Download - BAB I dan II M2 lab fiska
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum
Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan banyak metode yang dapat
digunakan. Oleh karena metode yang digunakan memiliki banyak variasi dan
perbedaan, maka akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula. Berdasarkan
hal tersebut, maka timbul suatu ide untuk melakukan penelitian cara kerja.
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang
dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip
dengan menggunakan langkah-langkah atau teknik-teknik tertentu. Dalam
mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk mendapatkan
rancangan sistem dan tata cara kerja yang paling efektif dan efisien.
Penelitian kerja dan analisa metode kerja ini mempelajari prinsip-
prinsip kerja yang ada, maka ruang lingkup yang dibahas bukan saja
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kerja yang
dilakukan melainkan juga menyangkut banyak prinsip perancangan prinsip
perancangan sistem kerja seperti perancangan kondisi lingkungan kerja fisik
(temperatur, humidity, kebisingan,pencahayaan,dan sebagainya).
1.2 Pentingnya Penelitian
Dalam praktikum ini ada beberapa aspek yang sangat berpengaruh
terhadap produktivitas, diantaranya yaitu kondisi lingkungan kerja. Oleh karena
itu untuk melakukan penyelesaian suatu perancangan sistem kerja yang efektif
dan efisien dilakukan suatu penelitian sehingga dapat menghasilkan data yang
akurat.
1.3 Batasan Praktikum
Sesuai dengan latar belakang pelaksanaan dari praktikum, maka
penelitian kami batasi pada pengukuran waktu baku pada pemasangan pasak
dengan jumlah data 32 data.diantaranya :
- Pemasangan pasak dengan menggunakan 3 alternatif cara kerja yang ada
(cara kerja 2, 3, dan 6).
1.4 Tujuan Praktikum
A. Tujuan Umum
a. Membiasakan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk
melakukan penelitian-penelitian ilmiah.
b. Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.
c. Membiasakan menggunakan peralatan-peralatan praktikum.
d. Meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk berusaha mengembangkan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh melalui penelitian.
B. Tujuan Khusus
a. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam
melakukan penelitian dan pengukuran cara kerja.
b. Memotivasi minat mahasiswa untuk memberikan ide-ide baru guna
mengembangkan metode baru dalam penelitian dan pengukuran cara
kerja.
c. Untuk memperoleh waktu baku dan mencari alternatif terbaik dari
beberapa alternatif kerja tersebut.
d. Untuk membuktikan bahwa cara kerja yang membedakan akan
memberikan hasil yang berbeda.
e. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap sistem kerja.
1.5 Alat-alat yang digunakan
Stop watch
Pasak
Papan pasak
Radio
Pengatur cahaya lampu (Diner Lamp)
Obeng
Stecker
Meteran Plastik
Kotak Deleveri
Amplimeter
1.6 Pelaksanaan praktikum
A. Teknik Pelaksanaan Praktikum
1. Setiap kelompok menentukan:
- Satu orang sebagai operator
- Satu orang sebagai pengamat waktu
- Satu orang sebagai pencatat waktu
2. Setiap selesai satu siklus waktu kerja, pencatat langsung mencatat
pada lembar pengamatan yang dilakukan.
3. Amati dan selesai catat semua anggota tubuh yang terlibat dalam
pekerjaan.
B. Penelitian Cara Kerja
1. Pemasangan Pasak
Dalam praktikum cara kerja, praktikum dihadapkan pada pekerjaan
dalam memindah – memindahkan pasak dari tempat ke lubang –
lubang yang terdapat pada papan pasak dan pekerjaan ini dianggap
selesai jika seluruh pasak terpasang tegak dengan baik. Alternatif,
tetapi dalam praktikum ini masing – masing kelompok hanya
melakukan 3 alternatif cara keja yang ada. Adapun alternatif –
alternatif tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
( 2 )
( 3 )
( 6 )
2 . Perakitan Stecker
o Melakukan perakitan stecker yang terdiri dari 5 komponen,
satu siklus pekerjaan berakhir jika stecker yang telah selasai
dirakit disimpan dikotak atau delivery box.
o Beberapa alternative yang harus dilakukan yaitu:
1. Tingkat kebisingan berbeda-beda yakni 0.5 dB, 1 dB.
Tingkat pewarnaan yang berbeda-beda yakni biru, kuning,
merah jambu, coklat. Tingkat pencahayaan normal (terang)
dan bau-bauan.
