bab i pendahuluansakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakin ditlin 2014.pdf · - laporan triwulan,...

79
1 BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Upaya tersebut diimplementasikan melalui optimalisasi fungsi berbagai unsur dalam sistem perlindungan dalam rangka meminimalkan kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim (DPI) seperti tanaman terkena banjir, kekeringan dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Landasan hukum dan dasar pertimbangan pelaksanaan kegiatan perlindungan hortikultura adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT/9/1997 tentang Pedoman pengendalian OPT. Di samping itu, dalam era otonomi daerah, pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangannya mengacu kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Landasan hukum dan ketentuan-ketentuan peraturan tersebut diwujudkan dalam kebijakan penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat sesuai prinsip- prinsip “Good Agricultural Practices (GAP)“ (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman budidaya buah dan sayur yang baik). Untuk mengemban amanah memelihara keseimbangan alam tersebut, Direktorat Perlindungan Hortikultura melakukan perumusan kebijaksanaan pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT, yang pelaksanaan pada TA 2014 dioperasionalkan dalam 5 (lima) indikator utama (IKU) meliputi, 1) Peningkatan Pengelolaan dan Pengendalian OPT, 2). Adaptasi dan mitigasi iklim, 3). Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura, 4). Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura, dan 5). Pengembangan SLPHT. Hasil pelaksanaan kegiatan utama

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

1

BAB I PENDAHULUAN

Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem

agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura

mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani,

menjamin kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup.

Upaya tersebut diimplementasikan melalui optimalisasi fungsi berbagai unsur

dalam sistem perlindungan dalam rangka meminimalkan kehilangan hasil akibat

dampak perubahan iklim (DPI) seperti tanaman terkena banjir, kekeringan dan

serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Landasan hukum dan dasar pertimbangan pelaksanaan kegiatan perlindungan

hortikultura adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura,

Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan

Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan

Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT/9/1997 tentang Pedoman pengendalian OPT.

Di samping itu, dalam era otonomi daerah, pelaksanaan tugas, fungsi, dan

kewenangannya mengacu kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Landasan hukum dan ketentuan-ketentuan peraturan

tersebut diwujudkan dalam kebijakan penerapan sistem Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat sesuai prinsip-

prinsip “Good Agricultural Practices (GAP)“ (Permentan No.48/OT.140/10/2009

tentang pedoman budidaya buah dan sayur yang baik).

Untuk mengemban amanah memelihara keseimbangan alam tersebut,

Direktorat Perlindungan Hortikultura melakukan perumusan kebijaksanaan

pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT, yang pelaksanaan pada TA 2014

dioperasionalkan dalam 5 (lima) indikator utama (IKU) meliputi, 1) Peningkatan

Pengelolaan dan Pengendalian OPT, 2). Adaptasi dan mitigasi iklim,

3). Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura,

4). Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk

hortikultura, dan 5). Pengembangan SLPHT. Hasil pelaksanaan kegiatan utama

Page 2: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

2

tersebut diharapkan mampu menurunkan proporsi luas serangan OPT terhadap

total luas panen hortikultura maksimal 5 %.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/ 7/2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian dan Keputusan Menteri

Pertanian No.341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata

Kerja Departemen Pertanian, Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan

tugas dan menyelenggarakan fungsi.

Tugas Direktorat Perlindungan Hortikultura: 1. Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perlindungan hortikultura.

Fungsi Direktorat Perlindungan Hortikultura:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah,

sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan

teknis.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran dan

obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis.

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan

tanaman buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan

persyaratan teknis.

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman

buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan

persyaratan teknis.

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat

Perlindungan Hortikultura, terdiri atas Subdirektorat Dampak Iklim dan Persyaratan

Teknis, Subdirektorat Perlindungan Tanaman Buah, Subdirektorat Perlindungan

Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat, Subdirektorat Perlindungan Tanaman

Florikultura, 9 unit Eselon IV dan 1 Sub Bagian Tata Usaha.

Page 3: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

3

Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura, diukur dari indikator kinerja

input, output, outcome, yang didasarkan pada pedoman yang disusun oleh

Lembaga Administrasi Negara sesuai dengan Keputusan Kepala Administrasi

Negara No. 239/IX/6/8/2003, tentang perbaikan pedoman penyusunan pelaporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 Tahun 2014, tentang petunjuk teknis

perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara review atas kinerja instansi

pemerintah.

Pelaksanaan pembangunan hortikultura tahun 2014 merupakan tahun kelima

dari periode Rencana Strategis 2010-2014. Oleh karena itu pada tahun 2014

Direktorat Perlindungan Hortikultura telah merumuskan kebijakan dan paradigma

baru yang dilaksanakan dalam 5 kegiatan strategis yang merupakan IKU program

perlindungan hortikultura, guna mendukung pengembangan hortikultura periode

2010-2014 terutama dalam mengawal budidaya tanaman hortikultura sesuai

prinsip-prinsip “Good Agricultural Practices (GAP)“ yang didasari pada penerapan

prinsip-prinsip PHT, peningkatan produksi dan mutu hasil hortikultura dan

terpenuhinya persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang ditetapkan

organisasi perdagangan dunia, World Trade Organization (WTO).

Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan perlindungan TA 2010-

2014 dan menciptakan transparansi publik terhadap pemanfaatan fasilitasi

anggaran pemerintah, maka disusunlah Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Hortikultura Tahun 2014.

Page 4: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

4

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan salah

satu alat manajemen dalam rangka penyelenggaraan pemerintah terdesentralisasi

yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja pemerintah yang terukur dan

transparan kepada publik terhadap kegiatan yang difasilitasi pemerintah. Melalui

Keppres No. 7/1999 pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah pusat

maupun daerah sampai eselon II untuk menerapkan SAKIP.

SAKIP tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan.

Komponen – komponen tersebut antara lain: Perencanaan Kinerja. Komponen

perencanaan kinerja meliput: a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana

Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja

(PK) atau juga sering disebut perjanjian kinerja.

2.1. Perencaaan kinerja 2.1.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2010 telah

ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor:

1185/Kpts/OT.140/3/2010 (terlampir)

Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Hortikultura terkait

Perlindungan Hortikultura disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perlindungan Hortikultura

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sumber Data

1 Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1. Fasilitas Pengelolaan OPT

- Laporan dari BPTPH dan Dinas Pertanian Provinsi

2. Rekomendasi dampak perubahan Iklim

- Laporan dari BPTPH dan BMKG

Page 5: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

5

3. Lembaga perlindungan tanaman hortikultura

- Laporan dari BPTPH

4. Draft Pest List persyaratan teknis SPS

- Laporan dari BPTPH, Lembaga penelitian dan perguruan tinggi

5. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

- Laporan BPTPH

2.1.2 Renstra

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Hortikultura

dirancang sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategis, program

dan kegiatan pengembangan sistem perlindungan hortikultura.

Dokumen Renstra tersebut berisi visi, misi, dan tujuan Direktorat

Perlindungan Hortikultura yang selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan

Sub Direktorat lingkup Direktorat Perlindungan Hortikultura. Sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Hortikultura

dan berpedoman pada PP RI No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 –

2014 serta Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010– 2014, maka

telah disusun Renstra Direktorat Perlindungan Hortikultura tahun

2010 – 2014, yang mencakup:

2.1.2.1 Visi dan Misi Visi perlindungan hortikultura adalah “Terwujudnya

Kemandirian Petani dan Pemasyarakatan Pertanian Lain dalam

Penerapan PHT dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan dan

Berwawasan Agribisnis“.

Untuk mewujudkan visi tersebut, perlindungan hortikultura

mempunyai misi:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan petani tentang PHT.

Page 6: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

6

b. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk terbinanya

kemandirian petani dalam pengelolaan DPI dan OPT.

c. Melindungi petani dan konsumen hasil pertanian dari

akibat samping penggunaan bahan kimia.

d. Meminimalkan pencemaran lingkungan dan melestarikan

keanekaragaman hayati di ekosistem pertanian.

e. Melindungi dan mengatur hak dan kewajiban petani

maupun masyarakat lainnya yang terkait dalam

pengelolaan DPI dan OPT.

f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dari

usahataninya.

2.1.2.2. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis Tujuan perlindungan tanaman pada dasarnya adalah

memperkecil resiko DPI dan serangan OPT sehingga produksi

hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun

kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan

manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup,

melalui upaya-upaya:

a. Pengendalian serangan OPT utama melalui upaya

penurunan luas serangan dan kehilangan hasil karena DPI

dan serangan OPT serta peningkatan mutu hasil hortikultura

(buah, sayuran dan obat, dan florikultura);

b. Perwujudan keberhasilan usahatani melalui pengelolaan

usahatani yang efektif dan efisien dalam menerapkan

teknologi dan prinsip PHT;

c. Perwujudan produk hortikultura yang bebas dari

cemaran/residu pestisida dan kelestarian lingkungan hidup

melalui upaya apresiasi/sosialisasi dan pemasyarakatan

penggunaan pestisida yang baik dan benar dengan residu

Page 7: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

7

minimum serta terpenuhinya standar perdagangan dunia

(SPS-WTO);

d. Perwujudan pelayanan informasi publik dan peningkatan

kepuasan dan tanggungjawab di bidang perlindungan

tanaman.

Selama lima tahun (2010-2014) program perlindungan baik yang

sudah dan akan dilaksanakan, Direktorat Perlindungan

Hortikultura mencanangkan target melalui 5 kegiatan yang

merupakan indikator kegiatan utama (IKU) yaitu :

1. SLPHT

2. Adaptasi dan mitigasi iklim

3. Pengelolaan dan pengendalian OPT

4. Sinergisme sistem perlindungan hortikultura dalam pemenuhan

SPS-WTO

5. Pengembangan Laboratorium PHP/Lab. Agens Hayati/Lab.

Pestisida

Untuk mewujudkan tujuan pengembangan sistem perlindungan

hortikultura maka sasaran strategis tahun 2010-2014 adalah

meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman

hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan

berkelanjutan, dengan Indikator dari sasaran strategis bidang

perlindungan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Hortikultura Tahun 2014

No Indikator Strategis

Komoditas

Buah Sayur Tan. Obat dan Jamur

Florikultura

1 Proporsi luas serangan OPT hortikultura terhadap total luas panen (%)

5,0 5,0 5,0 5,0

Page 8: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

8

Keterangan: *) maksimal 5,0 %

Sedangkan sasaran strategis perlindungan hortikultura yang

diharapkan meliputi:

a. Terkendalinya serangan atau gangguan OPT maksimum

5,0% dari luas panen, pemantauan dampak anomali iklim

(kebanjiran, kekeringan, perubahan status OPT, dominasi

spesies, dsb) mempertahankan potensi produksi hortikultura

baik jumlah maupun mutu; serta meningkatnya pendapatan

dan kesejahteraan petani dan pelaku agribisnis lainnya;

dengan tetap terjaganya kesehatan manusia dan kelestarian

lingkungan hidup.

b. Terbangunnya sinergisme kegiatan perlindungan hortikultura

yang merupakan bagian dari sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan

terdesentralisasi.

c. Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah,

swasta dan masyarakat terkait dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan perlindungan

hortikultura.

d. Terwujudnya sinkronisasi program dan kegiatan perlindungan

hortikultura antar berbagai instansi atau organisasi di tingkat

pusat, antar instansi tingkat pusat dengan perwakilan di luar

negeri.

