bab i
DESCRIPTION
fgTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data perokok di Sumatera Utara dapat digambarkan bahwa sekitar 14%
perokok mulai pada usia muda ( dibawah 15 tahun), sebanyak 63% perokok yang
merokok >10 batang per hari, tertinggi di Sumatera Utara. Persentase di atas rata-
rata angka Nasional meliputi 15 provinsi. Sementara anggota rumah tangga di
rumah mempunyai resiko terpapar asap rokok. Sebanyak 64% perokok biasa
merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga yang lain.1
Sekitar 1/3 orang remaja dan dewasa di dunia merokok . Sebagian dari
mereka yang merokok meninggal akibat penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan merokok seperti kanker paru dan PPOK. Di negara-negara yang sedang
berkembang, merokok diperkirakan menjadi penyebab tunggal utama dari
kematian dini.2
Saat ini penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) merupakan masalah
kesehatan global. Data prevalensi, morbiditas dan mortalitas berbeda tiap negara
namun secara umum terkait langsung dengan prevalensi merokok dan pada
beberapa negara dengan polusi udara akibat pembakaran kayu dan bahan-bahan
biomasa lain. Prevalensi PPOK cenderung meningkat. Menurut the Latin
American Project for the investigation of Obstructive Lung Disease (PLATINO)
prevalensi PPOK satdium I dan yang lebih parah pada umur > 60 tahun antara
18,4% - 32,1%. Di 12 negara Asia Pasifik prevalensi PPOK stadium sedang berat
pada umur > 30 tahun 6,3%. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas kronis ke 4 di Amerika Serikat. Global initiative for
chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) meemperkirakan PPOK sebagai
penyebab kematian ke 6 pada tahun 1990 dan akan meningkat menjadi penyebab
ke 3 pada tahun 2020 diseluruh dunia.3
2
The Asia Pasific COPD Roundtable Group memperkirakan jumlah
penderita PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56,6
juta penderita dengan angka prevalensi 6,3 %. Sementara itu di Indonesia di
perkirakan terdapat penderita dengan prevalensi 5,6 %.3
Pada beberapa dekade lalu mengobati PPOK dianggap seperti
mengerjakan hal yang sia-sia, sebab PPOK diasumsikan sebagai penyakit
progresif, tidak sembuh dan tidak bisa diobati. Saat ini pandangan para ahli telah
berubah, pendekatan PPOK sama seperti mendekati penyakit kronik lain. Survei
kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1995 menyimpulkan,
PPOK menduduki peringkat 5 sebagai penyebab kematian di Indonesia.3
Mengingat hal tersebut, peneliti berharap para remaja di Dusun Paluh
Merbau Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan dapat mengerti bahaya merokok
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit PPOK yang dapat mengakibatkan
kematian.
1.2. Rumusan Masalah
Dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
ingin mengetahui sejauh mana perilaku remaja terhadap bahaya merokok sebagai
salah satu penyebab PPOK di Dudun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo Kec.
Percut Sei Tuan.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap, tindakan sumber informasi tentang bahaya merokok
sebagai salah satu penyebab terhadap PPOK.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku remaja
terhadap :
1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok yang
merupakan salah satu penyebab PPOK di Dusun Paluh Merbau Desa
Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap bahaya merokok
yang menyebabkan PPOK di Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo
Kec. Percut Sei Tuan.
3. Untuk Mengetahui bagaimana tindakan remaja dalam terhadap bahaya
merokok sebagai salah satu penyebab PPOK di Dusun Paluh Merbau
Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan
4. Untuk Mengetahui sumber informasi remaja tentang bahaya merokok
sebagai salah satu penyebab terhadap penyakit PPOK di Dusun Paluh
Merbau Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei tuan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para remaja
tentang bahaya merokok yang menyebabkan PPOK
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para remaja khususnya mengenai bahaya merokok sebagai salah
satu penyebab penyakit PPOK.
3. Penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan peneliti di bidang
penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definisi
Suatu bahan yang diperbuat daripada tembakau yang dicampur bahan
nikotin dan beberapa bahan kimia lain, dibalut dan dibungkus. Rokok juga
merupakan produk yang berbahaya & adiktif (menimbulkan ketergantungan)
karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya
merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang
terkandung didalam rokok antara lain : tar, karbon monoksida, sianida, arsen,
formaldehide, nitrosamine, dan lain-lain.4
2.1.2 Efek Merokok
Berdasarkan rangsangannya terhadap “chemoreceptors trigger zone” dari
sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari vagal, nikotin yang terkandung
didalam tembakau bisa menyebabkan mual dan muntah. Di lain pihak, nikotin itu
diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya kejalur
imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan perokok akan merasakan rasa
nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih
tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.5
Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau, juga akan mampu
membuat rangsangan hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah
metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan
menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
Demikian pula faktor stres yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin,
menyebabkan proses penyakit jantung koroner sering terjadi sebagaimana asap
tembakau tadi. Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang
memperdarahi otot jantung, maka ketidakcukupan akan menimbulkan ischemia.5
5
Nikotin sebagai zat adiktif, menyebabkan perokok gelisah saat otaknya
meminta rokok. Kalau permintaan itu tidak dipenuhi, ia akan gelisah; bila
dipenuhi ketergantungannya semakin bertambah. Dengan kandungan zatnya yang
sangat berbahaya, rokok dapat merusak fungsi pembuluh darah ibu hamil. Karena
itu, gangguan pada level ini sangat bahaya bisa menyebabkan keguguran.
2.1.3 Efek Psikologis Akibat Merokok
Satu hal yang paling sering dialami oleh perokok adalah efek psikologis
nikotin yang membuat seorang merasa harus selalu menghisap asap rokok,
sehingga banyak perokok menjadi terikat pada kebiasaan buruk ini. Otak perokok
yang sangat akrab dengan nikotin secara umum menimbulkan reaksi
ketergantungan. Pada awalnya efek merokok dirasakan dapat menenangkan atau
relaksasi, sehingga otak terdorong untuk selalu merasa nyaman jika telah
mendapat pasokan nikotin.5
Efek lain dari merokok adalah :
1. Menimbulkan arteriosklerosis
2. Chronic Obstruktif Pulmonary Disease ( COPD )
3. Kanker
4. Impotensi
5. Gangguan tukak lambung dan tukak usus 12 jari
6. Gangguan kehamilan
7. Sesak nafas
2.1.4 Dampak Merokok
Didalam masyarakat kini, sepertinya merokok sudah menjadi kebiasaan
yang sulit untuk dihilangkan. Kebiasaan merokok pada sebagian orang biasanya
dipicu oleh citra dalam diri sendiri dan juga dalam pergaulan dalam lingkunga
sosial. Berawal dari ikut-ikutan atau sekedar iseng, lalu menjadi semacam
kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan.5
6
Menurut WHO, ada 1,3 milyar perokok didunia dan sepertiganya berasal
dari populasi global yang berusia 15 tahun keatas. Masih banyak negara-negara
industri yang menganggap bahwa merokok adalah hal umum. Meski semua orang
mengetahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau, namun
demikian konsumsinya tidak pernah surut.6
Hal yang paling memprihatinkan lagi, adalah usia para perokok setiap
tahun menjadi semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokokmulai SMP,
maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai merokoksecara
diam-diam. Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru, sekitar
56% - 80% merokok menyebabkan PPOK dan sekitar 22% menyebabkan
penyakit kardiovaskular.6
Namun demikian, tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan
penyakit, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal
dengan passive smoking. Telah terbukti bahwa passive smokers pun berisiko
untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma dan penyakit lainnya.
2.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
2.2.1 Defenisi
Penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) menurut Global Initiative for
Chronic Lung Disease (GOLD) adalah penyakit kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara
biasanya progresif dan ada hubungan dengan respon inflamasi paru terhadap
berbagai partikel noksa dan gas.7
Dalam keadaan eksaserbasi, dapat dilihat terjadinya batuk yang hebat
disertai atau tidak dengan sputum, bahkan dapat terancam terjadi kegagalan
pernapasan. Kegagalan pernapasan hanya ditegakkan atas dasar pemeriksaan gas
darah, tetapi kegagalan pernapasan tetap saja merupakan diagnosis laboratoris,
khususnya didasarkan atas PaO2 dan PaCO2. Dalam keadaan ini terjadi perubahan
pH, keseimbangan asam basa dan elektrolit.7
7
PCO2 arteri sering kali normal pada pasien dengan PPOK ringan sampai
sedang walaupun ada ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Setiap kecendrungan
untuk meningkatkan PCO2 arteri akan merangsang kemoreseptor sehingga
meningkatkan ventilasi ke alveoli. Ketika penyakit bertambah berat, PCO2 arteri
dapat meningkat.
