bab i pendahuluansakip.pertanian.go.id/admin/data/renja barantan cetak 2016.pdf1) program dan...
TRANSCRIPT
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan ekonomi nasional, sektor pertanian masih menjadi sektor
penting, hal ini jelas terlihat pada RPJM tahap-3 (2015-2019). Penyediaan bahan
pangan dan bahan baku industri kecil dan menengah, sumber utama pendapatan
rumah tangga perdesaan, penyediaan bahan pakan dan bioenergi, penyumbang
nyata Produk Domestik Bruto(PDB), penghasil devisa negara, berperan dalam
upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta penyerap tenaga kerja merupakan
kontribusi nyata sektor pertanian hingga saat ini.
Keberhasilan perwujudan kedaulatan pangan nasional sangat dipengaruhi oleh
mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan yang merupakan salah satu faktor
strategis yang berpengaruh besar. Guna mewujudkan pencapaian sasaran strategis
Kementerian Pertanian, yakni peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan nilai
tambah dan daya saing maka penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) di bidang perkarantinaan hewan dan tumbuhan sangat
diperlukan.
Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden nomor 2/2015 tentang Rencana
Pembangunan Nasional 2015-2019 ada 3 dokumen sebagai lampiran yaitu :
1. Agenda Pembangunan Nasional.
2. Agenda Pembangunan Bidang.
3. Agenda Pembangunan Wilayah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan acuan bagi arah
kebijakan Kementan dalam pembangunan pertanian. Arah kebijakan pembangunan
pertanian 2016 selain mengacu pada RPJM juga memperhatikan hasil
penyelenggaraan Musyawarah Rencana Pembangunan Pertanian (musrenbangtan)
tahun 2015 sehingga perencanaan program dan kegiatan pembangunan dapat
dilaksanakan secara sinergis dan berkesinambungan sesuai ketentuan yg berlaku
dengan memperhatikan: 1) Arah Kebijakan Dan Prioritas Pembangunan Nasional
dalam RPJM 2015-2019, 2) Capaian Kinerja 2014 dan 3) Rencana Target Capaian
tahun 2015.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana tersebut diatas sesuai
dengan perencanaan yang ditetapkan dalam bentuk suatu dokumen yang memuat
kebijakan, program dan kegiatan untuk periode satu tahunan.
Penyusunan rancangan Rencana Kerja (Renja) merupakan tahapan awal yang
harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen Renja yang definitif.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 2
1. Prinsip Rancangan Rencana Kerja (Renja) Badan Karantina Pertanian 2016
didalam penyusunan rancangan Renja adalah sebagai berikut :
a) Mengacu pada rancangan awal TA 2016 digunakan sebagai acuan
perumusan program, kegiatan, indicator kinerja dan dana indikatif dalam
Renja TA.2016.
b) Untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebagai acuan perumusan
tujuan, sasaran, kegiatan, lokasi kegiatan dan prakiraan maju dalam
rancangan Renja serta dapat menjawab berbagai isu-isu strategis terkait
dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian.
c) Substansi rancangan Renja memuat :
1) Program dan Kegiatan.
2) Lokasi Kegiatan.
3) Indikator Kegiatan.
4) Sasaran dan Target.
5) Pagu Indikatif dalam prakiraan maju.
d) Penyusunan program dan kegiatan untuk tahun yang direncanakan
mengacu pada ketentuan IKU (Indikator kinerja utama) dan SPM (standar
pelayanan minimal) dengan mempertimbangkan capaian kinerja SPM yang
ada.
2. Renja tahun 2016 merupakan masa transisi antara Renstra Badan Karantina
Pertanian 2010-2014 dan Renstra 2015-2019, karenanya penyusunan Renja
2016 perlu memperhatikan :
a) Indikator Kinerja dan Target Indikator Kinerja Renja 2016 dapat mengacu
pada target indikator kinerja 2014-2015 maupun Renstra 2015-2019 dengan
prakiraan target tahun 2016 yang diestimasikan.
b) Perkembangan dinamika kekinian dengan memperhatikan hasil capaian
kinerja sebelumnya.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud :
Rencana kerja Badan Karantina Pertanian tahun 2016 merupakan pedoman
penyusunan Renja Satuan Kerja (satker) tahun 2016.
Tujuan :
Penyusunan Renja adalah untuk menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan
program dan kegiatan pusat dan UPT Lingkup Barantan serta merupakan efisiensi
alokasi sumberdaya.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 3
BAB II
EVALUASI KINERJA BADAN KARANTINA PERTANIAN TAHUN
2010-2014
Dalam melaksanakan program dan kegiatan Badan Karantina Pertanian terkait
dengan sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas pelaksanaan fungsi
karantina, maka harus dilakukan berbagai pembenahan, peningkatan dan
pengembangan sesuai standar yang telah ditetapkan guna pencapaian hasil kerja
yang sudah ditargetkan. Fasilitas sarana/prasarana tersebut terdiri dari : 1) sarana
pemeriksaan, 2) instalasi karantina dengan fasilitas tindakan karantina, 3)
laboratorium dan peralatannya serta 4) sarana pendukung lainnya .
Dalam penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik kuantitas maupun kualitas
harus didasarkan pada evaluasi dan penataan, hal ini merupakan kegiatan yang
diprioritaskan dikarenakan SDM merupakan salah satu faktor penting keberhasilan
dalam pelaksanaan program kegiatan.
Peningkatan Produksi Pangan merupakan salah satu tujuan kegiatan dari Program
Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian yang mengacu pada 9 agenda
pembangunan nasional. Tugas fungsi Badan Karantina Pertanian adalah mencegah
masuk, mencegah menyebar, mencegah keluar Hama Penyakit Hewan Karantina
(HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ke/dari dan antar
area Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya semua kegiatan Barantan
baik yang telah dilakukan maupun yang direncanakan ke depan haruslah mengacu
pada tugas dan fungsi tersebut. Khusus pada kegiatan Barantan tahun 2010 – 2014
kegiatan yang telah dilakukan dan capain yang telah diraih raih memberikan
gambaran nyata bagi rencana kegiatan ke depan.
Badan Karantina Pertanian dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir 2010 - 2014
telah didukung dengan anggaran berturut-turut mulai tahun 2010 sebesar Rp
448.066.857.000,-, Rp 542.866.622.000,-, Rp 734.303.739.000,-, Rp
807.354.242.000,- dan Rp 603.844.735.000,-. Berdasarkan kinerja serapan
anggararan berturut-turut sebesar : 94,81 %, 92,75 %, 84,86 %, 93,55 % dan pada
tahun 2014 ini sampai tanggal 2 Oktober 2014 sebesar 67,94 %. Apabila dilihat dari
trend kenaikan pagu anggaran Barantan tampak bahwa kenaikan tersebut tidak
signifikan, hal ini mengingat jumlah pegawai yang terus bertambah seiring dengan
perkembangan jumlah tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa Hama
dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) yang semakin meningkat.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Badan Karantina Pertanian sampai saat
ini mempunyai kontribusi yang paling besar di lingkungan Kementerian Pertanian.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 4
Untuk target PNBP dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sejak tahun 2010
berturut-turut adalah : Rp 71.309.009.865,-; 78.871.486.814,-; 84.396.815.288,-;
93.085.185.541,-; dan 99.278.635.321,- . Realisasi PNBP tersebut setiap tahunnya
selalu melebihi target, berturut-turut adalah : 133,40 %, 134,20 %, 130,74 %,
122,63 % dan pada tahun 2014 ini sampai dengan bulan September 2014
realisasinya sebesar 86,08 %. Kondisi saat ini PNBP masih menjadi pagu pokok
dalam penetapan alokasi anggaran (APBN). Kedepan diharapkan kontribusi PNBP
ini dijadikan sebagai reward dan tidak diperhitungkan dalam penentuan pagu pokok
di Badan Karantina Pertanian.
Dalam perjalanan kinerja tahun 2010 – 2014 Badan Karantina Pertanian telah
berhasil melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK yang
berasal dari luar negeri ataupun antar area. Tindakan pembebasan/pelepasan
komoditas tumbuhan dan produknya : dengan total frekuensi serfikasi sejak tahun
2010 berturut-turut sebesar : 324.884, 417.975, 443.401, 413.280 kali dan terakhir di
tahun 2014 per bulan September sebesar 323.503 kali. Untuk komoditas hewan dan
produknya dengan total frekuensi sertfikasi sejak tahun 2010 berturut-turut sebesar
329.614, 341.960, 468.492, 452.994 kali dan terakhir di tahun 2014 per bulan
September sebesar 308.760 kali.
Dari frekuensi pemeriksaan terhadap media pembawa OPTK serta pengawasan
keamanan pangan terhadap pangan segar asal tumbuhan (PSAT) telah terdeteksi
positif dan tertangkal sejumlah OPTK yaitu : Helminthosporium solani, TuMV,
RSV, Erwinia carotovora pv. atroceptica, Acidovorax avenae subsp avenae,
Liberobacter asiaticum, Tilletia foetida, T. caries, Pseudomonas syringae pv
syringae, Clavibacter michiganensis subsp sepedonicum, Xylella fastidiosa,
Arabis Mosaic Nepovirus , Strawberry Latent Ring Spot Nepovirus (SLRSV),
Potato Mop Top Virus, Burkholderia glumae, Erwinia stewartii (Pantoea
stewartii), Corynebacterium michiganense pv. michiganense, Rhodococcus
fascians, Tobacco Streak Ilarvirus, Pratylenchus vulnus, Pratylenchus
Cucumber green mottle mosaic tobamovirus penetrans, Aphelenchoides
besseyi, Alfalfa Mosaic Virus (AMV), Erwinia chrysanthemi, Panonichus citri,
Burkholderia glumae, Tilletia laevis, T. indica, T. tritici, Pseudomonas syringae
pv. lachrimans, Pseudomonas viridiflava, Panonichus citri.
HPHK yang terdeteksi positif dan tertangkal yaitu : Penyakit John’s Disease
(Paratuberculosis ), Bovine Spongiform Encephalophaty (BSE), Infectious
Bovine Rhinotracheitis (IBR), Enzootic Bovine Leukosis (EBL), Bovine Viral
Diarrhea (BVD), Leptospira, Brucellosis dan Surra.