2.1.2.3 Arah Kebijakan, Strategi dan Program

Arah kebijakan pengembangan sistem perlindungan hortikultura

terkait dengan sasaran strategis tahun 2010 – 2014 adalah

“meningkatkan produksi, produktifias dan mutu produk tanaman

hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan

Page 9: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

9

berkelanjutan”, yang dilaksanakan melalui kegiatan utama dan

kegiatan pendukung sebagai berikut:

1. Pengelolaan dan Pengendalian OPT

- Koordinasi

- Pembinaan pengelolaan dan pengendalian OPT

hortikultura

- Penyebarluasan informasi perlindungan hortikultura

- Pengelolaan dan pengendalian OPT hortikultura

(Kerjasama ACIAR)

- Monitoring, evaluasi dan laporan OPT

2. Pengelolaan Dampak Perubah an Iklim - Inventarisasi data dan informasi

- Koordinasi penanganan dampak perubahan iklim

- Analisa dampak perubahan iklim

- Pengembangan peramalan OPT hortikultura

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan Hortikultura a. Pengembangan Laboratorium PHP/Lab. Agens

Hayati/Lab. Pestisida/Klinik PHT-PPAH - Koordinasi

- Fasilitasi sarana prasarana lab. PHP/Lab. Agens

hayati/Lab. Pestisida

- Fasilitasi pengembangan klinik PHT-PPAH

- Pembinaan/Monitoring/Evaluasi

b. Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura - Laporan triwulan, tahunan, keuangan

- Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan

mendesak

- Sarana kantor

- Alat pengolah data

Page 10: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

10

4. Peningkatan Pemenuhan Persyaratan Teknis SPS Mendukung Ekspor Produk Hortikultura - Koordinasi

- Pembinaan surveillans dan pengembangan daerah

ALPP/PFPS

- Pembinaan/pengawalan/monitoring dan pelaporan

sinergisme sistem perlindungan hortikultura dalam

pemenuhan SPS-WTO.

5. Sekolah Lapang PHT

- Persiapan dan koordinasi

- Sekolah Lapang Pengendali Hama Terpadu

- Monitoring dan evaluasi

6. Laporan OPT

- Koordinasi Surveillance/Pengamatan OPT

- Pembinaan Surveillance/Pengamatan OPT

- Analisis data pengamatan/Surveillance

- Pembinaan dan peningkatan kemampuan teknis petugas

POPT

- Pelaporan

- Fasilitasi sarana prasarana surveillance/pengamatan

7. Pedoman-pedoman

- Pengumpulan data/koordinasi

- Penyusunan/penggandaan

- Sosialisasi/distribusi

Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan kebijakan dan program di

atas pada dasarnya adalah penguatan atau pemantapan subsistem-

subsistem dalam sistem perlindungan tanaman, seperti diuraikan berikut

ini:

Page 11: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

11

1. Sekolah Lapang PHT

SLPHT merupakan metode pemberdayaan dalam bidang

perlindungan tanaman untuk mengimplementasikan Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) OPT yang ramah lingkungan akhir-akhir ini

menjadi wacana dalam usaha tani. Hal ini sesuai dengan kebijakan

pemerintah dalam Undang-undang No. 12/1992 dan PP No. 6/1995

yang mengisyaratkan bahwa perlindungan tanaman dilakukan sesuai

sistem PHT.

Persyaratan sekolah lapangan yaitu: (i) mempunyai peserta dan

pemandu lapangan, (ii) peserta mempraktekkan/menerapkan secara

langsung apa yang dipelajari di lapangan, (iii) mempunyai kurikulum,

evaluasi dan sertifikat tanda lulus, (iv) melaksanakan tahapan

pembukaan, pelaksanaan, kunjungan lapangan/study tour dan

diakhiri dengan temu lapangan.

Pelaksanaan SLPHT dilakukan dengan pengembangan dan penerapan

teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan seperti penggunaan

agens hayati dan pestisida nabati. Dalam pelaksanaan di lapangan

kegiatan SLPHT masih mengalami berbagai hambatan diantaranya:

1) mutu pelaksanaan SLPHT bervariasi (pelaksanaan tidak sesuai

dengan petunjuk lapang, dan modifikasi keperluan pelaksanaan

SLPHT); 2) Pengembangan pengetahuan PHT tidak lancar;

3) perubahan perilaku alumni SLPHT.

Keberhasilan penerapan PHT dilakukan melalui pola penyelenggaraan

SLPHT yang menekankan kepada partisipasi petani secara kelompok

dalam menerapkan PHT di lahan usahataninya (belajar dari

pengalaman), melalui 4 prinsip dasar yaitu; penerapan budidaya

tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pemantauan/pengamatan

ekosistem secara berkala, dan petani memiliki kemampuan/ahli

dalam PHT.

Page 12: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

12

2. Adaptasi dan Mitigasi Iklim

Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman

hortikultura sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Indonesia sangat

rentan terhadap dampak perubahan iklim karena Indonesia sebagai

Negara kepulauan dan kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada

sumber daya alam.

Perubahan iklim menyebabkan adanya iklim ekstrim yang

berpengaruh terhadap iklim, curah hujan, cuaca, dan suhu udara.

Iklim dan cuaca merupakan sumberdaya alam, yang hingga saat ini

masih relatif belum mampu mengendalikannya. Oleh karena itu,

tindakan yang paling tepat untuk memanfaatkan sumberdaya iklim

dan mengurangi dampak dari sifat ekstrimnya adalah penyesuaian

kegiatan pertanian dengan perilaku iklim pada masing-masing

wilayah.

Dampak perubahan iklim terhadap hortikultura telah banyak

menimbulkan kerugian akibat frekuensi kejadian iklim ekstrim

meningkat seperti banjir, kekeringan, angin kencang dan serangan

OPT. Untuk meminimalkan kerugian akibat DPI pada hortikultura

perlu upaya peningkatan pengelolaannya, antara lain melalui

kegiatan koordinasi, sosialisasi, dan pembinaan serta sekolah lapang

tentang pemanfaatan informasi iklim kepada pelaku agribisnis

hortikultura dan masyarakat lainnya, sehingga bermanfaat untuk

melakukan antisipasi terhadap DPI melalui upaya mitigasi dan

adaptasi pada usahataninya. Selain itu memfasilitasi pengadaan

sarana POPT (kondisi saat ini di 32 UPTD BPTPH kurang memadai)

guna mempermudah mengakses database DPI dan OPT, seperti alat

pencatat unsur iklim (SMPK/AWS), dan alat komunikasi via internet.

Page 13: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

13

3. Peningkatan Pengelolaan dan Pengendalian OPT

Salah satu dukungan perlindungan hortikultura dalam pengamanan

produksi hortikultura melalui pengembangan sistem perlindungan

tanaman hortikultura adalah dengan kegiatan pengelolaan dan

pengendalian OPT hortikultura. Kegiatan tersebut dilaksanakan

oleh:(1) Direktorat Perlindungan Hortikultura; (2) UPTD Balai

Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di 32 propinsi;

(3) fungsi perlindungan tanaman hortikultura pada Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Kepulauan Riau;

(4) Balai Besar Peramalan OPT Jatisari dan; (5) Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota di 68 kabupaten/kota di 21 propinsi.

Kenaikan suhu udara akibat DPI telah memicu peningkatan

populasi dan serangan OPT hortikultura yang menimbulkan

kerugian bagi petani. Untuk peningkatan pengelolaan OPT

diperlukan bimbingan teknis, apresiasi dan gerakan pengendalian

OPT sesuai PHT dengan penggunaan agens hayati dan

biopestisida. Pengamatan diarahkan untuk mengetahui dengan

cepat, lengkap, dan akurat tentang jenis OPT hortikultura,

komoditas yang diserang, dimana, dan kapan yang mencakup

intensitas, luas, dan kerugian yang ditimbulkan OPT dan DPI, serta

faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Hasil pengamatan

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian

dan tindakan lain yang diperlukan.

Peramalan diarahkan untuk memperkirakan perkembangan DPI

dan OPT hortikultura, baik jangka pendek maupun jangka panjang,

sehingga dapat diambil tindakan antisipatif yang tepat, terutama

apabila didukung ketersediaan sarana pengamatan dan pelaporan

yang memadai, seperti adanya sistem informasi managemen (SIM)

perlindungan yang handal, dimana arus informasi segera dapat

diakses melalui peringatan dini (early warning system).

Page 14: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

14

Fasilitasi pengelolaan dan pengendalian OPT hortikultura:

- Pembinaan teknis dan pemantauan pengelolaan dan

pengendalian OPT ramah lingkungan sesuai dengan konsep

Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

- Workshop dan sosialisasi penerapan pengendalian OPT ramah

lingkungan bagi petugas dan petani di kawasan pengembangan

hortikultura.

- Magang petani/kelompok tani dalam pengembangan dan

perbanyakan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan di

bawah binaan laboratorium agens hayati / LPHP UPTD BPTPH.

- Demplot dan model gerakan pengendalian OPT dengan

menerapkan teknik/cara pengendalian ramah lingkungan di

daerah-daerah pengembangan hortikultura yang akan menjadi

daerah percontohan bagi lokasi-lokasi lainnya dalam

menanggulangi OPT tanaman hortikultura.

- Gerakan pengendalian OPT skala luas dilaksanakan dengan

pemanfaatan bahan pengendalian OPT yang ramah lingkungan.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada komoditas prioritas melalui

gerakan pengendalian OPT skala kawasan yang melibatkan

petani/kelompok tani/PPAH dan klinik PHT secara langsung.

Tujuan kegiatan ini adalah mendukung upaya pengelolaan OPT

agar tidak menimbulkan kerugian secara nyata, menjamin

keamanan produk, mutu produk, keselamatan dan kesehatan

pelaku pertanian, serta meminimalkan cemaran pestisida dan

bahan berbahaya lain pada produk hortikultura dan memenuhi

persyaratan keamanan pangan.

- Menyediakan sarana /alat laboratorium dan klinik PHT (antara

lain oven, autoclave, kulkas, serta peralatan laboratorium

lainnya). Sarana tersebut untuk mendukung perbanyakan bahan

pengendalian OPT ramah lingkungan berupa agens hayati,

Page 15: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

15

pestisida nabati. Gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan

dilaksanakan oleh UPTD BPTPH Provinsi (Dana Dekonsentrasi)

dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Dana Tugas

Pembantuan).

- Melaksanakan pengujian mutu hasil eksplorasi agens hayati

(bahan pengendalian OPT) dan pengujian viabilitas produk

perbanyakkannya untuk menjaga keefektifan pengendalian OPT

di lapang.

- Dalam keadaan eksplosi, dilaksanakan gerakan missal

pengendalian OPT yang dimulai dari koordinasi, pencanangan

gerakan pengendalian sampai dengan memberikan bantuan

sarana dan bahan pengendalian OPT yang diperlukan serta

kegiatan pendukung lainnya.

- Koordinasi persiapan pengendalian OPT, bimbingan teknis dan

pelaksanaan pengendalian OPT itu sendiri, kegiatan yang

berkaitan dengan kerjasama luar negeri dalam pengelolaan

hortikultura, monitoring dan evaluasi hasil-hasil pengendalian

OPT.

- Pengelolaan dan pengendalian OPT tanaman hortikultura

(dalam rangka kerjasama ACIAR).

4. Laporan OPT

Salah satu kendala yang cukup penting adalah dalam upaya

pengamanan dan peningkatan produksi hortikultura adalah serangan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang timbul sebagai akibat

dari interaksi antara faktor-faktor OPT, tanaman dan lingkungan.

Kerugian yang ditimbulkannya secara ekonomi cukup berarti,

sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk menekan kerugian itu

yang diawali dengan kegiatan surveillans/pengamatan OPT agar

timbul kewaspadaan terhadap serangan OPT.

