bab i

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim tropis dan letak lautan Indonesia yang berada di khatulistiwa menyebabkan laut Indonesia kaya akan sumberdaya ikan. Di samping itu kondisi oseanografi dan topografi dasar perairan laut Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dilihat dari segi oseanografi laut Indonesia memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Sedangkan ditinjau dari segi topografi dasar perairan khususnya perairan pantai, laut Indonesia mempunyai tipe yang bervariasi antara daerah yang satu dengan yang lainnya seperti, dasar yang datar, landai, curam dengan dasar berpasir, pasir berlumpur, berkarang dan berbatu. Tentunya perbedaan-perbedaan kondisi perairan ini, membawa dampak terhadap penyebaran jenis-jenis ikan sebagai tempat hidupnya. Hal ini disebabkan karena untuk setiap jenis ikan memiliki karakteristik lingkungan sendiri sebagai habitatnya. Menurut Subani dan Barus (1989), adanya perbedaan sumberdaya ikan, kondisi oseanografi dan topografi dasar 1

Upload: hery-purwanto

Post on 10-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Serat sintetis yang banyak digunakan untuk membuat alat tangkap adalah polyamide (PA) dan polyethylene (PE). Penggunaan serat PA pada alat tangkap tertentu adalah hampir di seluruh bagian alat tangkap. Menurut Murdiyanto (1975) serat PA adalah yang paling cocok atau umum untuk pembuatan berbagai macam alat tangkap ikan. Hal ini karena PA lebih lentur dan lebih mulur daripada serat lainnya. Klust (1987), dalam tulisannya menyebutkan bahwa sifat benang PA adalah daya tarik putus bersimpul dalam keadaan basah tertinggi, cukup mulur dan elastis, diameter kecil dan tahan gesekan.

TRANSCRIPT

Page 1: bab I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iklim tropis dan letak lautan Indonesia yang berada di khatulistiwa

menyebabkan laut Indonesia kaya akan sumberdaya ikan. Di samping itu kondisi

oseanografi dan topografi dasar perairan laut Indonesia juga memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Dilihat dari segi oseanografi laut Indonesia

memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Sedangkan ditinjau dari segi topografi

dasar perairan khususnya perairan pantai, laut Indonesia mempunyai tipe yang

bervariasi antara daerah yang satu dengan yang lainnya seperti, dasar yang

datar, landai, curam dengan dasar berpasir, pasir berlumpur, berkarang dan

berbatu. Tentunya perbedaan-perbedaan kondisi perairan ini, membawa dampak

terhadap penyebaran jenis-jenis ikan sebagai tempat hidupnya. Hal ini

disebabkan karena untuk setiap jenis ikan memiliki karakteristik lingkungan

sendiri sebagai habitatnya.

Menurut Subani dan Barus (1989), adanya perbedaan sumberdaya ikan,

kondisi oseanografi dan topografi dasar perairan membawa dampak terhadap

cara-cara penangkapan ikan terutama dalam penggunaan alat tangkap dan

teknologi penangkapannya. Pemilihan alat tangkap dan teknologi penangkapan

harus disesuaikan dengan jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan,

tingkah laku ikan dan sifat-sifat dari ikan. Hal ini sangat penting untuk

diperhatikan, meskipun diakui bahwa sebagian dari jenis biota lain yang tidak

termasuk sasaran, kadangkala ikut tertangkap secara kebetulan.

1

Page 2: bab I

Di samping hal-hal tersebut di atas, keberhasilan suatu penangkapan ikan

juga harus diimbangi dengan pemilihan bahan dan material yang sesuai.

Pemilihan bahan untuk suatu alat tangkap harus disesuaikan dengan jenis alat

tangkap, jenis ikan sasaran, cara operasi penangkapan, dan syarat-syarat lain

yang telah ditentukan. Hampir semua alat tangkap saat ini terbuat dari serat

sintetis. Serat sintetis memiliki banyak kelebihan dibanding serat alami, seperti

tahan lama, perawatan lebih mudah, lebih tahan terhadap pembusukuan

walaupun terendam lama secara terus-menerus di dalam air dan resistance

terhadap pengaruh cuaca. Pemilihan serat sintetis yang akan digunakan sebagai

bahan alat tangkap disesuaikan dengan tujuan penggunaan alat tangkap

tersebut. Untuk rawai dibutuhkan serat yang memiliki ketahanan putus dan

kemuluran yang tinggi. Untuk membuat trawl dibutuhkan serat yang tahan

terhadap gesekan dan memiliki nilai kekuatan putus yang tinggi. Untuk membuat

gillnet dibutuhkan serat yang tipis, elastis dan warnanya tidak mencolok, dan lain

sebagainya.

Material dari alat tangkap ikan sehubungan dengan pemakaiannya secara

praktis menghendaki beberapa persyaratan tertentu. Maka perlulah untuk

mengetahui apa-apa saja yang menjadi sifat-sifat material tersebut. Sifat ini akan

berbeda untuk berbagai macam atau jenis material. Setiap material akan memiliki

karakteristiknya sendiri-sendiri dibandingkan dengan jenis material yang lain

(Murdiyanto, 1975).

