bab i

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data perokok di Sumatera Utara dapat digambarkan bahwa sekitar 14% perokok mulai pada usia muda ( dibawah 15 tahun), sebanyak 63% perokok yang merokok >10 batang per hari, tertinggi di Sumatera Utara. Persentase di atas rata-rata angka Nasional meliputi 15 provinsi. Sementara anggota rumah tangga di rumah mempunyai resiko terpapar asap rokok. Sebanyak 64% perokok biasa merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga yang lain. 1 Sekitar 1/3 orang remaja dan dewasa di dunia merokok . Sebagian dari mereka yang merokok meninggal akibat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan merokok seperti kanker paru dan PPOK. Di negara-negara yang sedang berkembang, merokok diperkirakan menjadi penyebab tunggal utama dari kematian dini. 2 Saat ini penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) merupakan masalah kesehatan global. Data prevalensi, morbiditas dan mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara akibat pembakaran kayu dan bahan-bahan biomasa lain.

Upload: ricky-jawwa

Post on 14-Apr-2016

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fg

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Data perokok di Sumatera Utara dapat digambarkan bahwa sekitar 14%

perokok mulai pada usia muda ( dibawah 15 tahun), sebanyak 63% perokok yang

merokok >10 batang per hari, tertinggi di Sumatera Utara. Persentase di atas rata-

rata angka Nasional meliputi 15 provinsi. Sementara anggota rumah tangga di

rumah mempunyai resiko terpapar asap rokok. Sebanyak 64% perokok biasa

merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga yang lain.1

Sekitar 1/3 orang remaja dan dewasa di dunia merokok . Sebagian dari

mereka yang merokok meninggal akibat penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan merokok seperti kanker paru dan PPOK. Di negara-negara yang sedang

berkembang, merokok diperkirakan menjadi penyebab tunggal utama dari

kematian dini.2

Saat ini penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) merupakan masalah

kesehatan global. Data prevalensi, morbiditas dan mortalitas berbeda tiap negara

namun secara umum terkait langsung dengan prevalensi merokok dan pada

beberapa negara dengan polusi udara akibat pembakaran kayu dan bahan-bahan

biomasa lain. Prevalensi PPOK cenderung meningkat. Menurut the Latin

American Project for the investigation of Obstructive Lung Disease (PLATINO)

prevalensi PPOK satdium I dan yang lebih parah pada umur > 60 tahun antara

18,4% - 32,1%. Di 12 negara Asia Pasifik prevalensi PPOK stadium sedang berat

pada umur > 30 tahun 6,3%. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab

morbiditas dan mortalitas kronis ke 4 di Amerika Serikat. Global initiative for

chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) meemperkirakan PPOK sebagai

penyebab kematian ke 6 pada tahun 1990 dan akan meningkat menjadi penyebab

ke 3 pada tahun 2020 diseluruh dunia.3

Page 2: BAB I

2

The Asia Pasific COPD Roundtable Group memperkirakan jumlah

penderita PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56,6

juta penderita dengan angka prevalensi 6,3 %. Sementara itu di Indonesia di

perkirakan terdapat penderita dengan prevalensi 5,6 %.3

Pada beberapa dekade lalu mengobati PPOK dianggap seperti

mengerjakan hal yang sia-sia, sebab PPOK diasumsikan sebagai penyakit

progresif, tidak sembuh dan tidak bisa diobati. Saat ini pandangan para ahli telah

berubah, pendekatan PPOK sama seperti mendekati penyakit kronik lain. Survei

kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1995 menyimpulkan,

PPOK menduduki peringkat 5 sebagai penyebab kematian di Indonesia.3

Mengingat hal tersebut, peneliti berharap para remaja di Dusun Paluh

Merbau Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan dapat mengerti bahaya merokok

sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit PPOK yang dapat mengakibatkan

kematian.

1.2. Rumusan Masalah

Dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

ingin mengetahui sejauh mana perilaku remaja terhadap bahaya merokok sebagai

salah satu penyebab PPOK di Dudun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo Kec.

