bab i
DESCRIPTION
toksikologi hewanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu, toksikologi merupakan ilmu antarbidang, yang ruang lingkup pokok
kajiannya digolongkan menjadi toksikologi lingkungan, ekonomi, dan kehakiman (forensik).
toksikologi mempelajari kerusakan atau cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia)
yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya,
tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia
yang merugikan terhadap organisme. Untuk memahami permasalahan toksikologi diperlukan
pengetahuan tentang pemahaman terhadap asas umum toksikologi, aneka kondisi atau faktor
yang mempengaruhi ketoksikan racun, mekanisme wujud sifat efek toksik racun dan lain-
lain.
Pada dasarnya keracunan suatu senyawa diawali oleh masuknya senyawa tersebut
kedalam tubuh yang kemudian terdistribusi sampai ke sel sasaran tertentu. Akibat interaksi
antar senyawa dengan sel sasaran mnyebabkan terjadinya gangguan fungsi, biokimia,
perubahan struktur sel akibat dari wujud efek toksik senyawa tersebut. Misalnya teratogenik,
mutagenik, karsinogenik, penyimpangan metabolik, ketidaknormalan perilaku dan lain
sebagainya.
Efek toksik suatu racun terjadi akibat interaksi antar racun dan tempat aksinya secara
langsung atau tidak langsung. Tingkat toksik atau ketoksikan racun tersebut ditentukan oleh
keberadaanya di tempat aksi dan keefektifan antaraksinya dengan tempat aksi itu.
Keberadaan racun ditempat aksi tertentu ditentukan oleh keefektifan translokasi (absorbsi,
distribusi, dan eliminasinya) dalam tubuh.
Memahami mekanisme aksi toksik racun dalam tubuh berguna untuk mengetahui
penyebab timbulnya keracunan yang berkaitan dengan wujud dan sifat toksik yang terjadi.
Penegtahuan tentang wujud dan sifat toksik berguna untuk memahami tolak ukur ketoksikan
racun yang pada dasarnya merupakan kekerabatan antar pemejanan dan wujud serta sifat efek
toksik.
1. 2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana respon dan perubahan dalam tubuh akibat wujud dan sifat efek toksik?
b. Apa saja jenis wujud efek toksik
1. 3 Tujuan
a. Mengetahui respon dan perubahan dalam tubuh akibat wujud da sifat efek toksik
b. Menegtahui jenis wujud efek toksik
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Toksik Secara Umum
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan system biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang
berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya
mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup
untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
2. 2 Respon dan Perubahan Tubuh terhadap Toksik
a. Respon dan perubahan biokimia
Aksin racun atas tempat aksi tertentu didalam tubuh mungkinakan ditanggapi
dengan berbagi respon biokimia. Misalnya peningkatan atau pengurangan aktivitas transport
elektron pembangkit energi di mitokondria, sintesis protein, pergeseran sistem hormonal, dan
lain sebagainya.
Berbagai respon biokimia pada awalnya bersifat adaptif namun bila berlanjut akan
menuju ke berbagai perubahan atau kekacauan biokimia yang bersifat patologis. Selama
mekanisme homeostatis normal dalam makhluk hidupnya masih dapat berkerja maka
perubahan biokimia tersebut lazimya bersifat timbal balik. Artinya bila pemejahan dengan
racun pada makhluk hidup dihentikan maka ketoksikannya juga akan segera hilang.
b. Respon dan perubahan fisiologi (fungsional)
Antaraksi antara racun dan reseptor atau tempat aktif enzim yang terbalikkan,
sering kali dapat mempengaruhi fungsi homeostatis. Misalnya, perubahan tekanan darah
kerena aksi racun pada beta-adrenoseptor. Jadi, respons fisiologi berkaitan erat dengan fungsi
jasmani seperti bernafas, peredaran darah, kontraksi otot, keseimbangan elektrolit, dan lain
sebagainya. Karena itu, perubahan yang terjadi lazimnya disebut perubahan fungsional. Pada
akibatnya perubahan fungsional akibat pemejahan racun bersifat timbal balik. Perubahan
fungsional maupun biokimia sering kali merupakan tahap awal terjadinya perubahan
struktural.
c. Respon hispatologi dan perubahan lingkungan
Racun pada makanan dapat menimbulkan luka seluler melalui aksi langsung pada
sel sasaran atau tak langsung pada lingkungan ekstrasel, menuju ke perubahan morfologi
yang pada akhirnya terwujud sebagai kekacauan struktural. Ada tida rspon histopatologi
dasar sebagai tanggapan terhadap adanya luka seluler, ketiga respon tersebut meliputi
degenerasi, prolifersi, dan inflamasi atau perbaikan. Ketiga respon tersebut menggambarkan
urutan terakhir dari serangkaian peristiwa seluler setelah terjadi luka pada tingkat molekuler
yang dapat diperiksa dibawah mikroskop cahaya dan elektron. Berbagai respon histologi
tersebut mendasari berbagai perubahan morfologi atau struktural dalam berbagai wujud dan
bentuknya seperti nekrosis, karsinogenesis, dan lain sebagainya.