Dalam pengawasan cemaran Pangan Segar Asal Tumbuhan, telah terdeteksi positif
dan tertangkal beberapa cemaran kimia maupun logam berat asal luar negeri yaitu :
Aflatoksin, Pb (Timbal), Cd (Cadmium), Salmonela spp., Residu Pestisida dan
Formalin.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 5
Capaian terhadap cegah tangkal HPHK/OPTK maupun cemaran PSAT tentunya
tidak terlepas dari sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Badan Karantina Pertanian Tahun 2010 – 2014, yaitu :
1) Kebijakan teknis yang efektif dalam operasional pencegahan masuk, menyebar
dan keluarnya HPHK,
2) Kebijakan teknis yang efektif dalam operasional pencegahan masuk, menyebar
dan keluarnya OPTK,
3) Kebijakan teknis pengawasan keamanan hayati yang efektif dalam operasional
pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati,
4) Sistem informasi yang optimal dalam mendukung operasional program Badan
Karantina Pertanian,
5) Pelayanan Karantina Pertanian dan pengawasan keamanan hayati yang efektif,
6) Penyelenggaraan laboratorium yang berkualitas dalam mendukung efektifitas
penilaian
7) Meningkatnya kualitas manajemen kinerja penyelenggaraan karantina pertanian
dan pengawasan keamanan hayati.
Kebijakan teknis yang efektif untuk cegah tangkal HPHK/OPTK serta cemaran
pangan segar asal tumbuhan dan produk hewan juga tidak terlepas dari beberapa
output terbitnya peraturan/pelaksanaan pedoman di lapangan dalam bentuk
peraturan perundangan, pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis
maupun hasil-hasil rekomendasi teknis. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2010 –
2014) Badan Karantina Pertanian telah menghasilkan kebijakan teknis operasional
baik yang telah terbit maupun dalam bentuk konsep kebijakan sehingga akan
meningkatkan capaian sasaran yang telah ditetapkan.
Beberapa kebijakan perkarantinaan dan keamanan hayati yang disusun Badan
Karantina Pertanian dan telah terbit pada tahun 2010 – 2014 dalam bentuk
Peraturan Menteri Pertanian yaitu :
Karantina Hewan
1) Permentan Nomor : 37/Permentan/OT.140/3/2014 Tentang Tindakan Karantina
Hewan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Unggas
2) Permentan Nomor: 65/Permentan/PD.410/5/2014 Tentang Tindakan Karantina
Hewan Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Hasil Bahan Asal Hewan
Konsumsi
3) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor :
44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan
dan Pengeluaran Media Pembawa penyakit Hewan Karantina dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 6
4) Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 104/Permentan/OT.140/8/2014 tentang
Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Benih
Hewan.
5) Perturan Menteri Pertanian Nomor : 41/Permentan/OT.140/3/2013 tentang
Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Atau Pengeluaran sarang
Walet Ke dan Dari Dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
6) Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 113/Permentan/PD.410/10/2013 Tentang
Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Sapi Indukan, Sapi Bakalan,
Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Karantina Tumbuhan
1) Permentan No. 38/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina
Tumbuhan Di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran
2) Permentan No. 42/Permentan/OT.140/6/2012 tentang Tindakan Karantina
Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah Segar dan Sayuran Buah Segar Ke Dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia
3) Permentan No. 43/Permentan/OT.140/6/2012 tentang Tindakan Karantina
Tumbuhan Untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis Segar Ke Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia
4) Permentan No. 73/Permentan/OT.140/12/2012 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan Milik Perorangan atau Badan
Hukum
5) Permentan Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 (Perubahan Permentan No.
38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis OPTK Golongan I Katagori A1 dan
A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan
Daerah Sebarnya)
6) Permentan No. 56/permentan/ OT.140/9/2010 tentang Pelaksanaan Tindakan
Karantina Tumbuhan di luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran (merupakan
revisi Permentan No. 18/Permentan/OT.160/5/2006 tentang Pelaksanaan
Karantina Tumbuhan Diluar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran)
Keamanan Hayati
1) Peraturan Menteri Pertanian No. 88/Permentan/OT.140/12/2011tentang
Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran
Pangan Segar Asal Tumbuhan merupakan pengganti Permentan No. 27 jo. 38
tahun 2009 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan
Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan
2) Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2011 tentang
Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Hewan dan/atau Pangan Segar
Asal Tumbuhan dari Negara Jepang Terhadap Kontaminasi Zat Radioaktif
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 7
Sampai saat ini dan waktu kedepan, pelengkapan dan penyempurnaan kebijakan
karantina hewan, karantina tumbuhan serta keamanan hayati terus dilakukan
terutama untuk menindaklanjuti amanah PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina
Hewan dan PP No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Pasal-Pasal
dalam PP 82 Tahun 2000 yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Peraturan
Menteri Pertanian ada 10 (sepuluh) Pasal yaitu: Pasal 5 ayat (5), Pasal 38 ayat (2),
Pasal 53 ayat (3), Pasal 61 ayat (3), Pasal 63 ayat (2), Pasal 71 ayat (2), Pasal 73
ayat (3), Pasal 78 ayat (2), Pasal 84 ayat (2), dan Pasal 85 ayat (4).
Sedangkan pasal-pasal dalam PP 14 Tahun 2002 yang belum ditindaklanjuti dalam
bentuk Peraturan Menteri Pertanian ada 4 (empat) Pasal yaitu: Pasal 45, Pasal 75
ayat (3), Pasal 82, dan Pasal 85 ayat (3).
Sementara ini Undang-Undang No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan telah diinisiasi Badan Karantina Pertanian untuk dilakukan revisi.
Saat ini telah diselesaikan penyusunan naskah akademik dan RUU perubahan atas
UU No. 16 Tahun 1992. Materi pokok yang perlu dan akan diatur dalam RUU
tersebut antara lain : penguatan fungsi terkait keamanan hayati (IAS, PRG, Agens
Hayati), pengaturan tentang pengawasan dan penindakan, penambahan sanksi
pidana dari 3 tahun menjadi 5 tahun pidana penjara atau denda 5 Milyar (untuk
pelanggaran berupa kesengajaan) dan dari 1 tahun menjadi 3 tahun denda 1 Milyar
(untuk pelanggaran berupa kelalaian), barang bukti dapat dilelang, media pembawa
yang tidak dilaporkan dalam jangka waktu 30 hari dikuasai negara/karantina
pertanian.
Salah satu indikator kinerja program Badan Karantina Pertanian adalah
“Efektifitas Pelayanan Tindakan Karantina Dan Pengawasan Keamanan Hayati
Terhadap Ekspor Media Pembawa OPTK Dan Keamanan Hayati”. Berdasarkan
hasil dari notification of non-compliance (NNC/catatan ketidaksesuaian) terhadap
komoditas tumbuhan yang diekspor ke luar negeri, Badan Karantina Pertanian telah
mampu menjaga kualitas dan meningkatkannya dari target yang telah ditentukan
yaitu sebesar 90 % dan realisasinya selalu di atas 99 %. Ini merupakan persentase
dari frekuensi NNC dengan total sertifikasi ekspor. Dengan kata lain kualitas
pengawasan dan tindakan karantina untuk komodtas yang diekspor masih di atas 99
% dari yang ditargetkan.
Beberapa dukungan ekspor terhadap komoditas hewan maupun komoditas
tumbuhan terus diakselerasi oleh Badan Karantina Pertanian sejak tahun 2010 –
2014 sampai sekarang antara lain sarang wallet, salak, manggis, bungkil cangkang
sawit dan rumput laut ke negara-negara mitra dagang seperti : Cina, Australia, New
Zealand, Brasil dengan melakukan registrasi dari rumah-rumah produksi ataupun
packing house yang langsung dilakukan verifikasi oleh negara pengimpor untuk
menjaga aspek kualitas ekspor.
Untuk menjaga hubungan dengan negara-negara mitra dagang dalam kerangka
Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) dan terkait dengan semakin derasnya
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 8
lalu lintas perdagangan dalam pasar global di dunia, jalinan kerjasama internasional
mutlak harus dilakukan, sehingga kinerja Badan Karantina Pertanian dapat lebih
optimal. Jalinan kerjasama yang telah dilakukan Badan Karantina Pertanian berupa
kerjasama bilateral, regional dan multilateral semakin meningkat dan berkembang
dari tahun ke tahun.
Kerjasama bilateral dalam kerangka SPS telah terjalin dengan baik antara lain
dengan negara Australia, New Zealand, China, Amerika Serikat, Kanada, Jepang,
Belanda. Kerjasama regional yang telah berjalan dengan baik antara lain : BIMP-
EAGA, IMT-GT, ASEAN (dalam kerangka ATIGA), ASEAN-CHINA FTA serta
kerjasama multilateral meliputi Sidang-Sidang SPS-WTO mulai yang ke-47 – ke-61,
sidang CODEX, IPPC/CPM dan OIE.
Selain itu dalam rangka meningkatkan efektifitas dan optimalisasi kinerja Badan
Karantina Pertanian juga telah menjalin kerjasama nasional. Dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir sejak tahun 2010, jalinan kerjasama nasional antara lain
dengan PT POS/ASPERINDO, Perguruan Tinggi, POLRI, Kemendag/Badan POM,
Ditjen Bea dan Cukai
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset dan bagian sangat penting dalam
mendukung kinerja Badan Karantina Pertanian. Pada saat ini pegawai Badan
Karantina Pertanian berjumlah 3.696 orang dan jumlah petugas karantina sebanyak
1.947 orang atau 52,68 % dari total pegawai. Upaya penambahan pegawai Badan
Karantina Pertanian selain berasal dari alokasi secara regular dari Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian, Badan Karantina Pertanian juga akan
mandapatkan berupa tambahan pegawai dengan cara re-distribusi.
Upaya pengembangan SDM terkait dengan peningkatan kompetensi SDM
senantiasa terus dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian melalui pendidikan
formal (S-2, S-3), diklat dasar karantina serta pelatihan di dalam maupun di luar
negeri. Dalam kurun waktu 2010 – 2014 jumlah pegawai yang telah dan sedang
mengikuti pendidikan S-3 : sebanyak 21 orang, S-2 : sebanyak 83 orang), diklat
dasar teknis sebanyak 1.063 orang, PPNS sebanyak 339 orang, intelijen sebanyak
189 orang serta training/pelatihan di luar negeri sebanyak 43 orang.
Teknologi informasi terus dibangun dan dikembangkan oleh Badan Karantina
Pertanian baik dalam aspek pengembangan layanan informasi maupun
pengembangan aplikasi untuk mempermudah pengendalian proses bisnis maupun
pengambilan keputusan di Badan Karantina Pertanian. Pada tanggal 18 November
tahun 2013 telah dilaunching Single Sign On (SSO) karantina terpadu dengan
Layanan Elektronik Perijinan Dalam Kerangka INSW
Dalam upaya pengurangan dwelling time maupun kelancaran arus barang di
pelabuhan, melalui koordinasi Otoritas Pelabuhan khususnya di Tanjung Priok,
telah dibangun sarana/ pra-sarana fisik yang dapat mensinergikan pemeriksaan
barang secara terpadu antara kedua institusi tersebut yakni Tempat Pemeriksaan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 9
Fisik Terpadu (TPFT) yang lebih representatif dengan sarana pendukungnya.