2. Tingkat kebisingan berbeda-beda yakni 0.5 dB, 1 dB, 1,5
dB. Tingkat pencahayaan normal (terang), bau-bauan
sedangkan tingkat pewarnaan tidak diberikan.
3. Tingkat pencahyaan redup, agak redup, terang. Tingkat
kebisingan normal. Tingkat pewarnaan normal sedangkan
bau-bauan normal.
4. Tingkat pencahayaan berbeda-beda redup, agakk redup,
terang. Tingkat kebisingan berbeda-beda 0.5 dB, 1 dB, 1,5
dB sedangkan tingkat pewarnaan berbeda-beda merah,
biru, kunding, merah jambu, merah dan coklat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Penelitian dan Pengukuran Kerja
Penelitian cara kerja merupakan aktivitas yang meliputi peralatan secara
sistematika dan pemeriksaan yang seksama mengenai cara kerja yang berlaku
yang akan diusulkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga memberikan hasil yang lebih efektif dan dapat
menekan biaya.
Pengukuran kerja adalah merupakan metode penetapan keseimbangan
antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran dari waktu kerja ini sangat berhubungan dengan usaha-usaha untuk
menetapkan hal waktu baku yang dibutuhkan guna dapat menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Waktu baku sangat diperlukan,terutama sekali untuk:
Man Power Planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)
Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan
Penjadwalan produksi dan penganggarannya
Perencanaan sistem pemberian bonus yang intensif bagi karyawan yang
berprestasi
Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh pekerja.
Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata umtuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Disini sudah meliputi kelonggaran pekerjaan yang harus diselesaikan dalam
pengukuran kerja ini bisa digunakan berbagai alat untuk membuat rencana
penjadwalan kerja yang dapat menyatakan berapa lama suatu pekerjaan harus
berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Disisi lain dengan
adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah
atau intensif bonus yang akan dibayar sesuai performans yang ditunjukkan oleh
pekerja.
Pada garis besarnya, teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat
dibagi atau dikelompokan dalam dua hal, yaitu pengukuran waktu kerja secara
langsung dan secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena
pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan
diukur dan dijalankan, termasuk didalam hal ini dengan menggunakan stop watch
dan sampling kerja. Aktifitas yang dilakukan yaitu perhitungan waktu kerja tanpa
pengamat ada ditempat kerja. Melakukan proses perhitungan melihat tabel-tabel
waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-
elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dalam suatu aktivitas data waktu baku
atau standar data dan data gerakan.
Pengukuran untuk kerja secara langsung ini dapat dilakukan dengan
teknik – teknik sebagai berikut:
2.1.1 Teknik Penelitian Jam Henti
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali
oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik
diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang – ulang
(repetitive).
Untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya, banyak faktor
yang harus diperhatikan seperti yang berkaitan dengan kondisi kerja,
kerjasama yang ditunjukkan operator untuk mau bekerja secara wajar pada
saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur dan lain- lain.
Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi
menjadi elemen – elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Aturan
tersebut adalah:
Elemen – elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi
masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti
Handling time sepertiloading dan unloading time harus dipisahkan dari
machining time
2.2 Prosedur Pelaksanaan Dengan Peralatan yang Digunakan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, dan yang dapat dipertanggung
jawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran
dengan menggunakan jam henti. Banyaknya faktor yang harus diperhatikan
agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang
bersangkutan, yang berhubungan dengan dengan kondisi kerja, operator, cara
pengukuran dan jumlah pengukuran serta hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut
dilakukan sebelum melakukan pengukuran.