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan hasil spirometri keparahan PPOK dibagi menjadi 4 :
1. Stadium I : Ringan FEV1/FVC < 70% ; FEV1 > 80%
2. Stadium II : Sedang FEV1/FVC < 70 % ; 50% ≤ FEV1 < 80%
3. Stadium III : Berat FEV1/FVC < 70 % ; 30% ≤ FEV1 < 50%
4. Stadium IV : Sangat Berat FEV1/FVC < 70 % ; FEV1 < 30%
atau FEV1 < 50% + gagal napas kronik
2.2.3 Patogenesis
Merokok adalah faktor risiko utama PPOK walaupun partikel
noxious inhalasi lain dan berbagai gas juga memberi kontribusi. Merokok
menyebabkan inflamasi paru. Karena sebab yang belum diketahui sampai
sekarang beberapa perokok menunjukkan peningkatan respon inflamasi
normal, protekif dari paparan inhalasi yangh akhirnya smenyebabkan
kerusakan jaringan, gangguan mekanisme pertahanan yang membatasi
destruksi jaringan paru dan memutus mekanisme perbaikan, ini membawa
perubahan berupa lesi patologis yang khas PPOK. Disamping inflamasi
ada proses lain yang juga penting pada patogenesis PPOK adalah
ketidakseimbangan protease dan antiprotease dan stres oksidatif.7
Secara umum telah diterima bahwa merokok merupakan faktor
resiko terpenting PPOK namun hanya 10-20% perokok mengalami
gangguan fungsi paru berat yang terkait PPOK. Faktor genetik di pastikan
berperan pada kerentanan untuk PPOK pada perokok.7
8
2.2.4 Gambaran Klinis
1. Riwayat Penyakit
Batuk, dahak dan sesak napas merupakan keluhan yang
sering dilaporkan penderita PPOK. Batuk biasanya timbul sebelum
atau bersamaan sesak napas. Dahak umumnya tidak banyak,
bersifat mukoid namun menjadi purulen pada keadaan infeksi.7
Sesak napas terutama waktu mengerahkan tenaga, bila
penyakit progresif bergerak sedikit sudah sesak. Sesak pada PPOK
terjadi akibat hiperinflasi dinamik yang bertambah berat dengan
peningkatana jumlah napas sebagai konsekuensinya untuk
menghindari sesak banyak pasien menghindari pengerahan tenaga.7
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda :
hiperinflasi paru, pengunaan otot sekunder, perubahan pada napas
dan suara napas yang abnormal.7
2.2.5 Laboratorium
1. Foto Toraks
2. CT Scan
3. Tes Fungsi Paru
2.2.6 Diagnosis
Pemeriksaan fisik dan foto toraks bukan metode yang sensitif
untuk mendignosis PPOK. Pemeriksaan fisik dari hiperinflasi paru seperti
diafragma letak rendah, suara napas menurun dan hipersonor pada perkusi
sangat spesifik untuk PPOK tetapi biasanya hanya pada penyakit stadium
lanjut.8
9
Spirometri merupakan pemeriksaan yang sederhana, tidak mahal,
non invasif dapat digunakan untuk mendiagnosis, menentukan keparahan
penyakit dan monitoring progresi PPOK. Rasio FEV1/FVC menunjukkan
laju pengosongan paru digunakan untuk menunjukkan ada kelainan
ventilasi obstruksi. Spirometri merupakan GOLD standard diagnosis
PPOK.9
2.2.7 Penatalaksanaan PPOK
Penyuluhan kesehatan penting pada proses berhenti merokok dan
meningkatkan kemampuan untuk mengatasi penyakit dan status kesehatan.
Tidak ada medikamentosa untuk PPOK yang terbukti dapat memodifikasi
penurunan fungsi paru jangka panjang. Bronkodilator merupakan obat
utama untuk penatalaksanaan PPOK. Diberikan bila diperlukan untuk rutin
untuk mencegah atau mengurangi gejala dan eksaserbasi.
1. Edukasi
Tidak memperbaiki exercise performance atau faal paru tetapi dapat
memperbaiki skill, kemampuan untuk menanggulangi penyakit dan
status kesehatan. Efektif untuk mencapai tujuan khusus seperti
berhenti merokok
2. Obat – obat
Tidak ada obat untuk PPOK yang telah terbukti mampu merubah
penurunan faal paru jangka panjang. Jadi obat-obatan digunakan untuk
mengurangi keluhan dan atau komplikasi. Terdiri dari :
- Bronkodilator
Bronkodilator yang sering digunakan untuk pengobatan PPOK
adalah :
Agonis beta 2 : salbutamol, terbutalin, fenoterol
Antikolinergis : ipatropium bromide, tiotropium bromide
Derivat santin : aminofilin, teofilin
10
Bronkodilator merupakan bagian terpenting dari penatalaksanaan
simptomatik PPOK, diberikan bila perlu atau rutin untuk mencegah
atau mengurangi gejala. Pemilihan agonis beta 2, antikolinergik dan
santin atau terapi kombinasi tergantung dari obat yang tersedia dan
respon individu terhadap terapi dan efek samping obat.