Serat sintetis yang banyak digunakan untuk membuat alat tangkap adalah

polyamide (PA) dan polyethylene (PE). Penggunaan serat PA pada alat tangkap

tertentu adalah hampir di seluruh bagian alat tangkap. Menurut Murdiyanto

(1975) serat PA adalah yang paling cocok atau umum untuk pembuatan berbagai

2

Page 3: bab I

macam alat tangkap ikan. Hal ini karena PA lebih lentur dan lebih mulur daripada

serat lainnya. Klust (1987), dalam tulisannya menyebutkan bahwa sifat benang

PA adalah daya tarik putus bersimpul dalam keadaan basah tertinggi, cukup

mulur dan elastis, diameter kecil dan tahan gesekan.

Berbeda dengan PA, penggunaan serat PE lebih sedikit dan terbatas

pada bagian-bagian tertentu saja, meskipun ada beberapa alat seperti trawl dan

cantrang yang keseluruhan bagiannya terbuat dari bahan PE. Penggunaan serat

PE sebagai bahan alat tangkap lebih sering dikombinasikan dengan bahan

lainnya. Secara umum serat PE dibutuhkan untuk bagian-bagian alat tangkap

yang membutuhkan kekuatan yang tinggi misalnya pada bagian tali ris, tali

pelampung dan tali pemberat. Untuk alat tangkap tertentu seperti gillnet, pukat

cincin, dan trammel net yaitu pada bagian selvedge banyak digunakan serat PE

walaupun ada juga yang menggunakan bahan lain seperti PA, namun dengan

catatan bahwa alat tersebut keseluruhan bagiannya terbuat dari serat PA dan

menggunakan nomor benang yang lebih besar.

Menurut Sadhori (1984), bahan selvedge biasanya dipilih bahan yang

lebih kaku dari bahan jaring utama seperti PE. Dalam penerapannya untuk

pembuatan suatu alat tangkap, kedua serat ini lebih sering dikombinasikan.

Dalam pembuatan suatu jaring dibutuhkan simpul-simpul untuk

membentuk suatu mata jaring dan menyatukan mata jaring. Selain itu simpul juga

dibuat dengan tujuan agar mata jaring tidak mudah bergeser sehingga ukuran

mata jaring tidak akan berubah karena pengaruh operasi penangkapan. Selain

pada jaring, pemakaian simpul juga dibutuhkan untuk alat tangkap long line yaitu

menghubungkan antara mine line dengan mine line, mine line dengan branch

line, branch line dengan sekiyama, dan sekiyama dengan wire leader.

3

Page 4: bab I

Keberadaan simpul pada alat tangkap dapat menambah kekuatan putus bahan

akan tetapi simpul juga dapat menambah berat jenis alat tangkap dalam air dan

memperbesar kemungkinan terjadinya gesekan dengan dasar perairan. Ada

beberapa jenis simpul yang umum digunakan untuk pembuatan suatu alat

tangkap, yaitu reef knot, english knot (weaver’s knot) dan double english (double

weaver’s) knot. Dari jenis simpul yang berbeda akan memberikan nilai kekuatan,

kemuluran dan kestabilan simpul yang berbeda untuk masing-masing jenis

bahan. Maka dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian labolatoris terhadap

kemuluran, kekuatan tarik benang bersimpul dan kestabilan simpul pada

berbagai macam simpul dari jenis bahan yang berbeda.

1.2. Permasalahan

Keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan sangat ditentukan oleh

ketepatan dalam membuat desain konstruksi, pemilihan bahan, cara

pengoperasian, metode penangkapan dan ketepatan dalam penentuan fishing

ground. Sedangkan standar efisiensi usaha penangkapan tidak cukup hanya

dengan menitik beratkan pada metode dan teknologi penangkapan saja, akan

tetapi perlu juga diperhatikan bahan dari alat yang digunakan. Untuk setiap alat

tangkap membutuhkan karakteristik bahan dan ukuran bahan yang berbeda-

beda. Perbedaan ini didasarkan atas fungsi pada masing-masing bagian dari alat

tersebut. Adanya perbedaan beban kerja dan fungsi pada masing-masing bagian

alat ini mengharuskan nelayan umumnya dan para pembuat jaring khususnya

untuk jeli dalam menentukan jenis bahan dan ukuran yang sesuai untuk

pembuatan suatu alat tangkap. Untuk bagian alat tangkap yang memiliki beban

4

Page 5: bab I

kerja terbesar tentunya membutuhkan bahan dengan nomor benang yang lebih

besar, sehingga akan memberikan kekuatan yang besar.