Percut Sei Tuan.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, sikap, tindakan sumber informasi tentang bahaya merokok

sebagai salah satu penyebab terhadap PPOK.

Page 3: BAB I

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku remaja

terhadap :

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok yang

merupakan salah satu penyebab PPOK di Dusun Paluh Merbau Desa

Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap bahaya merokok

yang menyebabkan PPOK di Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo

Kec. Percut Sei Tuan.

3. Untuk Mengetahui bagaimana tindakan remaja dalam terhadap bahaya

merokok sebagai salah satu penyebab PPOK di Dusun Paluh Merbau

Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan

4. Untuk Mengetahui sumber informasi remaja tentang bahaya merokok

sebagai salah satu penyebab terhadap penyakit PPOK di Dusun Paluh

Merbau Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para remaja

tentang bahaya merokok yang menyebabkan PPOK

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan para remaja khususnya mengenai bahaya merokok sebagai salah

satu penyebab penyakit PPOK.

3. Penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan peneliti di bidang

penelitian

Page 4: BAB I

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Definisi

Suatu bahan yang diperbuat daripada tembakau yang dicampur bahan

nikotin dan beberapa bahan kimia lain, dibalut dan dibungkus. Rokok juga

merupakan produk yang berbahaya & adiktif (menimbulkan ketergantungan)

karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya

merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang

terkandung didalam rokok antara lain : tar, karbon monoksida, sianida, arsen,

formaldehide, nitrosamine, dan lain-lain.4

2.1.2 Efek Merokok

Berdasarkan rangsangannya terhadap “chemoreceptors trigger zone” dari

sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari vagal, nikotin yang terkandung

didalam tembakau bisa menyebabkan mual dan muntah. Di lain pihak, nikotin itu

diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya kejalur

imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan perokok akan merasakan rasa

nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih

tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.5

Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau, juga akan mampu

membuat rangsangan hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah

metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan

menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.

Demikian pula faktor stres yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin,

menyebabkan proses penyakit jantung koroner sering terjadi sebagaimana asap

tembakau tadi. Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang

memperdarahi otot jantung, maka ketidakcukupan akan menimbulkan ischemia.5

Page 5: BAB I

5

Nikotin sebagai zat adiktif, menyebabkan perokok gelisah saat otaknya

meminta rokok. Kalau permintaan itu tidak dipenuhi, ia akan gelisah; bila

dipenuhi ketergantungannya semakin bertambah. Dengan kandungan zatnya yang

sangat berbahaya, rokok dapat merusak fungsi pembuluh darah ibu hamil. Karena

itu, gangguan pada level ini sangat bahaya bisa menyebabkan keguguran.

2.1.3 Efek Psikologis Akibat Merokok

Satu hal yang paling sering dialami oleh perokok adalah efek psikologis

nikotin yang membuat seorang merasa harus selalu menghisap asap rokok,

sehingga banyak perokok menjadi terikat pada kebiasaan buruk ini. Otak perokok

yang sangat akrab dengan nikotin secara umum menimbulkan reaksi

ketergantungan. Pada awalnya efek merokok dirasakan dapat menenangkan atau

relaksasi, sehingga otak terdorong untuk selalu merasa nyaman jika telah

mendapat pasokan nikotin.5

Efek lain dari merokok adalah :

1. Menimbulkan arteriosklerosis

2. Chronic Obstruktif Pulmonary Disease ( COPD )

3. Kanker

4. Impotensi

5. Gangguan tukak lambung dan tukak usus 12 jari

6. Gangguan kehamilan

7. Sesak nafas

2.1.4 Dampak Merokok

Didalam masyarakat kini, sepertinya merokok sudah menjadi kebiasaan

yang sulit untuk dihilangkan. Kebiasaan merokok pada sebagian orang biasanya

dipicu oleh citra dalam diri sendiri dan juga dalam pergaulan dalam lingkunga

sosial. Berawal dari ikut-ikutan atau sekedar iseng, lalu menjadi semacam

kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan.5

Page 6: BAB I

6

Menurut WHO, ada 1,3 milyar perokok didunia dan sepertiganya berasal

dari populasi global yang berusia 15 tahun keatas. Masih banyak negara-negara

industri yang menganggap bahwa merokok adalah hal umum. Meski semua orang

mengetahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau, namun

demikian konsumsinya tidak pernah surut.6

Hal yang paling memprihatinkan lagi, adalah usia para perokok setiap

tahun menjadi semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokokmulai SMP,

maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai merokoksecara

diam-diam. Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru, sekitar

56% - 80% merokok menyebabkan PPOK dan sekitar 22% menyebabkan

penyakit kardiovaskular.6

Namun demikian, tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan

penyakit, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal

dengan passive smoking. Telah terbukti bahwa passive smokers pun berisiko

untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma dan penyakit lainnya.

2.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

2.2.1 Defenisi

Penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) menurut Global Initiative for

Chronic Lung Disease (GOLD) adalah penyakit kronik yang ditandai oleh

hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara

biasanya progresif dan ada hubungan dengan respon inflamasi paru terhadap

berbagai partikel noksa dan gas.7

Dalam keadaan eksaserbasi, dapat dilihat terjadinya batuk yang hebat

disertai atau tidak dengan sputum, bahkan dapat terancam terjadi kegagalan

pernapasan. Kegagalan pernapasan hanya ditegakkan atas dasar pemeriksaan gas

darah, tetapi kegagalan pernapasan tetap saja merupakan diagnosis laboratoris,

khususnya didasarkan atas PaO2 dan PaCO2. Dalam keadaan ini terjadi perubahan

pH, keseimbangan asam basa dan elektrolit.7

Page 7: BAB I

7

PCO2 arteri sering kali normal pada pasien dengan PPOK ringan sampai

sedang walaupun ada ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Setiap kecendrungan

untuk meningkatkan PCO2 arteri akan merangsang kemoreseptor sehingga

meningkatkan ventilasi ke alveoli. Ketika penyakit bertambah berat, PCO2 arteri

dapat meningkat.

2.2.2 Klasifikasi

Berdasarkan hasil spirometri keparahan PPOK dibagi menjadi 4 :

1. Stadium I : Ringan FEV1/FVC < 70% ; FEV1 > 80%

2. Stadium II : Sedang FEV1/FVC < 70 % ; 50% ≤ FEV1 < 80%

3. Stadium III : Berat FEV1/FVC < 70 % ; 30% ≤ FEV1 < 50%

4. Stadium IV : Sangat Berat FEV1/FVC < 70 % ; FEV1 < 30%

atau FEV1 < 50% + gagal napas kronik

2.2.3 Patogenesis

Merokok adalah faktor risiko utama PPOK walaupun partikel

noxious inhalasi lain dan berbagai gas juga memberi kontribusi. Merokok

menyebabkan inflamasi paru. Karena sebab yang belum diketahui sampai

sekarang beberapa perokok menunjukkan peningkatan respon inflamasi

normal, protekif dari paparan inhalasi yangh akhirnya smenyebabkan

kerusakan jaringan, gangguan mekanisme pertahanan yang membatasi

destruksi jaringan paru dan memutus mekanisme perbaikan, ini membawa

perubahan berupa lesi patologis yang khas PPOK. Disamping inflamasi

ada proses lain yang juga penting pada patogenesis PPOK adalah

ketidakseimbangan protease dan antiprotease dan stres oksidatif.7

Secara umum telah diterima bahwa merokok merupakan faktor

resiko terpenting PPOK namun hanya 10-20% perokok mengalami

gangguan fungsi paru berat yang terkait PPOK. Faktor genetik di pastikan

berperan pada kerentanan untuk PPOK pada perokok.7

Page 8: BAB I

8

2.2.4 Gambaran Klinis

1. Riwayat Penyakit

Batuk, dahak dan sesak napas merupakan keluhan yang

sering dilaporkan penderita PPOK. Batuk biasanya timbul sebelum

atau bersamaan sesak napas. Dahak umumnya tidak banyak,

bersifat mukoid namun menjadi purulen pada keadaan infeksi.7

Sesak napas terutama waktu mengerahkan tenaga, bila

penyakit progresif bergerak sedikit sudah sesak. Sesak pada PPOK

terjadi akibat hiperinflasi dinamik yang bertambah berat dengan

peningkatana jumlah napas sebagai konsekuensinya untuk

menghindari sesak banyak pasien menghindari pengerahan tenaga.7

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda :

hiperinflasi paru, pengunaan otot sekunder, perubahan pada napas

dan suara napas yang abnormal.7

2.2.5 Laboratorium

1. Foto Toraks

2. CT Scan

3. Tes Fungsi Paru

2.2.6 Diagnosis

Pemeriksaan fisik dan foto toraks bukan metode yang sensitif

untuk mendignosis PPOK. Pemeriksaan fisik dari hiperinflasi paru seperti

diafragma letak rendah, suara napas menurun dan hipersonor pada perkusi

sangat spesifik untuk PPOK tetapi biasanya hanya pada penyakit stadium

lanjut.8

Page 9: BAB I

9

Spirometri merupakan pemeriksaan yang sederhana, tidak mahal,

non invasif dapat digunakan untuk mendiagnosis, menentukan keparahan

penyakit dan monitoring progresi PPOK. Rasio FEV1/FVC menunjukkan

laju pengosongan paru digunakan untuk menunjukkan ada kelainan

ventilasi obstruksi. Spirometri merupakan GOLD standard diagnosis

PPOK.9

2.2.7 Penatalaksanaan PPOK

Penyuluhan kesehatan penting pada proses berhenti merokok dan

meningkatkan kemampuan untuk mengatasi penyakit dan status kesehatan.

Tidak ada medikamentosa untuk PPOK yang terbukti dapat memodifikasi

penurunan fungsi paru jangka panjang. Bronkodilator merupakan obat

utama untuk penatalaksanaan PPOK. Diberikan bila diperlukan untuk rutin

untuk mencegah atau mengurangi gejala dan eksaserbasi.

1. Edukasi

Tidak memperbaiki exercise performance atau faal paru tetapi dapat

memperbaiki skill, kemampuan untuk menanggulangi penyakit dan

status kesehatan. Efektif untuk mencapai tujuan khusus seperti

berhenti merokok

2. Obat – obat

Tidak ada obat untuk PPOK yang telah terbukti mampu merubah

penurunan faal paru jangka panjang. Jadi obat-obatan digunakan untuk

mengurangi keluhan dan atau komplikasi. Terdiri dari :

- Bronkodilator

Bronkodilator yang sering digunakan untuk pengobatan PPOK

adalah :

Agonis beta 2 : salbutamol, terbutalin, fenoterol

Antikolinergis : ipatropium bromide, tiotropium bromide

Derivat santin : aminofilin, teofilin

Page 10: BAB I

10

Bronkodilator merupakan bagian terpenting dari penatalaksanaan

simptomatik PPOK, diberikan bila perlu atau rutin untuk mencegah

atau mengurangi gejala. Pemilihan agonis beta 2, antikolinergik dan

santin atau terapi kombinasi tergantung dari obat yang tersedia dan

respon individu terhadap terapi dan efek samping obat.

- Kortikosteroid

Pengobatan teratur dengan inhaled corticosteroid tidak

mempengaruhi penuruna jangka panjang FEV1 pada pasien PPOK.

Namun pengobatan reguler ICS sudah tepat untuk pasien

PPOKsimptomatik dengan FEV1<50% prediksi dan eksaserbasi

berulang.

- Mukolitik

Beberapa pasien dengan sputum yang kental mukolitik bermanfaat,

namun secara keseluruhan manfaatnya kecil. Oleh sebab itu

penggunaan secara luas tidak dianjurkan.

- Antioksidan

Antioksidan khususnya N-acetylsteinetelah menunjukkan

manfaatnya menurunkan frekwensi eksaserbasi dan mempunyai

peran dalam terapi pada penderita dengan eksaserbasi berulang.