Diharapkan dengan optimalnya pelaksanaan operasional di TPFT, maka
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perkarantinaan dapat maksimal guna
melindungi sumber daya alam pertanian dan sekaligus memperlancar ekspor produk
pertanian yang melalui pelabuhan Tanjung Priok. Pelaksanaan TFPT ini akan
direplikasikan di UPT Badan Karantina Pertanian yaitu di BBKP Surabaya, BBKP
Makasar, BBKP Belawan, BBKP Soekarno-Hatta, BKP Kelas I Semarang.
Dukungan kinerja manajemen Badan Karantina Pertanian dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir menunjukkan peningkatan dan hal ini ditunjukkan dengan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dari Baik menjadi Sangat Baik, IPNBK (dari Baik
menjadi Sangat Baik), SAKIP (dari Baik menjadi Sangat Baik), Peta Kerawanan
dalam hal penyelesaian TGR (Agar Rawan menjadi Putih), meningkatnya jumlah
UPT yang mendapatkan sertifikasi ISO Pelayanan (s/d Tahun 2014 terdapat 32 UPT
yang telah meraih sertifikat ISO), Laboratorium Karantina Hewan/Karantina
Tumbuhan yang telah mendapatkan sertifikat ISO 17025 sebanyak 10 UPT.
Terlepas dari berbagai capaian kinerja di atas, hingga saat ini masih terdapat
beberapa permasalahan dan kendala yang ditemui, yaitu antara lain :
1) Pada saat ini jumlah petugas Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan tidak
sebanding dengan luasnya wilayah pengawasan karantina atau tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran yang ada.
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Badan Karantina Pertanian sampai
saat ini mempunyai kontribusi yang paling besar di lingkungan Kementerian
Pertanian dan realisasi per tahunnya selalu melebihi target. Kondisi saat ini
PNBP masih menjadi pagu pokok dalam penetapan alokasi anggaran (APBN).
3) Seiring dengan era perdagangan bebas serta menyongsong Masyarakat
Ekonomi Asean 2015 (Asean Economic Community) akhir tahun 2015, masih
terdapat beberapa kelemahan yaitu antara lain pelayanan yang tersegmentasi,
luasnya rentang kendali dan adanya benturan kebijakan antar
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
4) Pengembangan dan penguatan fungsi Badan Karantina Pertanian untuk
melaksanakan pengawasan keamanan hayati maupun pengawasan dan
penindakan masih belum terpayungi secara lengkap pada UU No. 16 Tahun
1992
5) Dalam rangka melaksanakan tindakan karantina hewan antar area, sampai
dengan saat ini masih terdapat ketidaksesuaian antara peraturan perundangan
dibidang karantina hewan dengan Peraturan Daerah (Perda). Ketidaksesuaian
tersebut terjadi karena beberapa daerah mengatur ketentuan teknis yang tidak
sesuai dengan kebijakan Badan Karantina Pertanian, sehingga hal ini
menimbulkan ketidakpastian bagi petugas karantina dalam penegakkan
peraturan di lapangan.
6) Dengan belum dicabutnya kawasan karantina di Pulau Bali dari daerah wabah
rabies sehingga mengakibatkan pelarangan lalu lintas Hewan Penular Rabies
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 10
(HPR) dari dan ke Pulau Bali. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya
pemasukan HPR ke Bali secara ilegal.
7) Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana arus pemasukan dan
pengeluaran barang akan semakin terbuka dan meningkat sehingga risiko
masuknya HPHK/OPTK juga akan semakin meningkat. Selain itu tuntutan untuk
memenuhi aturan perdagangan internasional terkait Trade Facilitation semakin
meningkat.
8) Tingginya importasi benih tumbuhan (contohnya : kelapa sawit dan padi) dari
negara yang tertular OPTK, namun dari segi genetik benih tersebut memiliki
mutu yang lebih baik dibandingkan negara lain maupun benih yang dihasilkan
dari dalam negeri. Indonesia belum memiliki Appropriate Level of Protection
(ALOP) Nasional untuk penentuan persyaratan impor komoditas pertanian.
9) Pengawasan keamanan hayati masih terbatas pada pengawasan keamanan
pangan dan agens hayati, sedangkan pengawasan untuk PRG dan jenis asing
invasif/Invasive Aliens Species (IAS) belum terimplementasi.
Memperhatikan permasalahan tersebut di atas, disarankan agar kedepan dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penambahan petugas karantina sangat diperlukan baik melalui penerimaan
secara reguler maupun re-distribusi.
2) Kontribusi PNBP Kementerian Pertanian yang berasal dari Badan Karantina
Pertanian agar dijadikan sebagai reward dan tidak diperhitungkan dalam
penentuan pagu pokok anggaran di Badan Karantina Pertanian.
3) Diperlukan kelembagaan karantina yang mandiri dan independen dengan
dukungan SDM, legislasi, dan sarana yg memadai sehingga setiap ancaman
(threat) dapat dikelola dengan baik berdasarkan“Scientific Base”.
4) Mendorong revisi UU No. 16 Tahun 1992 agar dapat segera terealisasi.
5) Ketidaksesuaian Peraturan Daerah yang mengatur ketentuan teknis dengan
kebijakan Badan Karantina Pertanian (khususnya karantina hewan) perlu
ditindaklanjuti dengan melakukan identifikasi terhadap peraturan-peraturan
daerah yang tidak sinergi dengan peraturan perundangan karantina, untuk
kemudian melakukan langkah-langkah harmonisasi.
6) Seiring dengan berjalannya waktu dan berdasarkan status data kejadian gigitan
HPR bahwa wabah rabies di Pulau Bali sudah dapat dikendalikan dengan baik,
maka perlu dilakukan pencabutan status wabah dan kawasan karantina di Pulau
Bali.
7) Perlunya ditetapkan suatu kesepakatan untuk melakukan harmonisasi terhadap
pre-clearance antara negara-negara ASEAN serta membuat aturan mengenai
pengawasan pre-border antar negara ASEAN.
8) Perlu dilakukan koordinasi intensif antar institusi terkait untuk menetapkan ALOP
nasional serta penguatan pengawasan pasca masuknya media pembawa.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 11
9) Perlu mendorong Kementerian Kehutanan & Lingkungan Hidup (Kemenhut &
LH) sebagai focal point pengelolaan IAS di Indonesia untuk segera menerbitkan
peraturan perundangan sebagai payung hukum mengenai pengawasan IAS di
Indonesia.
Adapun kegiatan penguatan kelembagaan TA 2015 yang diusulkan sebagaimana
pada Tabel 2.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 12
Tabel 1. Target dan Realisasi AnggaranTA. 2010 – 2014
TAHUN
2010 2011 2012**) 2013 2014*)
Pagu (Rp) 448.006.857.000 542.866.622.000 734.303.739.000 807.354.242.000 604.699.761.000
Realisasi (Rp) 424.773.729.055 503.493.052.939 623.122.158.005 755.271.997.838 582.890865.761
Persentase (%) 94,81 92,75 84,86 93,55 96,39
Keterangan : *) dalam proses rekonsiliasi
**) Pengembalian anggaran IKH sebesar Rp 75 M
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 13
Tabel 2. Regulasi Yang di Usulkan dan Yang Telah Ditetapkan (2010-2014)
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
2010 2011 2012 2013 2014
1. Pengawasan Pelaksanaan Tindakan KH di negara asal
1. Konsep Permentan tentang Tatacara Pengawasan Tindakan Karantina Hewan di negara asal
1. Pedoman Pengawasan Tindakan Karantina di Negara Asal
1. Permentan No. 113/Permentan/PD.410/10/2013 tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Sapi Indukan, Sapi Bakalan dan Sapi Siap Potong Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia tanggal 10 Oktober 2013
1. Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Transit
2. Persyaratan dan Tindakan KH terhadap Media Pembawa HPHK yang dimasukkan dan dikeluarkan melaui Pos dan Jasa Titipan
2. Konsep Permentan tentang Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa Brucellosis
2. Pedoman Biosafety Laboratorium
2. Permentan No. 41/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Atau Pengeluaran Sarang Walet Ke Dan Dari Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia tanggal 21 Maret 2013
2. Revisi Dokumen Karantina Hewan Transit
3. Penilaian Status dan Situasi HPHK Negara Asal
3. Konsep Permentan Tindakan Karantina terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Ruminansia Besar ke dan dari Wilayah Negara Republik Indonesia
3. Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Terhadap MBM dan Kulit Industri
3. Konsep Tata Cara Tindakan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran
3. Revisi Penggolongan HPHK dan Jenis Media Pembawa
4. Persyaratan dan Tindakan KH terhadap Media Pembawa HPHK Transit
4. Konsep Permentan tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Karkas, daging dan atau jeroan dari luar negeri
4. Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Media Pembawa Produk Hewan berupa telur dan produk susu
4. Konsep Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Unggas
4. Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Bahan Bilogik Reproduksi
5. Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Khusus terhadap hewan organic
5. Konsep Permentan tentang Tindakan Karantina terhadap Hewan Penular Rabies
5. Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Bahan Pangan Patogen, Sediaan Biologik dan Obat Hewan
5. Konsep Persyaratan dan Tata Cara Pengawasan Hasil Bahan Asal Hewan Konsumsi
5. Persyaratan dan Tindakan KH Terhadap Ekspor Sarang Walet ke China
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 14
6. Penggolongan jenis-jenis HPHK 6. Konsep Penggolongan jenis-jenis HPHK dan MP HPHK berdasarkan tingkat risiko (Penyempurnaan Kepmentan 3238/2009)
6. Pedoman Pemantauan Daerah Sebar HPHK
6. Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Hydrolized Feather Meal. (Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 3610/Kpts/KH.210/L/12/2013)
6. Pedoman Pengawasan & Tindakan Karantina Terhadap Kulit
7. Penggolongan jenis MP HPHK 7. Bahan Kajian Pengawan Pemasukan IAS (Invasive Aliens Species)
7. Tindakan Karantina Antar Area Berdasarkan Penetapan Area
7. Konsep Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Tindakan Karantina Terhadap Bahan Patogen dan Obat Hewan
7. Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap MBM
8. Persyaratan teknis alat angkut dan Kemasan Media Pembawa
8. Bahan Kajian Tentang Pengawasan Produk Rekayasa Genetik (PRG)
8. Penyusunan Status dan Situasi HPHK
8. Konsep Persyaratan dan Tata Cara Pengawasan Media Pembawa Lain
8. Penyempurnaan Persyaratan dan Tindakan Karantina Terhadap Pakan dan Bahan Pembuat Pakan Ternak
9. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 2280/2011 tentang pedoman tindakan karantina pada kuda
9. Pedoman Tindakan Karantina terhadap Pakan dan Serangga (Insekta)
9. Konsep Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Bahan Biologik Reproduksi
