bab i

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-kantong wilayah dimana banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk bekerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan mengusung tema Close the Immunization Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia. Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity). Program Imunisasi 1

Upload: erick-iyeth

Post on 13-Apr-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pro bano

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri,

Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-kantong

wilayah dimana banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat

dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk

bekerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan mengusung tema

Close the Immunization Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia.

Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta

anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia,

Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai

target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai

82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019.

Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi.

Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit

pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar

tercapai kekebalan masyarakat (population immunity). Program Imunisasi di Indonesia

dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal

Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu

tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki

tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014.

Program imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang sudah tertera dalam

undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui

beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan

penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).

Sasaran dan tujuan umum dari program imunisasi ini adalah turunnya angka kesakitan,

kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

1

Page 2: BAB I

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif,

bermutu, dan efisien.

Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan upaya

imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari

penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi

program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak,

Polio, Tetanus, serta Hepatitis B.

Di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok, penatalaksanaan program

imunisasi dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2014 yang mencapai target, pada tahun 2015

tidak mencapai target. Karena hal tersebut penulis mengangkat permasalahan tersebut.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui alasan kenapa terjadinya penurunan cakupan imunisasi di puskesmas Nan

Balimo pada Tahun 2015.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menemukan penyebab utama rendahnya cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo.

2. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah cakupan

imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo dapat mencapai target yang

ditetapkan Puskesmas Nan Balimo.

3. Menyusun Plan of Action dalam upaya peningkatan imunisasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo

1.3. Manfaat

1. Plan of Action diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak Puskesmas

dalam melaksanakan upaya peningkatan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo

2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa

permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui di Puskesmas

Nan Balimo.

2

Page 3: BAB I

1.4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup dalam pembahasan makalah ini mengenai gambaran tidak tercapainya

cakupan imunisasi di Puskesmas Nan Balimo pada Tahun 2015.

3

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesahatan perorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi

yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan

dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan

pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan

untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat

penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

4

Page 5: BAB I

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan

fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

d. `Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama

dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayan kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan

fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan

preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

5

Page 6: BAB I

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi,

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.

2.2 Manajemen

Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara

efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri

utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih

alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan

keputusan manejerial.

2.2.1 Perencanaan

a. Pengertian

Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi,

kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan

keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus

perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen

karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap

semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.

Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan

efisien.

b. Langkah-langkah Perencanaan

Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai

berikut :

6

Page 7: BAB I

1) Analisa situasi

2) Mangidentifikasi masalah prioritas

3) Menentukan tujuan program

4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program

5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian

a. Pengertian

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai

peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan

mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan

pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi.

b. Manfaat Pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui:

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok

2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf

organisasi

3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang

kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

c. Langkah-langkah Pengorganisasian

Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf

2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai

tujuan

3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis

4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas

pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya

7

Page 8: BAB I

5. Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan

a. Pengertian

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program

(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan

dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer

mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

b. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan

Tujuan pelaksanaan yaitu

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien

b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja staf

e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.

2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian

a. Prinsip Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses

manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan. Melalui

fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam

bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang

dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang

terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah,

dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan

agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai

tujuan program dapat lebih diefektifkan

b. Standar Pengawasan

Standar pengawasan mencakup :

8

Page 9: BAB I

1. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan

kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di

masa lalu.

2. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas

yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat

profesionalisme staf.

c. Manfaat Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi yang akan

memperoleh manfaatnya yaitu :

1. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh

staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya

sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi

pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan

program

2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan

tugas-tugasnya

3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan

dan telah dimanfaatkan secara efisien

4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan

5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau

diberikan pelatihan lanjutan.

d. Evaluasi

Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk

mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber

data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan

fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan

efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

9

Page 10: BAB I

2.3. Imunisasi

2.3.1 Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal

atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau

resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan

imunisasi lainnya.

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau

imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).

Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang

individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah

infeksi.

Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian

bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan.

Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga

memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan

tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit

berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara

bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan

hidup anak.

2.3.2 Jenis-jenis Imunisasi

a. Imunisasi BCG

Bacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang

bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia

(85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya

sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat

10

Page 11: BAB I

dipercaya. Maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi dan

tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit

TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer

anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya  > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang

cukup terhadap hepatitis B.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika

telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak

konsisten.

Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBC sebelum

diimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurang memuaskan.

Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin

dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi

TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit TBC tidak

diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya

kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segera memberikan imunisasi BCG buat

anaknya.

Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannya dengan

hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan) dilengan.Jadi

tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinya dianggap gagal.

Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1

ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.

maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar,

akan ditandai kulit yang menggelembung.

BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.BCG tidak dapat diberikan

pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia (kanker darah),

anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita infeksi HIV.

b. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100

negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya.Jika menyerang anak, penyakit

yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B

(VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.Sangat

mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.

11

Page 12: BAB I

Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil.Yang potemsial melalui jalan

lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga

melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B,

seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi.Bahkan juga bisa

lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.

Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata.Bahkan oleh dokter

sekalipun.Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat

sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal.Penyakit baru diketahui setelah dilakukan

pemeriksaan darah.

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik.Jika ada salah satu anggota keluarga

dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk

mengetahui apakah membawa virus atau tidak.Selain itu, imunisasi merupakan langkah

efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.

Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama

dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Usia PemberianSekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi

stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia

3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan

tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.

Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada

bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar).

Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat

dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar

hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya

8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma

100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus

disuntik ulang 3 kali lagi.

Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan,

lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat

12

Page 13: BAB I

c. Polio

Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat

dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, ini

yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit

aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan

tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar

pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat

vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah

Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf

dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh, penderita akan

pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.

Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah.Lukisan

dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang

berjalan dengan tongkat.Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak

dan menjadi pincang seumur hidupnya.

Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan

kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki.Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak

dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa

seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti

anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak

membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang,

sekolah dan bahkan gereja tutup.

Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan

dan minuan yang dicemari.

Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai

dengan jadwal imunisasi.

d. DPT

Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus

yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3

mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi

vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Indikasi

Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.

13

Page 14: BAB I

Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid

tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg

Thimerosal 0,1 mg

Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan

suspensi.Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang

dalam.Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat

penyuntikkan.(Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena

dapat mencederai syaraf pinggul).Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat

menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus

digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.

Di negara-negara dimana pertusis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DPT

harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2

dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat

diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG,

Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.

Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan

pertama DPT. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-

gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen

pertussis.Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-

gejala parah pada dosis pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya

dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.Untuk individu penderita virus human

immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi

DPT sesuai dengan standar jadual tertentu.

e. Campak

Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya.

Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh

antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah

menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit

yang disebabkan virus Morbili ini.Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup.

Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita

yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12

hari, gejalanya sulit dideteksi.Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam),

14

Page 15: BAB I

mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian,

disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa

anak juga mengalami diare.satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,

berkisar 38-40,5 derajat celcius.

Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas

penyakit ini.Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya muncul

di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.Dalam

waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak

banyak.

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya.

Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi.

Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya.

Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa

campak.Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter.Jaga stamina

dan konsumsi makanan bergizi.Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati

berdasarkan gejala yang muncul.Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif

mengatasi virus campak.

Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya.Bisa terjadi komplikasi,

terutama pada campak yang berat.Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh,

gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa

radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan

kematian pada anak.

Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6

tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu

sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika

sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus

diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

2.3.3 Efek Samping Imunisasi

Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi.Tetapi, orangtua

masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si

Kecil.

15

Page 16: BAB I

Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian

imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun

pertahanan tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang

membahayakan jiwanya.

Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi

pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini

sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh

tengah bekerja.Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek

imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian.Realita ini, menurut Departemen

Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI).Menurut Komite Nasional

Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan

kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman

tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi

terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi

cepat).

Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari

adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis

yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu. "Gejala klinis KIPI dapat

timbul secara cepat maupun lambat.Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala

lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas

Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada keadaan

tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella),

bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi

simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat

efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang

timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan

vaksin.Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian

yang timbul kebetulan," demikian Sri.

Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan,

sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat imunisasi

16

Page 17: BAB I

tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors),"

tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang

Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan

anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik

vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memiliki sikap "satu ukuran untuk

semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan

bangun genetika, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang

bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin,"

Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar

ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa

faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:

Reaksi Suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung

maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan langsung misalnya

rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak

langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.

Reaksi Vaksin

Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah

diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT

yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa juga reaksi induksi

vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan),

yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah

perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.

Penyebab Tidak Diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam

salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak

diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan kelengkapan informasi

akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI. 'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau

Fiksi?raguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini

sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu

lainnya yang tidak dilaporkan.Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab

untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.Jadi realitanya, tidak

17

Page 18: BAB I

ada obat yang aman untuk setiap anak.Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa

obat lainnya.

Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan

hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini

banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada

tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada.Yang juga kurang,

adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-

anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai

diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan

persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak,

sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan

masalah kesehatan yang menahun lainnya.

Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah

masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan profesional

kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya lebih banyak

kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari

imunisasi.

Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang

membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :

BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.

Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi

luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka

parut yang kecil.

DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan

imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar

merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak

berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila

gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak

memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.

POLIO : Jarang timbuk efek samping.

CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah

penyuntikan.

18

Page 19: BAB I

HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping

imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.

2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan Pada Anak yang Tidak Diimunisasi

Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah

dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa

kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut. Bukankah lebih baik

mencegah daripada mengobati.

Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan

Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan

kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya

adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :

Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara

berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab

tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju

faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko

penyakit ).

Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang

memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-

obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.

Hepatitis B

Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen)

dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis

B mutlak perlu.

Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita

seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B,

bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala

kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag

yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.

Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah menular.

Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan

diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan

19

Page 20: BAB I

merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan.Pada serangan

tahap awal masih bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang

lebih berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai

kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.

Penyakit Polio

Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang

terinfeksi.Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.

Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh

virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke

tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.

Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral

tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini

membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan

satu protein kecil (Vpg).Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit

peradaban.Polio menular melalui kontak antarmanusia.Virus masuk ke dalam tubuh melalui

mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat

menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan

jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia

antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1

(brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik

atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain

ini sering ditemukan di Sukabumi.

Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu

Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis

menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher

dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus

ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol

pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.

Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu

penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering

20

Page 21: BAB I

ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.

Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol

gerak fisik.Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak

memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh

bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem

saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus

dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.

Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan

dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada

kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis

(AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang

tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.   -Polio Bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut

terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf

kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf

trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot

muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu

proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf

yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur

pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.

Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika

otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi

kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah bernapas'' ke paru-paru.

Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat

''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan

trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.

Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru

besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan

mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan

mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian

udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat

menyebabkan koma dan kematian.

21

Page 22: BAB I

Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan

tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapat menular

melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus

ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah

bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.

Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral

(dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut).Virus

Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-

kilometer dari sumber penularannya.

Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita

yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas.Virus Polio sangat tahan

terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor.Suhu yang

tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa

hidupnya.

Penyakit Campak

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang

sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat

mata/konjungtiva) dan ruam kulit.Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak

golongan Paramyxovirus.

Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita

bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari

setelah ruam kulit ada.

Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah

menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak

munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi

melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne

disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan

pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-

orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang

tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi

kedua.

22

Page 23: BAB I

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas

badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik -

nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik

Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya

gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun

papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di

depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam

menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu

tubuhnya mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai

merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari

diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada

selama 4 hari hingga 7 hari.

Difteri, pertusis dan tetanus

Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan

komplikasi yang serius atau fatal.

Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit

ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan

biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang

sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang

terkontaminasi.

Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif

yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari

penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari

kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang

timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.Disamping

menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut

eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf.

Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak

yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan

3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini

23

Page 24: BAB I

Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti

menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia

menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung

(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat di tanah,

kotoran hewan, debu, dan sebagainya.Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka

yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk

toksin (racun) yang menyerang saraf.

UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan

dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan

bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika

alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan

tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan. Angka kematian yang

diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem

pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan

iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit

ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan

sangat mudah tertular.

Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur

kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang

dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.Pada

tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang

diakibatkan oleh pertusis.

2.3.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak

a. Vaksin Hepatitis B.

Diberikan dalam satu seri yang terdiri dari 3 kali suntik.

Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan

paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada

kontrol di bulan pertama atau kedua.

24

Page 25: BAB I

Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara

bulan pertama dan kedua. Bila yang pertama diberikan setelah sebulan, maka yang kedua

diberikan antara bulan ketiga dan keempat.

Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum

usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada

usia antara 6 s/d 18 bulan.

Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin

HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi

kemerah-merahan.

Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada

reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.

Setelah pemberian  Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik, dan juga daerah

sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas

(Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.

b. DPT

Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4

bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun).

Dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11

s/d 12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DPT terakhir. Setelah itu

direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.

Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini menimbulkan panas

badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh komponen pertussis

dalam vaksin.

Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak

memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari

vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelah

mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawah konsultasikan dengan dokter

anak sebelum mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah

imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah

mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau

muka panas badan lebih dari 40 derajat Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari

pertama setelah imunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi

25

Page 26: BAB I

Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-

merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak

memberikan resep obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul

gejala-gejala seperti diatas.

c. Polio

Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan

saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang

dua terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan

vaksin semuanya secara IPV.

Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernah mendapatkan imunisasi

polio pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda

mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang

terkandung dalam vaksin OPV ke anda.

Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV

lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak

dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah

vaksinasi. Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius

terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe

OPV.

Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau

kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi

apapun.

d. BCG

Jadwal pemberian  diberikan satu kali pada usia 2 bulan. Resiko yang mungkin timbul

Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin ini. Menunda pemberian Bila anak

sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup

siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.

e. MMR/Campak

Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari dua kali pemberian.

Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada

usia 11 s/d 12 tahun.

Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.

Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki

26

Page 27: BAB I

alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang

waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker

atau sedang menjalani terapi kemo atau radiasi. Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya

cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.

Jadwal Imunisasi Anak

27

Page 28: BAB I

2.3.6 Imunisasi Tambahan

Tujuan pemberian imunisasi pada orang dewasa dan anak berbeda. Pada anak,

pemberian imunisasi bertujuan untuk menyiapkan anak agar memiliki kekebalan tubuh yang

kuat, sehingga tidak gampang sakit. Tetapi pada orang dewasa terutama pada orang berusia

lebih lanjut, imunisasi dapat mencegah kematian yang cukup signifikan.

Ini dia beberapa jenis imunisasi dan kapan waktu pelaksanaanya.

a. Hepatitis A.

Imunisasi terhadap penyakit yang menyebar melalui virus ini sangat dianjurkan pada

setiap orang, khususnya pada turis dan penyaji makanan (food handlers). Penyuntikannya

dilakukan 2 kali, dengan jarak 0,6 atau dari 1 kali saat suntik pertama lalu suntik kedua 6

bulan kemudian.

b. Hepatitis B.

Walaupun saat masih bayi sudah mendapatkannya, ketika sudah dewasa imunisasi ini

masih diperlukan. Khususnya pada ibu hamil yang bersifat carier. Imunisasi ini diberikan

dalam 3 dosis yaitu bulan ke-0,1, dan 6.

c. Demam Tifoid.

Demam tifoid atau yang dikenal dengan penyakit tifus merupakan infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Pemberian imunisasinya dilaksanakan 3 tahun 1

kali.

Imunisasi ini dianjurkan bagi penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang

berkunjung ke daerah endemis.

d. Meningitis.

Menurut Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, penyakit meningitis sebenarnya tak ada di

Indonesia, kehadirannya biasanya karena dibawa dari luar khususnya oleh mereka yang

melaksanakan haji (Saudi Arabia). Imunisasi ini didapatkan dalam dosis primer dengan jarak

2 bulan, untuk dosis booster dapat diberikan setiap 5 tahun apabila pada dosis primer

diberikan 2 dosis.

e. Pneumonia

Pneumonia biasanya bersarang pada tenggorokan. Pada mereka yang merokok

imunisasi ini sangat dianjurkan, sebab merokok dapat merusak tenggorokan sehingga bakteri

pneumokokus mudah bersarang dan menyebabkan penyakit. Terdapat 2 jenis imunisasi

pneumonia dan umumnya imunisasi ini dilakukan 5 tahun sekali.Vaksin Pneumonia

28

Page 29: BAB I

diberikan juga pada orang dewasa usia > 65 tahun dan mereka yang berusia < 65 tahun

dengan penyakit kardiovaskular kronis, penyakit paru kronis, diabetes melitus, alkoholik

chirrosis, kebocoran cairan serebospinal, asplenia anatomik/fungsional, infeksi HIV,

leukemia,

f. Influenza

Influenza seringkali diremehkan. Padahal, bagi penderita jantung dan lansia penyakit

ini sangat berbahaya. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk melakukan imunisasi ini 1 tahun

sekali. Vaksin ini juga dianjurkan untuk calon jemaah haji karena risiko paparan tinggi.

Tak hanya 6 jenis imunisasi ini saja, masih ada jenis imunisasi penting lainnya yang

diperuntukkan untuk orang dewasa. Namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke

dokter Anda untuk mendapatkan penjelasan dan manfaatnya bagi kesehatan Anda.

g. Imunisasi Selama Kehamilan

Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan

perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari pajanan

infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting

dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang rutin dilakukan

selama kehamilan sebaiknya ditunda sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan

teratogen (membuat cacat) bagi janin. Waktu terbaik untuk membicarakan tentang imunisasi

adalah ketika sedang merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita

terkena penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi

dipertimbangkan dari untung dan ruginya.

Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil

Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk

mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada

wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster

Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1

pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular

Seksual, penggunaan narkoba suntik)

Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil

namun sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14

Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan

pajanan infeksi spesifik

29

Page 30: BAB I

Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan

risiko tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan

gangguan jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes)

Rabies : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies

Hepatitis A : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama

kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)

Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif

30

Page 31: BAB I

BAB III

HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Institusi

3.1.1 Kondisi Geografi

Peta Wilayah :

Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai beroperasional

pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua) Kelurahan yaitu

Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas

wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau

puskesmas rawat jalan.