- Kortikosteroid
Pengobatan teratur dengan inhaled corticosteroid tidak
mempengaruhi penuruna jangka panjang FEV1 pada pasien PPOK.
Namun pengobatan reguler ICS sudah tepat untuk pasien
PPOKsimptomatik dengan FEV1<50% prediksi dan eksaserbasi
berulang.
- Mukolitik
Beberapa pasien dengan sputum yang kental mukolitik bermanfaat,
namun secara keseluruhan manfaatnya kecil. Oleh sebab itu
penggunaan secara luas tidak dianjurkan.
- Antioksidan
Antioksidan khususnya N-acetylsteinetelah menunjukkan
manfaatnya menurunkan frekwensi eksaserbasi dan mempunyai
peran dalam terapi pada penderita dengan eksaserbasi berulang.
- Antibiotik
Tidak dianjurkan kecuali untuk terapi eksaserbasi infeksius dan
infeksi bakteri lain.
3. Oksigen
4. Ventilator
5. Rehabilitasi Medik
6. Operasi
- Bulektomi
Pada pasien – pasien tertentu tindakan operasi ini efektif
menurunkan sesak napas dan memperbaiki faal paru
- Transplantasi Paru
11
Pada PPOK stadium lanjut yang terseleksi dengan tepat,
transplantasi paru terbukti memperbaiki kualitas hidup dan
kapasitas fungsional.
2.2.8 Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut
Tidak ada defenisi eksaserbasi yang diterima secara umum. Secara
umum eksaserbasi adalah perburukan menetap kondisi pasien dari keadaan
stabil dan diluar variasi normal dari hari ke hari, yang bersifat akut dan
mengharuskan perubahan obat reguler. Deskripsi ini dapat membedakan
eksaserbasi dari perburukan simptom/gejala dalam beberapa jam yamg
dapat dengan mudah diatasi dengan rapid acting bronchodilator.9
Gejala utama dari eksaserbasi adalah peningkatan sesak nafas,
sering disertai wheezing dan chest tightness, peningkatan batuk dan dahak,
perubahan warna dan atau tenacity dahak dan panas. Eksaserbasi juga
disertai sejumlah gejala non spesifik. Peningkatan dahak dan purulen
menunjuk pada penyebab bakterial.9
2.2.9 Prognosis
Setelah muncul secara klinik, median survival kira-kira 10 tahun
beberapa faktor yang telah diidentifikasikan dapat memprediksi survival
jelek pada PPOK : FEV1 rendah, masih merokok, hipoksemia, nutrisi
jelek, corpulmonale, penyakit kormobid dan kapasitas difusi rendah.10
Pasien dengan FEV1 < 35% prediksi mempunyai mortalitas 10 %
pertahun. Jika pasien mengatakan tidak mampu berjalan 100 m tanpa
harus berhenti oleh karena sesak nafas.10
12
2.3 Perilaku Kesehatan
2.3.1 Konsep dan bentuk perilaku kesehatan
Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak
memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu
masyarakat. Bahkan menurut Bloom, factor perilaku memberikan
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun
masyarakat. Perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis
kelamin, suku dan ras, pekerjaan, status social dan ekonomi serta berbagai
aspek kehidupan lainnya.11
Faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku manusia:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas kesehatan.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau
aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia itu mempunyai
bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (interna
activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia.11
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar objek tersebut.
Respon ini berbentuk dua macam yakni:
1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam
diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnyaa berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh
13
karena itu perilaku ini masih terselubung (covert behavior) atau
perilaku tertutup.11
2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi
secara langsung. Oleh karena itu perilaku ini sudah tampak dalam
tindakan nyata, maka disebut perilaku terbuka (overt behavior).
Perilaku kesehatan mencakup empat unsur:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana
manusia berespons, baik secara pasif maupun aktif. Perilaku terhadap
sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat
pencegahan penyakit, yakni:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behavior).