9. Pedoman Pengawasan dan Tindakan Karantina Terhadap Vektor
10. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 2281/2011 tentang pedoman TK untuk kuda sea games
10. Kajian Sistem Karantina Hewan dan Pulau Karantina
10. Konsep Pedoman Tindakan Karantina Terhadap Bahan Asal Hewan untuk Konsumsi
10. Permentan No. 44/Permentan/OT.140/3/2014 (Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina)
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 15
11. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 917/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Penyakit Brucellosis di daerah sebar Hama Penyakit Hewan Karantina
11. Konsep Pedoman Rekomendasi Penetapan IKH
11. Permentan No. 37/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Unggas
12. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. : 2660/Kpts/KH.040/12/2011 tentang pedoman kesiapsiagaan dini dalam upaya pencegahan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK)
12. Permentan No. 69/Permentan/OT.140/5/2014 (Perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Penghentian Pemasukan Unggas dan/atau Produk Unggas dari negara Republik Rakyat Cina ke dalam Wilayah Republik Indonesia)
13. Konsep Pedoman Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan oleh pihak lain
13. Permentan No. 65/Permentan/PD.410/5/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Hasil Bahan Asal Hewan Konsumsi
14. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 0107/KPTS/OT.210/L/12011 tanggal 26 Januari 2011 tentang Pedoman Pesyaratan dan Tata Cara Penetapan IKPH Kulit Industri
15. Konsep Pedoman Persyaratan dan Penetapan Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH) Media Pembawa HPHK berupa sarang burung walet
16. Konsep Kebijakan Dokumen Karantina Hewan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 16
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
2010 2011 2012 2013 2014
1. Draft Permentan tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan, Pencabutan Kawasan Karantina Tumbuhan
1. Konsep Teknis tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap Pemasukan benih padi, jagung dan kedelai ke dalam Wilayah Negara Indonesia
1. Kajian Teknis Tentang Cara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Media Pembawa OPTK Non Benih untuk pameran/konferensi/eksebisi
1. Konsep Pedoman Diagnosis OPTK Kelompok Tungau
1. Penyempurnaan Permentan No. 3237/2009 (Bentuk dan Jenis Dokumen Tindakan KT dan Pengawasan PSAT)
2. Draft Permentan tentang Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap Media Pembawa OPTK
2. Kajian Teknis tentang Tatacara Pelaksanaan Tindakan Pengasingan dan Pemgamatan terhadap pemasukan benih
2. Manual Teknis Perlakukan Irradiasi
2. Konsep Kebijakan Klasifikasi Laboratorium Karantina Tumbuhan
2. Pedoman Tindakan Karantina Pemeriksaan MP di Negara Asal
3. Review Kepmentan No. 264/2006 tentang Kesekretariatan NPPO
3. Penyempurnaan draft kajian teknis tentang tatacara pemantauan OPTK
3. Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Benih yang dimasukkan dari Luar Negeri
3. Konsep Penyempurnaan Permentan No.271 Tahun 2006
3. Penyempurnaan Daftar OPTK
4. AROPT terhadap 15 media pembawa OPTK
4. Penyempurnaan Permentan tentang persyaratan & tata cara penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) (Revisi Permentan No. 05/Permentan/HK.060/3/2006 tentang Persayaratan tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan milik perorangan atau Badan Hukum)
4. Hasil AROPT Benih 4. Konsep Analisis Risiko Impor (IRA) MP OPTK Non Benih
4. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pemeriksaan Kesehatan MP OPTK oleh Pihak Ketiga
5. Konsep Permentan tentang tata cara tindakan KT terhadap pengeluaran MP OPT dari wilayah negara RI
5. Kajian Teknis tentang Tatacara Pengawasan Terhadap Benda Lain
5. Konsep Kajian Teknis Pengawasan Terhadap Media Pembawa Lain
5. Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan pre-Border di negara lain (Program Pre-Clearance)
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 17
6. Kajian teknis pengawasan PRG ke dalam wilayah RI
6. Diagnostik Protokol MP OPTK yang telah disempurnakan
6. 6) Konsep Kebijakan Teknis Penetapan Laboratorium Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan
6. Standar Teknis Perlakuan Ethylene Oxide
7. Draft juklak/SOP tata cara tindakan karantina tumbuhan di Kantor Pos Bandar Udara
7. Daftar OPTK yang telah diupdate
7. Konsep Prosedur Ekspor Benih 7. Penyusunan Bahan Kebijakan untuk Revisi Permentan No. 42/2012 dan Permnetan No. 43/2012
8. Konsep Pedoman Pest Reporting 8. Informasi Teknis Ekspor Benih 8. Pedoman Standar Teknis Perlakuan Fumigasi Ethyl Formate (Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 1644/Kpts/KT.240/L/05/2013 tanggal 28 Mei 2013)
8. SOP Sistem Sertifikasi Fitosanitari Komoditas Unggulan
9. Konsep Pedoman registrasi pihak ketiga sebagai pelaksana perlakuan dengan phospine
9. Kajian Standar Internsional dan Nasional
9. Konsep Standar Teknis Perlakuan Air Panas
9. Draft Regional Standard Plant Quarantine Treatment
10. Konsep Pedoman pengambilan sampel produk tanaman
10. Hasil AROPT Non-Benih 10. Konsep Pedoman Diagnosis OPTK Kelompok Serangga Hutan
10. Pedoman Analisis Resiko Kemanan Pangan
11. Konsep Pedoman Diagnostik Protokol Cendawan OPTK
11. Informasi Teknis Ekspor Non-Benih
11. Bahan Kebijakan Tentang Pelaksanaan Karantina Tumbuhan di PPLB Darat
11. Hasil Kajian Pengawasan Agen Hayati
12. Konsep Pedoman In-line Inspection
12. Pytosanitary Requirement 12. Bahan Kebijakan Tentang Optimalisasi Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Antar Area
12. Hasil Kajian Teknis tentang Tatacara Tindakan Karantina terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Benda lain
13. Dokumen Hasil Penyusunan AROPT
13. Permentan No. 38/ Permentan/OT.140/5/2014 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 18
Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan
2010 2011 2012 2013 2014
1. Draft Rancangan Permentan tentang Tata Cara Monitoring Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) di tempat pemasukan
1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. : 2051/Kpts/OT.160/L/10/2011 tentang Juklak dan Juknis Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Karantina Hewan dan Tumbuhan
1. Pedoman Kegiatan Pre-Emptif dalam membina kesadaran masyarakat di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati
1. Pedoman Registrasi Pengguna Jasa dan Pengurus Barang di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati (Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian pada tanggal 31 Desember 2013 dengan Nomor: 3611/Kpts/HK.020/L/12/2013)
1. Pedoman Pemusnahan Media Pembawa HPHK dan OPTK
2. Naskah akademik tentang pengawasan PRG pengawasan keamanan hayati nabati di tempat pemasukan dan pengeluaran
2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. : 2053/Kpts/OT.160/L/10/2011 tentang Pedoman Tindakan Preventif dalam Pengawasan dan Penindakan Perkarantinaan Hewan dan Tumbuhan serta Pengawasan Keamanan Hayati
2. Mekanisme Operasional Pengawasan untuk mencegah terjadinya pelanggaran di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati
2. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Intelijen Lingkup Badan Karantina Pertanian (Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian pada tanggal 31 Desember 2013 dengan Nomor: 3614/Kpts/HK.020/L/12/2013)
2. Pedoman Pengawasan dan Penindakan melalui pertukaran data elektronik
3. Naskah akademik tentang pengelolaan IAS di Indonesia
3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. : 1606/Kpts/OT.160/L/6/2011 tentang Pedoman Sosialisai kepada Pemangku Kepentinagan Karantina Pertanian
3. Registrasi Pengguna Jasa Karantina Pertanian
3. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pengawasan dan Penindakan (Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian pada tanggal 31 Desember 2013 dengan Nomor: 3615/Kpts/HK.020/L/12/2013)
3. Revisi Permentan No. 18 Tahun 2011 tentang Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian dalam Sistem Elektronik INSW
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 19
4. Draft Permentan tentang Pengawasan PSAH Konsep Pengawasan Keamanan PSAH telah disampaikan ke Biro Hukum dan Humas untuk dibahas lintas eselon I di Kementerian Pertanian dan lintas sektor dengan kementerian lain yang terkait
4. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 2052/Kpts/OT.160/L/10/2011 tentang Uraian Tugas dan Fungsi, Tata Hubungan Kerja dan Mekanisme Operasional Pengawasan dan Penindakan Lingkup Badan Karantina Pertanian
4. Tata Laksana Registrasi Pengguna Jasa Karantina Pertanian
5. Draft Permentan tentang INSW Sampai saat ini belum tersusunnya SLA
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 20
BAB III
DISKRIPSI CAPAIAN KEGIATAN 2015
Ikhtiar untuk pencapaian dan perwujudan kedaulatan pangan nasional tersebar pada
berbagai sektor baik di dalam Kmeenterian Pertanian maupun kementerian/lembaga
lainnya, dan kesemuanya itu memerlukan satu kesatuan langkah, menautkan semua
kegiatan hingga terjadi saling isi, sinergis dan berhasil guna bagi pembangunan
nasional secara menyeluruh dan utuh.
Globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional, mendorong semakin
meningkatnya arus lalulintas dan menurunnya secara bertahap hambatan tariff (tariff
barrier) dalam perdagangan hasil pertanian antar negara. Keadaan ini memicu
masing-masing negara memperketat persyaratan jaminan kesehatan, mutu dan
keamanan hasil pertanian sebagai instrumen pengendalian perdagangan antar
negara.
Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya alam,
ketenteraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan pangan, gangguan terhadap
produksi sektor pertanian, serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman
yang perlu untuk dicegah masuk dan penyebarannya. Ancaman yang secara global
telah diidentifikasi dapat dikendalikan secara efektif melalui penyelenggaraan
perkarantinaan antara lain: 1) ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan;
2) invassive species; 3) penyakit Zoonosis; 4) Bioterorism; 5) pangan yang tidak
sehat termasuk GMO yang belum dapat diidentifikasi keamanannya; 6) kelestarian
plasma nutfah/keanekaragaman hayati; 7) hambatan teknis perdagangan; dan 8)
ancaman terhadap kestabilan perekonomian Nasional.