Page 16: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

16

Agar upaya pengendalian OPT dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien, maka diperlukan kegiatan surveillans/pengamatan OPT yang

memberikan kewaspadaan timbulnya serangan OPT. Faktor-faktor

fisik dan biologis secara lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan populasi dan serangan OPT di sentra

produksi/kawasan hortikultura juga perlu dihimpun, diidentifikasi,

dianalisis dan dilaporkan secara benar, tepat dan akurat serta

dilaksanakannya pembinaan-pembinaan dan pemberdayaan petugas

lapang untuk memahami tugas pokok dan fungsinya dalam

pengelolaan OPT.

5. Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura dengan SPS-WTO

Dengan berlakunya ketentuan SPS-WTO yang mengikat dalam

perdagangan global produk pertanian, maka setiap Negara

anggotanya diminta untuk memenuhi tuntutan yang dipersyaratkan

oleh pasar internasional. Perdagangan internasional akan menuntut

tersedianya produk-produk hortikultura bermutu yang diyakini tidak

terinfestasi atau bebas dari kandungan OPT. Peran perlindungan

tanaman akan semakin penting, tidak semata-mata dalam

pengamanan produksi. Sistem pengamanan produksi penting untuk

memperkuat ketahanan pangan nasional, sementara sistem yang

berorientasi ekspor dalam pasar perdagangan dunia, menuntut

dipenuhinya berbagai standar yang berlaku.

SPS-WTO merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memasuki negara tujuan ekspor, dimana daftar OPT dan residu

pestisida harus dilampirkan dalam surat perjanjian ekspor. Ditolaknya

beberapa komoditas hortikultura Indonesia oleh negara impor karena

pemahaman para eksportir terhadap persyaratan SPS-WTO masih

parsial atau belum utuh.

Page 17: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

17

Untuk mendukung tujuan tersebut telah dilakukan kegiatan

surveillance OPT hortikultura untuk pest list, identifikasi, pembuatan

koleksi, penyusunan laporan, Pest Risk Management, penerapan

ALPP di 14 provinsi, penerapan AWM pada tanaman mangga Gedong

di Indramayu.

6. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan Hortikultura a. Pengembangan Laboratorium PHP/Lab. Agens

Hayati/Lab. Pestisida

Dalam mendukung sistem produksi, strategi perlindungan

hortikultura dilakukan melalui berbagai upaya kegiatan, antara

lain melalui sub-sistem pengamatan/peramalan, sub-sistem

pengendalian, sub-sistem penerapan teknologi pengendalian,

sub-sistem penyediaan sarana perlindungan dan sub-sistem

pemberdayaan pelaku pengendalian. Dalam upaya

pengendalian OPT yang sesuai dengan prinsip-prinsip PHT,

maka teknologi pengendalian ramah lingkungan dengan

memanfaatkan agens hayati dan biopestisida dalam usaha

budidaya tanaman perlu dikembangkan. Pengembangan

laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit, penerapan

teknologi pengembangan agens hayati dan biopestisida dalam

usaha budidaya tanaman sangat diperlukan. Teknologi

pengendalian OPT telah banyak dihasilkan melalui beberapa

kegiatan teknis yang dilakukan oleh Laboratorium Pengamatan

Hama dan Penyakit (LPHP), perguruan tinggi dan lembaga

penelitian. Pengembangan dan pemasyarakatan agens hayati

dan biopestisida memerlukan usaha dan keinginan yang kuat.

Untuk menampung usaha dan keinginan di atas, baik

kelembagaan pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten,

yaitu Laboratorium PHP/Laboratorium Agens Hayati dan

Page 18: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

18

Laboratorium Pestisida maupun kelembagaan tanaman di

tingkat petani/kelompok tani berupa klinik PHT dan PPAH yang

berbasis kelompok tani yang dibina oleh BPTPH dan LPHP.

Dalam upaya pengendalian OPT sesuai dengan prinsip-prinsip

PHT, perlu dilakukan inisiasi pengembangan fasilitasi

koordinasi dan konsultasi berbagai upaya pengendalian OPT di

tingkat lapangan dengan melibatkan partisipasi para petani

maju dan petugas melalui inisiasi pengembangan klinik PHT.

Fasilitasi yang dilakukan melalui kegiatan ini berupa forum

koordinasi dan konsultasi bagi kelompok tani maju dalam

mengantisipasi terjadinya serangan OPT di luar kebiasaan.

Pengendali agens hayati dan biopestisida merupakan salah

satu komponen PHT yang penting dikembangkan dan

disosialisasikan secara berkesinambungan kepada petugas,

petani dan stakeholder hortikultura, sehingga pengendali

ramah lingkungan ini ke depan menjadi pilihan utama

menggantikan aplikasi pestisida kimia dalam pengendalian OPT

hortikultura yang menimbulkan efek buruk yaitu selain

mencemari lingkungan juga harganya mahal sehingga

menambah biaya produksi usahatani. Kelebihan pengendali

ramah lingkungan antara lain: bahan baku mudah diperoleh,

biaya produksi rendah, juga produknya minim dari investasi

OPT dan cemaran residu pestisida, sehingga hasilnya

diharapkan mempunyai nilai saing tinggi di pasar lokal,

domestik dan pasar ekspor.

Pengadaan sarana pendukung di pusat dan daerah antara lain

berupa alat pengolah data pendukung pengembangan Sistem

Informasi Manajemen (SIM), sarana pendukung kegiatan

sinergisme sistem perlindungan hortikultura dengan SPS–WTO,

analisis dan mitigasi perubahan iklim.

Page 19: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

19

Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai sangat

berpengaruh terhadap kinerja perlindungan hortikultura baik di

pusat maupun di daerah.

Hasil kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan, antara lain

Pest list pada 14 provinsi yaitu mangga, manggis, paprika,

salak, obat, buah naga, papaya, anggrek, jeruk, sayuran daun,

pisang, nenas, cabai, kentang, dan kubis, meningkatnya

pemahaman petugas perlindungan hortikultura tentang

standar teknis perdagangan sesuai SPS-WTO, dan tersedianya

peralatan Laboratorium mutu dan Laboratorium PHP untuk

mendukung pelaksanaan sinergisme sistem perlindungan

hortikultura dalam pemenuhan persyaratan teknis SPS–WTO

terutama dalam identifikasi OPT hasil surveillance. Selain itu

terimplementasinya teknologi thermal treatment dalam

pengelolaan lalat buah pada mangga di laboratorium VHT

BBPOPT Jatisari.

b. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura dan Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura

Klinik PHT dan PPAH merupakan kegiatan yang dilaksanakan di

daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

petugas perlindungan maupun petani dalam mengidentifikasi dan

mengelola OPT hortikultura, serta memberikan pelayanan dalam

penyediaan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan kepada

petani lainnya dan diharapkan dapat memecahkan permasalahan

perlindungan tanaman hortikultura di lapang. Fasilitasi sarana

prasarana untuk pengembangan klinik PHT/PPAH perlu diberikan

berupa peralatan (oven, kompor gas, autoclave/dandang, kulkas,

dsb) untuk mendukung perbanyakan bahan pengendali OPT

ramah lingkungan, forum koordinasi dan konsultasi bagi

Page 20: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

20

kelompok tani maju dalam berkoordinasi/berkomunikasi untuk

memecahkan permasalahan dan mengantisipasi terjadinya

serangan OPT di luar kebiasaan.

DPI telah merubah status OPT yang sebelumnya kurang penting

menjadi OPT utama yang menimbulkan kerugian bagi petani

hortikultura. Oleh karena itu tersedianya klinik perlindungan

lapangan diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam

pemanfaatan informasi iklim, pengenalan dan pengendalian OPT

terutama OPT baru yang informasinya masih sangat terbatas,

seperti penyakit Erwinia carotovora subsp. atroseptica pada

tanaman Kentang (ECA), Ring Spot Virus pada papaya (RSVP)

serta meningkatkan penggunaan pengendali agens hayati dan

biopestisida untuk mengurangi residu pestisida kimia pada

produk hortikultura. Kegiatan teknis perlindungan akan berjalan

baik sesuai rencana apabila didukung oleh kegiatan non teknis,

seperti tersedianya alat pengolah data, peralatan kantor,

kendaraan untuk mobilitas pekerjaan tata usaha, bimbingan

administrasi, konsultasi dan pengendalian kegiatan lapang.

2.1.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perlindungan Hortikultura

pada Tahun 2014 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan

dicapai pada Tahun 2014 telah sejalan dengan IKU dan disesuaikan

dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis 2010-2014, yang telah

disepakati di tingkat Kementerian Pertanian. Dalam rencana kinerja

tahunan telah ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran

tingkat keberhasilan/kegagalan pencapaiannya. Adapun target Rencana

Kinerja Tahunan 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 21: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

21

Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Terkelolanya serangan OPT

dalam pengamanan produksi

hortikultura dan terpenuhinya

persyaratan teknis yang

terkait dengan perlindungan

tanaman dalam mendukung

ekspor hortikultura

Proporsi luas serangan

OPT hortikultura

terhadap total luas

panen (%)

%

5,0

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura

2.2. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pimpinan unit

tertinggi beserta jajarannya (Tabel 4). Dokumen perjanjian kinerja lebih

dikenal dengan Penetapan Kinerja (PK).

Tabel 4. Tabel Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

A Terkelolanya serangan

OPT dalam pengamanan

produksi hortikultura dan

terpenuhinya persyaratan

teknis yang terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung ekspor

hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan dan

Pengendalian OPT (kali)

1.669

2 Adaptasi dan mitigasi iklim

(rekomendasi) 77

3 Fasilitasi peralatan dan bahan

pengendalian OPT ramah

lingkungan dalam rangka

pengembangan LPHP/Lab

1.136

Page 22: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

22

Agens Hayati/ Lab Pestisida/

Klinik PHT-PPAH)

4 Peningkatan pemenuhan

persyaratan teknis SPS

mendukung ekspor produk

hortikultura (Draft Pest List)

16

5 Pengembangan SLPHT (Klp) 660

6 Maksimal luas serangan

terhadap total luas panen (%) 5,0

Page 23: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

23

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk melihat realisasi pencapaian kinerja perlindungan hortikultura yang telah

difasilitasi melalui dana APBN, harus dilakukan pengukuran target yang telah

ditetapkan dibandingkan dengan pencapaian realisasi targetnya. Secara rinci

realisasi pencapaian target Penetapan Kinerja perlindungan hortikultura Tahun

2014 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Pengukuran Kinerja Direktorat Perlindungan Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terkelolanya serangan OPT

dalam pengamanan produksi

hortikultura dan

terpenuhinya persyaratan

teknis yang terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung ekspor

hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan dan

Pengendalian OPT (kali)

1.669

1.282 76.81

2 Adaptasi dan mitigasi iklim

(rekomendasi)

77

71 92.21

3 Peningkatan kapasitas

kelembagaan perlindungan

hortikultura

1.136

913

80.37

4 Peningkatan pemenuhan

persyaratan teknis SPS

mendukung ekspor produk

hortikultura (Draft Pest List)

16

16 100,00

Page 24: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

24

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Pengembangan SLPHT (Klp)

660

629 95.30

6 Proporsi luas serangan OPT

utama hortikultura terhadap

total luas panen

- Maksimal luas serangan

terhadap luas panen (%)

5,0 1,94 257,70

Keterangan: * Realisasi indikator sasaran merupakan angka laporan periode II

(31 Desember 2014)

3.1 Analisis Pencapaian Kinerja

Pada Tahun 2014 berdasarkan dokumen PK besarnya anggaran yang telah

disahkan untuk program perlindungan hortikultura sebesar

Rp.95.281.302.000,- dan terdapat output cadangan atau penghematan

kegiatan sebesar Rp. 24.942.324.000,- sehingga alokasi anggaran Direktorat

Perlindungan Hortikultura menjadi Rp.70.338.978.000,-. Dalam upaya

pengelolaan DPI yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga

kehilangan hasil hortikultura akibat bencana banjir, kekeringan dan serangan

OPT dapat ditekan hingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, dan

produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan SPS-WTO, aman dikonsumsi

dan berdaya saing tinggi di pasar-pasar baik lokal, regional maupun global.