1. Degenerasi
Perubahan yang regresif seperti pengecilan sel atau pengurangan jumlah organel
merupakan aneka ragam respon yang digolongkan sebagai degenerasi. Proses ini
mencakup berbagai macam respon morfologi yang berkisar dari homeostatis
adaptif sampai ke perubahan-perubahan yang tak terbalikkan seperti kematian sel.
Contoh degenerasi adalah atropi, penumpukan intrasel, dan kematian sel
(nekrosis). Atropi merupakan pengecilan sel atau berkurangnya jumlah sel yang
biasanya menyebabkan penyusutan atau pengerutan jaringan atau organ yang
terpengaruh. Akumulasi intrasel merupakan peristiwa diaman terjadi penumpukan
racun dalam sitoplasma atau organel-organel sel, penumpukan intrasel yang paling
sering dijumpai ialah penumpukan air, lemak, dan aneka ragam jenis inklusi.
Nekrosis merupakan kematian sel dalam diri makhluk hidup dan merupakan respon
degenerasi terhadap luka sel yang sering kali dijumpai. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari berbagai macam mekanisme luka sel, baik intrasel (misal sintesis
letal, antaraksi tak terbalikkan) maupun ekstrasel (misal hipoksia).
2. Proliferasi
Adanya tekanan atau luka kimia, sesuatu sel mungkin menaggapi dengan cara
meningkatkan pertumbuhan pada sembarang tingkat struktur, dari tingkat
molekuler sampai tingkat seluler. Proliferasi mencakup aneka ragam respon yang
berkisar dari homeostatis adaptif sampai ke proliferasi yang tak terbalikkan dari
keseluruhan populasi sel, yang dikenal sebagai kanker. Proliferasi dapat dibedakan
menjadi hipertropi dan hiperplasia. Hipertropi adalah respon proliferasi yang
berkaitan dengan pembesaran sel sedangkan hiperplasia berkaitan dengan
pertambahan jumlah sel.
3. Inflamasi dan perbaikan
Inflamsi merupakan sesuatu proses yang dinamis yang luas dan sifatnya
beragam sesuai dengan sifat, tingkat dan lamanya luka. Berbagai proses tersebut
meliputi respon vaskuler, neurologi, humoral, dan seluler pada tempat luka.
Perbaikan merupakan respon yang dinamis yang terdiri dari dua elemen utama
yakni regenerasi dan fibrosis. Inflamasi dan perbaikan sering terjadi bersama-
sama dan kondisi tertentu.
2. 3 Jenis Wujud Efek Toksik
a. Jenis efek toksik berdasarkan perubahan biokimia
Jenis efek toksik ini berkaitan dengan respon dan perubahan atau kekacauan
biokimia terhadap luka sel akibat antaraksi antara racun dan tempat aksi yang terbalikkan.
Termasuk dalam jenis efek toksik ini adalah penghambatan respirasi seluler, perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan gangguan pasok energi.
b. Jenis efek toksik berdasarkan perubahan fungsional
Jenis wujud efek toksik ini berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan
dengan respon atau tempat aktif enzim sehingga mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu.
Termasuk efek toksik ini diantaranya anoksia, gangguan pernafasan, gangguan sistem saraf
pusat, hiper atau hipotensi, hiper atau hipoglikemi, perubahan keseimbangan cairan dam
elektrolit, perubahan kontraksi atau relaksasi otot, dan hipo atau hipertemi.
1. Anoksia
Merupakan keadaan kekurangan atau ketiadaan oksigen dalam jaringan yang
mungkin disebabkan oelh gangguan pernafasan atau sirkulasi darah. Selain itu,
juga dapat disebabkan oleh senyawa yang mampu berikatan langsung dengan
hemoglobin.
2. Gangguan pernafasan
Akibat penyekatan muskular yang disebabkan oleh senyawa-senyawa seperti
penghambat kolinesterase. Misalnya efek toksik insektisida organofosfat malation
sehingga dapat menyebabkan kematian karena penyekatan otot-otot pernafasan
sebagai akibat penumpukan asetilkolin yang berlebihan.
3. Hipertensi atau hipotensi
Merupakan keadaan berubahnya tekanan darah secara drastis yang mungkin
disebabkan oleh racun pada makanan. Misalnya racun nitrit yang memiliki efek
terhadap hemoglobin dan menyebabkan hipotensi.
4. Hiperglikemi atau hipoglikemi
Meupakan keadaan yang berkaitan dengan prubahan keadaan gula darah yang
mungkin disebabkan oleh racun, meskipun jarang dijumpai.
c. Jenis efek toksik berdasarkan perubahan struktural
Termsuk jenis ini diantaranya perlemakan (degenerasi melemak), nekrosis,
karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis.