bab i

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan saah satu negara penghasil tanaman obat yang cukup potensial. Salah satu tumbuhan yang telah dikenal luas di seluruh dunia sebagai obat adalah pegagan atau Centella asiatica Urb. Centella asiatica adalah sebuah tanaman merambat yang tumbuh di tempat lembab di india dan negara asia lainnya. Tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Secara konvensional, pegagan (Centella asiatica Urb) dipakai untuk melancarkan peredaran darah, diuretika, antipiretika, hemostatika, antispasme, antiinflamasi, hipotensi, insektisida, antialergi dan stimulan. Kandungan triterpenoid dan saponin pada

Upload: eviherdianti

Post on 14-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIndonesia merupakan saah satu negara penghasil tanaman obat yang cukup potensial. Salah satu tumbuhan yang telah dikenal luas di seluruh dunia sebagai obat adalah pegagan atau Centella asiatica Urb. Centella asiatica adalah sebuah tanaman merambat yang tumbuh di tempat lembab di india dan negara asia lainnya. Tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Secara konvensional, pegagan (Centella asiatica Urb) dipakai untuk melancarkan peredaran darah, diuretika, antipiretika, hemostatika, antispasme, antiinflamasi, hipotensi, insektisida, antialergi dan stimulan. Kandungan triterpenoid dan saponin pada pegagan diyakini bertanggung jawab terhadap aksi terapeutiknya yang luas (Kashmira J. Gohil, 2010). Salmonella typhi adalah bakteri penyebab penyakit demam tifoid. Bakteri ini termasuk kuman Gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi (Brooks GF, 2005). Penyebarannya secara fekal-oral melalui makanan ataupun minuman. Salmonella typhi dan paratyphi hanya patogen terhadap manusia, sedang Salmonella typhimurium hanya patogen terhadap mencit namun akan memberikan kelainan yang serupa dengan demam tifoid pada manusia. Oleh karena itu, pada penelitian eksperimental infeksi demam tifoid yang dipakai adalah Salmonella typhimurium (Jawets E, 1996). Demam tifoid lebih dikenal dengan nama penyakit tifus di masyarakat umum. Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang umumnya di daerah tropis dan khususnya di Indonesia sampai saat ini. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di Indonesia sendiri, penyakit demam tifoid merupakan penyebab kematian umum ke tiga di Rumah Sakit Umum dengan angka kejadian sebesar 3,5% (Depkes, 2002).Berdasarkan pada Kemenkes No. 364 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, dari tahun ke tahun demam tifoid mengalami angka kejadian yang cenderung meningkat. Bentuk upaya penanggulangan yang telah dilakukan dari adanya fakta tersebut, meliputi pencegahan dan pengobatan. Upaya pencegahan meliputi penggunaan vaksin, sedangkan upaya pengobatan menggunakan antibiotik. Hanya beberapa jenis antibiotik yang efektif dipakai menangani infeksi Salmonella typhi di antranya kloramfenikol, flourokuinolon dan kotrimoksasol. Tetapi, terdapat permasalahan dari kedua upaya tersebut yaitu masih sangat sulitnya dibuat vaksin yang efektif, terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang bersifat endemik, serta resistensi yang meningkat terhadap obat-obat yang lazim dipakai. WHO melaporkan bahwa resistensi telah berkembang di Mexico dan Vietnam sejak awal 1970-an dan hanya dalam beberapa tahun, 75% dari kasus telah resisten. Saat ini dilaporkan banyak kasus resisten dengan banyak obat (mulltidrug resistance) (Menkes, 2006). Kajian ilmiah mengenai manfaat pegagan (Centella asiatica Urb) sebagai salah satu tanaman herbal pada manusia maupun hewan sudah banyak diungkapkan. Namun demikian, belum pernah diungkapkan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) terhadap angka kuman pada organ usus halus pada mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium. Penelitian yang akan dilakukan juga mengacu pada salah satu firman Allah SWT dalam Q.S Asy-syuara : 7 : 7. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik, termasuk mengenai manfaatnya dalam dunia kedokteran. Sehingga tumbuh-tumbuhan atau tanaman herbal dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan.B. Rumusan Masalah1. Apakah pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) mampu menurunkan angka kuman usus halus mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium?2. Berapakah dosis efektif ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) yang mampu menurunkan angka kuman usus halus pada mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium?C. Tujuan PenelitianMengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) dalam menurunkan angka kuman usus halus mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Mengetahui dosis efektif ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) yang mampu menurunkan angka kuman usus halus pada mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium.D. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu kedokteran berupa bukti ilmiah mengenai peran dan manfaat ekstrak daun pegagan (Centella asiatica Urb) sebagai tanaman yang memiliki efek imunomodulator terhadap sistem imun tubuh dalam mengeliminasi pathogen intraseluler terutama Salmonella typhi dalam kaitannya dengan penyakit demam tifoid. E. Keaslian PenelitianBeberapa penelitian mengenai kegunaan dari pegagan (Centella asiatica Urb) yang telah dilakukan yaitu1. Amalia, (2009). Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica Urb (L.) Urban) Terhadap Efek Sedasi pada Mencit Balb/C. didapaatkan hasil bahwa ekstrak pegagan (Centella asiatica Urb) dapat menimbulkan efek sedasi yang bermakna pada mencit Balb/C. 2. Andria, (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) Terhadap Kadar Hormon Estradiol dan Kadar Hormon Progesteron Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina. Didapatkan hasil bahwa diperoleh pengaruh yang signifikan dari ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) terhadap kadar hormon estradiol dan progesteron. Semakin besar dosis yang diberikan maka semakin menurun kadar hormon estradiol dan progesteron tikus putih (Rattus norvegicus) betina. 3. Barbosa, et al., (2008). Centella asiatica Water Extract inhibits iPLA2 and cPLA2 Activities in Rat Cerebellum. Didapatkan hasil bahwa Centella asiatica dapat menghambat aktivitas iPLA2 dan cPLA2 pada serebelum mencit. Centella asiatica sangat potensial sebagai terapi penyakit dengan peningkatan PLA2 di otak seperti epilepsi, stroke, multiple sclerosis, dan kelainan neuropsikiatrik lain.4. Besung, et al., (2011). Centella asiatica Extract increased on the Level of Interleukin 6 (IL-6) in Mice. Didapatkan hasi bahwa pemberian ekstrak C.asiatica meningkatkan level IL-6 pada mencit Balb/C yang diinfeksi dengan S.typhi secara signifikan. Level tertinggi ditemukan dengan pemberian dosis 500 mg/kg BB pada minggu ke dua setelah infeksi S.typhi.5. Bunpo, et al., (2005). Centella asiatica Extract induces Cell Cycle Arrest in Caco-2 Human Colon Cancer Cells. Didapatkan hasil bahwa ekstrak C. asiatica secara signifikan menurunkan laju proliferasi sel Caco-2.6. Dash, et al., (2011). Antibacterial and Antifungal Activities of Several Extracts of Centella asiatica Urb L. against some Human Pathogenic Microbes. Didapatkan hasil bahwa ekstrak pegagan (Centella asiatica Urb) menunjukkan aktivitas antimicrobial yang lebih tinggi dibanding ciprofloxacin (10 mikrogram) dan aktivitas antifungal yang lebih tinggi dibanding ketoconazole (10 mikrogram).7. Haleagrahara & Ponnusamy, (2009). Neuroprotective Effect of Centella asiatica Extract (CAE) on Experimentally induced Parkinsonism in aged Sprague-Dawley Rats. Didapatkan hasil bahwa Centella asiatica efektif dalam melindungi otak terhadap kelainan neurogeneratif seperti parkinsonisme.8. Jagtap, et al., (2009). Antimicrobial and Antifungal Activity of Centella asiatica Urb (L.)Urban, Umbeliferae. Didapatkan hasil bahwa ekstrak etanolat dari Centella asiatica Urb memiliki aktivitas antimicrobial yang paling tinggi dibanding ekstrak Centella asiatica Urb pada petroleum ether dan air.9. Kristanti, (2010). Potensi Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Dosis Tinggi sebagai Antifertilitas pada Mencit (Mus musculus) Betina. Didapatkan hasil bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi berpengaruh terhadap perkembangan folikel ovarium mencit (Mus musculus) betina.10. Muchtaromah, (2011). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica, L. Urb) Terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kebuntingan Mencit (Mus musculus) Betina. Didapatkan hasil bahwa ekstrak daun Centella asiatica menurunkan jumlah korpus luteum pada dosis 125 mg/kg BB dan tidak terjadi kehamilan pada mencit betina yang mendapat injeksi Centella asiatica dosis 125, 200, 275 mg/kg BB. 11. Taemchuay, et al., (2008). A Study On Antibacterial Activity Of Crude Extracts Of Asiatic Pennywort And Water Pennywort Against Staphylococcus aureus. Didapatkan hasil bahwa crude extract dari daun Centella asiatica yang sebagian diekstrasi dengan air mempunyai efek antibakterial terhadap Staphylococcus aureus.Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian-penelitian yang pernah ada, pada penelitian ini digunakan mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium dengan pemberian berbagai dosis ekstrak pegagan.