bab i

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat menyusup ke jaringan tubuh yang normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Seperti penyakit kanker pada umumnya, kanker serviks akan menimbulkan masalah pada kesakitan, penderitaan, kematian finansial dan ekonomi, masalah pada lingkungan kehidupan dan masalah pada pemerintah. Dengan demikian penanggulangan kanker serviks harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi (Roumauli dan Vida, 2012). Di negara maju angka kejadian dan angka kematian kanker mulut rahim masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya (Rasjidi, 2010). Menurut data World Health Organization (WHO) menyatakan saat ini 490.000 perempuan di dunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1

Upload: widia-maulina

Post on 08-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hbbhbhbjbjbvvcgv

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal yaitu tumbuh

sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat menyusup ke jaringan tubuh

yang normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher

rahim. Seperti penyakit kanker pada umumnya, kanker serviks akan menimbulkan masalah

pada kesakitan, penderitaan, kematian finansial dan ekonomi, masalah pada lingkungan

kehidupan dan masalah pada pemerintah. Dengan demikian penanggulangan kanker

serviks harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi (Roumauli dan Vida, 2012).

Di negara maju angka kejadian dan angka kematian kanker mulut rahim masih

menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara) dan

diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya (Rasjidi, 2010).

Menurut data World Health Organization (WHO) menyatakan saat ini 490.000

perempuan di dunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di

negara berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2

menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan

setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam

diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks tiap tahunnya

(Moeloek, 2013).

Sampai saat ini kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan

di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial

ekonomi yang rendah, keterbatasan sumberdaya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis

hispatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam prognosis dari penderita (Rasjidi,

2010).

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan keengganan untuk

melakukan deteksi dini menyebabkan lebih dari 70% mulai menjalani perawatan medis

justru ketika sudah berada kondisi parah dan sulit disembuhkan, hanya sekitar 2% dari

perempuan Indonesia mengetahui kanker serviks (Sabrina, 2009). Cakupan deteksi dini

Page 2: BAB I

kanker serviks baik melalui metode pap smear maupun IVA (Inspeksi Visual Asam

Asetat) masih kurang dari 5%, padahal pemerintah menargetkan cakupan deteksi dini

kanker serviks adalah 85% (Samadi, 2011).

Kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker serviks secara

teratur masih rendah, hasil yang kurang memadai disebabkan beberapa faktor, antara lain

tidak tercakupnya golongan wanita yang mempunyai resiko dan teknik pengambilan

sampel untuk pemeriksaan sitologi yang salah. Ada beberapa faktor yang mendukung

wanita usia subur melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yaitu faktor

pendidikan, faktor pengetahuan dan sumber informasi.

Masalah lain dalam usaha skrinning kanker serviks ialah kengganan wanita diperiksa

karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan,

kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil

pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan

diperiksa oleh Dokter pria ataupun Bidan dan kurangnya sumber informasi yang didapat.

Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan

terhadap pasien dan hubungan yang baik antara Dokter/Bidan. Di samping itu, inovasi

skrinning kanker serviks dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan

bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening interval) merupakan hal lain yang

penting dalam metode skrinning (Febri, 2010).

Salah satu metode deteksi dini kanker serviks ialah metode Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA). Cara lain untuk mendeteksi dini kanker serviks yaitu dengan metode pap

smear, kolposkopi, schillen test, pap-net. IVA merupakan cara sederhana untuk

mendeteksi kanker serviks, skrinning ini relatih lebih murah, cukup akurat, mudah,

praktis, dan cepat. Syarat pemeriksaan dengan metode ini adalah wanita yang sudah

menikah, dan dianjurkan untuk wanita yang berusia 30-50 tahun, karena pada usia tersebut

wanita lebih rentan terkena kanker serviks (Sahrial, 2009). Setelah dilakukan IVA tes,

kanker serviks dan angka kematian karenanya turun sampai 50-60% (Pudiastuti, 2011).

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang didapatkan hasil

rekapitulasi deteksi dini kanker yang dilakukan yaitu kanker payudara dan kanker serviks

jumlah total yang diperiksa sebanyak 487 jiwa dengan rentan usia <30 tahun sampai >50

tahun. Dilihat dari data diseluruh Puskesmas di Kota Pangkalpinang pada bulan Januari

sampai Desember tahun 2015, partisipasi ibu- ibu yang melakukan pemeriksaan IVA di

wilayah kerja Puskesmas Melintang Berjumlah 33 orang. Rentang Usia 30 – 39 tahun

berjumlah 24 orang, Usia 40 – 50 tahun 8 orang, dan Usia >50 tahun 1 orang. Dari jumlah

Page 3: BAB I

33 orang ibu yang melakukan pemeriksaan IVA tahun 2015 di Puskesmas Melintang ada 1

orang ibu yang dinyatakan IVA Positif.

Berdasarkan Data di Puskesmas Melintang, wanita usia subur yang melakukan

pemeriksaan IVA yang tercatat pada bulan Januari sampai awal Mei tahun 2016 sebanyak

40 orang, 2 orang diantaranya positif IVA dan 38 orang lain hasilnya negatif. Berdasarkan

permasalahan tersebut, penyusun tertarik mengambil Kasus dengan judul “ Asuhan

Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny “N” Umur 38 tahun dengan

Pemeriksaan IVA Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Tahun 2016”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” umur 38 tahun

dengan Pemeriksaan IVA Positif di Puskesmas Melintang Tahun 2016 dengan

menggunakan pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” umur

38 tahun dengan Pemeriksaan IVA Positif di Puskesmas Melintang Tahun 2016.

b. Mampu melakukan pengkajian data objektif Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” umur

38 tahun dengan Pemeriksaan IVA Positif di Puskesmas Melintang Tahun 2016.

c. Mampu menegakkan analisa data Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” umur 38 tahun

dengan Pemeriksaan IVA Positif di Puskesmas Melintang Tahun 2016.

d. Mampu melakukan penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” umur 38 tahun

dengan Pemeriksaan IVA Positif di Puskesmas Melintang Tahun 2016.

Page 4: BAB I

C. Manfaat

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Hasil Laporan Kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menambah

pengetahuan bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang dalam bidang

Kebidanan khususnya tentang Gangguan Sistem Reproduksi Pada Pemeriksaan Test

IVA.

2. Bagi Puskesmas Melintang

Hasil Laporan Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk

mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam pendidikan

kesehatan Sistem Reproduksi Pada Pemerikasaan IVA terhadap upaya preventif

(pencegahan) kejadian Ca Cervik.