31

Page 32: BAB I

Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa

Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa

Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera Barat 67 km,

dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua) kelurahan, yaitu :

Kelurahan Nan Balimo

Kelurahan Laing

3.1.2 Kondisi Demografi

Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa

2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa

Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing pada

umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi Dan Misi

A. Visi

“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat”

B. Misi

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS.

Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan.

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan.

Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan.

Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi.

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.

Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan lingkungan.

32

Page 33: BAB I

3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan

1. Gedung Puskesmas.

1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok

2. Puskesmas Pembantu.

a) Pustu Gelanggang Betung

b) Pustu Tembok

c) Pustu Laing Taluk

d) Pustu Laing Pasir

3. Pos Kesehatan Kelurahan.

a) Poskeskel Nan Balimo

b) Poskeskel Laing

4. Sarana Transportasi.

a) Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit

b) Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit

Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nan

BalimoTahun 2015

No Jenis Sarana Jumlah

1. Puskesmas Induk 1 Unit

2. Puskesmas Pembantu 4 Unit

3. Poskeskel 2 Unit

4. Posyandu Balita 10 Unit

5. Posyandu Lansia 4 Unit

6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit

7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit

Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

33

Page 34: BAB I

3.1.5 Ketenagaan Puskesmas

Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas

No Jenis Tenaga Jumlah Ket

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Gigi 2

3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas

4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela

5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela

6 Tenaga Sanitarian 1

7 Tenaga Gizi 3

8 Perawat Gigi 1

9 Tenaga Apotik/gudang obat 3

10 Tenaga Analis 1

11 Tenaga Refraksi Optisi 0

12 Tenaga RM 1

13 Tenaga Elektromedik 0

14 Tenaga Umum 0

15 Tenaga Supir 1

16 Penjaga Malam 1

17 Tenaga Kebersihan 1

Total 41

Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Nan

Balimo

3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensia

a. Promosi Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan :

Penyuluhan ke Sekolah

Penyuluhan di Posyandu

Penyuluhan Keliling

34

Page 35: BAB I

Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan Tanpa

Rokok (PHBSKTR)

Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

b. Kesehatan Lingkungan

Kegiatan yang dilakukan :

Inspeksi sanitasi dasar

Rumah sehat

Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan

minuman (ttu-tpm)

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

Pengelolaan sampah rumah tangga

Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air

Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah

Penyuluhan kawasan sehat

Hasil kegiatan :

Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan

No Kegiatan Target %Pencapaian

%

1 Akses air bersih * 92 90,8

2 Jamban keluarga * 90 70,5

3 Pembuangan limbah 75 85,13

4 Pengelolaan sampah 95 84,9

5 Rumah sehat 80 87,12

6 TTU 75 89,4

7 TPM 65 82,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

c. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

Kegiatan yang dilakukan :

a) Program Kesehatan Ibu

35

Page 36: BAB I

Kelas Ibu Hamil

PelayananAnte Natal Care (ANC)

Kunjungan ibu hamil risiko tinggi

Kunjungan nifas

Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan komplikasi

(P4K/ANC) berkualitas

otopsi verbal,dll

b) Program Kesehatan Anak

Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)

Kelas Ibu Balita

c) Program Keluarga Berencana

pelayanan dan konseling

penanganan komplikasi ringan

Hasil Kegiatan :

Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu

No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil

K1100% 107,5%

2 Cakupan kunjungan ibu hamil

K495% 96%

3 Cakupan ibu hamil dengan

komplikasi yang ditangani80% 20,3%

4 Cakupan pertolongan persalinan

nakes90% 93.4%

5 Kunjungan nifas 85% 82,7%

6 Peserta KB aktif 71% 71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

36

Page 37: BAB I

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak

No Program Kegiatansasara

nTarget(%)

Pencapaian

(%)

1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23

2

Jumlah KN

Lengkap sasaran

170

170 90 82,7

3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9

4

Jumlah neonatus

komplikasi yg

ditangani

0 80 26,6

5 (Bayi) Pelayanan Bayi

6 DDTK 4x/th 170 90 90,5

7Yankes anak

balita170 85 84,6

8Jlh kematian

neonates0 - 4

9 Jlh kematian bayi 0 - 1

10Jlh Kematian

Balita0 - 0

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

NoKeluraha

n

Jml

PUS

Peserta KB

Baru

Peserta KB

AktifDROP OUT

Kumulatif Kumulatif Kumulatif

Jml % Jml % Jml %

37

Page 38: BAB I

1Nan

Balimo1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64

2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2

Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

d. Perbaikan Gizi Masyarakat

Kegiatan yang dilakukan :

Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)

Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD

Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA

Pemberian PMT Pemulihan

Kelas gizi

Survey GAKY tingkat rumah tangga.