Untuk bagian alat tertentu juga dibutuhkan simpul-simpul untuk

menyatukan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjadikan

bagian-bagian tersebut dapat menyatu dengan kuat. Pada alat yang berupa

jaring, setiap mata jaring terdiri dari simpul-simpul yang membentuk sudut-sudut

tertentu yang berfungsi untuk menjaga ukuran mata jaring agar tidak berubah

(stabil).

Keberadaan simpul pada bagian atau alat tertentu akan dapat

memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap kekuatan dan kemuluran

bahan tergantung dari beban kerja yang dikenakan pada bagian alat tersebut.

Pada prinsipnya, bahan yang diberi simpul dapat memberikan kekuatan yang

lebih besar daripada bahan tanpa simpul. Namun dalam penerapan terhadap

suatu alat tangkap, adanya simpul-simpul ini justru akan memicu terhadap

adanya kerusakan bahan akibat pengaruh kerja alat, terutama untuk alat yang

ditarik yang menyebabkan simpul-simpul tersebut bergesekan dengan dasar

perairan. Kerusakan pada simpul akan dapat mempercepat kerusakan bahan

yang menyebabkan turunnya kekuatan dan kemuluran akibat serat yang menjadi

aus.

1.3. Pendekatan Masalah

Efisiensi dan Efektifitas berkaitan erat dengan pemilihan bahan yang

digunakan untuk pembuatan alat tangkap. Ketepatan dalam pemilihan bahan

suatu alat tangkap akan menjadikan alat tersebut menjadi tepat guna dan tahan

lama. Untuk jenis alat yang berbeda membutuhkan jenis dan karakteristik bahan

5

Page 6: bab I

yang berbeda. Begitu juga untuk bagian yang berbeda, juga akan membutuhkan

bahan dan nomor benang yang berbeda sesuai dengan fungsi dan beban kerja

masing-masing. Untuk pembuatan suatu alat tangkap bahan yang paling populer

digunakan adalah bahan yang berasal dari serat sintetis. Ada banyak

keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan serat sintetis sebagai bahan

alat tangkap, seperti tahan lama, perawatan lebih mudah, tahan terhadap

pembusukan, tidak terpengaruh cuaca sehingga menjadikan bahan menjadi awet

dan tahan lama.

Bahan baku untuk pembuatan alat tangkap yang banyak digunakan

adalah Polyamide (PA) dan Polyethilene (PE). Dalam penerapannya bahan PA

dan PE dapat digunakan secara tersendiri atau dikombinasikan. Untuk bahan PA

yang penggunaannya secara tersendiri sudah umum diterapkan pada berbagai

alat tangkap, sedangkan untuk bahan PE penggunaannya hanya terbatas pada

alat tertentu saja. Untuk alat tangkap yang dibuat dengan mengkombinasikan

antara PA dan PE, pemakaian PE hanya terbatas untuk bagian-bagian tertentu

saja misalnya untuk bagian selvedge, tali ris, tali pelampung dan tali pemberat.

Ada pengaruh jenis simpul dan nomor benang berbeda dari jenis bahan

yang berbeda terhadap kekuatan, kemuluran dan kestabilan simpul. Untuk

mengetahui perbedaan terhadap nilai kekuatan, kemuluran dan kestabilan simpul

tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengujian dalam skala laboratorium.

Sampel yang dipergunakan adalah bahan baru dari jenis PA dan PE dengan

beberapa nomor benang yang berbeda untuk masing-masing bahan uji. Dengan

pengujian ini maka akan dapat diketahui perbedaan kekuatan, kemuluran dan

kestabilan simpul dari tiga jenis simpul yang berbeda (reef knot, english knot dan

double english knot). Masing-masing sampel akan diuji dengan mesin penguji

6

Page 7: bab I

ketegangan (Tensile Strength Tester) dan data hasil pengujian dianalisa untuk

pembuatan referensi dan direkomendasikan untuk keperluan pemilihan bahan

dan penentuan jenis simpul yang sesuai dalam pembuatan jaring, pukat dan

rawai.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis simpul yang berbeda terhadap nilai

knot breaking strength dan elongation at break.

2. Untuk mengetahui pengaruh jenis simpul dan bentuk kombinasi terhadap

nilai knot breaking strength dan elongation at break.

3. Untuk mengetahui pengaruh jenis simpul dan bentuk kombinasi terhadap

knot stability.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai sumber informasi

bagi nelayan khususnya dan bagi perancang alat tangkap umumnya dalam

melakukan pemilihan bahan, penentuan nomor benang untuk bagian alat

tangkap yang berbeda dan penentuan jenis simpul yang sesuai untuk jenis

bahan, jenis alat tangkap dan bagian alat yang berbeda. Disamping itu juga

untuk memperluas referensi tentang ilmu bahan yang berkenaan dengan

perbedaan kekuatan, kemuluran dan kestabilan simpul akibat pengaruh jenis

simpul dan kombinasi nomor dan bahan yang dapat dijadikan sebagai acuan

atau rujukan dalam usaha pembuatan alat tangkap.

7