2.2.1 Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dengan kegiatan yang lain, tujuan melakukan
kegiatan haruslah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu,
hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan terlebih dahulu untuk
apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk
dipakai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang
hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan
buruh disamping keuntungan perusahan itu sendiri.Tetapi jika pengukuran
dimaksudkan untuk memperkirakan secara kasar bilamana pemesan
barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya maka tingkat
kepercayaan dan tingkat ketelitian tidak perlu sebesar yang tadi.
2.2.2 Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja
Sebelum pengukuran dilakukan sebaiknya operator melakukan
serangkaian latihan dimana operator belum terbiasa dengan sistem
tersebut. Untuk itu sangat baik operator maupun pengukur waktu yang
melatihnya mempunyai pegangan yang baku. Begitu pula saat pengukuran
dilakukan keduanya memerlukan pegangan agar sistem kerja itu dapat
tetap terselenggarakan. Dan dapat menghindari suatu penyimpangan yang
dapat memberikan waktu penyelasaian yang berbeda dari waktu yang
ditetapkan berdasarkan kepada pengukuran.
2.2.3 Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran
Langkah akhir sebelum melakukan pengukuran yaitu
menyiapkan alat-alat tersebut adalah:
o Jam henti (stop watch)
o Lembaran-lembaran pengamatan
o Pena atau pensil
2.3 Kondisi Lingkungan Kerja yangMempengaruhi Kegiatan Manusia.
Kondisi yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti:
a. Temperatur.
Dalam keadan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha
mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang
sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi
diluar tubuh.
b. kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,
bisa dinyatakan dengan presentase. Kelembaban ini sangat berhubungan
dengan temperatur udara yang secara bersama-sama bergerak diudara
sehingga radiasi dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh
pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuh.
c. Sirkulasi Udara
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dan
bebas dari zat-zat yang mengganggu kesehatan harus tentang sirkulasi udara
yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar yang
biasanya dilakukan melalui ventilasi.
d. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemapuan manusia untuk
melihat objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan
akan pencahayaan yang baik akan makin diperlukan apabila kita
mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena
penglihatan.
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh
tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada
waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam
ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka
ditentukan oleh :
a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b) ukuran dan posisi lubang cahaya.
c) distribusi terang langit.
d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
e. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh
telinga, karena dalam jangka panjang dapat mengganggu ketenangan
bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan
berkomunikasi, bahkan menurut penyelidikan kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian.
f. Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang oleh
alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh sehingga
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan. Secara umum getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal mempengaruhi konsentrasi
bekerja, pekerja mempercepat datangnya kelelahan dan menyebabkan
gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, dll.
g. Warna
Warna selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk
melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara
psikologis bagi para pekerja, sehingga pengaturan warna ruangan tempat
kerja perlu diperhatikan dalam arti luas harus disesuaikan dengan kegiatan
kerjanya.
2.4 Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Kepercayaan.
Yang dicari dengan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang
sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.karena waktu
yang sebenarnya untuk menyelesaikan suatu pekerjan tidak diketahui, maka dari
itu keadaan pengukuran.yang ideal tentu dilakukan pengukuran yang sangat
banyak (sampai tak terhingga, kali misalnya), karena itu diperoleh jawaban
sebenarnya/pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu
dan biaya. Namun sebaliknya jika dilakukan beberapa kali pengukuran dapat
diduga hasilnya sangat besar. sehingga yang diperlukan adalah jumlah
pengukuran yang tidak membebankan biaya yang besar, waktu, serta tenaga,
tetapi hasilnya dapat dipercaya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.
Sedangkan keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukur setelah hasil
yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen
jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti pengukuran
membolehkan memberi arti bahwa pengukur memperbolehkan rata-rata hasil
pengukuran menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan
kemungkinan akan berhasil mendapat hal ini ialah 95% dengan kata lain bila
pengukur sampai mmemperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih
dari 10% seharusnya, hal ini boleh terjadi dengan kemungkinan 5%.
