M2 lab fiska

dengan menggunakan jam henti. Banyaknya faktor yang harus diperhatikan

agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang

bersangkutan, yang berhubungan dengan dengan kondisi kerja, operator, cara

pengukuran dan jumlah pengukuran serta hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut

dilakukan sebelum melakukan pengukuran.

2.2.1 Penetapan Tujuan Pengukuran

Sebagaimana halnya dengan kegiatan yang lain, tujuan melakukan

kegiatan haruslah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu,

hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan terlebih dahulu untuk

apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat

keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk

dipakai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang

hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan

buruh disamping keuntungan perusahan itu sendiri.Tetapi jika pengukuran

dimaksudkan untuk memperkirakan secara kasar bilamana pemesan

barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya maka tingkat

kepercayaan dan tingkat ketelitian tidak perlu sebesar yang tadi.

2.2.2 Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja

Sebelum pengukuran dilakukan sebaiknya operator melakukan

serangkaian latihan dimana operator belum terbiasa dengan sistem

tersebut. Untuk itu sangat baik operator maupun pengukur waktu yang

Page 11: BAB  I dan II  M2 lab fiska

melatihnya mempunyai pegangan yang baku. Begitu pula saat pengukuran

dilakukan keduanya memerlukan pegangan agar sistem kerja itu dapat

tetap terselenggarakan. Dan dapat menghindari suatu penyimpangan yang

dapat memberikan waktu penyelasaian yang berbeda dari waktu yang

ditetapkan berdasarkan kepada pengukuran.

2.2.3 Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran

Langkah akhir sebelum melakukan pengukuran yaitu

menyiapkan alat-alat tersebut adalah:

o Jam henti (stop watch)

o Lembaran-lembaran pengamatan

o Pena atau pensil

2.3 Kondisi Lingkungan Kerja yangMempengaruhi Kegiatan Manusia.

Kondisi yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti:

a. Temperatur.

Dalam keadan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai

temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha

mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang

sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi

diluar tubuh.

b. kelembaban

Page 12: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,

bisa dinyatakan dengan presentase. Kelembaban ini sangat berhubungan

dengan temperatur udara yang secara bersama-sama bergerak diudara

sehingga radiasi dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh

pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuh.

c. Sirkulasi Udara

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dan

bebas dari zat-zat yang mengganggu kesehatan harus tentang sirkulasi udara

yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar yang

biasanya dilakukan melalui ventilasi.

d. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemapuan manusia untuk

melihat objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan

akan pencahayaan yang baik akan makin diperlukan apabila kita

mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena

penglihatan.

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh

tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada

waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam

ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka

ditentukan oleh :

Page 13: BAB  I dan II  M2 lab fiska

a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

b) ukuran dan posisi lubang cahaya.

c) distribusi terang langit.

d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

e. Kebisingan

Kebisingan yaitu bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh

telinga, karena dalam jangka panjang dapat mengganggu ketenangan

bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan

berkomunikasi, bahkan menurut penyelidikan kebisingan yang serius bisa

menyebabkan kematian.

f. Getaran Mekanis

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang oleh

alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh sehingga

menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan. Secara umum getaran

mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal mempengaruhi konsentrasi

bekerja, pekerja mempercepat datangnya kelelahan dan menyebabkan

gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, dll.

g. Warna

Warna selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk

melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara

Page 14: BAB  I dan II  M2 lab fiska

psikologis bagi para pekerja, sehingga pengaturan warna ruangan tempat

kerja perlu diperhatikan dalam arti luas harus disesuaikan dengan kegiatan

kerjanya.

2.4 Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Kepercayaan.

Yang dicari dengan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang

sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.karena waktu

yang sebenarnya untuk menyelesaikan suatu pekerjan tidak diketahui, maka dari

itu keadaan pengukuran.yang ideal tentu dilakukan pengukuran yang sangat

banyak (sampai tak terhingga, kali misalnya), karena itu diperoleh jawaban

sebenarnya/pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu

dan biaya. Namun sebaliknya jika dilakukan beberapa kali pengukuran dapat

diduga hasilnya sangat besar. sehingga yang diperlukan adalah jumlah

pengukuran yang tidak membebankan biaya yang besar, waktu, serta tenaga,

tetapi hasilnya dapat dipercaya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.