Kegiatan rutin seperti :

Pemberian vit A

Pemberian tablet Fe

GERNASDARZI

Hasil Kegiatan :

Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat

No Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)

1 D/S Balita 69 65,7

2 N/D’ Balita 87 89.4

3 BGM/D Balita 3 0,9

4 Pendistribusian Vit A 85 98

5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96

6Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi

ekslusif80 90.9

7 Balita gizi buruk mendapat - -

38

Page 39: BAB I

perawatan

8Cakupan rumah tangga yg

konsumsi beryodium90 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Kegiatan yang dilakukan :

1) Prog. P2P

Sosialisasi P2P dan Surveilans

Pemeriksaan kontak TB

Penyegaran Kader TB

Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas

Survey Epidemiologi

PTM

Posbindu

2) Kusta

Penemuan dan penanganan kasus

3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

Pelacakan Kasus Kontak

PMO TB

TB mangkir

Penyaringan suspect

4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Sosialisasi DBD

Pemantauan Jentik

PE

5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia

penemuan dan penanganan kasus

6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies

Pelacakan Kasus

7) Program Imunisasi

39

Page 40: BAB I

Pelayanan Imunisasi

BIAS

TT WUS

Sweeping

Pelacakan KIPI

Hasil Kegiatan :

Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P

No Kegiatan Target %Pencapaian

%

1Penemuan kasus BTA

(+) *70 38

2Angka Bebas

Jentik(ABJ)92 77,43

3Penemuan kasus

Pneumoni *- 18 org

4 Pengobatan Diare 100 100

5 Penanganan kasus DBD 100 100

6 Penemuan kasus Kusta - -

7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org

8 Pemberian VAR/SAR - 9

9 IVA : diperiksa 237 org 63org

10 hasil (+) - 2 org

11Pemakaian Zink pada

diare pada anak balita100 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)

Kegiatan :

40

Page 41: BAB I

1. UKS

Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA

Pembinaan Sekolah Sehat

Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan

2. Perkesmas

Asuhan keperawatan pada keluarga

Kunjungan rumah KK Resti

3. Kesehatan Jiwa

Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa

Rujukan kasus jiwa

4. Kesehatan Mata

Penemuan dan penangan kasus

Rujukan

5. Kesehatan Lansia

Pelayanan di dalam dan luar gedung

Pembinaan kelompok lansia

Senam lansia

Penyuluhan kesehatan lansia

Deteksi Dini Kesehatan Lansia

6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)

pelatihan kader PKPR

Penyuluhan & konsultasi ke sekolah

konsultasi bagi remaja

7. Kesehatan Gigi & Mulut

Dalam Gedung :

Pelayanan kedaruratan Gigi

Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar

Pelayanan medik gigi dasar

Luar Gedung

UKGS

UKGM

3.3 Hasil Kegiatan Puskesmas

41

Page 42: BAB I

Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan selama 5

minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo kota solok. Kegiatan

dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi

terkait program- program yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik

senior melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai program –

program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang program, dan melakukan

kegiatan di luar gedung di beberapa tempat seperti di Lapas Kelas II kota solok, puskesmas

keliling, posbindu dan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah :

1. Penyuluhan di lapas

o Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 21 Januari dan 4 Februari 2016

Tempat : Lapas kelas II kota solok

o Tujuan Kegiatan

o Penyuluhan Mengenai Penyakit Vertigo

o Penyuluhan Mengenai Bahaya Merokok

o Penyuluhan Mengenai Hipertensi

o Penyuluhan Mengenai Asam Urat

o Penyuluhan Mengenai DBD

o Manfaat

o Memberikan edukasi mengenai Bahaya Merokok dan Penyakit Vertigo

o Memberikan Edukasi Mengenai Hipertensi

2. Posbindu

o Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 21 Januari 2016

Tempat : Galangang Batung

42

Page 43: BAB I

o Tujuan Kegiatan

o Melakukan Penimbangan Berat Badan

o Melakukan Konsultasi Mengenai Penyakit Secara Umum

o Manfaat

o Memberikan penyuluhan mengenai pengaruh diet makanan dan pola

hidup sehat.

o Memberikan pengetahahuan secara umum mengenai berbagai macam

penyakit yang biasanya di alami masyarakat.

3. Puskesmas keliling

o Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 28 Januari 2016

Tempat : Pustu Laing Pasir

o Tujuan Kegiatan

o Penyuluhan mengenai Hipertensi, Diet purin, Diabetes, Kolesterol

o Manfaat

o Memberikan penyuluhan mengenai pengaruh diet makanan dan pola

hidup sehat.

o Edukasi kepada masyarakat mengenai baik dan buruknya melakukan diet

kolesterol, purin dan gula.