Sasaran strategi proporsi luas serangan OPT utama terhadap total luas panen

hortikultura maksimal 5,0% merupakan target rasional yang dimungkinkan

dapat dicapai berdasarkan kemampuan penganggaran, SDM dan peningkatan

koordinasi antar instansi terkait. Hasil analisa data yang masuk hingga periode

laporan Desember II Tahun 2014 (16-31 Desember 2014) bahwa proporsi luas

serangan yang terealisasi justru melebihi target yang ditetapkan, yaitu luas

serangan OPT hanya terjadi 1,94% dari 5% luas serangan yang ditetapkan,

Page 25: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

25

hal ini berarti total luas serangan OPT hortikultura pada Tahun 2014 dapat

ditekan serendah-rendahnya dengan capaian 257,70 %. Dengan demikian

program perlindungan hortikultura pada TA 2014 mempunyai peran yang

besar atau menunjukkan prestasi yang baik dalamn mendukung pencapaian

produksi dan mutu hortikultura pada taraf tinggi.

Hasil pengukuran pencapaian masing-masing sasaran di atas secara umum

menunjukkan bahwa pencapaian kegiatan Direktorat Perlindungan Hortikultura

Tahun 2014 rata-rata 88,94% relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-

rata pencapaian Tahun 2013 sebesar 93,32% . Analisis capaian kinerja yang

dilaksanakan Direktorat Perlindungan Hortikultura pada Tahun 2014, baik yang

dilaksanakan di Pusat maupun Daerah sebagai berikut:

1. Pengelolaan dan Pengendalian OPT Hortikultura

Untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil hortikultura yang aman

dikonsumsi dan ramah lingkungan, telah dilakukan upaya pengendalain

OPT sesuai PHT sebanyak 1.669 kali di 33 provinsi dan pusat, yang

dilaksanakan melalui kegiatan pendukung antara lain koordinasi

pengendalian OPT hortikultura, bimbingan teknis pelaksanaan

pengendalian OPT hortikultura, gerakan pengendalian OPT hortikultura

di daerah endemis serangan OPT hortikultura, kegiatan model gerakan

pengendalian OPT hortikultura skala kawasan oleh UPTD BPTPH pada

komoditas unggulan di beberapa propinsi, penyebarluasan informasi

perlindungan hortikultura melalui PF2N dan pameran lainnya,

pengembangan SIM OPT hortikultura, dan informasi residu yang

mencerminkan mutu produk hortikultura aman konsumsi. Pada tahun

2014 mencapai 76,81%, sedangkan tahun 2011 mencapai 94%, pada

tahun 2012 mencapai 77,84%, dan tahun 2013 mencapai 87,70%. Pada

tahun 2014 rendah karena di beberapa propinsi terkena penghematan

(Kalimantan Tengah 40 kali, Sulawesi Tenggara 62 kali).

Hasil pengendalian OPT hortikultura berdasarkan PHT pada tahun 2014

mampu menekan luas serangan OPT hortikultura, yaitu proporsi luas

Page 26: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

26

serangan terhadap luas panen Tahun 2014 mencapai 1,94% atau lebih

tinggi dari target maksimal penurunan luas serangan 5% yang

ditetapkan. Rincian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen

pada tanaman buah, sayuran, florikultura dan obat dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Pengendalian OPT terutama pada komoditas hortikultura, petani masih

mengandalkan pestisida kimia sebagai bahan pengendali OPT, oleh

karena itu perlu terus mengembangkan pengendalian ramah lingkungan

untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Beberapa pengendali

OPT yang terus dikembangkan antara lain PGPR, Corynebacterium sp.,

Trichoderma sp., Metharhizium sp., Beauveria bassiana, dan MOL

(Mikroorganisme Lokal).

Dalam meningkatkan mutu produk buah potensial ekspor, kelengkapan

dan persyaratan SPS yang harus dipenuhi sesuai permintaan pasar luar

negara penerima, dilakukan serangkaian kegiatan surveillans,

identifikasi, koleksi OPT (khususnya lalat buah), dan kajian

pengembangan pengelolaan OPT terpadu (Area Wide Management) di

kawasan buah.

Dalam mewujudkan kerjasama internasional, dilakukan kerjasama

dengan pemerintah Australia/Australia Centre for International

Agricultural Research (ACIAR) di bidang pengelolaan lalat buah skala

luas pada tanaman mangga, melalui penerapan PHT skala luas (AWM,

Area Wide Management). Berbagai kegiatan dilakukan, misalnya

penerapan pengendalian lalat buah dengan menerapkan teknologi

umpan protein, ME blok, survei/monitoring populasi lalat buah, analisa

kehilangan hasil, pemasyarakatan pengelolaan lalat buah dan lain-lain.

Pemantauan dan analisis terhadap residu pestisida terhadap produk

hortikultura telah dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak

negatif dari penggunaan pestisida di lapangan terhadap produk yang

Page 27: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

27

dihasilkan. Hasil analisa residu pestisida kimia pada hortikultura Tahun

2014 umumnya masih di bawah BMR.

Residu pestisida buah impor yang terdeteksi di bawah BMR 2 (6,67%),

tidak terdeteksi 28 (93,33%). Residu formalin tidak ada yang terdeteksi.

Residu pestisida buah ekspor yang tidak terdeteksi 4 (25%), belum

ditetapkan 1 (6,25%), dan terdeteksi di bawah BMR 11 (68,75%).

2. Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Kegiatan ini menghasilkan 77 rekomendasi untuk upaya antisipasi dan

mitigasi perubahan iklim dalam rangka menekan kehilangan hasil

hortikultura akibat DPI berupa bencana banjir, kekeringan dan serangan

OPT di 32 provinsi, yang dilaksanakan melalui kegiatan pendukung,

yaitu inventarisasi data dan informasi tentang iklim, koordinasi

penanganan dampak perubahan iklim, dan analisa dampak perubahan

iklim terhadap tanaman hortikultura.

Kegiatan koordinasi penanganan dampak perubahan iklim dilaksanakan

dalam bentuk pertemuan peningkatan kapasitas petugas dalam

penanganan dampak perubahan iklim yang melibatkan UPTD BPTPH

dan pakar iklim, untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam

penanganan dampak perubahan iklim. Selain itu, dilakukan perjalanan

survey ketersediaan air di musim kemarau di daerah sentra hortikultura,

dan pengawalan, monitoring dan evaluasi bahan mitigasi dampak

lingkungan dan iklim.

Analisa dampak perubahan iklim dilakukan untuk mengetahui faktor

perubahan iklim dan serangan OPT terhadap kehilangan hasil tanaman

hortikultura. Selain itu dilakukan analisis residu pestisida dalam tanah

dan air terkait kelestarian lingkungan, serta pengukuran penuruna emisi

Gas Rumah Kaca (GRK), analisa kehilangan hasil pada tanaman

hortikultura, model penerapan teknologi adaptasi/mitigasi iklim pada

tanaman hortikultura.

Page 28: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

28

Pengembangan peramalan OPT hortikultura di BBPOPT Jatisari meliputi

kegiatan penyediaan bahan berupa bahan operasional VHT,

pengembangan teknologi dalam pengelolaan & pengendalian OPT

hortikultura, peta citra satelit dalam rangka pengembangan pemetaan

OPT Tanaman hortikultura di kawasan pengembangan,

pelatihan/magang analisa DPI, bahan operasional laboratorium PCR,

workshop peramalan OPT hortikultura, bulletin/leaflet. Selain itu

dilakukan perjalanan pengamatan, menghadiri pertemuan nasional,

pameran nasional, konsultasi ke instansi terkait, pengumpulan data, dan

pembinaan terkait evaluasi pelaporan, analisa DPI, dan pengelolaan

OPT hortikultura.

Capaian yang diperoleh adalah 92,21%. Rendahnya capaian tersebut

karena kemampuan untuk analisis korelasi antara unsur iklim terhadap

OPT masih kurang. Tahun 2014 menghasilkan 77 rekomendasi dengan

capaian capaian 77,90%, sedangkan pada tahun 2010 menghasilkan

32 rekomendasi dengan capaian 100%, tahun 2011 menghasilkan

62 rekomendasi dengan capaian 100%, tahun 2012 menghasilkan

65 rekomendasi dengan capaian 98,50%, tahun 2013 menghasilkan

78 rekomendasi dengan capaian 91,10 %.

Hasil penting kegiatan adaptasi dan mitigasi iklim antara lain,

mengembangkan kegiatan perlindungan terutama gerakan

pengendalian OPT hortikultura yang ramah lingkungan, sehingga

menguntungkan secara ekonomi, ekologi dan mendorong penurunan

emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Analisa dampak perubahan iklim

dilakukan untuk mengetahui faktor perubahan iklim dan serangan OPT

terhadap kehilangan hasil tanaman hortikultura. Selain itu dilakukan

analisis residu pestisida dalam tanah dan air terkait kelestarian

lingkungan, serta pengukuran penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK),

analisa kehilangan hasil pada tanaman hortikultura, model penerapan

teknologi adaptasi/mitigasi iklim pada tanaman hortikultura.

Page 29: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

29

4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Laboratorium Perlindungan Hortikultura Klinik PHT dan PPAH merupakan kegiatan yang dilaksanakan di daerah,

dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan petugas perlindungan

maupun petani dalam mengidentifikasi dan mengelola OPT hortikultura,

serta memberikan pelayanan dalam penyediaan bahan pengendalian OPT

ramah lingkungan kepada petani lainnya dan diharapkan dapat

memecahkan permasalahan perlindungan tanaman hortikultura di lapang.

Pada tahun 2014 capaiannya 80,37%, sedangkan tahun 2010 capaiannya

100%, tahun 2011 capaian 100%, tahun 2012 capaian 66,46%, dan tahun

2013 capaian 91,60%. Rendahnya capaian akibat terjadinya pemotongan

anggaran.

a. Pengembangan Laboratorium PHP/lab. Agens Hayati/Lab.

Pestisida

Kegiatan LPHP/Lab. AH/ Lab. Pestisida bertujuan untuk mendukung

pelaksanaan pengembangan kelembagaan perlindungan hortikultura

guna menghasilkan produk teknologi pengendalian OPT ramah

lingkungan, untuk itu perlu disediakan sarana dan alat laboratorium

yang memadai (seperti oven, autoclave, kulkas, dsb peralatan

laboratorium lainnya) untuk pembuatan starter agens hayati

sehingga perbanyakan produk bahan pengendalian OPT ramah

lingkungan dapat mudah disediakan (dieksplorasi, dikembangkan,

dan diterapkan) untuk pemasyarakatannya dan diaplikasikan di

tingkat lapang.

Untuk meningkatkan penerapan pengendalian ramah lingkungan

pada tanaman hortikultura, sehingga produk yang dihasilkan aman

dikonsumsi dan berdaya saing dalam memasuki pasar domestik dan

pasar ekspor, maka telah dilaksanakan pembinaan dan pemantauan

pengembangan penerapan agens hayati dan biopestisida pada

Laboratorium PHP, pembinaan teknis dalam pengelolaan OPT pada

Page 30: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

30

tanaman hortikultura, serta pengembangan dan perbanyakan

agens hayati dan biopestisida.