Sedangkan keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukur setelah hasil

yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen

jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti pengukuran

membolehkan memberi arti bahwa pengukur memperbolehkan rata-rata hasil

pengukuran menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan

kemungkinan akan berhasil mendapat hal ini ialah 95% dengan kata lain bila

Page 15: BAB  I dan II  M2 lab fiska

pengukur sampai mmemperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih

dari 10% seharusnya, hal ini boleh terjadi dengan kemungkinan 5%.

2.6 Uji Statistik

Kata statistik mempunyai arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.

Bagi seorang menejer tim sepak bola, statistik bisa berarti beberapa kali

kesebelasan yang dipimpinnya menang, kalah atau draw. Bagi seorang

menejer perusahaan, statistik dapat berarti jumlah penjualan dari tahun ke

tahun, dan bagi seorang mahasiswa, statistik bisa berarti salah satu bidang

studi yang harus dipelajari.

Kata “statistik” berasal dari bahasa Italia “statista” yang berarti

negarawan. Istilah tersebut pertama digunakan oleh Gottfried Achenwall

(1719 – 1772). Ia mengambil kata statistik karena melihat bahwa yang mula-

mula menyadari kegunaan data atau keterangan tentang rakyat adalah Negara.

Pada abad pertengahan, Negara-negara mengadakan sensus penduduk untuk

memudahkan mereka memobilisasi rakyat dan menarik pajak. Achenwall

mengartikan statistik sebagai keterangan-keterangan yang butuhkan oleh

Negara.

2.6.1 Tes Keseragaman Data

Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu sebelum kita

menggunakan data guna mendapatkan suatu standart. Tes keseragaman data

biasa dilakukan cara visual atau mengaplikasikan peta control.

Page 16: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana,

mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan

seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan

jauh menyimpan dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini

sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhiungan

selanjutnya.

Misalnya pengukuran yang telah dilakukandan hasil 16 data,

kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian

dilakukan langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :

a. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub group.

atau

Dimana : X = harga rata-rata dari group ke-1

N = banyaknya data

K = banyaknya sub group yang terjadi

b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan :

Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.

X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran yang

telah dilakukan

c. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :

Page 17: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes

keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data apabila

diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :

BKA

BKB

Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data bisa dicari

dengan formulasi berikut :

BKA = X + 2

BKB = X - 2

2.6.2 Test Kecukupan Data dan Tes Kenormalan Data

Untuk menghitung test kecukupan data digunakan rumus sebagai berikut

dengan tingkat kepercayaan 68% dan tingkat ketelitian 6% dimana N

merupakan jumlah syarat pengamatan yang telah dilakukan, maka rumusnya

adalah:

Syarat N’<N data cukup

N’=

Dimana:

Page 18: BAB  I dan II  M2 lab fiska

N’ = jumlah data yang diperlukan

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 100%

rumus N dapat diperoleh sebagai berikut:

N’ =

Test kecukupan data ini dimaksudkan untuk melihat apakah data yang

diperoleh dari pengukuran lebih kecil daripada pengukuran yang telah

dilakukan. Bila nilai dari hasil pengujian dan test kecukupan data, dimana N

lebih besar dari N maka data dinamakan cukup.

Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam batas yang terkontrol,

maka pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat

ketelitian 5%, tingkat kepercayaan 95% maka dapat diperoleh rumus sebagai

berikut:

Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan ternyata lebih

besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’ < N) maka

pengukuran tahap ketiga harus dilakukan demikian seterusnya sampai

pengukuran yang diperlukan dengan jumlah yang ditetapkan (N’ < N). Test

Page 19: BAB  I dan II  M2 lab fiska

kenormalan data dapat dilakukan dengan sampel acak berukuran n, rata – rata

x dan simpangan baku s untuk keperluan pengujian kita harus menghitung

frekuensi teoritik Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil pengamatan

Oi. Frekuensi Oi jelas didapatkan dari sampel masing – masing menyatakan

frekuensi dalam tiap kelas interval. Harga Ei didapatkan dari hasil kali antara

n dengan peluang atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang

bersangkutan selanjutnya statistic dihitung dengan rumus:

Dimana: = tingkat ketelitian 5%

K = Jumlah kelas

Untuk mencari nilai , data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Data kelas interval

Data frekuensi dari tiap kelas interval.