4. Posbindu

o Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 29 Januari 2016

Tempat : Pustu Laing Taluk

o Tujuan Kegiatan

o Melakukan penimbangan berat badan

o Melakukan pengukuran tinggi badan

o Melakukan pengukuran gizi

o Melakukan penyuluhan mengenai penyakit yang di alami masyarakat

43

Page 44: BAB I

o

o Manfaat

o Mengetahui keadaan gizi masyarakat

o Meningkatkan pengetahuan tentang hidup sehat

o Meningkatkan penyakit yang biasanya dialami

5. Sosialisai Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

o Waktu dan Tempa

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 5 Februari 2016

Tempat : Puskesmas Nan Balimo

o Tujuan Kegiatan

o Sosialiasi Mengenai Pekan Imunisasi Nasional

o Manfaat

o Mengetahui mengenai Pekan Imunisasi Nasional

6. Posyandu Balita

o Waktu dan Tempa

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 10 Februari 2016

Tempat : Posyandu Telaga Biru, Pasir Putih, Merah Sari, Gr. Mutiara,

Anggrek II.

o Tujuan Kegiatan

o Mengambil Kuosiner Tentang Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi

o Manfaat

o Mengetahui mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi

7. Posyandu Balita

o Waktu dan Tempat.

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 11 Februari 2016

Tempat : Posyandu Anggrek 1, Raflesia, Bougenvile, Teratai Putih.

o Tujuan Kegiatan

o Mengambil Kuosiner Tentang Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi

o Manfaat44

Page 45: BAB I

o Mengetahui mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi

3.4. Fokus Kajian Program

3.4.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan

wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo. Terdapat 5 upaya

kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, kesehatan

lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,

serta pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-

masing program wajib di Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih

terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian.

Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah

yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG).

Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan

puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan

ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari

Urgensi, Seriousness,dan Growth.

Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:

1. Rendahnya pencapaian Imunisasi di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok pada

tahun 2015

2. Rendahnya Pencapaiaan Target Suspek TB tahun 2015 Di Puskesmas Nan

Balimo Kota Solok

Jumlah pencapaian Target Susoek TB di Puskesmas Nan Balimo hanya ditemukan

sebanyak 111 orang yang seharusnya mencapai target 142 orang.

3.4.2. Penetapan Prioritas Masalah

Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus ditentukan

prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.

Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah

menggunakan teknik skoring sebagai berikut :

1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

45

Page 46: BAB I

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

3. Growth (tingkat perkembangan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

3.4.3. Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo

Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah

yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua masalah

prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara

dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara

target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi, Seriousness,dan Growth. Adapun

masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan skala USG adalah tidak tercapainya

target imunisasi dasar di puskesmas Nan Balimo pada Tahun 2015.

46

Masalah U S G P Prioritas

Rendahnya

pencapaian Imunisasi

di Puskesmas Nan

Balimo Kota Solok

pada tahun 2015

4 4 4 48 P1

Rendahnya

Pencapaiaan Target

Suspek TB tahun 2015

Di Puskesmas Nan

Balimo Kota Solok

4 3 3 36 P2

Page 47: BAB I

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi

Target yang harus dicapai tahun 2013

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :

Jenis Imunisasi Target Pecapaian

BCG 95% 96,6 %

POLIO1 95% 107,4 %

DPT/HB (1) 95% 99,9 %

POLIO2 95% 95,8 %

DPT/HB(2) 95% 92,8 %

POLIO 3 95% 98,1 %

DPT/HB (3) 90% 93,4 %

POLIO 4 90% 97,5%

CAMPAK 95% 96,4 %

Target yang harus dicapai tahun 2014

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :

Jenis Imunisasi Target Pencapaian

BCG 95% 85,9 %

POLIO1 95% 89,4 %

DPT/HB (1) 95% 102,8 %

POLIO2 95% 101,6 %

DPT/HB(2) 95% 100,4%

POLIO 3 95% 101.6%

47

Page 48: BAB I

DPT/HB (3) 90% 94,3%

POLIO 4 90% 88,9 %

CAMPAK 95% 78,0 %

Target yang harus dicapai tahun 2015

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :

Jenis-jenis Imunisasi Target Pencapaian

BCG 95% 82,6 %

POLIO1 95% 82,6 %

DPT/HB (1) 95% 75,9 %

POLIO2 95% 75,9 %

DPT/HB(2) 95% 79,0 %

POLIO 3 95% 78,5 %

DPT/HB (3) 90% 82,6 %

POLIO 4 90% 81,5 %

CAMPAK 95% 79,5 %

Dari data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa pada tahun 2015 di puskesmas Nan Balimo Terjadi Penurunan Pecapaian Target Imunisasi jika di bandingkan dengan tahun 2013 dan 2014.