Dalam pengelolaan OPT pada tanaman hortikultura, maka

peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas LPHP dan

kelompok tani sebagai pengelola Klinik PHT serta PPAH perlu

senantiasa ditingkatkan termasuk dalam hal perbanyakan dan

pemanfaatan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan

pembekalan/workshop/ koordinasi/konsultasi.

a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan

petani terhadap pengenalan dan pengendalian OPT hortikultura,

telah dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pemantauan Klinik PHT,

serta forum koordinasi dan konsultasi di 32 provinsi, yang hasilnya

diharapkan mendorong pemasyarakatan penerapan PHT pada

tanaman hortikultura dan meningkatkan ketersediaan produknya

yang aman konsumsi. Untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan petugas dan petani terhadap pengenalan dan

pengendalian OPT hortikultura, telah dilaksanakan kegiatan

pembinaan dan pemantauan Klinik PHT, serta forum koordinasi dan

konsultasi.

Pengembangan LPHP /Lab.Agens Hayati /Lab.Pestisida dilaksanakan

melalui koordinasi rencana pelaksanaan kegiatan, pembekalan klinik

PHT-PPAH, pengadaan bahan standar perbanyakan agens hayati

dan biopestisida serta bahan dan peralatan pendukung laboratorium

dan klinik PHT lainnya, sosialisasi aplikasi agens hayati dan

biopestisida, supervisi dan bimbingan teknis aplikasi agens hayati

dan biopestisida di lapang.

Page 31: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

31

c. Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura dengan SPS – WTO

SPS – WTO merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memasuki negara tujuan ekspor, dimana daftar OPT dan residu pestisida

harus dilampirkan dalam surat perjanjian ekspor. Untuk mendukung

tujuan tersebut telah dilakukan kegiatan surveillance OPT hortikultura

untuk pest list, identifikasi, pembuatan koleksi, penyusunan laporan, Pest

Risk Management, penerapan ALPP di 14 provinsi, penerapan AWM pada

tanaman mangga Gedong di Indramayu. pada tahun 2014 diperoleh 16

draft pest list hortikultura atau capaian 100%, sedangkan pada tahun

2011 capaiannya 100%, tahun 2012 capaiannya 100%, dan tahun 2013

capaiannya 100%.

14 propinsi pendukung pelaksanaan sinergisme yaitu UPTD-BPTPH

Sumatera Barat, Suamtera Utara, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara

Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

d. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

SLPHT merupakan kegiatan unggulan untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan bagi petugas, petani dan kelompok tani

dalam rangka memasyarakatkan perlindungan tanaman hortikultura

sesuai prinsip PHT, yang dilaksanakan melalui sekolah lapang pola

pendidikan orang dewasa yang berbasis responsif gender dengan

memberikan kesempatan, peran dan peluang yang sama bagi laki-laki

dan perempuan di 32 provinsi. Kelompok tani yang mengikuti SLPHT

pada tahun 2014 sebanyak 660 kelompok yang dilaksanakan pada ± 26

komoditas hortikultura meliputi cabai, bawang merah, kentang,

semangka, pisang, jambu air, krisan, manggis, raphis, Anthorium, duku,

wortel, kubis, mangga, melati, anggrek, sedap malam, leatherleaf,

mawar, melon, tomat, papaya, markisa, durian, kol, dan kacang panjang.

Page 32: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

32

Pada tahun 2014 realisasi SLPHT adalah 613 kelompok SLPHT dengan

capaian 95,30% dari target 660 kelompok SLPHT, sedangkan pada tahun

2011 capaiannya 100%, tahun 2012 capaiannya 96,85%, tahun 2013

capaiannya 96,20%,.

e. Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Komoditas Hortikultura

Pengamatan OPT hortikultura merupakan bagian penting dalam PHT,

karena itu sangat penting pula untuk dilaksanakan di lapangan, agar

populasi OPT hortikultura dapat diketahui secara dini, sehingga

pengendalian OPT dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta

minimal penggunaan pestisida kimia.

Untuk mendukung kegiatan tersebut telah dilaksanakan kegiatan

penerapan metode pengamatan OPT hortikultura, pengamatan, analisis

dan manajemen data OPT, peningkatan kemampuan teknis POPT dan

petugas Laboratorium PHP, dan pemetaan wilayah sebar serangan OPT

hortikultura di 33 provinsi. Pada tahun 2014 capaiannya 90,10%.

Rendahnya capaian tersebut terutama disebabkan pelaporan OPT dan

bencana alam belum optimal, antara lain antara lain karena sebagian

besar pelaporan masih melalui pos. Penyampaian laporan oleh UPTD

BPTPH rata-rata terlambat 2 bulan (Lampiran 6), sedangkan tahun 2011

capaiannya 91,67%, tahun 2012 capaiannya 95,13%, dan tahun 2013

capaiannya 87,13%.

Hasil penting pengamatan dan peramalan OPT hortikultura lainnya pada

Tahun 2014 sebagai berikut:

1. Workshop diselenggarakan di Bandung, 25 – 27 Agustus 2014 oleh

Direktorat Perlindungan Hortikultura, dan diikuti oleh 24 peserta terdiri

atas koordinator POPT dari 22 UPTD BPTPH Pemerintah Aceh, Provinsi

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Lampung, Bangka

Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa

Page 33: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

33

Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Barat, Maluku, dan Gorontalo. Dua peserta mewakili Fungsi

Perlindungan Dinas Pertanian Kepulauan Riau, dan BBPOPT Jatisari.

2. Tujuan workshop adalah untuk memperoleh masukan berupa

rekomendasi dari koordinator/petugas POPT mengenai metode

pengamatan dan pelaporan OPT hortikultura di daerah. Rekomendasi

diusulkan kepada Direktorat Perlindungan Hortikultura dan UPTD BPTPH

Provinsi.

3. Rekomendasi yang dihasilkan dari diskusi umum adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan dan pelaporan OPT hortikultura tetap mengacu pada

Metode Pengamatan OPT Hortikultura yang diterbitkan oleh

Direktorat Perlindungan Hortikultura.

b. Penetapan jumlah petak pengamatan tetap pada tanaman

hortikultura hendaknya disesuaikan dengan memperhatikan

penetapan petak tetap pada tanaman pangan, agar tidak terjadi

tumpang tindih dalam kegiatan pengamatan. Hal ini akan

dikomunikasikan dengan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

c. Pengamatan OPT pada tanaman buah dilaksanakan dengan

membagi tajuk pohon objek contoh menjadi 4 (empat) bagian.

d. Pengamatan OPT pada tanaman sayuran menggunakan teknik

pengambilan contoh U shape.

e. Peserta mengharapkan agar Direktorat Perlindungan Hortikultura

dapat menyediakan contoh blanko pengamatan harian untuk OPT

hortikultura bagi petugas POPT/PHP, dengan mengacu pada usulan

contoh blanko pengamatan dari peserta.

f. Tidak semua petugas POPT/PHP memiliki buku metode pengamatan

dan pelaporan OPT hortikultura (tanaman buah, tanaman sayuran,

tanaman hias/florikultura, dan tanaman biofarmaka). Untuk itu,

diharapkan pendistribusiannya sampai ke seluruh petugas POPT.

Page 34: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

34

g. Petugas mengharapkan agar pertemuan serupa bagi

koordinator/petugas POPT seluruh Indonesia dapat dilaksanakan

setiap tahun, untuk menjamin agar informasi terkait tetap up to

date.

f. Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura

Mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sistem perlindungan

tanaman, maka dibutuhkan kelengkapan kerja pendukung dan fasilitas

yang memadai agar penyelenggaraan kegiatan dapat berjalan dengan

baik. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai sangat

berpengaruh terhadap kinerja perlindungan hortikultura baik di pusat

maupun di daerah antara lain sarana pendukung kegiatan sinergisme

sistem perlindungan hortikultura dengan SPS-WTO, analisis dan mitigasi

perubahan iklim.

Kegiatan perlindungan hortikultura difokuskan pada penyelesaian OPT di

lapangan melalui kegiatan Pengelolaan dan Pengendalian OPT

Hortikultura, yang salah satu komponen kegiatannya yaitu Fasilitasi

peralatan dan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan dalam rangka

pengembangan LPHP/ Lab Agens Hayati/ Lab Pestisida/ klinik PHT-PPAH

sebagai berikut: DKI Jakarta (2 unit); Jawa Barat (113 unit); Jawa

Tengah (205 unit); DI Yogyakarta (34 unit); Jawa Timur (128 unit); Aceh

(34 unit); Sumatera Utara (57 unit); Sumatera Barat (55 unit); Riau (134

unit); Jambi (19 unit); Sumatera Selatan (10 unit); Lampung (4 unit);

Kalimantan Barat (15 unit); Kalimantan Tengah (5 unit); Kalimantan

Selatan (26 unit); Kalimantan Timur (24 unit); Sulawesi Utara (29 unit);

Sulawesi Tengah (198 unit); Sulawesi Selatan (50 unit); Sulawesi

Tenggara (5 unit); Maluku (6 unit); Bali (6 unit); NTB (7 unit); NTT

(3 unit); Papua (16 unit); Bengkulu (49 unit); Maluku Utara (13 unit);

Banten (26 unit); Bangka Belitung (19 unit); Gorontalo (5 unit); Papua

Barat (2 unit), dan Sulawesi Barat (1 unit).

Page 35: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

35

Pengadaan barang non lelang pada tahun 2014 terdiri dari 2 unit

komponen telemetri AWS (upgrade AWS menjadi Telemetri) di Jateng

dan Jatim, peralatan treatment penanganan OPT dan DPI (Makasar),

sayuran dan Florikultura Ramah Lingkungan (Makasar), Mulsa plastik

(Aceh dan Sulsel), Feromon Sex untuk pengendalian ulat bawang

(Sulteng, Sumsel, NTB, dan, Bali), fasilitasi bahan kimia /bahan analisa

residu pestisida pada lab. Pestisida Jabar, fasilitasi bahan kimia /bahan

analisa residu pestisida pada lab. pestisida Provinsi Bali, bahan

pengendali pada Jeruk Garut, dan bahan pengendali OPT buah

(Makasar). Pelaksanaan kegiatan perlindungan di Makassar dalam rangka

mensukseskan kegiatan PF2N.

Pedoman-pedoman pengendalian dan pengamatan hortikultura sangat

penting untuk mengelola dan mengendalikan serangan OPT hortikultura

dan menurunkan potensi serangan sehingga berdampak pada

peningkatan kualitas produksi dan pascapanen hortikultura. Output

kegiatan ini ditargetkan sebanyak 6 judul dan terealisasi seluruhnya

(100%).

Layanan perkantoran dilaksanakan di 33 provinsi dengan target selama

12 bulan layanan dan terealisasi seluruhnya (100%).

3.2 Analisis Pencapaian Keuangan

Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana

pencapaian sasaran strategis yang telah tergambar di PK dapat dicapai dengan

sumber keuangan yang ada. Pelaksanaan pengembangan agribisnis

hortikultura Tahun 2014, menuntut adanya suatu sistem pengelolaan program,

kegiatan dan anggaran yang dilakukan berbasis kinerja.

Page 36: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

36

Tabel 6. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Menurut

Kegiatan Utama

No Kegiatan Pagu ( 000 ) Realisasi s/d 30 Desember 2014

Rp ( 000) % fisik

1 Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura a. Pusat b. Daerah (Dekon+TP)

70.338.978.000 8.457.683.000 61.881.295.000

64.242.231.000

7.444.951.000 56.797.281.000

91,33

88,03 91,78

91,13

93,32

88,94

Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2014, Direktorat Perlindungan

Hortikultura semula mengelola dana APBN untuk Pusat sebesar Rp.