Data ini diperoleh pada tabel distribusi frekuensi

Data lain yang harus diketahui adalah:

Besarnya Z untuk setiap kelas interval. Rumus untuk mencari nilai Z

adalah sebagai berikut:

Dimana Xo = batas kelas interval

Besarnya luas kelas interval (D)

Page 20: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Besarnya jumlah pengamatan yang diperlukan (E). Rumus untuk

mencari nilai E adalah E = D * N

2.7 Pengujian Kelinieran

Adapun hipotesa yang digunakan dalam pengujian kelinieran data adalah:

i. hypotesa : = 0

ii. hypotesa : ≠ 0

iii. taraf nyata : 95%

iv. daerah kritis : ( 1- α/2); (n-k)

v. t

hit

dimana:

= 0.b = dari persamaan regresi (Y = a + bx )

Untuk mencari parameter a dan b maka digunakan persamaan:

∑X = an + b ∑xi

∑XY = a∑xi + b ∑xi 2

Dimana : X = nomor pengukuran (1,2,3,.........,50)

Y = waktu pengukuran

Sedangkan:

dan :

Page 21: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Kesimpulan:

Apabila t hitung berada pada daerah kritis maka Ho ditolak, kalau sebaliknya

Ho diterima maka regresi yang digunakan sangat berarti.

2.8 UJI KELONGGARAN

Jika pengukur sudah selesai bahwa semua datanya sudah seragam dan

jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan maka

selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan perhitungan waktu baku

adalah: adapun langkah untuk mendapatkan waktu baku tersebut adalah:

a. Perhitungan Waktu Baku Siklus

Menggunakan rumus:

Ws =

Dimana:

Ws = waktu siklus

X = data pengamatan untuk setiap sub group

N = jumlah data pengukuran

b. Perhitungan Waktu Normal

Page 22: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Wn = Ws.P

P = faktor penyesuaian

Faktor penyesuaian diperhitungkan jika dalam kegiatan pengukuran,

operator bekerja dengan kecepatan wajar yang normal. Ini berarti faktor

penyesuaian sama dengan satu (1).

c. Perhitungan Waktu Baku

Menggunakan rumus:

Wb = Wn + (Wn) L

Dimana:

Wb = waktu baku

Wn = waktu normal

L = kelonggaran

Kelonggaran atau Allowance yang diberikan kepada pekerja berupa

kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk dihindari. Umumnya kelonggaran

dinyatakan dalam persen dari waktu normal.

1. Faktor Penyesuaian

Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati

kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak wajaran dapat saja

terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah olah diburu

waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi

ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja

yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian.

Page 23: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu

yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara

wajar.

Andaikata ketidakwajaran ada maka pengukuran harus mengetahuinya

dan menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Penilaian perlu diadakan karena

berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukuran mendapat

harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan

kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut

menjadi wajar pengukur harus menormalkannya dengan melakukan

penyesuian.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-

rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor

penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil

perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang

normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal

(terlalu cepat) maka p nya akan lebih besar dari satu ( p > 1 ) sebaliknya jika

operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil

dari satu ( p < 1 ). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja

dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu ( p = 1 ).

2. Faktor Kelonggaran

Page 24: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat

dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secra nyata dibutuhkan

oleh pekerja, dan yang selama pengukuran, tidak diamati, diukur dicatat

ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan

waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

a. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah adalah, hal-

hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekanar kecil,

bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan

ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas

terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak bisa. misalnya, seseorang

diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk

sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang pekerjaan. Larangan demikian

tidak saja merugikan pekerja ( karena merupakan tuntutan psikologi dan

fisiologi yang wajar ) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan

kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan

hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.

b. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunkan hasil produksi baik

jumlah maupun kualitas. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam

menentukan pada saat-saat mana menurunkannya hasil produksi disebabkan

Page 25: BAB  I dan II  M2 lab fiska

oleh timbuknya rasa fatigue karena masih banyak kemungkinan lain yang

dapat menyebabkannya.

Fatique total terjadi jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat

melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.

c. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindar.

Beberapa contoh yang termasuk hambatan tak terhindarkan adalah :

menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.

melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.

memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong

yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.

mengasah peralatan potong

mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

hambatan - hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan.