2.6 Uji Statistik
Kata statistik mempunyai arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.
Bagi seorang menejer tim sepak bola, statistik bisa berarti beberapa kali
kesebelasan yang dipimpinnya menang, kalah atau draw. Bagi seorang
menejer perusahaan, statistik dapat berarti jumlah penjualan dari tahun ke
tahun, dan bagi seorang mahasiswa, statistik bisa berarti salah satu bidang
studi yang harus dipelajari.
Kata “statistik” berasal dari bahasa Italia “statista” yang berarti
negarawan. Istilah tersebut pertama digunakan oleh Gottfried Achenwall
(1719 – 1772). Ia mengambil kata statistik karena melihat bahwa yang mula-
mula menyadari kegunaan data atau keterangan tentang rakyat adalah Negara.
Pada abad pertengahan, Negara-negara mengadakan sensus penduduk untuk
memudahkan mereka memobilisasi rakyat dan menarik pajak. Achenwall
mengartikan statistik sebagai keterangan-keterangan yang butuhkan oleh
Negara.
2.6.1 Tes Keseragaman Data
Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu sebelum kita
menggunakan data guna mendapatkan suatu standart. Tes keseragaman data
biasa dilakukan cara visual atau mengaplikasikan peta control.
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana,
mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan
seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan
jauh menyimpan dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini
sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhiungan
selanjutnya.
Misalnya pengukuran yang telah dilakukandan hasil 16 data,
kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian
dilakukan langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :
a. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub group.
atau
Dimana : X = harga rata-rata dari group ke-1
N = banyaknya data
K = banyaknya sub group yang terjadi
b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan :
Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran yang
telah dilakukan
c. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :
Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes
keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data apabila
diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :
BKA
BKB
Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data bisa dicari
dengan formulasi berikut :
BKA = X + 2
BKB = X - 2
2.6.2 Test Kecukupan Data dan Tes Kenormalan Data
Untuk menghitung test kecukupan data digunakan rumus sebagai berikut
dengan tingkat kepercayaan 68% dan tingkat ketelitian 6% dimana N
merupakan jumlah syarat pengamatan yang telah dilakukan, maka rumusnya
adalah:
Syarat N’<N data cukup
N’=
Dimana:
N’ = jumlah data yang diperlukan
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 100%
rumus N dapat diperoleh sebagai berikut:
N’ =
Test kecukupan data ini dimaksudkan untuk melihat apakah data yang
diperoleh dari pengukuran lebih kecil daripada pengukuran yang telah
dilakukan. Bila nilai dari hasil pengujian dan test kecukupan data, dimana N
lebih besar dari N maka data dinamakan cukup.
Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam batas yang terkontrol,
maka pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat
ketelitian 5%, tingkat kepercayaan 95% maka dapat diperoleh rumus sebagai
berikut:
Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan ternyata lebih
besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’ < N) maka
pengukuran tahap ketiga harus dilakukan demikian seterusnya sampai
pengukuran yang diperlukan dengan jumlah yang ditetapkan (N’ < N). Test
kenormalan data dapat dilakukan dengan sampel acak berukuran n, rata – rata
x dan simpangan baku s untuk keperluan pengujian kita harus menghitung
frekuensi teoritik Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil pengamatan
Oi. Frekuensi Oi jelas didapatkan dari sampel masing – masing menyatakan
frekuensi dalam tiap kelas interval. Harga Ei didapatkan dari hasil kali antara
n dengan peluang atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang
bersangkutan selanjutnya statistic dihitung dengan rumus:
Dimana: = tingkat ketelitian 5%
K = Jumlah kelas
Untuk mencari nilai , data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Data kelas interval
Data frekuensi dari tiap kelas interval.