Sertifikasi Karantina Hewan Dan Karantina Tumbuhan Tahun 2015
Badan Karantina Pertanian yang membawahkan 3 Pusat yaitu 1) Pusat Karantina
Tumbuhan, 2). Pusat Karantina Hewan dan 3) Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan
Informasi Perkarantinaan merupakan garda terdepan dalam penangkalan masuk ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan/atau keluarnya berbagai Hama dan
Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK). Resiko masuk dan tersebarnya HPHK/OPTK dari luar negeri
semakin meningkat dalam era globalisasi ini karena lalu lintas manusia, komoditas
pertanian, peternakan dan bahan pangan serta barang lainnya semakin terbuka
antar Negara karena tercipta suatu kondisi geografi yang seakan tanpa batas
(borderless). Tugas Badan Karantina Pertanian dalam mencegah dan menangkal
masuknya HPHK dan OPTK ini semakin tahun semakin berat, namun demikian
pelaksanaan berbagai upaya di lapangan terus ditingkatkan dan setiap tahun
capaian tersebut semakin meningkat.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 21
Salah satu indikator dari capaian tugas Badan Karantina Pertanian dapat dilihat dari
jumlah komoditas yang telah disertifikasi oleh Karantina Hewan dan Karantina
Tumbuhan terus meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa jaminan keamanan
terhadap komoditas hewan dan tumbuhan yang diberikan oleh Badan Karantina
Pertanian semakin meningkat baik jumlah maupun kualitasnya. Pada tahun 2015
hingga bulan Juni, tercatat jumlah frekuensi sertifikasi Karantina Hewan sebanyak
261.865 buah, sedangkan jumlah frekuensi sertifikasi Karantina Tumbuhan sebesar
306.258 buah.
Penyebaran Penyakit Asal Luar Negeri Tahun 2015
Sesuai dengan tugas Badan Karantina Pertanian dalam menangkal masuk dan
tersebarnya OPTK maupun HPHK, maka berbagai OPTK dan HPHK dari luar negeri
telah berhasil ditangkal dan dicegah masuk ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia. Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari kerja keras semua lini dalam
lingkup Badan Karantina Pertanian.
1. OPTK asal luar negeri yg tertangkal mulai tahun 2010-2015 antara lain :
Helminthosporium solani, TuMV, RSV, Erwinia carotovora pv. atroceptica,
Acidovorax avenae subsp avenae, Liberobacter asiaticum, Tilletia foetida, T.
caries, Pseudomonas syringae pv syringae, Clavibacter michiganensis subsp
sepedonicum, Xylella fastidiosa, Arabis Mosaic Nepovirus, Strawberry Latent
Ring Spot Nepovirus (SLRSV), Potato Mop Top Virus, Burkholderia glumae,
Erwinia stewartii (Pantoea stewartii), Corynebacterium michiganense pv.
michiganense, Rhodococcus fascians, Tobacco Streak Ilarvirus, Pratylenchus
vulnus, Pratylenchus Cucumber green mottle mosaic tobamovirus penetrans,
Aphelenchoides besseyi, Alfalfa Mosaic Virus (AMV), Erwinia chrysanthemi,
Panonichus citri, Burkholderia glumae, Tilletia laevis, T. indica, T. tritici,
Pseudomonas syringae pv. lachrimans, Pseudomonas viridiflava, Panonichus
citri.
2. HPHK asal luar negeri yg tertangkal mulai tahun 2010-2015 antara lain :
Penyakit John’s Disease (Paratuberculosis ), Bovine Spongiform Encephalophaty
(BSE), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Enzootic Bovine Leukosis (EBL),
Bovine Viral Diarrhea (BVD), Leptospira, Brucellosis dan Surra.
Walaupun berbagai OPTK dan HPHK telah berhasil dicegah dan ditangkal masuk ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia, beberapa HPHK/OPTK yang sudah ada
di Indonesia daerah sebarnya bertambah antara lain : Avian Influenca (AI) Pantoea
stewartii. Bertambahnya daerah sebar beberapa OPTK dan HPHK yang sudah ada
di Indonesia ke beberapa daerah lainnya memang merupakan suatu yang patut
disayangkan, hal ini menjadikan suatu bahan introspeksi tersendiri dalam
serangkaian keberhasilan penangkalan OPTK dan HPHK dari luar negeri. Beberapa
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 22
hal secara garis besar menjadi faktor yang penting, yaitu meliputi 1) kelembagaan,
2) sarana dan prasarana dan 3) sumber daya manusia.
Pengembangan sarana prasaran TA 2015 sebagaimana pada Tabel 3.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 23
Tabel 3. DATA GEDUNG/BANGUNAN UPT DAN WILKER BARANTAN MILIK SENDIRI 2015
NO
UPT
WILKER STATUS
2015 2016
TANAH BANGUN
IKH IKT TANAH BANGUN
IKH IKT
TANAH BANGUN TANAH BANGUN TANAH BANGUN TANAH BANGUN
VOL SAT VOL SAT
VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL
SAT
1
SEKRETARIS BADAN KARANTINA PERTANIAN
2
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK
Kantror Induk
1 Pelabuhan Laut Tanjung Priok
. 2 Pelabuhan Laut Sunda Kelapa
3 Kantor Pos besar DKI Jakarta
4 Jati Asih bangunan gedung Milik Sendiri
5 Wilker Bogor bangunan gedung Milik Sendiri
6 Kantor Pos Bogor
3
BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN
Kantor Bangunan Permanen, Milik Sendiri
4
BALAI UJI TERAP TEKNIK & METODE KARANTINA PERTANIAN
Kantor Bangunan Permanen, Milik Sendiri
5
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I BANDUNG
Kantor Induk
Bangunan Permanen,Tanah Milik Sendiri
Bandara Husein Sastranegara
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 24
Pelabuhan Laut Cirebon
Terminal Peti Kemas Gedebage
Kantor Pos Bandung
6
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I SEMARANG
Kantor Induk
3000 M2 1000 M2
Bandara Ahmad Yani
Pelabuhan Laut Tanjung Emas
Pelabuhan Laut Tegal
Pelabuhan Laut Yuwana
Kantor Pos Semarang
Pelabuhan Laut Juwana-Pati
7
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I CILACAP
Kantor Induk
600 M2
Bandara Tunggu Wulung
Tanah milik sendiri
Pelabuhan laut Tanjung Intan
8
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II YOGYAKARTA
Kantor Induk Gedung Permanen Milik Sendiri
Bandara Adi Sucipto
Bandara Adi Sumarno
Gedung Permanen, tanah milik Sendiri
Kantor Pos Yogyakarta
Kantor Pos Solo
Terminal Peti Kemas Jebres, Solo
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 25
9
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SURABAYA
Kantor Induk
Gedung Permanen, milik sendiri
2000 M2 Bandara Juanda
Bandara Abdul Rahman Saleh
Gedung Permanen, milik sendiri 50 M2
Pelabuhan Tanjung Perak
Pelabuhan Gresik Gedung Permanen, milik sendiri
Pelabuhan Jangkar
Pelabuhan Kalbut
Pelabuhan Panarukan
Pelabuhan Probolinggo
Bangunan Kandang, Milik sendiri
Pelabuhan Sangkapura
Pelabuhan Sedayu-Lamongan
Pelabuhan Sungai Kalimas
Pelabuhan Sungai Tanjung Wangi
Gedung Permanen, milik sendiri
Pelabuhan Penyebrangan Ketapang
Proses Pembangunan, tanah milik sendiri 215 M2
Kantor POS Surabaya
10
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS II BANGKALAN
Kantor Induk
Gedung permanen, Tanah milik sendiri
Pelabuhan laut telaga Biru
Pelabuhan laut Branta
Gedung Tanah milik sendiri
Pelabuhan laut Nepa
Pelabuhan laut Kalianget
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 26
Pelabuhan laut Sapudi
Pelabuhan laut Kangean
Penelabuhan Penyebrangan Kamal
11
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I BANDA ACEH
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri 250 M2
Bandara Sultan Iskandar Muda, Malikul saleh, Maimun Saleh
Bangunan Gedung Kantor Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut meulaboh
Pelabuhan Laut Sinabang
150 M2
Pelabuhan Laut Malahayati
Gedung LAB Permanen, Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Lhokseumawe
Pelabuhan Laut Sabang
Kantor Pos Banda Aceh
Pelabuhan Laut Kuala Langsa
50 M2
Pelabuhan Laut Labuhan Haji
Pelabuhan Laut Balohan
Pelabuhan Laut Ulee Lheue
Kantor Pos Banda Aceh
12
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN BELAWAN
Kantor Induk
Bandara Binaka
Bandara Pinang Sori
Bandara Aek Godang
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 27
Pelabuhan Laut Belawan
Pelabuhan Laut Sibolga
Pelabuhan Laut Gunung Sitoli
13
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II MEDAN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Polonia
Bandara Kualanamu
Pelabuhan Laut Pangkalan Brandan
Pelabuhan Laut Pangkalan Susu
200 M2 1200 M2
Kantor Pos Medan
14
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I TG BALAI ASAHAN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan laut teluk Nibung
Pelabuhan Tanjung Balai
50 M2
Pelabuhan laut Kuala Tanjung
gedung Pos Jaga, Tanah Milik Sendiri 50 M2
Pelabuhan laut Tanjung Tiram
Pelabuhan laut Tanjung Elang
Pelabuhan Laut Labuhan Bilik
Pelabuhan Laut Bagan Asahan
Pelabuhan Laut Tanjung Leidong
15
BALAI KARANTINA KLS I PADANG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Udara Minang Kabau
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 28
Pelabuhan Laut Teluk Bayur
Kantor Pos Padang
Pelabuhan Laut Sungai Muara
Pelabuhan Laut Bungus
Pelabuhan Laut Sikakap
Pelabuhan Laut Siberut
Pelabuhan Laut Tua Pejat
16