- Antibiotik

Tidak dianjurkan kecuali untuk terapi eksaserbasi infeksius dan

infeksi bakteri lain.

3. Oksigen

4. Ventilator

5. Rehabilitasi Medik

6. Operasi

- Bulektomi

Pada pasien – pasien tertentu tindakan operasi ini efektif

menurunkan sesak napas dan memperbaiki faal paru

- Transplantasi Paru

Page 11: BAB I

11

Pada PPOK stadium lanjut yang terseleksi dengan tepat,

transplantasi paru terbukti memperbaiki kualitas hidup dan

kapasitas fungsional.

2.2.8 Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut

Tidak ada defenisi eksaserbasi yang diterima secara umum. Secara

umum eksaserbasi adalah perburukan menetap kondisi pasien dari keadaan

stabil dan diluar variasi normal dari hari ke hari, yang bersifat akut dan

mengharuskan perubahan obat reguler. Deskripsi ini dapat membedakan

eksaserbasi dari perburukan simptom/gejala dalam beberapa jam yamg

dapat dengan mudah diatasi dengan rapid acting bronchodilator.9

Gejala utama dari eksaserbasi adalah peningkatan sesak nafas,

sering disertai wheezing dan chest tightness, peningkatan batuk dan dahak,

perubahan warna dan atau tenacity dahak dan panas. Eksaserbasi juga

disertai sejumlah gejala non spesifik. Peningkatan dahak dan purulen

menunjuk pada penyebab bakterial.9

2.2.9 Prognosis

Setelah muncul secara klinik, median survival kira-kira 10 tahun

beberapa faktor yang telah diidentifikasikan dapat memprediksi survival

jelek pada PPOK : FEV1 rendah, masih merokok, hipoksemia, nutrisi

jelek, corpulmonale, penyakit kormobid dan kapasitas difusi rendah.10

Pasien dengan FEV1 < 35% prediksi mempunyai mortalitas 10 %

pertahun. Jika pasien mengatakan tidak mampu berjalan 100 m tanpa

harus berhenti oleh karena sesak nafas.10

Page 12: BAB I

12

2.3 Perilaku Kesehatan

2.3.1 Konsep dan bentuk perilaku kesehatan

Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak

memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu

masyarakat. Bahkan menurut Bloom, factor perilaku memberikan

kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun

masyarakat. Perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis

kelamin, suku dan ras, pekerjaan, status social dan ekonomi serta berbagai

aspek kehidupan lainnya.11

Faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku manusia:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia itu mempunyai

bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (interna

activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku

manusia.11

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar objek tersebut.

Respon ini berbentuk dua macam yakni:

1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam

diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,

misalnyaa berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh

Page 13: BAB I

13

karena itu perilaku ini masih terselubung (covert behavior) atau

perilaku tertutup.11

2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Oleh karena itu perilaku ini sudah tampak dalam

tindakan nyata, maka disebut perilaku terbuka (overt behavior).

Perilaku kesehatan mencakup empat unsur:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia berespons, baik secara pasif maupun aktif. Perilaku terhadap

sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat

pencegahan penyakit, yakni:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior).

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior).

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health

seeking behavior).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilition behavior).

2. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respons

seseorang terhadap system pelayanan kesehatan baik system pelayanan

kesehatan modern maupun tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respons

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku berhubungan

dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yanag berkaitan

dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya.

Page 14: BAB I

14

2. Perilaku sakit (sick behavior), yaitu segala tindakan atau kegiatan

yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan

mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

3. Perilaku peran sakit ( the sick behavior), yaitu segala tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan.11

2.3.2 Domain perilaku kesehatan

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku itu ke dalam tiga domain( ranah/kawasan),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas

dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan

dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini

diukur dari:

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan(knowledge).

2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan

yang diberikan (attitude)

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik

sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)

Seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui

terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata

lain tindakan(practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan

atau sikap.11

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

Page 15: BAB I

15

orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus(objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.11

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil(sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

Page 16: BAB I

16

e. Sintesis (synthesis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.11

2. Sikap (attitude)

Merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan:

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valving)

Diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lai terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Diartikan dengan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko.11

3. Praktik (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Tingkat praktik terdiri dari:

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

Page 17: BAB I

17

b. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh.

c. Mekanisme (mechanism)

Melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (adaption)

Merupaka suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. 11

Page 18: BAB I

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Berdasrkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka diatas maka kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui remaja tentang

merokok dan bahaya akibat rokok

2. Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi remaja terhadap segala hal

tentang rokok dan PPOK

3. Tindakan

Tindakan adalah wujud perbuatan nyata yang dilakukan remaja

terhadap bahaya merokok

Perilaku Remaja (Responden)

- Pengetahuan

- Sikap

- Tindakan

Merokok salah satu penyebab PPOK

Page 19: BAB I

19

4. Remaja

Remaja adalah seseorang yang mengalami tahap pertumbuhan

sesudah pubertas sampai dewasa, dan merupakan masa transisi

dari anak-anak menuju dewasa.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan satu kali

pengamatan pada rentang waktu tertentu.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo

Kec. Percut Sei Tuan.

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dimulai dari penelusuran tempat dan pusaka pada

bulan April s/d laporan Penelitian pada bulan Oktober 2012

3.5 Kriteria Inklusi dan Eklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian

- Remaja yang bersedia menjadi responden.

- Remaja Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo kecamatan

Pecut Sei Tuan.

- Remaja umur 16 – 21 tahun

3.5.2 Kriteria Eklusi

Kriteria eklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti tidak

mewakili karena tidak memenuhi syarat sampel penelitian

- Remaja yang tidak bersedia menjadi responden.

Page 20: BAB I

20

- Remaja yang tidak tinggal di Dusun Paluh Merbau Desa

Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.

- Masyarakat dibawah 15 tahun dan diatas 21 tahun

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian d2

Populasi dalam penelitian adalah remaja Dusun Paluh Merbau

Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan seanyak 163 orang.

3.6.2 Sampel Penelitian

Dalam menentukan besarnya sample dilakukan perhitungan sample

dengan menggunakan rumus :

n = N

1+N (d2)

N = besar populasi

n = jumlah sample

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (10%)

Jadi, n = 163

1+163 (0,1 )2=¿62

Dengan tingkat ketapatan 10%, maka jumlah sample yang diperoleh

dari rumus diatas berjumlah sekitar 62 orang.

Sample ini diambil dari sebagian populasi Masyarakat Dusun Puluh

Merbau Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data primer yang diperoleh dari wawancara dengan masyarakat

melalui kuesioner.

3.8 Pengolahan Dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Page 21: BAB I

21

Setelah terkumpulnya data melalui kuesioner, maka dilakukan

tahap pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data (Editing)

Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap data yang

diperoleh kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan.

b. Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

c. Pengelompokan data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian

dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.

3.8.2 Analisis Data

a. Baik, jika jawaban benar > 75 % dari skor total

b. Sedang, jika jawaban benar 40-75 % dari skor total

c. Buruk, jika jawaban benar < 40 % dari skor total

Pengetahuan Masyarakat

Untuk pertanyaan No. 1-5

1. Untuk jawaban benar : 2

2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1

3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari : 0

Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori

berdasarkan skor:

1. Untuk pengetahuan yang baik : > 75% dari total (>7-10)

2. Untuk pengetahuan yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)

3. Untuk pengetahuan buruk : < 40% dari total (<4)

Page 22: BAB I

22

Sikap Masyarakat

Untuk pertanyaan No. 6-10

1. Untuk jawaban benar : 2

2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1

3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari 1 : 0

Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat sikap responden dibagi dari 3 kategori berdasarkan

skor:

1. Untuk sikap baik : > 75% dari total (>7-10)

2. Untuk sikap yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)

3. Untuk sikap yang buruk : < 40% dari total (<4)

Tindakan Masyarakat

Untuk pertanyaan No. 11-15

1. Untuk jawaban benar : 2

2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1

3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari 1 : 0

Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat tindakan responden dibagi dari 3 kategori

berdasarkan skor:

1. Untuk tindakan yang baik : > 75% dari total (>7-10)

2. Untuk tindakan yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)

3. Untuk tindakan yang buruk : < 40% dari total (<4)

Page 23: BAB I

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuartina T, Hendriek Y. Kecanduan Merokok Peranan dan Mekanisme

Kerja Nikotin. Majalah Kedokteran Damianus, 2006: 5 : 11

2. Baratawidjaja KG. Ancaman Nyata PPOK. Semijurnal Farmasi dan

Kedokteran: Ethical Digest, 2007: 5 : 18

3. Maranatha D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. FK-UNAIR. Surabaya: 2010

4. Awang D. Merokok Daripada Perspektif Islam.

(http://www.scribd.com/doc/17067084/Merokok-Daripada-Persepktif-

Islam, 04 Mei 2012).

5. Kholish N. Kisah Inspiratif Perjuangan Berhenti Merokok. Yogyakarta :

Real Books,2011

6. Aliman IA. Jadi Benci Merokok Dengan Terapi Asmaul Husna.

Yogyakarta : Laksana, 2011

7. Maranatha D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. FK-UNAIR. Surabaya: 2010

8. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media, 2010: 157-167

9. West JB. Patofisiologi Paru Essensial. Alih bahasa : Nasrani CH.Ed 6.

Jakarta : EGC, 2010

10. Alsagaff H, Mukty A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

Airlangga University Press, 2010: 73-107

11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007: 139-142

12. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010

Page 24: BAB I

24

Lembar Pertanyaan Questioner

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

A. PENGETAHUAN

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Menurut anda pengertian rokok adalah ?

a. Rokok adalah yang biasa dihisap oleh laki-lakib. Rokok adalah suatu bahan yang diperbuat daripada tembakau yang

dicampur bahan nikotin dan beberapa bahan kimia lain, dibalut dan dibungkus

c. Tidak tahu

2. Apakah menurut anda merokok dapat membahayakan orang – orang disekitar anda :

a. Resiko membahayakan orang-orang disekitar hanya kecil karena bukan mereka yang menghisap rokok

b. Merokok dapat mengganggu orang disekitar karena asap rokok terhirup oleh orang-orang yang berada disekitar

c. Tidak tahu

3. Kandungan apa saja yang anda ketahui yang terdapat dalam rokok ?

a. Tar dan nikotinb. Tar, Karbon monoksida, Sianida, Arsen, Formaldehid, nitrosamine,

Nikotinc. Tidak tahu

Page 25: BAB I

25

4. Apakah anda pernah mendengar penyakit PPOK ?

a. Yab. Tidak

Jika tidak, pertanyaan dilanjutkan ke kuesioner sikap

5. Apakah menurut anda merokok bisa menyebabkan penyakit PPOK ?

a. Bisab. Tidak bisac. Tidak tahu

B. SIKAP

6. Apakah anda setuju merokok dapat membahayakan kesehatan ?

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

7. Apakah anda setuju bahwa asap rokok dapat menimbulkan penyakit terhadap orang sekitar ?

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

8. Apakah anda setuju merokok di hindari ?

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

9. Apakah anda setuju merokok sebagai salah satu penyebab PPOK ?

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

10.Apakah anda setuju bahwa merokok bukanlah cara hidup sehat ?

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

C. TINDAKAN

Page 26: BAB I

26

11.Apakah anda pernah merokok ?

a. Pernah Sampai sekarangb. Dulu pernah sekarang tidakc. Tidak pernah

12.Berapa banyak rokok yang anda hisap dalam satu hari ?

a. Kurang dari satu bungkusb. Satu bungkusc. Lebih dari satu bungkus

13.Apakah anda pernah berhenti merokok ?

a. Pernahb. Coba-coba berhentic. Tidak pernah

14.Apakah ada anggota keluarga anda pernah menderita PPOK ?

a. Yab. Tidak

15.Apakah ada tetangga pernah menderita penyakit PPOK ?

a. Yab. Tidak