Data ini diperoleh pada tabel distribusi frekuensi
Data lain yang harus diketahui adalah:
Besarnya Z untuk setiap kelas interval. Rumus untuk mencari nilai Z
adalah sebagai berikut:
Dimana Xo = batas kelas interval
Besarnya luas kelas interval (D)
Besarnya jumlah pengamatan yang diperlukan (E). Rumus untuk
mencari nilai E adalah E = D * N
2.7 Pengujian Kelinieran
Adapun hipotesa yang digunakan dalam pengujian kelinieran data adalah:
i. hypotesa : = 0
ii. hypotesa : ≠ 0
iii. taraf nyata : 95%
iv. daerah kritis : ( 1- α/2); (n-k)
v. t
hit
dimana:
= 0.b = dari persamaan regresi (Y = a + bx )
Untuk mencari parameter a dan b maka digunakan persamaan:
∑X = an + b ∑xi
∑XY = a∑xi + b ∑xi 2
Dimana : X = nomor pengukuran (1,2,3,.........,50)
Y = waktu pengukuran
Sedangkan:
dan :
Kesimpulan:
Apabila t hitung berada pada daerah kritis maka Ho ditolak, kalau sebaliknya
Ho diterima maka regresi yang digunakan sangat berarti.
2.8 UJI KELONGGARAN
Jika pengukur sudah selesai bahwa semua datanya sudah seragam dan
jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan maka
selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan perhitungan waktu baku
adalah: adapun langkah untuk mendapatkan waktu baku tersebut adalah:
a. Perhitungan Waktu Baku Siklus
Menggunakan rumus:
Ws =
Dimana:
Ws = waktu siklus
X = data pengamatan untuk setiap sub group
N = jumlah data pengukuran
b. Perhitungan Waktu Normal
Wn = Ws.P
P = faktor penyesuaian
Faktor penyesuaian diperhitungkan jika dalam kegiatan pengukuran,
operator bekerja dengan kecepatan wajar yang normal. Ini berarti faktor
penyesuaian sama dengan satu (1).
c. Perhitungan Waktu Baku
Menggunakan rumus:
Wb = Wn + (Wn) L
Dimana:
Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
L = kelonggaran
Kelonggaran atau Allowance yang diberikan kepada pekerja berupa
kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk dihindari. Umumnya kelonggaran
dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
1. Faktor Penyesuaian
Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati
kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak wajaran dapat saja
terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah olah diburu
waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi
ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja
yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian.
Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu
yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara
wajar.
Andaikata ketidakwajaran ada maka pengukuran harus mengetahuinya
dan menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Penilaian perlu diadakan karena
berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukuran mendapat
harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan
kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut
menjadi wajar pengukur harus menormalkannya dengan melakukan
penyesuian.
Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-
rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor
penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil
perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang
normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal
(terlalu cepat) maka p nya akan lebih besar dari satu ( p > 1 ) sebaliknya jika
operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil
dari satu ( p < 1 ). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu ( p = 1 ).
2. Faktor Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secra nyata dibutuhkan
oleh pekerja, dan yang selama pengukuran, tidak diamati, diukur dicatat
ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan
waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
a. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah adalah, hal-
hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekanar kecil,
bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan
ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas
terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak bisa. misalnya, seseorang
diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk
sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang pekerjaan. Larangan demikian
tidak saja merugikan pekerja ( karena merupakan tuntutan psikologi dan
fisiologi yang wajar ) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan
kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan
hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
b. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunkan hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam
menentukan pada saat-saat mana menurunkannya hasil produksi disebabkan
oleh timbuknya rasa fatigue karena masih banyak kemungkinan lain yang
dapat menyebabkannya.
Fatique total terjadi jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat
melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.
c. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindar.
Beberapa contoh yang termasuk hambatan tak terhindarkan adalah :
menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.
mengasah peralatan potong
mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang
hambatan - hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan.
2.9 Perhitungan Waktu Standar
Teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan atas :
1. Cara langsung; yaitu jika pengukuran dilakukan di tempat pekerjaan
tersebut dilakuan.