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I PEKANBARU
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Udara Sultan Syarief
Bang. Ged. Kantor Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Kasim II, Pinang Kampai
NIHIL
Pelabuhan Laut Bagan Siapi-api
Pelabuhan Laut Selat Panjang
Pelabuhan Laut Bengkalis
Pelabuhan Laut Dumai
5513 M2 200 M2 100 M2 100 M2
Pelabuhan Laut Tembilahan
Pelabuhan Laut Kuala Enok
Pelabuhan Laut Kuala Gaung
Pelabuhan Laut Rumbai
Pelabuhan Sungai Siak Sri Indrapura
Pelabuhan Sungai Guntung
Pelabuhan Sungai Pakning
Pelabuhan Sungai Tanjung Buton
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 29
Sungai Duku/Pekanbaru
Kantor Pos Pekanbaru
`
17
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I JAMBI
Kantor Induk
Bandara Sultan Taha
Pelabuhan Laut Kuala Tungkal
Pelabuhan Laut Muara saba
Kantor Pos Jambi
18
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I PALEMBANG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Sultan Mahmud Badarudin II
Gedung permanan, tanah milik sendiri
Pelabuhan Sungai Boom Baru
Gedung permanan, tanah milik sendiri
Pelabuhan Sungai Tangga Buntung
Pelabuhan Laut Lais
Kantor Pos Palembang
19
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I BANDAR LAMPUNG
Kantor Induk
3345 M2 1200 M2 IKH Tarahan 5000 M2 600 M2
Bandara Raden Inten II
Pelabuhan laut Panjang
Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 30
Kantor Pos Bandar Lampung
20
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I PONTIANAK
Kantor Induk
50
M2
Bandara Supadio
Bandara Rahasi Usman Ketapang
Pelabuhan Laut Dwikora
Pelabuhan Laut Sintete
Pelabuhan Laut Kendawang
Pelabuhan Laut Pemangkat
Pelabuhan Laut Sambas
Kantor Pos Pontianak
21
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I ENTIKONG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Pos pemeriksaan lintas batas
6 UNIT
Entikong
Nangabadau, Senaning
Sajingan
Aruk
Pos Lintas batas Jagoibabang
500 M2
22 BALAI PERTANIAN KLS II PALANGKARAYA
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Tjilik Riwut
Gedung dan kandang Permanen, Milik sendiri
Bandara Haji Hasan-sampit
Gedung kantor permanen, lab semi Permanen. Milik sendiri
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 31
Iskandar-Pangkalan Bun
Gedung dan kandang Permanen, Milik sendiri 128 M2
Pelabuhan Laut Palangkaraya
Pelabuhan Laut Sampit
Pelabuhan Laut Panglima Utar Kumai
Pelabuhan Laut Sukamara
Pelabuhan Laut Seruyan
Kantor Pos Palangkaraya
23
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I BANJARMASIN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Syamsudin Noor
Pelabuhan Laut Trisakti
Pelabuhan Laut Batu Licin
553 M2 2000 M2 100 M2 100 M2
Pelabuhan Laut Stagen
Pelabuhan Laut Pagatan
Kantor Pos Banjarmasin
24
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I SAMARINDA
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
50
M2
Bandara temindung
Pelabuhan Laut Bontang
Bangunan kantor permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Sangata
Pelabuhan Sungai Samarinda
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 32
Pelabuhan Sungai Siring
2000 M2 150 M2
kantor Pos Samarinda
25
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I BALIKPAPAN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Sepinggan
Gedung Permanen, tanah milik sendiri 180 M2
Pelabuhan Laut Semayang
Pelabuhan Laut Pondang
Pelabuhan Laut Kampung Baru
Pelabuhan Penyebrangan Karingau
200 M2
Wilker Paliango 1145 M2
Kantor Pos Balikpapan
26
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II TARAKAN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Banda Juwata, Long Bawang
Pelabuhan laut Malindung
IKH Juwata 40 M2
Pelabuhan laut Nunukan
50 M2
Pelabuhan laut Sebatik
250 M2 60 M2
Pelabuhan laut Tanjung Selor
Gedung Bangunan Permanen, tanah milik sendiri 50 M2
Pelabuhan laut Tanjung Redep
Pelabuhan laut Bunyu
kantor Pos Tarakan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 33
27
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I MANADO
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Sam Ratulangi
Pelabuhan Laut Bitung
Pelabuhan Laut Manado
Pelabuhan Laut Labuhan Uki
Pelabuhan Laut Tahuna
Pelabuhan Laut Melanguare
Kantor Pos Manado
28
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II PALU
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
pelabuhan Toli-Toli
gedung permanen, tanah milik sendiri
pelabuhan Patoloan
gedung permanen, tanah milik sendiri
Bandara Mutiara
Donggala
Bandara Luwuk
gedung permanen, tanah milik sendiri
Pagimana
kantor Pos Palu
29
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN MAKASSAR
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Hassanudin
Pelabuhan Laut Soekarno Hatta
Pelabuhan Laut Paotere
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 34
Pelabuhan Laut Bulukumba
gedung permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Malili Soroako
Pelabuhan Laut Palopo
Pelabuhan Laut Siwa
Pelabuhan Pulau Selayar
gedung permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Penyebrangan Bajo E
Kantor Pos Makassar
30
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I PARE-PARE
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Pongtiku
Bandara Andi Jemah
Pelabuhan Laut Nusantara
KANTOR induk
Pelabuhan Laut Awerange
Pelabuhan Laut Cappa Ujung
Pelabuhan Laut Parepare
Pelabuhan Laut Balantan
Pelabuhan Laut Garongkong
Pelabuhan Laut Siwa
Bang. Ged. Kantor Permanen, tanah milik sendir
Pelabuhan Laut Balantang/Malili
Pelabuhan Laut Palopo
31 BALAI KARANTINA
Kantor Induk Gedung Permanen,
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 35
PERTANIAN KLS II KENDARI
tanah milik sendiri
Bandara Wolter Monginsidi
Bangunan kantor permanen, milik sendiri
Pelabuhan Laut Kendari
Pelabuhan Laut Bau-bau
Pelabuhan Laut Pomala
Pelabuhan Laut Tobaku
Pelabuhan Laut Raha, Muna
Bangunan kantor permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Wanci, Buton
Bangunan kantor permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Boe, Piang, Bombana
Pelabuhan Penyebarangan Kolaka
Gedung dan kandang, tanah milik sendiri
Kantor Pos Kendari
32
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS II MAMUJU
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Tampa Padang
Pelabuhan Laut Mamuju
26507 M2 500 M2
Pelabuhan Laut Pasang Kayu
Gedung permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Majane
Gedung permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Gedung
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 36
Polewali Mandar permanen, tanah milik sendiri
Kantor Pos Mauju
33
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I AMBON
kantor Induk
2000
M2
Bandara Patimura
Gedung Permanen, Tanah milik sendiri
70
M2
Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Ambon
Pelabuhan Laut Pulau Buru
Gedung Permanen, Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Tual
Gedung Permanen, Tanah milik sendiri
Kantor Pos Ambon
Pelabuhan Laut Kobi Sadar
Gedung Permanen, Tanah milik sendiri
34
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I DENPASAR
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Ngurah Rai
Pelabuhan Laut Benoa
Pelabuhan Laut Celukan Bawang
Gedung Permanen, Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Padang Bai
Gedung Permanen dan IKH, tanah milik sendiri
Pelabuhan Penyebrangan
Gedung Permanen
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 37
Gilimanuk dan IKH, tanah milik sendiri
Kantor Pos Denpasar
Pelabuhan Laut Sangsit
35
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I MATARAM
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Internasional Lombok
Pelabuhan Laut Lembar
Pelabuhan Penyebrangan Kayangan
Pelabuhan Haji
Pelabuhan Laut Tanjung Luar
Kantor Pos Mataram
36
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I SUMBAWA BESAR
bandara M. Salahuddin
Bandara Brang Biji
Pelabuhan laut Badas
Pelabuhan laut Bima
Pelabuhan laut Sosodumpu
Pelabuhan laut Alas
Pelabuhan laut Benete
Pelabuhan Penyebrangan Sape
Pelabuhan Kempo
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 38
37
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I KUPANG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Eltari-Kupang
Bandara Mau Hau-Waingapu
Bandara Tambulaka
Pelabuhan Laut Tenau
Pelabuhan Laut Waingapu
Gedung dan IKH Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Wini
Gedung dan IKH Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Seba
Gedung Permanen, tanah milik sendiri 200 M2
Pelabuhan Laut Atapupu
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Kalabahi
Pelabuhan Laut Waikelo
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut baa-Rote
Pelabuhan Laut Pantar Alor
Pelabuhan penyebrangan Bolok
Pos Perbatasan matoain, Metameok, Napan.
