bab i

18
BAB I TINJAUAN TEORI 1.1. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008 : 633). Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (Mansjoer, 2000 : 82). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner & Suddarth, 2000 : 496). Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000). Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996). Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh bakteri Stapilokokus aureus , Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes . Dengan karakteristik sebagai berikut : a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis b. Mengenai pembuluh limfe permukaan c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas 1.2. Klasifikasi Selulitis dapat digolongkan menjadi: a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat. b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung

Upload: yurichoherawan

Post on 09-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB ITINJAUAN TEORI

1.1. PengertianSelulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008 : 633).Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (Mansjoer, 2000 : 82).Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner & Suddarth, 2000 : 496).Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000).Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A danStreptokokus piogenes. Dengan karakteristik sebagai berikut :a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutisb. Mengenai pembuluh limfe permukaanc. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas1.2. KlasifikasiSelulitis dapat digolongkan menjadi:a. Selulitis Sirkumskripta Serous AkutSelulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif AkutProsesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.c. Selulitis Difus AkutDibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:1. Ludwig’s Angina2. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid3. Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal4. Selulitis Fasialis Difus5. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya6. Selulitis Kronis

Page 2: BAB I

Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.7. Selulitis Difus yang Sering DijumpaiSelulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s. Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.1.3. EtiologiPenyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :a. Infeksi bakteri dan jamur :1. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas Hydrophila.4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)b. Penyebab lain :1. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.2. Kulit kering3. Eksim4. Kulit yang terbakar atau melepuh5. Diabetes6. Obesitas atau kegemukan7. Pembekakan yang kronis pada kaki8. Penyalahgunaan obat-obat terlarang9. Menurunnyaa daya tahan tubuh10. Cacar air11. Malnutrisi12. Gagal ginjal1.4. Faktor Resikoa. UsiaSemakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.b. Melemahnya Sistem Immun (Immunodeficiency)Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.c. Diabetes Mellitus

Page 3: BAB I

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.d. Cacar dan Ruam SarafKarena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.e. Pembangkakan Kronis Pada Lengan Dan Tungkai (Lymphedema)Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.f. Infeksi Jamur Kronis Pada Telapak atau Jari KakiInfeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masukg. Penggunaan Steroid KronikContohnya penggunaan corticosteroid.h. Penyalahgunaan Obat dan AlcoholMengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.i. MalnutrisiSedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.1.5. PatofisiologiBakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan olehStreptokokus grup A, Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.1.6. Pathway

Page 5: BAB I

1.7. Manifestasi KlinisSelulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.Gejala lainnya adalah:a. Demamb. Menggigilc. Sakit kepalad. Nyeri otote. Tidak enak badanMenurut Mansjoer (2000 : 82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya, bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.1.8. Pemeriksaan PenunjangTidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :a. Daerah penyebaran belum luasb. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeric. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea, tachycardia,hypotensi.d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.b. BUN levelc. Creatinine leveld. Culture darahe. Pembuangan luka

Page 6: BAB I

1. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.1.9. Penatalaksanaan MedisRawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian kompres lembab hangat (Long, 2006 : 670).Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:a. penderita berusia lanjutb. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnyac. demam tinggi.Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.1.10. PencegahanJika memiliki luka :a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan airb. Oleskan antibioticc. Tutupi luka dengan perband. Sering-sering mengganti perban tersebute. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksiJika kulit masih normal :a. Lembabkan kulit secara teraturb. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hatic. Lindungi tangan dan kakib. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial1.11. Komplikasia. Bakteremiab. Nanah atau local Abscessc. Superinfeksi oleh bakteri gram negatived. Lymphangitise. Trombophlebitisf. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

Page 7: BAB I

BAB IITINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Pengkajian dan Anamnesaa. IdentitasMenyerang sering pada lingkungan yang kurang bersihb. Riwayat Penyakit1. Keluhan utamaPasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise2. Riwayat penyakit dahuluDitanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.3. Riwayat penyakit sekarangTerdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap4. Riwayat penyakit keluargaBiasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnyac. Keadaan Emosi PsikologiPasien tampak tenang,dan emosional stabild. Keadaan social ekonomiBiasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhanae. Pemeriksaan fisik1. Keadaan umum : LemahTD : Menurun (< 120/80 mmHg)Nadi : Turun (< 90)Suhu : Meningkat (> 37,50)RR : Normal2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat6. Telinga : Tidak ada serumen7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar8. Jantung : Denyut jantung meningkat9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.2.2. Diagnosis Keperawatana. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit

Page 8: BAB I

b. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemikc. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.d. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan2.3. Intervensi KeperawatanTujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu tubuh, peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan suhu tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien furunkel.

Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasiKriteria evaluasi :Skala nyeri stabil (0-3)a. Secara subjektif melapor nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.b. Skala nyeri 0-4c. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyerid. Pasien nampak rileks

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parametar dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan yang telah dilakukan

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Atur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang mengalami selulitis

Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami peradangan subkutan. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang berlawanan

Page 9: BAB I

dengan letak dari selulitis.

Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jeringan yang mengalami peradangan.

Lakukan kompres Pemberian kompres pada area inflamasi dengan cairan NaCl 0,9% bertujuan meningkatkan integritas jaringan dan menurunkan respons nyeri.

Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung

Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endofrin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.

Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada

Page 10: BAB I

saat nyeri berupa sentuhan berupa sentuhan dukungan psikologis bertujuan untuk membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik Terapi antibiotik sistemik, yang dipilih berdasarkan pemeriksaan sensitivitas umumnya diperlukan. Preparat oral penisilin dan eritromisin juga efektif untuk mengatasi selulitis

Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien menunujukkan penurunan suhu tubuh.Kriteria evaluasi :a. TTV dalam batas normalTD : 120/80 mmHgN : 60-100x/menitS : 36.5oC – 37oCRR : 16-24 x/menitb. Tidak terjadi demamc. Intake–output seimbang

Intervensi Rasional

Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi permapasan dan denyut nadi.

Menunjukkan status sirkulasi tubuh

Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi

Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi. Mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dari peningkatan laju

Page 11: BAB I

metabolisme tubuh

Berikan kompres hangat Membantu menurunkan suhu tubuh

Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Memberikan rasa nyaman dan mempercepat proses penurunan suhu tubuh

Anjurkan klien untuk bedrest total Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga suhu semakin meningkat.

Pertahankan cairan IV sesuai program Mendukung dan memperbesar volume sirkulasi, terutama jika masukan oral tidak adekuat

Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi demam dan respon hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan takkasat mata

Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien menunjukkan tidak terjadi infeksiKriteria evaluasi :a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi (kalor, rubor, tumor, dolor)b. TTV dalam batas normalTD : 120/80 mmHgN : 60-100x/menitS : 36.5oC – 37oCRR : 16-24 x/menitc. Leukosit dalam batas normal

Intervensi Rasional

Observasi adanya tanda – tanda infeksi. Melihat perkembangan dari terapi yang telah diberikan.

Observasi tanda – tanda vital. Menunjukkan sirkulasi tubuh.

Page 12: BAB I

Rawat luka klien dengan prinsif aseptik. Mencegah terpajan pada organisme infeksius.

Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan diri. Menurunkan resiko infeksi.

Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.

Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi

Untuk mencegah hal – hal yang dapat mengancam infeksi

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat betadine.

Antimikrobial spektrum luas tetapi nyeri pada pemakaiaannya, dapat menyebabkan asidosis metabolik/ peningkatan absorpsi iodin, dan merusak jaringan rapuh.

Berikan Silver nitrat sesuai anjuran dokter Efektif untuk melawan staphylococcus aureus, Escheria coli, dan Pseudomonas aeroginosa, tetapi mempunyai penetrasi jaringan buruk, nyeri, dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotok sistemik.

Antibiotik sistemik diberikan untuk mengontrol patogen yang teridentifikasi oleh kultur/sensitivitas.

Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien menunjukkan perbaikan integritas kulitKriteria evaluasi :a. Menunjukkan regenerasi jaringanb. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya

Intervensi Rasional

Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan Memberikan informasi

Page 13: BAB I

jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area luka infeksi.

Tinggikan area infeksi bila mungkin/tepat. Menurunkan pembengkakan.

Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan

Gerakan jaringan area infeksi dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.

Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Membantu proses penyembuhan

2.4. Implementasi KeperawatanMenyesuaikan dengan intervensi.

2.5. Evaluasi1. Terjadi penurunan respons nyeri2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.3. Tidak terjadi infeksi.4. Peningkatan integritas jaringan kulit

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus FKUIBrunner & Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Jakarta: EGCDoenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGCKurt J, Isselbacher, dkk. (2009). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran BandungMuttaqin, Arif dan Sari, Kumala. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.Novriani, Erni. 2008. Laporan Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30.