bab i
DESCRIPTION
sfasfafadTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain
bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi
lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia neonatorum menempati penyebab
kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum
dapat menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. (Cunningham, 2006)
Asfiksia perinatal merupakan masalah klinis yang serius secara global.
Setiap tahun sekitar 4 juta bayi lahir mengalami sesak napas. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), kejadian asfiksia neonatorum adalah sekitar 3% yaitu
dari 130 juta bayi baru lahir setiap tahun secara global (Memon, 2012).
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini ditemukan
baik di lapangan atau di rumah sakit rujukan di Indonesia (Wiknjosastro, 2010).
Kejadian asfiksia neonatorum masih menjadi masalah serius di Indonesia. Salah
satu penyebab tingginya kematian bayi di Indonesia adalah asfiksia neonatorum
yaitu sebesar 33,6%. Angka kematian karena asfiksia di Rumah Sakit Pusat
Rujukan Propinsi di Indonesia sebesar 41,94% (Tahir, 2012).
Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran
hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena
asfiksia. Di daerah pedesaan Indonesia angka kejadian asfiksia neonatorum
1
2
sebanyak 31-56,5%. Dan asfiksia menjadi penyebab 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun (Tahir, 2012).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marsofely dkk (2011),
menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini akan
mengalami peningkatan kejadian asfiksia pada bayinya.
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan (37 minggu). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun
kehamilan preterm. Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi seperti
persalinan prematur, infeksi, deformitas janin dan dapat menyebabkan terjadinya
oligohidroamnion yang akan menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidroamnion, semakin sedikit ketuban, janin akan semakin gawat (Sarwono,
2011).
Menurut F.Nili (2003), ketuban pecah dini terjadi pada 3% kehamilan dan
menyebabkan sekitar 25-30% dari semua kelahiran prematur. Ketuban pecah dini
mempersulit 3% dari seluruh kehamilan dan terjadi pada sekitar 150.000
kehamilan setiap tahun di Amerika Serikat
Menurut Wahyuni (2009), kejadian ketuban pecah dini di indonesia
sebanyak 35,7% - 55,3% dari 17.665 kelahiran (Damarati, 2011). Berdasarkan
survey awal penulis pada tanggal 17 Februari 2014 diperoleh informasi bahwa
sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan Ketuban Pecah
Dini terhadap kejadian asfiksia di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara, dari survey awal tersebut peneliti juga mendapat data bahwa angka
3
kejadian Ketuban Pecah Dini tergolong tinggi. Data yang diperoleh dari hasil
laporan rekam medik Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
bahwa insidensi Ketuban pecah dini pada tahun 2012 berjumlah 282 kasus dan
pada tahun 2013 jumlah kasusnya menurun menjadi 169 kasus. Sedangkan kasus
asfiksia tahun 2012 sebanyak 46 kasus dan pada tahun 2013 jumlah kasusnya
meningkat menjadi 74 kasus, hal ini mengalami kenaikan kasus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin meneliti
mengenai “Hubungan Ketuban pecah dini terhadap kejadian asfiksia neonatorum
di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun 2012-
2013”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian
asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Periode tahun 2012-2013.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka didapatkan pertanyaan
penelitian “Bagaimana hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian
asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Periode tahun 2012-2013 ?”
4
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia
neonatorum pada di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Periode tahun 2012–2013.
1.4.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Distribusi frekuensi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara Periode tahun 2012–2013
2. Distribusi frekuensi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara Periode tahun 2012–2013
3. Hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum
pada di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Periode
tahun 2012–2013.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bahan pembelajaran untuk mahasiswa kedokteran Universitas Malikussaleh
dan juga sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Memberikan pengetahuan kepada staf kesehatan Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara tentang hubungan ketuban pecah dini terhadap
kejadian asfiksia.
5
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada staf kesehatan
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara untuk
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) secara menyeluruh sesuai dengan program pemerintah.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi kepada
tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memahami hubungan ketuban
pecah dini terhadap kejadian asfiksia neonatorum, dan dapat digunakan untuk
menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya.
3. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan khususnya ibu
hamil agar selalu melakukan antenatal care secara teratur agar mudah
dideteksi kelainan-kelainan yang terjadi misalnya saja seperti kelainan letak
pada janin agar tidak terlambat dalam melakukan pertolongan persalinan.