Gedung Permanen, tanah milik sendiri 2000 M2 200 M2
Kantor Pos Kupang
Pos Perbatasan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 39
metamasin
38
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS II ENDE
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Wai Oti, Maumere
Bandara Satar Tacik, Ruteng
Bandara Hasan Aburusaman, Ende
Pelabuhan Laut Reo
Kantor, Gudang, Kandang. Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Marapokot
Gedung permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut maumere
1000 M2
Pelabuhan Laut Larantuka
Pelabuhan Laut Maumbawa
Saat ini bangunan digunakan sebagai mess pemda, karena tidak ada kegiatan pemeriksaan karantina lagi
Pelabuhan Laut Ipi Ende
Pelabuhan Laut Aimere
1000 M2
Pelabuhan Laut Lembata
Pelabuhan Penyebrangan Labuhan Bajo
Gedung permanen, tanah milik sendiri 1000 M2
39
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I JAYAPURA
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 40
Bandara Sentani
Bandara Serui
Bandara kaisiepo
Pelabuhan Laut Jayapura
20000 M2 500 M2 10000 M2
Pelabuhan Laut Serui
Pos Perbatasan Skow
5 UNIT
Kantor Pos Jayapura
40
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I MERAUKE
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Mopah
Plabuhan Laut Merauke
Pelabuhan Laut Asikie
Pos Lintas Batas Sota
41
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I BIAK
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Frans Kaisiepo
Pelabuhan Laut Biak
Pelabuhan Laut Serui
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Nabire
Supiori
Kantor Pos biak
42
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I TIMIKA
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Moses Kilangin
Pelabuhan Laut Amamapare
Pelabuhan Laut Paumako
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 41
43
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I BENGKULU
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Fatmawati Sukarno
Pelabuhan Laut Pulai Baai
Gedung kantor dan Lab Permanen, Tanah Milik Sendiri
kantor Pos Bengkulu
44
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II TERNATE
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri 1000 M2
Bandara Sultan Baabullah
Pelabuhan Laut Ahmad Yani, Ternate
1800 M2
Pelabuhan Laut Morotai
375 M2
Pelabuhan Laut Bacan
Pelabuhan Laut Tobelo
Kantor dan gedung Permanen, milik sendiri
Kantor Pos Ternate
45
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA
Kantor Induk
Bandaa Soekarno Hatta
1000 M2
Bandara Halim Perdana Kusuma
Kantor Pos Soekarno Hatta
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 42
46
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II CILEGON
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Ciwanda
Pelabuhan Laut Cigading
Pelabuhan Laut Bojanegara, Merak Mas
10000 M2
Pelabuhan Penyebrangan Merak
Kantor Pos Serang
47
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II PANGKAL PINANG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Depati amir
gedung Kantor permanen, Milik sendiri
Bandara H.As Hanandjoeddin
gedung Kantor permanen, Milik sendiri (bermasalah dengan TNI AU)
Pelabuhan Laut Pangkal Balam
Gedung Kantor permanen, pinjam Pakai Pemda/ sewa PT.Pelindo
Pelabuhan Laut Muntok
Gedung instalasi milik sendiri
Pelabuhan Laut Tanjung Pandan-Belitung
Pelabuhan Laut Manggar-Belitung
gedung Kantor permanen, Milik sendiri
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 43
Pelabuhan Laut pelabuhan Sungai Selan
100 M2
kantor Pos Pangkal Pinang
48
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II GORONTALO
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Jalaludin
Gedung Kantor, LAB, Pagar Permanen. Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Gorontalo
550 M2 150 M2
Pelabuhan Laut Kwadang
Pelabuhan Laut Anggrek
Pelabuhan Laut Bualemo
Kantor Pos Gorontalo
49
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS II TANJUNG PINANG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Raja Haji Fisabilillah
Pelabuhan Laut Sri Bintan Pura
Pelabuhan Laut Pelabuhan Kijang
gedung kantor permanen, Tanah Milik Sendiri
Pelabuhan Laut Sri payung batu enam
Pelabuhan Laut Tanjung Uban
gedung kantor permanen, Tanah Milik Sendiri
Pelabuhan Laut Lagoi
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 44
Pelabuhan Laut Pulau Bulan
Pelabuhan Laut Pelantar II
50
BALAI KARANTINA PERTANIAN KLS I BATAM
Kantor Induk Gedung Permanen, Tanah millik
Bandara Internasional Hang Nadim
Pelabuhan Laut Batu Ampar
Pelabuhan Laut Sekupang
Pelabuhan Laut Kabil
Pelabuhan Laut Harboury
Pelabuhan Laut Waterfront
Pelabuhan Laut Nongsa
Pelabuhan Laut Batam Center
Pelabuhan Laut Telaga Punggur
Kantor Pos Batam
51
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS II TG, BALAI KARIMUN
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Sei bati
Pelabuhan Laut Tanjung Balai Karimun
MESE dan Lab. Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Tanjung batu
Lab dan Pos Jaga. Tanah Milik Sediri
Pelabuhan Laut Moro
Bangunan Ged. Kantor, milik sendiri
Pelabuhan Laut Paritkapok
Kantor Pos Tanjung balai Karimun
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 45
52
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS I SORONG
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Dominie Edward Osok
Bandara Torea, fakfak
bangunan kantor, gedung instalasi. Tanah milik sendiri
Pelabuhan Laut Sorong
Pelabuhan Laut fak fak
Pelabuhan Laut kaimana
520 M2 552 M2
Pelabuhan Laut Kokas
Kantor Pos Sorong
Kantor Pos fak fak
53
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KLS II MANOKWARI
Kantor Induk
Gedung Permanen, tanah milik sendiri
Bandara Rendani
Pelabuhan Laut Manokwari
Pelabuhan Laut Bintuni
200 M2 50 M2
Pelabuhan Laut Kantor Pos Manokwari
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 46
BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KARANTINA 2016
Sesuai dengan sasaran program Barantan yang tertuang dalam Rencana Strategis
Badan Karantina Pertanian 2015-2019 yaitu 1) meningkatnya efektivitas
pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK, 2)
meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan
hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati,
dan 3) meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian,
maka semua kegiatan Barantan baik di Pusat maupun UPT mengacu dan
berlandaskan hal tersebut guna keberhasilan pencapaian secara menyeluruh.
Prioritas dan sasaran dirumuskan berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi
pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya dan capaian kinerja yang direncanakan.
Selain itu perlu diperhatikan identifikasi isu strategis dan masalah mendesak tingkat
UPT dan Pusat. Perumusan prioritas dan sasaran serta indikasi prioritas
kegiatannya juga memperhatikan usulan UPT dan Pusat .
Dalam rangka mencapai tujuan Badan Karantina Pertanian yang telah ditetapkan
dalam Renstra, maka pencapaian sasaran pembangunan Badan Karantina
Pertanian melaui tiga strategi penguatan yaitu 1) penguatan SDM, 2) penguatan
sarana/prasarana dan 3) Penguatan kelembagaan.
Penguatan tiga aspek tersebut di atas didasarkan pada skala prioritas dengan
memperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Tingkat resiko penyakit,
2. Frekuensi lalu-lintas media pembawa,
3. Lokasi/area merupakan daerah remote,
4. Tingkat kesulitan dalam pelaksanaan perkarantinaan.
Skala prioritas, penguatan 3 aspek pembangunan dengan memperhatikan beberapa
hal tersebut diatas yaitu 1) Tempat pemasukan/pengeluaran di perbatasan lintas
batas negara, 2) tempat pemasukan/pengeluaran di penyeberangan, 3) tempat
pemasukan/pengeluaran (impor/ekspor), dan 4) tempat pemasukan/pengeluaran
(domestik).
Pelaksanaan pengkarantinaan merupakan suatu sistem terpadu yang tertuang
dalam bentuk peraturan, pedoman, juklak/juknis yang merupakan payung hukum
dalam pelaksanaan sistem secara keseluruhan. Kebijakan yang dituangkan dalam
suatu peraturan merupakan hasil kajian dan analisis hasil evaluasi permasalahan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 47
terkini yang ditemukan di lapangan yang merupakan salah satu faktor / kendala
dalam pencapaian tujuan dan target tugas fungsi.
Rencana program dan kegiatan prioritas 2016 ini disusun berdasarkan hasil evaluasi
tahunan dan capaian kinerja yang telah dicapai. Secara garis besar, rencana
kegiatan tahun 2016 terdiri dari :
1. Peningkatan Kepatuhan, Kerja Sama dan Pengembangan Sistem Informasi
Perkarantinaan
2. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
3. Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Badan Karantina
Pertanian
5. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standar dan Uji
Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian
6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan
Keamanan Hayati
Enam rencana kegiatan tersebut dijabarkan secara rinci ke dalam matriks kegiatan
tahunan disertai dengan target, indikator kegiatan dan biaya yang diperlukan,
sehingga dapat selalu di monitor dan dilakukan evaluasi berkelanjutan pada tahun
berjalan.
Berdasarkan kebutuhan anggaran Badan Karantina Pertanian TA 2016, telah
diusulkan pagu anggaran TA 2016 sebesar 1.257.685.338.000,- untuk dibahas
dalam Trilateral Meeting, sebagaimana matrik terlampir pada Tabel 4.
Kemudian hasil dari trilateral meeting ditetapkan pagu indikatif TA 2016 untuk Badan
Karantina Pertanian sebesar 978.570.223.000,- kemudian sesuai dengan Surat
Menteri Pertanian nomor 214/RC.110/M/10/2015 tanggal 7 Oktober 2015 perihal
Rancangan Pagu Alokasi Anggaran Kementan TA 2015 pagu anggaran Definitif
Badan karantina Pertanian TA 2016 sebesar 976.685.338.000,-
Pada Tahun Anggaran berjalan terhadap pagu anggaran Barantan TA 2016
dilakukan penghematan-penghematan, baik oleh kebijakan Menteri Pertanian dan
Kebijakan Nasional yang berpengaruh terhadap perubahan Rencana Kerja Badan
Karantina Pertanian TA 2016 sebagaimana Matrik berikut:
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 48
No. Keterangan Pagu Awal Penghematan 1 Penghematan 2 Penghematan 3 (Self Blocking)
1 Dasar Surat Menteri Pertanian nomor 214/RC.110/M/10/2015 tanggal 7 Oktober 2015
Surat Sekretaris Jenderal kementerian Pertanian nomor B-38/RC.110/A01/2016
Inpres nomor 4 Tahun 2016
Inpres Presiden nomor 8 Tahun 2016
2 Penghematan 0 46.713.478 40.000.000 35.000.000
3 Jumlah Pagu 976.685.338 929.971.860 889.971.860 854.971.860
Seiring dengan kebijakan penghematan, dilakukann juga refocusing dan Rencana
Aksi untuk menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi berjalan, serta masukan
dari pihak lain yang terkait. Pergeseran tersebut yaitu realokasi anggaran untuk
memfasilitasi sarana prasarana di wilayah kerja terpencil (remote) terkait dengan
penilaian ombudsman adalah pengembangan pada zona merah (Wilker Raja Haji
Fisabilillah BKP Kelas II Tanjungpinang, Wilker Tual SKP Kelas I Ambon, Wilker
Bima, SKP Kelas I Sumbawa Besar, Wilker Tembilahan BKP Kelas I Pekanbaru,
Wilker Bajoe BBKP makassar, Wilker Berau BKP Kelas I Tarakan dan Zona Kuning:
BBKP Soekarno Hatta, BKP Kelas I Batam, Wilker Pelabuhan Sekupang, BKP Kelas
I Batam, Wilker Pelabuhan Kendari, Wilker Namlea SKP Kelas I Ambon
Pengembangan Fasilitas Tindakan Karantina di (IKH, IKT , LAB, ) Terkait
Kebijakan Nasional peningkatan Produksi Pangan, dengan prioritas daerah
pengembangan indukan dan Populasi di Manokwari, Sorong, Jayapura
Daerah distribusi ternak di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Bali
Tempat pemasukan/Impor di Kalimantan Timur/Balikpapan, Kalimantan
Tengah/Palangkaraya, Riau/Pekanbaru/Dumai, Sumatera Utara/Belawan
Pembangunan Gedung Pelayanan Karantina belum ada atau masih bertempat
di Area di Pelabuhan atau Bandara (BKP Kelas I Bandar Lampung), Daerah
Perbatasan, daerah Zona Rawan
Pemenuhan sarana prasarana Pelayanan Karantina Pertanian di wilayah kerja
dan perbatasan Inpres nomor 6 Tahun 2015 dengan prioritas :
a) Wilker KP Aruk (UPT SKP Kelas I Entikong) di PLBN Aruk Kab. Sambas, Kalbar.
b) Wilker KP Entikong (UPT SKP Kelas I Entikong) di PLBN Entikong, Kab.