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior).
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seeking behavior).
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilition behavior).
2. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respons
seseorang terhadap system pelayanan kesehatan baik system pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respons
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health
behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku berhubungan
dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yanag berkaitan
dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
14
2. Perilaku sakit (sick behavior), yaitu segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3. Perilaku peran sakit ( the sick behavior), yaitu segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.11
2.3.2 Domain perilaku kesehatan
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku itu ke dalam tiga domain( ranah/kawasan),
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas
dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan
dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini
diukur dari:
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan(knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan
yang diberikan (attitude)
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)
Seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui
terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata
lain tindakan(practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan
atau sikap.11
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
15
orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus(objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.11
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkat, yakni:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
16
e. Sintesis (synthesis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.11
2. Sikap (attitude)
Merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan:
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespons (responding)
Diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valving)
Diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lai terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Diartikan dengan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko.11
3. Praktik (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Tingkat praktik terdiri dari:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
17
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh.
c. Mekanisme (mechanism)
Melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu
sudah merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi (adaption)
Merupaka suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. 11
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Berdasrkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka diatas maka kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2 Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui remaja tentang
merokok dan bahaya akibat rokok
2. Sikap
Sikap adalah tanggapan atau reaksi remaja terhadap segala hal
tentang rokok dan PPOK
3. Tindakan
Tindakan adalah wujud perbuatan nyata yang dilakukan remaja
terhadap bahaya merokok
Perilaku Remaja (Responden)
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Merokok salah satu penyebab PPOK
19
4. Remaja
Remaja adalah seseorang yang mengalami tahap pertumbuhan
sesudah pubertas sampai dewasa, dan merupakan masa transisi
dari anak-anak menuju dewasa.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan satu kali
pengamatan pada rentang waktu tertentu.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo
Kec. Percut Sei Tuan.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dimulai dari penelusuran tempat dan pusaka pada
bulan April s/d laporan Penelitian pada bulan Oktober 2012
3.5 Kriteria Inklusi dan Eklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian
- Remaja yang bersedia menjadi responden.
- Remaja Dusun Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo kecamatan
Pecut Sei Tuan.
- Remaja umur 16 – 21 tahun
3.5.2 Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti tidak
mewakili karena tidak memenuhi syarat sampel penelitian
- Remaja yang tidak bersedia menjadi responden.
20
- Remaja yang tidak tinggal di Dusun Paluh Merbau Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.
- Masyarakat dibawah 15 tahun dan diatas 21 tahun
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi Penelitian d2
Populasi dalam penelitian adalah remaja Dusun Paluh Merbau
Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan seanyak 163 orang.
3.6.2 Sampel Penelitian
Dalam menentukan besarnya sample dilakukan perhitungan sample
dengan menggunakan rumus :
n = N
1+N (d2)
N = besar populasi
n = jumlah sample
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (10%)
Jadi, n = 163
1+163 (0,1 )2=¿62
Dengan tingkat ketapatan 10%, maka jumlah sample yang diperoleh
dari rumus diatas berjumlah sekitar 62 orang.
Sample ini diambil dari sebagian populasi Masyarakat Dusun Puluh
Merbau Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Data primer yang diperoleh dari wawancara dengan masyarakat
melalui kuesioner.
3.8 Pengolahan Dan Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data
21
Setelah terkumpulnya data melalui kuesioner, maka dilakukan
tahap pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data (Editing)
Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap data yang
diperoleh kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan.