8.457.683.000,- dan APBN untuk Daerah sebesar Rp. 61.881.295.000,- Total

sebesar Rp. 70.338.978.000,- Dengan realisasi Pusat Rp. 7.444.951.000,-

(88,03%) dan Daerah Rp 56.797.281.000,- (91,78%) dari Total

Rp 61.881.295.000,- atau sebesar 91.78%. Rendahnya capaian realisasi

anggaran di Satker daerah terjadi setelah satker UPTD-BPTPH berada atau

dikelola oleh Satker Diperta Propinsi.

Nilai capaian rata-rata kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun 2014

sebesar 91,33% sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan melalui kerja

keras petugas dan stakeholder selaras dengan Sistem Pengendalian Intern

yang memadai, sehingga Direktorat Perlindungan Hortikultura dapat mencapai

kinerja yang efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan dalam penanganan

OPT dan DPI ramah lingkungan untuk mendukung pengembangan agribisnis

hortikultura yang memenuhi persyaratan SPS-WTO, yaitu produk minimal

residu pestisida kimia, aman dikonsumsi dan berdaya saing di pasar global.

3.3. Permasalahan Secara Umum Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan

pembangunan program perlindungan hortikultura Tahun 2014, namun

Page 37: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

37

demikian dalam pelaksanaannya masih mengalami, berbagai permasalahan

dan hambatan, baik dari aspek teknis maupun aspek manajemen. Beberapa

permasalahan dan hambatan yang ditemui terkait pengembangan program

perlindungan hortikultura selama ini sebagai berikut:

1) Rendahnya capaian serapan anggaran kegiatan perlindungan

hortikultura tersebut antara lain disebabkan keterlambatan administrasi

pada proses pencairan dana sesuai kebutuhan, setelah satker berada di

dinas pertanian, penetapan PPK dan perangkatnya memerlukan waktu

lebih lama, dan adanya kegiatan lapang menyesuaikan dengan kondisi

iklim (SLPHT).

2) Laporan daerah yang disampaikan belum menggambarkan potret

realisasi 5 kegiatan IKU perlindungan hortikultura, tetapi umumnya

melaporkan realisasi kegiatan gerakan pengendalian OPT dan SLPHT.

Akibatnya, menyulitkan untuk mengetahui kendala teknis masing-

masing kegiatan yang terjadi di lapangan, sehingga solusi konkrit yang

diberikan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ke depan kurang

efektif.

3) Masih rendahnya tingkat pemahaman dan pengetahuan petani terhadap

identifikasi OPT, penggunaan bahan kimia masih merupakan alternatif

pertama dalam sistem pengelolaan OPT hortikultura oleh petani, bahan

pengendalian OPT Hortikultura belum tersedia pada tingkat lapang yang

bersifat ramah lingkungan (agens hayati ataupun biopestisida).

4) Masih terdapat beberapa wilayah kerja POPT (kecamatan) yang kosong

sehingga pengawalan tanaman hortikultura masih lemah dan berakibat

pengawasan dan laporan OPT hortikultura kurang tertangani, dan

sasaran (obyek) komoditas tanaman yang dikawal oleh seorang POPT

terlalu banyak (pangan dan hortikultura) yang berakibat pada kurang

intensifnya pengamatan OPT.

5) Sumber Daya Manusia (SDM), luas lahan pertanian semakin

berkurang/menyempit, dan penggabungan Satuan Kerja.

Page 38: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

38

6) Untuk mengamankan produksi hortikultura dari serangan OPT dan

menghadapi perubahan iklim antara lain perlu digalakkan kembali

sistem peringatan dini/bahaya, SL Iklim, dan sistem pelaporan

perlindungan hortikultura yang baik.

7) Belum adanya sistem pelaporan yang terintegrasi dalam rangka

pelaksanaan pelaporan OPT hortikultura sehingga dalam pengolahan

data membutuhkan rentang waktu yang panjang.

8) Untuk mendukung kegiatan teknis perlindungan, umumnya di daerah

antara lain kekurangan Sumber Daya Manusia baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya dan sarana prasarana yang tersedia terbatas,

sehingga cukup menyulitkan para petugas POPT–PHP dalam mengcover

wilayah kerja yang umumnya lebih dari 2 kecamatan untuk

melaksanakan tupoksinya.

9) Minimnya sarana untuk menunjang pelaksanaan kegiatan POPT antara

lain, buku pedoman perlindungan bergambar, alat pengolah data,

identifikasi OPT, komputer SIM dan perekam data cuaca/iklim.

Sedangkan prasarana yang belum memadai antara lain ruangan

laboratorium untuk pengembangan agens hayati dan biopestisida, serta

dukungan pemerintah dan pemerintah daerah terhadap pelaksanaan UU

N0. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, antara lain gerakan

pengelolaan OPT dan DPI yang ramah lingkungan.

10) Standar Biaya Khusus (SBK) yang telah ditetapkan Kementerian

Pertanian untuk kegiatan SLPHT hortikultura dalam implementasinya

ada sedikit kendala mengingat komoditas hortikultura yang beragam

sehingga kebutuhan bahannya berbeda.

11) Bahan starter yang diperlukan untuk pengembangan agens hayati masih

relatif sulit untuk diperoleh, Sumber Daya Manusia dalam hal ini petani

yang belum sepenuhnya terampil dalam perbanyakan agens hayati,

sarana untuk pengembangan agens hayati di tingkat kelompok tani

Page 39: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

39

kurang memadai, dan tidak semua petugas POPT di lapangan handal

dalam teknik pengembangan agens hayati di tingkat lapangan.

3.4 Tindak Lanjut

Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat

Perlindungan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai

berikut:

1) Meningkatkan koordinasi dengan Satker Diperta provinsi supaya realisasi

capaian kegiatan perlindungan baik keuangan maupun fisik menjadi lebih

baik dibandingkan sebelumnya.

2) Pada TA 2014, sebaiknya Satker dinas menunjuk petugas UPTD menjadi

verifikator kegiatan masing – masing, supaya proses penyiapan

administrasi cepat dan pencairan dana untuk kegiatan dapat dipenuhi

dalam jangka waktu 2 – 3 hari.

3) Revitalisasi SLPHT hortikultura mendesak dilakukan dengan melibatkan

pakar dan stakeholder, agar pelaksanaannya di lapangan sesuai pedum,

sehingga pengendalian OPT ramah lingkungan dan tersedianya mutu

produk aman konsumsi makin meningkat dari tahun ke tahun.

4) Laporan evaluasi perlindungan yang disampaikan harus memotret realisasi

5 IKU perlindungan, atau minimal menyajikan secara ringkas dalam bentuk

matrik dan permasalahan serta progres penyelesaiannya dijelaskan secara

lisan, sehingga kendala yang timbul di lapangan dapat dicarikan solusi

penanganan yang lebih efektif guna meningkatkan capaian kegiatan pada

tahun mendatang.

5) Upaya pemecahan masalah dalam kegiatan perlindungan hortikultura

tahun 2014 yaitu meningkatkan kegiatan fasilitasi pelaksanaan SLPHT,

Klinik tanaman/PPAH, dan gerakan pengendalian OPT hortikulttura ramah

lingkungan oleh kelompok tani, sehingga mendorong penumbuhan

keyakinan kepada petani terhadap upaya alternatif pengendalian yang

berwawasan/ramah lingkungan, yang apabila dilaksanakan dengan baik

Page 40: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

40

dan benar mampu menekan serangan OPT dan meningkatkan kwalitas

hasil.

6) Melakukan forum koordinasi pada tingkat lapang terhadap pengenalan dan

perbanyakan dan pemanfaatan Agens Hayati dan Biopestisida pada petani

dan petugas lapang.

7) Memberikan bimbingan dan pembinaan serta peningkatan

kemampuan/ketrampilan petani dan petugas dalam upaya pengelolaan

OPT berdasarkan sistem PHT, pemberdayaan petani melalui kegiatan SLI

dan SLPHT perlu ditingkatkan THL POPT perlu dimaksimalkan dan

diusulkan menjadi PNS.

8) Peningkatan kapasitas tenaga LPHP/BPTPH ke arah profesionalisme

melalui kegiatan pemberdayaan, antara lain jenjang pendidikan, pelatihan,

dan magang.

9) Tersedianya peta rawan banjir dan kekeringan untuk daerah kawasan dan

pengembangan hortikultura, sehingga di musim kemarau khususnya

tanaman mengalami gagal panen atau produktifitas rendah akibat

cekaman kekeringan. Bahkan untuk kegiatan Bansos sering menjadi

temuan rendahnya capaian fisik karena penanaman tertunda akibat

sumber air dilokasi kegiatan mengalami kekeringan.

10) Pengadaan alat dan bahan untuk kegiatan perlindungan dalam rangka

kesejahteraan petani, diperlukan perencanaan dan koordinasi yang baik

antara satker, ULP dan tim teknis kegiatan, sehingga ouput yang

dihasilkan tersedianya sarana perlindungan sesuai rencana, efektif, efisien,

ekonomis dan tertib aturan (3 E + 1 T).

Page 41: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

41

BAB IV. PENUTUP

Perlindungan tanaman hortikultura sebagai suatu subsistem produksi,

diharapkan berperan luas dalam mempertahankan upaya peningkatan produksi

dan mutu produk yang berdaya saing, dan akses pasar yang lebih baik. Peran

tersebut akan tercapai apabila kinerjanya terukur baik, yaitu antara lain

menurunnya luas kerusakan lahan dan kehilangan hasil akibat DPI dan serangan

OPT, terwujudnya keberhasilan usahatani melalui upaya pengelolaannya yang

efektif dan efisien dengan penerapan teknologi sesuai prinsip PHT, terwujudnya

produk hortikultura yang bebas dari cemaran/residu pestisida dan kelestarian

lingkungan hidup, serta terpenuhinya persyaratan perdagangan global/SPS – WTO.

Harapan – harapan tersebut merupakan sasaran pelaksanaan program dan

kegiatan perlindungan tanaman, yaitu membangun sistem perlindungan tanaman

yang efektif dan efisien serta tertib aturan.

Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura 2014 ini adalah salah satu

media pertanggungjawaban Direktorat Perlindungan Hortikultura dalam

melaksanakan mandat Tupoksi, Misi dan Visi, serta pertanggungjawaban dalam

mengelola anggaran yang difasilitasi pemerintah, sebagai umpan balik, introspeksi

terhadap apa yang selama ini telah dilaksanakan, apa saja yang belum

dilaksanakan, dan perbaikan apa saja yang perlu dilakukan dalam rangka

meningkatkan kinerja institusi dan kesejahteraan keluarga petani. Spirit

disusunnya laporan ini diharapkan mampu membenahi diri dan meningkatkan

prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan berbagai koordinasi, sinergisme

dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan pelaku usaha) sehingga

dapat dicapai hasil yang lebih optimal.