Sanggau, Kalbar
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 49
c) Wilker KP Badau (UPT SKP Kelas I Entikong) di PLBN Badau, Kab. Kapuas Hulu,
Kalbar
d) Wilker KP Mota’ain (UPT BKP Kelas I Kupang) di PLBN Mota’ain, Belu, NTT
e) Wilker KP Motamasin (UPT BKP Kelas I Kupang) di PLBN Motamasin, Malaka,
NTT
f) Wilker KP Wini (UPT BKP Kelas I Kupang) di PLBN Wini, Timor Tengah Utara,
NTT
g) Wilker KP Skouw (UPT BKP Kelas I Jayapura) di PLBN Skow, Jayapura, Papua
Pemantauan Daerah Sebar HPHK dan OPTK yang dilaksanakan di 35 Propinsi
oleh 50 UPT Operasional;
Pengembangan dan penataan pelabuhan (UU No. 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran dan PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan) diperlukan Relokasi
Fasilitas (Kantor Pelayanan) Karantina Pertanian yang berada di dalam kawasan
penataan pelabuhan serta Penyediaan fasilitas karantina pertanian di pelabuhan-
pelabuhan baru khususnya di BKP Kelas I Bandar Lampung
Rencana Aksi tahun anggaran 2016 dilaksanakan untuk menindaklanjuti :
penilaian ombudsman tahun 2015 terhadap wilayah kerja Karantina Pertanian yang
berada pada zona merah dan kuning.
a) Pada zona merah:
- Wilker Raja Haji Fisabilillah, BKP Kelas II Tanjungpinang
- Wilker Tual, SKP Kelas I Ambon
- Wilker Bima, SKP Kelas I Sumbawa Besar
- Wilker Tembilahan, BKP Kelas I Pekanbaru
- Wilker Bajoe, BBKP makassar
- Wilker Berau, BKP Kelas I Tarakan
b) Pada Zona Kuning:
- BBKP Soekarno Hatta
- BKP Kelas I Batam
- Wilker Pelabuhan Sekupang, BKP Kelas I Batam
- Wilker Pelabuhan Kendari
- Wilker Namlea SKP Kelas I Ambon
- Tindaklanjut Rencana Impor Sapi 50.000 ekor di
1) Kalimantan Timur/Balikpapan
2) Kalimantan Tengah/Palangkaraya
3) Riau/Pekanbaru/Dumai
4) Sumatera Utara/Belawan
Pengadaan Tanah untuk Penyediaan fasilitas karantina pertanian:
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 50
a) Wilker Batu Licin, BKP Kelas I Banjarmasin, selama ini operasional karantina
menggunakan sewa rumah dan belum mempunyai bangunan kantor, sehingga
setiap tahun harus berpindah alamat.
b) BKP Kelas I Balikpapan, Belum mempunyai kantor induk yang memadai.
c) Wilker Motamasin, untuk memfasilitasi pengembangan PLBN.
d) SKP Kelas I Ambon, karena lokasi kantor pelayanan yang ada sudah tidak
layak dimana berada di samping kuburan dan kurang strategis.
e) SKP Kelas I Entikong, kantor yang ada tergusur pengembangan PLBN Entikong.
f) Wilker Raja Haji Fisabilillah BKP Kelas II Tanjungpinang, penilaian zona merah
oleh Ombudsman.
g) Wilker Rote BKP Kelas I Kupang, selama ini belum memiliki kantor pelayanan
h) Wilker Sabu BKP Kelas I Kupang, selama ini belum memiliki kantor pelayanan
i) Wilker Pangkalan Susu, selama ini belum memiliki kantor pelayanan
j) Wilker Garongkong, untuk mendukung distribus ternak sapi
k) Wilker Awarange, untuk mendukung distribusi ternak sapi
l) Wilker Kendari, selama ini belum memiliki kantor pelayanan
m) Wilker Jagoi Babang, selama ini belum memiliki kantor pelayanan
n) Wilker Sanana BKP Kelas II Ternate, merupakan wilayah kerja remote yang
belum memliki kantor pelayanan
o) Wilker Bacan BKP Kelas II Ternate, merupakan wilayah kerja remote yang
belum memiliki kantor pelayanan
p) IKH Selindung,
q) IKH Batulicin,
r) IKH Kariangau,
s) IKH Jayapura, untuk menindaklanjuti rencana pengembangan sapi indukan
t) Instalasi Pemusnahan BKP Kelas II Medan, untuk memfasilitasi lokasi
pemusnahan di daerah zona rawan 1
u) IKH Pangkalan Bun BKP Kelas II Palangkaraya, untuk mendukung rencanan
pengembangan sapi indukan
Menfasiltasi sarana kantor pelayanan sesuai dengan standar bangunan Karantina
Pertanian yang telah ditetapkan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 51
Tabel 4. Usulan Kegiatan dan Anggaran TA 2016 Serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi
KEGIATAN VOLUME SATUAN PAGU DAMPAK TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
Program Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati
1.257.685.338.000
1 Pengendalian resiko masuk dan menyebarnya HPHK dan OPTK
a. Rumusan Kebijakan (Permentan, Pedoman/Juklak/Juknis, Dokumen Analisa Resiko; melaksanakan PSI, Recognisi; Pre Clearance; Verifikasi PSAT; dalam rangka proteksi media pembawa HPHK/OPTK yang dilalulintaskan
64 Dokumen 49.648.834.000
Penyediaan peraturan, prosedur, petunjuk, yang merupakan payung hukum dalam melaksanakan tindakan pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK yang mengancam peningkatan produksi pangan
b. Pelaksanaan Tindakan Karantina 8P (Pemeriksaan, Pengamatan, Pengasingan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan, Pembebasan); Kegiatan pendukungnya berupa koordinasi internal-eksternal; pertemuan teknis UPT & Wilayah Kerja; Pengawasan terhadap zona rawan.
1.000.000 Sertifikat di 53 Satker atau 329 Wilker
207.411.029.000
Mencegah masuk dan menyebarnya hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina, terutama hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dapat merusak dan menggagalkan peningkatan produksi pangan
2 Akreditasi Laboratorium 6 Dokumen ruang lingkup akreditasi Lab di 15 UPT
3.141.670.000
Meningkatkan Penguatan Persyaratan untuk mendapatkan pengakuan, kepercayaan dan validasi terhadap hasil pemeriksaan komoditas yang akan dilalulintaskan sehingga terjamin kesehatannya dan tidak menyebarkan penyakit dan organisme pengganggu yang dapat merusak peningkatan produksi pangan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 52
KEGIATAN VOLUME SATUAN PAGU DAMPAK TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
3 Pengembangan metode uji laboratorium 20 Dokumen 6.783.690.000
Pengembangan metode dan validasi uji laboratorium serta layanan uji rujukan sehingga tindakan pendeteksian HPHK dan OPTK lebih efektif.
4 Pengembangan metode uji terap 16 Dokumen 9.658.088.000
Pengembangan metode uji terap tindakan karantina terhadap media pembawa HPHK dan OPTK dapat dilakukan lebih efektif, sehingga meningkatkan pengendalian penyebaran hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantinatersebut.
5 Pemantauan penyebaran HPHK/OPTK di daerah sentra produksi 7 komoditas
100 Kegiatan 17.797.340.000
Pendeteksian Dini terhadap ancaman HPHK dan OPTK di Daerah Sentra Produksi Pangan
6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis penyelenggaraan karantina pertanian
86 Dokumen Dukungan Manajemen
61.878.182.000
Fasilitasi pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM (diklat perkarantinaan, teknis, PPNS, Pasca Sarjana (S2/S3) dan diklat administrasi); perencanaan kegiatan; pembiayaan; pengembangan ketatalaksanaan; dan penguatan peraturan terhadap pelaksanaan tindakan pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK yang mengancam peningkatan produksi pangan
7 Penguatan fasilitas pemeriksaan Wilayah Kerja di tempat pemasukan/pengeluaran antara lain Speedboat,hyco Scanner, Jaringan Informasi dst.
3.747 Unit 123.532.463.000
Meningkatkan kelancaran sistem pelayanan pemeriksaan fisik dan sertifikasi karantina pertanian untuk menekan dwelling time dan pemeriksaan di atas kapal sebelum kapal sandar di pelabuhan pemasukan, sehingga tindakan karantina komoditas pertanian lebih efektif .
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 53
KEGIATAN VOLUME SATUAN PAGU DAMPAK TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
8 Penguatan Instalasi Karantina 27 Unit 107.800.000.000 Fasilitasi untuk memperkuat sensor/penyaringan media pembawa yang tertular hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dapat menyebar dan merusak komoditas produksi pangan
9 Grand Design dan Infrastruktur Pulau Karantina
1 Unit 50.000.000.000 Fasilitasi untuk memperkuat sensor/penyaringan media pembawa yang tertular hama penyakit hewan karantina berasal dari zona bebas yang dapat menyebar dan merusak komoditas produksi pangan
10 Penguatan jaringan informasi dan penyediaan data di 53 Satker dan 329 Wilker
2.063 Unit 28.750.000.000 Tersedianya informasi yang akurat, aktual dan mudah diakses mengenai data sertifikasi media pembawa yang dilalulintaskan
11 Penguatan Infrastruktur pelayanan sertifikasi karantina pertanian di Wilayah Kerja
233 Unit 205.276.500.000 Penguatan infrastruktur yang memadai dalam menjalankan tindakan pencegahan hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantinayang mengancam peningkatan produksi pangan
12 Penguatan Infrastruktur Perbatasan sesuai Inpres nomor 6 Tahun 2015
41 Unit 4.525.000.000 Memperketat cegah tangkal terhadap ancaman hama penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dibawa oleh media pembawa .
13 Operasional sehari-hari dan pemeliharaan perkantoran
12 Bulan Layanan
160.209.172.000 Operasional sehari-hari dan pemeliharaan fasilitas saran, prasarana dalam rangka pelaksanaan pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK yang mengancam peningkatan produksi pangan
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 54
KEGIATAN VOLUME SATUAN PAGU DAMPAK TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
14 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 12 Bulan Layanan
221.273.370.000 Pembayaran gaji dan tunjangan pegawai karantina dalam rangka pelaksanaan tugas pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK yang mengancam peningkatan produksi pangan
1.257.685.338.000
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 55
BAB V
PENUTUP
Tersusunnya Rencana Kerja 2016 dengan memperhatikan evaluasi 2010-2014 dan
kegiatan yang belum ditindaklanjuti tahun 2015. Rencana Kerja 2016 ini memuat
usulan awal, penetapan pagu indikatif, pagu definitif dan proses kegiatan rencana
aksi pada tahun berjalan serta kebijakan Kementerian terkait refocusing kegiatan.
Rencana Kerja merupakan acuan dalam pelaksanaan program untuk menghasilkan
capaian output yang ditetapkan dalam RENSTRA 2015 – 2019.
Demikian Rencana Kerja tahun 2016 telah tersusun, dan masih banyak kekurangan
dalam penyusunan ini, namun demikian Rencana Kerja ini merupakan acuan
pelaksanaan program kegiatan 2016. Dan dengan harapan dapat bermanfaat bagi
Pusat dan UPT Lingkup Badan Karantina Pertanian.
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 56
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 57
Rencana Kerja TA. 2016 Badan Karantina Pertanian 58