b. Pemberian Kode (Coding)
Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode
tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
c. Pengelompokan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan
dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian
dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
3.8.2 Analisis Data
a. Baik, jika jawaban benar > 75 % dari skor total
b. Sedang, jika jawaban benar 40-75 % dari skor total
c. Buruk, jika jawaban benar < 40 % dari skor total
Pengetahuan Masyarakat
Untuk pertanyaan No. 1-5
1. Untuk jawaban benar : 2
2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1
3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari : 0
Maksimum skor : 10
Untuk menilai tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori
berdasarkan skor:
1. Untuk pengetahuan yang baik : > 75% dari total (>7-10)
2. Untuk pengetahuan yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)
3. Untuk pengetahuan buruk : < 40% dari total (<4)
22
Sikap Masyarakat
Untuk pertanyaan No. 6-10
1. Untuk jawaban benar : 2
2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1
3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari 1 : 0
Maksimum skor : 10
Untuk menilai tingkat sikap responden dibagi dari 3 kategori berdasarkan
skor:
1. Untuk sikap baik : > 75% dari total (>7-10)
2. Untuk sikap yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)
3. Untuk sikap yang buruk : < 40% dari total (<4)
Tindakan Masyarakat
Untuk pertanyaan No. 11-15
1. Untuk jawaban benar : 2
2. Untuk jawaban yang kurang tepat : 1
3. Untuk jawaban yang salah/mengisi lebih dari 1 : 0
Maksimum skor : 10
Untuk menilai tingkat tindakan responden dibagi dari 3 kategori
berdasarkan skor:
1. Untuk tindakan yang baik : > 75% dari total (>7-10)
2. Untuk tindakan yang sedang : 40-75% dari total skor (4-8)
3. Untuk tindakan yang buruk : < 40% dari total (<4)
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuartina T, Hendriek Y. Kecanduan Merokok Peranan dan Mekanisme
Kerja Nikotin. Majalah Kedokteran Damianus, 2006: 5 : 11
2. Baratawidjaja KG. Ancaman Nyata PPOK. Semijurnal Farmasi dan
Kedokteran: Ethical Digest, 2007: 5 : 18
3. Maranatha D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. FK-UNAIR. Surabaya: 2010
4. Awang D. Merokok Daripada Perspektif Islam.
(http://www.scribd.com/doc/17067084/Merokok-Daripada-Persepktif-
Islam, 04 Mei 2012).
5. Kholish N. Kisah Inspiratif Perjuangan Berhenti Merokok. Yogyakarta :
Real Books,2011
6. Aliman IA. Jadi Benci Merokok Dengan Terapi Asmaul Husna.
Yogyakarta : Laksana, 2011
7. Maranatha D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. FK-UNAIR. Surabaya: 2010
8. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media, 2010: 157-167
9. West JB. Patofisiologi Paru Essensial. Alih bahasa : Nasrani CH.Ed 6.
Jakarta : EGC, 2010
10. Alsagaff H, Mukty A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press, 2010: 73-107
11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007: 139-142
12. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010
24
Lembar Pertanyaan Questioner
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
A. PENGETAHUAN
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.
1. Menurut anda pengertian rokok adalah ?
a. Rokok adalah yang biasa dihisap oleh laki-lakib. Rokok adalah suatu bahan yang diperbuat daripada tembakau yang
dicampur bahan nikotin dan beberapa bahan kimia lain, dibalut dan dibungkus
c. Tidak tahu
2. Apakah menurut anda merokok dapat membahayakan orang – orang disekitar anda :
a. Resiko membahayakan orang-orang disekitar hanya kecil karena bukan mereka yang menghisap rokok
b. Merokok dapat mengganggu orang disekitar karena asap rokok terhirup oleh orang-orang yang berada disekitar
c. Tidak tahu
3. Kandungan apa saja yang anda ketahui yang terdapat dalam rokok ?
a. Tar dan nikotinb. Tar, Karbon monoksida, Sianida, Arsen, Formaldehid, nitrosamine,
Nikotinc. Tidak tahu
25
4. Apakah anda pernah mendengar penyakit PPOK ?
a. Yab. Tidak
Jika tidak, pertanyaan dilanjutkan ke kuesioner sikap
5. Apakah menurut anda merokok bisa menyebabkan penyakit PPOK ?
a. Bisab. Tidak bisac. Tidak tahu
B. SIKAP
6. Apakah anda setuju merokok dapat membahayakan kesehatan ?
a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
7. Apakah anda setuju bahwa asap rokok dapat menimbulkan penyakit terhadap orang sekitar ?
a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
8. Apakah anda setuju merokok di hindari ?
a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
9. Apakah anda setuju merokok sebagai salah satu penyebab PPOK ?
a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
10.Apakah anda setuju bahwa merokok bukanlah cara hidup sehat ?
a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
C. TINDAKAN
26
11.Apakah anda pernah merokok ?
a. Pernah Sampai sekarangb. Dulu pernah sekarang tidakc. Tidak pernah
12.Berapa banyak rokok yang anda hisap dalam satu hari ?
a. Kurang dari satu bungkusb. Satu bungkusc. Lebih dari satu bungkus
13.Apakah anda pernah berhenti merokok ?
a. Pernahb. Coba-coba berhentic. Tidak pernah
14.Apakah ada anggota keluarga anda pernah menderita PPOK ?
a. Yab. Tidak
15.Apakah ada tetangga pernah menderita penyakit PPOK ?
a. Yab. Tidak