Beberapa langkah yang perlu ditingkatkan untuk mencapai kinerja Direktorat

Perlindungan Hortikultura yang baik, efektif dan efisien, antara lain sebagai

berikut:

Page 42: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

42

a. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dievaluasi di bidang perlindungan,

antara lain yang terkait dengan teknis pengendalian, sudahkah tersedia

teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang efektif di musim hujan

untuk mengatasi serangan pathogen penyakit sehingga tidak menimbulkan

kerugian bagi petani.

b. Evaluasi dibidang non teknis yaitu menyangkut manajemen kesatkeran,

bagaimana langkah penyelesaian proses administrasi yang efektif dan efisien

sehingga capaian realisasi keuangan terhadap kegiatan yang dilaksanakan

minimal mendekati target triwulan yang ditetapkan.

c. Peningkatan kemampuan SDM pelaku perlindungan hortikultura terutama

petugas dan petani dalam pengelolaan OPT hortikultura

(pengenalan/identifikasi, pengamatan, analisis dan pengambilan keputusan

pengendalian). Kegiatan-kegiatan seperti koordinasi, sosialisasi,

pemasyarakatan terkait pengamatan, pengendalian, penerapan teknologi

ramah lingkungan (agens hayati dan biopestisida), dan penerapan PHT melalui

SLPHT, telah menjadi kegiatan penting jajaran UPTD BPTPH, sehingga perlu

dijadikan ciri khusus pelaksanaan perlindungan tanaman. Dalam memenuhi

jumlah petugas/PHP sesuai dengan wilayah pengamatannya, telah diupayakan

pengangkatan PHP/POPT/Tenaga Harian Lepas (THL) dan biaya

operasionalnya bersumber dari Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

d. Koordinasi apresiasi penerapan teknologi pengendalian OPT dengan lembaga

penelitian dan perguruan tinggi perlu ditingkatkan, sehingga hasil-hasil

pengembangan teknologi dari institusi perlindungan tanaman, Laboratorium

Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), memperoleh dukungan keilmiahan,

sehingga teknologi tersebut mudah diterima, diterapkan dan dimasyarakatkan

oleh petani.

e. Penyediaan sarana, alat dan bahan pengamatan dan pengendalian OPT dalam

rangka memperkuat institusi/kelembagaan perlindungan tanaman di lapangan

dan mobilitas petugas melakukan pengamatan dan pengendalian OPT, serta

kegiatan dasar mendukung pemenuhan persyaratan SPS perlu ditingkatkan.

Page 43: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

43

f. Penyediaan dana yang memadai, baik yang bersumber dari APBN, APBD I,

APBD II, maupun masyarakat petani untuk mendukung kegiatan perlindungan

tanaman, terus diupayakan dan didorong ketersediaannya oleh semua pihak.

g. PPK selektif memilih pemenang tender barang supaya kualitas dan waktu

penyaluran alat dan bahan sesuai aturan yang ditetapkan bersama dan

memenuhi kaedah SPI, yaitu efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan.

Semoga laporan Kinerja Tahun 2014 ini dapat bermanfaat bagi pengambilan

kebijakan di bidang perlindungan untuk masa – masa yang akan datang.

Page 44: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

44

Lampiran 1.

IKU DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA TA 2011-2014

1. Tugas

Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perlindungan hortikultura.

2. Fungsi

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran

dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran dan

obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan

tanaman buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan

persyaratan teknis;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman

buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan

teknis; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Hortikultura.

3. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

No. Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sumber Data

1. Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1. Fasilitas pengelolaan OPT

Laporan dari BPTPH dan Dinas Pertanian Propinsi.

2. Rekomendasi dampak perubahan iklim

Laporan dari BPTPH dan BMKG

3. Lembaga perlindungan tanaman hortikultura

Laporan dari Balai Proteksi tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)

4. Draft Pest List persyaratan teknis SPS

Laporan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Page 45: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

45

(BPTPH), lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

5. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT)

Laporan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)

Page 46: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

46

Lampiran 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2011

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

A Terkelolanya

serangan OPT dalam

pengamanan

produksi hortikultura

dan terpenuhinya

persyaratan teknis

yang terkait dengan

perlindungan

tanaman dalam

mendukung ekspor

hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan OPT ( kali )

1.216

2 Pengelolaan dampak perubahan iklim

(rekomendasi) 62

3 Peningkatan kapasitas kelembagaan

perlindungan tanaman hortikultura (unit) 368

4 Peningkatan kapasitas laboratorium

perlindungan tanaman hortikultura

(laboratorium)

70

5 Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis

SPS mendukung ekspor produk hortikultura

(Draft Pest List)

13

6 Peningkatan klinik PHT (Klinik) 98

7 Pengembangan SLPHT (Klp) 362

8 Peningkatan mutu pembinaan untuk

pengembangan kegiatan sistem perlindungan

tanaman hortikultura

Page 47: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

47

c. Layanan Perkantoran (bulan)

d. Laporan OPT (Laporan)

e. Pemasyarakatan/promosi (Kali)

f. Pertemuan/Sosialisasi/Identifikasi/Pembina

an / Workshop (kali)

g. Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani

(orang)

h. Pedoman-pedoman (buku)

i. Kendaraan (unit)

j. Alat Pengolah Data (unit)

k. Sarana Kantor (unit)

12

408

112

34

10.275

10

3

15

15

9 Maksimal luas serangan terhadap luas panen

(%)

4,5

Page 48: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

48

UNIT ORGANISASI ESELON II : (a) DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

TAHUN ANGGARAN : (b) 2012

Kegiatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4) (5)

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan OPT (kali)

1.074

2 Pengelolaan dampak perubahan iklim (rekomendasi)

65

3 Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura (unit)

169

4 Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura (Draft Pest List)

13

5 Pengembangan SLPHT (Klp)

540

6 Maksimal luas serangan terhadap luas panen (%)

5,0

Page 49: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

49

UNIT ORGANISASI ESELON II :(a) DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

TAHUN ANGGARAN :(b) 2013

Kegiatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4) (5)

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan OPT (kali)

1.239

2 Pengelolaan dampak perubahan iklim (rekomendasi)

78

3 Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura (unit)

250

4 Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura (Draft Pest List)

16

5 Pengembangan SLPHT (Klp)

651

6 Maksimal luas serangan terhadap luas panen (%)

5,0

Page 50: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

50

UNIT ORGANISASI ESELON II :(a) DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

TAHUN ANGGARAN :(b) 2014

Kegiatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4) (5)

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan

dan Pengendalian OPT

(kali)

1.669

2 Adaptasi dan mitigasi iklim

(rekomendasi) 77

3 Peningkatan kapasitas

kelembagaan

perlindungan hortikultura

1.136

4 Peningkatan pemenuhan

persyaratan teknis SPS

mendukung ekspor produk

hortikultura (Draft Pest

List)

16

5 Pengembangan SLPHT

(Klp) 660

6 Proporsi luas serangan OPT

utama hortikultura

terhadap total luas panen

Maksimal luas serangan

terhadap luas panen (%)

5,0

Page 51: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

51

Lampiran 3. Tabel Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun 2010-2014

Pengukuran Kinerja Kegiatan Tahun 2010

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

Program peningkatan ketahanan pangan

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) penyakit hewan karantina dan peningkatan keamanan pangan

Masukan (Input)

- Dana - SDM

Rata-rata

Keluaran (output)

Pusat:

- Pertemuan teknis, penyusunan program dan pemantapan program perlindungan hortikultura

- Pertemuan Komisi Perlindungan Tanaman (KPT)

- Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Nasional Virus Kuning

- Koordinasi, evaluasi dan pelaporan perlindungan hortikultura

Rumusan

Rumusan

Rumusan

Rumusan

57.714.190.000

7989

3

2

1

1

55.629.989.000

7989

3

2

1

1

96,39

100

98,19

100

100

100

100

Page 52: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

52

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

- Penerapan Thermal Treatment-IJEPA Rehabilitasi Lab Koordinasi Joint

Coordination Committee (JCC)

Analisis residu pestisida dan kualitas air

- Pengamatan, peramalan organism pengganggu tanaman dan fenomena iklim Buku saku

pengamatan OPT hortikultura

Kaji ulang metode pengamatan dan pelaporan OPT hortikultura

- Pertemuan koordinasi peramalan dan identifikasi OPT hortikultura dampak fenomena iklim

- Koordinasi dengan instansi terkait iklim

M2

Rumusan

sampel

buku

draft

petugas

Rumusan petugas

Rumusan petugas

Rumusan petugas

106

1

33

2000

1

22

1

24

3

1

40

1

106

1

11

2000

1

22

1

24

0

1

40

1

100

100

33,33

100

100

100

100

100

0

100

100

100

Page 53: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

53

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

- Pertemuan analisis dan mitigasi dampak fenomena iklim terhadap hortikultura

- Kaji ulang pangkalan data PHT di LPHP

- Kompilasi data kegiatan PHT di lab

- Koordinasi Pemantauan SPI

- Pembuatan buku juklak dan juknis Tersusunnya

pedoman pengenalan dan pengendalian OPT pada tanaman hortikultura (raphis excels, leather leaf, polycias, cabai, mangga, bawang merah).

Tersusunnya lembar teknologi pengendalian OPT hortikultura

Rumusan petugas

Rumusan petugas

Rumusan petugas

Buku

Lembar

33

1

12

1

29

8050

48000

33

1

12

1

29

8050

48000

100

100

100

100

100

100

100

Page 54: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

54

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

- Pengembangan kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura (BBPOPT Jatisari) Pengembangan

jaringan referensi koleksi OPT hortikultura (inventarisasi, identifikasi dan koleksi)

Surveillance dalam rangka penyusunan pestlist OPT hortikultura

Pengembangan penerapan teknologi thermal treatment dalam pengelolaan lalat buah pada buah naga

Pengembangan pengendalian NSK skala luas

- Pemasyarakatan perlindungan hortikultura

Komoditi

Lokasi

Kali

Lokasi

Lokasi

Kali

5

3

1

5

1

3

5

3

1

5

1

3

100

100

100

100

100

100

Page 55: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

55

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

Penyediaan informasi perlindungan melalui media massa

Pengembangan SIM perlindungan tanaman

Pembinaan tugas fungsional POPT dalam pengamatan

Perjalanan KLN Gelar teknologi

pengendalian OPT Hortikultura

- Pengendalian OPT Hortikultura Pembinaan

penanggulangan OPT endemis pada tanaman hortikultura

Pembinaan penanggulangan OPT baru tanaman hortikultura

Data residu produk hortikultura

Pembinaan

Kali

Petugas

Petugas

Workshop pameran

Propinsi

Lokasi

Sampel

Lokasi

Rumusan petugas

2

14

15

1

2

17

10

169

22

1

2

10

14

1

2

17

6

85

16

1

100

100

93,33

100

100

100

60

50,30

72,73

100

Page 56: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

56

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

penerapan penggunaan pestisida secara baik dan benar dengan residu minimum dalam usahatani

Workshop tehnik sampling

Pembinaan penerapan penggunaan agens hayati dan biopestisida pada tanaman hortikultura

Pembinaan penanggulangan OPT utama hortikultura

Pengelolaan hama lalat buah (ACIAR)

Dukungan kerjasama ACIAR dalam pengelolaan OPT mangga, manggis dan pisang.

Workshop identifikasi OPT

Lokasi

Rumusan petugas

Lokasi

Propinsi

Lokasi

Lokasi

Workshop propinsi

Petugas rumusan

33

14

17

12

9

1

15

29

1

33

13

11

6

6

1

15

29

0

100

92,86

64,71

50,00

66,67

100

100

100

0

Page 57: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

57

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

pasca panen Tinjauan

pemanfaatan pestisida

- Sinergisme sistem perlindungan hortikultura dengan standar SPS-WTO Sosialisasi

pemantapan kegiatan sinergisme sistem perlindungan tanaman hortikultura dalam pemenuhan persyaratan SPS-WTO.

Workshop TOT sinergisme sistem perlindungan tanaman hortikultura dalam pemenuhan persyaratan SPS-WTO.

- APBN-P Peralatan

laboratorium mutu produk dan laboratorium

Petugas

Kali

Petugas

Lab. Mutu

Lab. PHP

BBPOPT

Kali

12

4

115

6

17

1

1

12

4

115

6

17

1

1

100

100

100

100

100

100

100

Page 58: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

58

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

pengamatan hama dan penyakit

Sosialisasi dan koordinasi pemanfaatan peralatan laboratorium mutu produk dan LPHP

Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

Rerata Pusat

Daerah:

Dana Dekonsentrasi

Dinas Pertanian Provinsi

- Pengendalian OPT

UPT BPTPH

- Administrasi - Penyusunan program

dan rencana kerja teknis perlindungan hortikultura

- Pengamatan, peramalan OPT dan

Lab.