2. Cara tidak langsung; yaitu perhitungan waktu didasarkan pada tabel – table
yang sudah tersedia, dengan terlebih dahulu membakukan metode kerja yang
digunakan.
Teknik pengukuran cara langsung yang paling banyak digunakan
adalah teknik Jam Henti (Stopwatch Time Study) dan teknik Sampling
Pekerjaan (Work Sampling). Pada dasarnya, teknik sampling pekerjaan akan
dipilih sebagai teknik pengukuran untuk kondisi berikut :
Kesulitan untuk mengenali siklus pekerjaan (terlalu besar)
Penelitian ditujukan untuk menggambarkan fakta (tingkat produktivitas)
Pekerjaan dilakukan oleh kelompok kerja
Aktivitas (elemen pekerjaan) banyak / bervariasi
Munculnya aktivitas tidak menentu (random)
2.10 PERHITUNGAN WAKTU BAKU
Rumusan waktu baku adalah sebagai berikut :
Waktu baku: waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja normal
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan metode kerja tertentu, pada kondisi
terbaik saat itu.
a. Pengukuran dengan Jam Henti :
b. Pengukuran dengan teknik Sampling Pekerjaan
Gambar 10 : Komposisi Waktu Baku
Langkah – langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menentukan
waktu standar yaitu :
Menentukan performance rating operator
Menentukan waktu normal
Menentukan allowance
Performance Rating
Performance rating adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil
observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut (Niebel, 1976 dalam Anggraini 2004). Ada banyak metode
yang digunakan untuk menentukan performance rating, Berikut merupakan
beberapa sistem untuk memberikanrating yang umumnya digunakan
(Wignjosoebroto, 1995)
Skill and Effort Rating
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran
kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka “Bs”. Prosedur
pengukuran kerja meliputi penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan
usaha – usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga
mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Bedaux
menetapkan angka 60 Bs sebagaiperformance standard yang harus dicapai
oleh seorang operator dan pemberian intensif dilakukan pada tempo kerja rata
– rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.
Westing House System’s Rating
Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh
Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka
Westing House menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition)
dan keajegan (consistency) dari operator di dalam melakukan kerja.
Synthetic Rating
Merupakan metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator
berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined
time value). Rasio untuk menghitung indeks performance dapat dirumuskan
sebagai berikut :
R = P / A
R = indeks performance atau rating faktor
P = predetermined time (menit)
A = rata – rata waktu dari elemen kerja yang diukur
Performance Rating atau Speed Rating
Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator
speed, space atau tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam
prosentase atau angka desimal dimana performance kerja normal akan sama
dengan 100 % atau 1.00. Nilai performance rating selanjutnya digunakan
untuk menentukan waktu normal dari waktu pengamatan.
2.11 Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan dengan mengenai sesuatu, yang
memerlukan pengecekan untuk membuktikannya. Jika asumsi atau dugaan itu
dikhususkan untuk populasi, umumnya mengenai nilai parameter populasi,
maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.
Suatu penduga tunggal (point estimator) ialah pendugaan yang terdiri
dari satu nilai saja misalnya, rata-rata konsumsi susu per bulan tiap keluarga
sebanyak 35 kaleng ( = 35 sebagai penduga dari ), ataupun persentase nasabah
yang tidak puas sebesar 25% ( sebagai penduga p. dan disebut
penduga atau estimator, dan p yang merupakan parameter. Di bawah ini akan
diberikan beberapa penduga dan parameter, yaitu :
Penduga : s r b
Parameter : p B
Dimana (dibaca rho) adalah koofisien korelasi sebenarnya, dan B adalah
koofisien regresi sebenarnya. Satu parameter dapat mempunyai beberapa
penduga.
Penduga tunggal merupakan fungsi dari nilai observasi yang berasal dari
sampel dengan n elemen.
Dalam prakteknya, pendugaan tunggal yang terdiri dari satu angka
tidak memberikan gambaran mengenai berapa jarak/selisih nilai penduga
tersebut terhadap nilai sebenarnya.