2.9 Perhitungan Waktu Standar

Teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan atas :

1. Cara langsung; yaitu jika pengukuran dilakukan di tempat pekerjaan

tersebut dilakuan.

2. Cara tidak langsung; yaitu perhitungan waktu didasarkan pada tabel – table

yang sudah tersedia, dengan terlebih dahulu membakukan metode kerja yang

digunakan.

Teknik pengukuran cara langsung yang paling banyak digunakan

adalah teknik Jam Henti (Stopwatch Time Study) dan teknik Sampling

Page 26: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Pekerjaan (Work Sampling). Pada dasarnya, teknik sampling pekerjaan akan

dipilih sebagai teknik pengukuran untuk kondisi berikut :

Kesulitan untuk mengenali siklus pekerjaan (terlalu besar)

Penelitian ditujukan untuk menggambarkan fakta (tingkat produktivitas)

Pekerjaan dilakukan oleh kelompok kerja

Aktivitas (elemen pekerjaan) banyak / bervariasi

Munculnya aktivitas tidak menentu (random)

2.10 PERHITUNGAN WAKTU BAKU

Rumusan waktu baku adalah sebagai berikut :

Waktu baku: waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja normal

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan metode kerja tertentu, pada kondisi

terbaik saat itu.

a. Pengukuran dengan Jam Henti :

b. Pengukuran dengan teknik Sampling Pekerjaan

Page 27: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Gambar 10 : Komposisi Waktu Baku

Langkah – langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menentukan

waktu standar yaitu :

Menentukan performance rating operator

Menentukan waktu normal

Menentukan allowance

Performance Rating

Performance rating adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil

observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan

pekerjaan tersebut (Niebel, 1976 dalam Anggraini 2004). Ada banyak metode

yang digunakan untuk menentukan performance rating, Berikut merupakan

beberapa sistem untuk memberikanrating yang umumnya digunakan

(Wignjosoebroto, 1995)

Skill and Effort Rating

Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran

kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka “Bs”. Prosedur

Page 28: BAB  I dan II  M2 lab fiska

pengukuran kerja meliputi penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan

usaha – usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga

mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Bedaux

menetapkan angka 60 Bs sebagaiperformance standard yang harus dicapai

oleh seorang operator dan pemberian intensif dilakukan pada tempo kerja rata

– rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.

Westing House System’s Rating

Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh

Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka

Westing House menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition)

dan keajegan (consistency) dari operator di dalam melakukan kerja.

Synthetic Rating

Merupakan metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator

berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined

time value). Rasio untuk menghitung indeks performance dapat dirumuskan

sebagai berikut :

R = P / A

R = indeks performance atau rating faktor

P = predetermined time (menit)

A = rata – rata waktu dari elemen kerja yang diukur

Page 29: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Performance Rating atau Speed Rating

Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator

speed, space atau tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam

prosentase atau angka desimal dimana performance kerja normal akan sama

dengan 100 % atau 1.00. Nilai performance rating selanjutnya digunakan

untuk menentukan waktu normal dari waktu pengamatan.

2.11 Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan dengan mengenai sesuatu, yang

memerlukan pengecekan untuk membuktikannya. Jika asumsi atau dugaan itu

dikhususkan untuk populasi, umumnya mengenai nilai parameter populasi,

maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Suatu penduga tunggal (point estimator) ialah pendugaan yang terdiri

dari satu nilai saja misalnya, rata-rata konsumsi susu per bulan tiap keluarga

sebanyak 35 kaleng ( = 35 sebagai penduga dari ), ataupun persentase nasabah

yang tidak puas sebesar 25% ( sebagai penduga p. dan disebut

penduga atau estimator, dan p yang merupakan parameter. Di bawah ini akan

diberikan beberapa penduga dan parameter, yaitu :

Penduga : s r b

Parameter : p B

Page 30: BAB  I dan II  M2 lab fiska

Dimana (dibaca rho) adalah koofisien korelasi sebenarnya, dan B adalah

koofisien regresi sebenarnya. Satu parameter dapat mempunyai beberapa

penduga.

Penduga tunggal merupakan fungsi dari nilai observasi yang berasal dari

sampel dengan n elemen.

Dalam prakteknya, pendugaan tunggal yang terdiri dari satu angka

tidak memberikan gambaran mengenai berapa jarak/selisih nilai penduga

tersebut terhadap nilai sebenarnya.