Propinsi

Propinsi

Propinsi

Propinsi

Propinsi

Unit

Propinsi

Propinsi

Propinsi

24

15

32

32

32

32

266

29

31

32

24

15

32

32

32

32

266

29

31

32

100

90,44

Page 59: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

59

Program

Persentase pencapaian

rencana tingkat capaian (target)

Keterangan Uraian Indikator Kinerja Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

fenomena iklim - SLPHT hortikultura - Pengembangan

kelembagaan perlindungan hortikultura

- Pemasyarakatan perlindungan hortikultura

- Pengendalian OPT hortikultura

- Sinergisme sistem perlindungan hortikultura dalam pemenuhan standar SPS WTO

Rata-rata Daerah

Rerata output, Perlindungan Tanaman

Propinsi

12

12

100

95,22

Page 60: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

60

Penetapan Kinerja Tahun 2011

Page 61: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

61

Page 62: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

62

Penetapan Kinerja Tahun 2012

Page 63: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

63

Page 64: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

64

Penetapan Kinerja Tahun 2013

Page 65: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

65

Page 66: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

66

Penetapan Kinerja Tahun 2014

Page 67: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

67

Page 68: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

68

Lampiran 4. PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2011-2014 DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

TAHUN 2011

No Sasaran Strategis Indikator

Kinerja

Target Realisasi*) %

1 Terkelolanya

serangan OPT dalam

pengamanan

produksi hortikultura

dan terpenuhinya

persyaratan teknis

yang terkait dengan

perlindungan

tanaman dalam

mendukung ekspor

hortikultura

1 Peningkatan

pengelolaan OPT

(kali)

1.216 1.143 94

2 Pengelolaan

dampak

perubahan iklim

(rekomendasi)

62 62 100

3 Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

perlindungan

hortikultura (unit)

368 368 100

4 Peningkatan

kapasitas

laboratorium

perlindungan

tanaman

hortikultura

(unit)

70 70 100

5 Peningkatan

pemenuhan

persyaratan teknis

13 13 100

Page 69: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

69

No Sasaran Strategis Indikator

Kinerja

Target Realisasi*) %

SPS mendukung

ekspor produk

hortikultura (Draft

Pest List)

6 Pengembangan

Klinik PHT (Klinik)

98 98 100

7 Pengembangan

SLPHT (Klp)

362 362 100

8 Peningkatan mutu

pembinaan untuk

pengembangan

kegiatan sistem

perlindungan

tanaman

hortikultura

96

9 Proporsi luas

serangan OPT

utama hortikultura

terhadap total

luas panen

- Maksimal luas

serangan

terhadap luas

panen ( % )

4,5 1,58 185

Page 70: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

70

TAHUN 2012

No Sasaran Strategis Indikator

Kinerja

Target Realisasi*) %

1 Terkelolanya serangan

OPT dalam

pengamanan produksi

hortikultura dan

terpenuhinya

persyaratan teknis

yang terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung

ekspor hortikultura

1 Peningkatan

pengelolaan OPT

(kali)

1.074 901 83,89

2 Pengelolaan

dampak

perubahan iklim

(rekomendasi)

65 64 98,50

3 Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

perlindungan

hortikultura (unit)

169 164 97,10

4 Peningkatan

pemenuhan

persyaratan teknis

SPS mendukung

ekspor produk

hortikultura (Draft

Pest List)

13 13 100,00

5 Pengembangan

SLPHT (Klp)

540 531 98,40

6 Proporsi luas

serangan OPT

utama hortikultura

Page 71: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

71

No Sasaran Strategis Indikator

Kinerja

Target Realisasi*) %

terhadap total luas

panen

- Maksimal luas

serangan terhadap

luas panen (%)

5,0 2,28 119,3

Page 72: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

72

TAHUN 2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terkelolanya serangan OPT

dalam pengamanan produksi

hortikultura dan terpenuhinya

persyaratan teknis yang

terkait dengan perlindungan

tanaman dalam mendukung

ekspor hortikultura

1 Peningkatan

pengelolaan OPT (kali)

1.239 1.086 87,70

2 Pengelolaan dampak

perubahan iklim

(rekomendasi)

78 71 91,10

3 Peningkatan kapasitas

kelembagaan

perlindungan

hortikultura (unit)

250 229 91,60

4 Peningkatan

pemenuhan

persyaratan teknis SPS

mendukung ekspor

produk hortikultura

(Draft Pest List)

16 16 100

5 Pengembangan SLPHT

(Klp)

651 626 96,20

6 Proporsi luas serangan

OPT utama hortikultura

terhadap total luas

panen

- Maksimal luas

serangan terhadap

luas panen (%)

5,0 1,83 173,22

Page 73: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

73

TAHUN 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan

Pengelolaan dan

Pengendalian OPT

(kali)

1.669

1.282

76,81

2 Adaptasi dan mitigasi

iklim (rekomendasi)

77

71

92,21

3 Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

perlindungan

hortikultura

1.136

913

80,37

4 Peningkatan

pemenuhan

persyaratan teknis

SPS mendukung

ekspor produk

hortikultura (Draft

Pest List)

16

16

100,00

5 Pengembangan

SLPHT (Klp)

660

629 95,30

6 Proporsi luas

serangan OPT utama

hortikultura terhadap

total luas panen

- Maksimal luas 5,0 1,94 257,70

Page 74: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

74

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

serangan terhadap

luas panen (%)

Page 75: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

75

Lampiran 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Dibandingkan Luas Panen Hortikultura Tahun 2010-2014

No. Uraian

Nilai LS/LP *) (+/-),

2014 -

2013 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Buah-buahan

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT,

LS (ha)

Porsi LS/LP (%)

601.786,6

111.687

1,9

191.440

1.970,73

1,03

189.755,8

4.598,07

2,5

110.654,80

2.567,05

2,3

100.793,67

3.147,54

3,12

0,82

2. Sayuran

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT,

LS (ha)

Porsi LS/LP (%)

1.057.046

,9

31.246,7

2,96

587.747

27.117

4,61

511.672

24.862,5

4,9

460.000

20.568,20

4,5

519.806,3

20.901,1

4,00

(0,5)

3. Florikultura

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT,

LS (ha)

Porsi LS/LP (%)

3.973,1

5,45

0,14

24.829.454

62.945

0,25

4.418.765,5

62.976,7

1,5

2.800.000

6.600

0,24

1.110.518

3.918

0,35

0,11

4. Tanaman Obat

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT,

LS (ha)

Porsi LS/LP (%)

24.720,7

2.941,8

11,9

138.190.953

607.000

0,44

34.971,2

48,20

0,2

32.000

92,6

0,28

26.930

82.4

0.30

0,02

Rerata 4,23 1,59 2,28 1,83 1,94 0,11

Keterangan : Nilai LS / LP, proporsi luas serangan terhadap luas panen

Capaian Proporsi Luas Serangan OPT Terhadap Luas Panen, sampai

dengan 21 November 2014, rata-rata adalah 1,94 % dengan kisaran antara

0,30 % - 4,00 %, meliputi OPT buah 3,12 %, OPT Sayuran 4,00 %, OPT

Florikultura 0,35 % dan OPT tanaman obat 0,30 %. Proporsi luas serangan

OPT hortikultura TA 2014 naik 0,11 % dibandingkan dengan luas serangan TA

2013 (1,83 %). Luas serangan OPT hortikultura TA 2014 sebesar 1,94% dan

telah mencapai di atas target sebesar 257,77% bila dibandingkan dengan

target Penetapan Kinerja (PK) 5 % per tahun. Perbandingan proporsi luas

Page 76: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

76

serangan OPT terhadap luas panen hortikultura 5 tahun terakhir (2010 –

2014*) sebagai berikut.

Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas

Panen

No Komoditas Proporsi Luas serangan dibandingkan

Luas Panen (%) 2010 2011 2012 2013 2014

1 Buah-buahan 1,90 1,03 2,50 2,30 3,12 2 Sayuran 2,96 4,61 4,90 4,50 4,00 3 Florikultura 0,14 0,25 1,50 0,24 0,35 4 Tanaman Obat 11,49 0,44 0,20 0,28 0,30 Rata-rata 4,23 1,59 2,28 1,83 1,94

Target 5,0 4,5 5,0 5,0 5,0

Sumber : Direktorat Perlindungan Hortikultura

Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas Panen (2010-2014)

- Proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen untuk komoditas

hortikultura 5 tahun terakhir (2010 – 2014*) umumnya telah mencapai di

atas target, yaitu sebesar antara 1,59-4,23% atau 118,20-283,00%

terhadap target yang ditetapkan dengan luas serangan maksimal antara

4,5-5%.

2010 2011 2012 2013 2014*

Buah-buahan 1,9 1,03 2,5 2,3 3,12

Sayuran 2,96 4,61 4,9 4,5 4

Florikultura 0,14 0,25 1,5 0,24 0,35

Tanaman Obat 11,49 0,44 0,2 0,28 0,3

0

2

4

6

8

10

12

14

LS/L

P

Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas Panen (2010-2014*)

Page 77: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

77

Dalam rangka menunjang kegiatan sistem perlindungan tanaman maka

dibutuhkan kelengkapan kerja pendukung dan fasilitas yang memadai agar

penyelenggaraan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Tersedianya sarana dan

prasarana kerja yang memadai sangat berpengaruh terhadap kinerja

perlindungan hortikultura baik di pusat maupun di daerah.

Page 78: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

78

Lampiran 6. Daftar Laporan OPT dan Bencana Alam Hortikultura Tahun 2014

No Provinsi Bulan %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. NAD √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

2. Sumut √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

3. Sumbar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

4. Riau √ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 66,60

5. Jambi √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,60

6. Sumsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

7. Bengkulu √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

8. Lampung √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

9. DKI Jakarta √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

10. Jabar √√ √√ √√ √√ √√ √ √ √√ √√ √ 70,80

11. Jateng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

12. DIY √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

13. Jatim √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

14. Bali √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

15. NTB √ √ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

16. NTT √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

17. Kalbar √√ √√ √√ √√ √ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 91,60

18. Kalteng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 83,30

19. Kalsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

20. Kaltim √√ √√ √√ √√ √√ √√ 50,00

21. Sulut √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

22. Sulteng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,60

23. Sulsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

24. Sultra √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 75,00

25. Sulbar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,60

26. Maluku √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

27. Malut 0

28. Papua √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 83,30

29. Papua Barat √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

30. Banten √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

31. Gorontalo √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

32. Babel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 100

Rata-rata 90,10

Page 79: BAB I PENDAHULUANsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITLIN 2014.pdf · - Laporan triwulan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana

79

Lampiran 7. Daftar Lokasi Kegiatan Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura dengan Sistem SPS-WTO di 14 Provinsi Tahun 2014

No. UPTD BPTPH Komoditas

1. Jawa Barat Mangga, manggis, paprika

2. Jawa Tengah Mangga, salak, obat

3. DI Yogyakarta Salak, Buah Naga

4. Jawa Timur Mangga, Paprika, Pepaya

5. DKI Jakarta Anggrek

6. Sumatera Utara Jeruk

7. Sumatera Barat Manggis, Raphis excelsa

8. Riau Manggis, sayuran daun

9. Lampung Pisang

10. Bali Mangga

11. NTB Mangga, Manggis

12. Kalimantan Barat Nenas

13. Sulawesi Selatan Cabai

14. Sulawesi Utara Kentang, Kubis