48

Page 49: BAB I

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa( Fishbone) Perkembangan Imunisasi Tahun 2013-2015 Di Puskesmas Nan Balimo.

Pemamfaatan media informasi

yang kurang maksimal

49

MAN

Rendahnya pemberian Imunisai Di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

DANA

METODE

SARANA LINGKUNGAN

Kurangnya Sosialisasi tentang Pentingnya Imunisasi

Kurangnya Kesadarana Masyarakat akan Pentingnya Imunisasi

Kurangnya Kerjasama antar Kader di Posyandu

Kurangnya dana untuk Sosialisasi

Pemamfaatan Media Informasi yang Kurang Maksimal

Akses Kelokasi Yang Sulit Di jangkau

Rendahnya Tingkat Kesadaran Untuk Melakukan Imunisasi

Kurang Kerja Sama Dengan BPS dan dokter Praktek Swasta”

Kurangnya Pengetahuan kader di posyandu

Page 50: BAB I

3.3.4 Analisis Sebab Akibat Masalah

Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa ( Fishbone) maka dapat dilakukan

analisis sebab akibat masalah tersebut untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari

berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalah

tersebut.

No Variabel masalah

Alternatif Pemecahan masalahFaktor

penyebab

Penyebab masalah

1 Manusia Masih rendahnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya

imunisasi

Kurangnya pengetahuan kader di

posyandu.

Kurangnya kerjasama antar kader di

posyandu.

Memberikan penyuluhan kepada

masyarakat mengenai pentingnya

melakukan imunisasi

Menjelaskan kepada masyarakat

mengenai imunasi dan penyakit yang

terjadi apabila tidak melakukan

imunisasi

Memotivasi masyarakat menjaga

untuk melakukan imunisasi

Meningkatkan kerjasama petugas

puskesmas dengan petugas pustu/

poskeskel/posyandu dan praktek

swasta

Mendata jumlah anak dan dewasa

yang belum melakukan imunisasi.

2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan

pada masyarakat mengenai

imunisasi

Kurangnya kerjasama antar BPS

dan dokter praktek swasta.

Mengadakan penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi

Membuat leaflet, stiker, poster untuk

mengingatkan masyarakat tentang

pentingnya melakukan imunisasi dan

edukasi dampak buruknya apabila

50

Page 51: BAB I

anak tidak diberikan imunisasi.

3 Money Kurangnya dana untuk sosialisasi Memaksimalkan penggunaan sumber

dana puskesmas yang ada dengan cara

menambahkan alokasi dana BPJS

kesehatan

4 Sarana Kurangnya pemanfaatan media

informasi

Terbatasnya transportasi masyarakat

Memanfaatkan semua sarana informasi

yang ada

Melakukan pemeriksaan ecara dor to

dor

5 Lingkungan Kurangnya kesadaran dan edukasi

Lokasi puskesmas jauh dari

pemukiman penduduk

Meningkatkan kesadaran pentingnya

imunisasi

Memperbaiki akses menuju puskesmas

3.3.5 Plan Of Action

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam analisis sebab akibat maka

ditentukan Plan of Action yang bertujuan untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan

masalah yang terjadi pada rendahnya angka kesadaran Imunisasi di Wilayah Puskesmas Nan

Balimo.

NO

.

KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI VOLUME

KEGIATAN

PELAKS-

ANA

1. Penyuluhan kepada

masyarakat mengenai

Imunisasi

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

Masyarakat Puskesmas,

posyandu

1 kali dalam

1 bulan

Kader dan

petugas

puskesmas

2. Membuat leaflet,

stiker, poster

Meningkatkan

pengentahuan

Masyarakat Puskesmas,

posyandu

3 kali dalam

1 tahun

Kader dan

petugas di

puskesmas

3. Pemberian reward

kepada ibu yang

Agar dapat

menarik minat

Masyarakat Puskesmas,

posyandu,

Setiap 1 kali

dalam

Kader, dan

petugas

51

Page 52: BAB I

membawa anak untuk

imunisasi (seperti

panci,piring,sendok)

masyarakat rumah

masyarakat

sebulan puskesmas

4. Mendata jumlah

masyarakat yang wajib

Imunisasi

Mengetahui

jumlah

masyarakat

wajib

Imunisasi

Masyarakat Posyandu Setiap 2 kali

dalam

setahun

Petugas

puskesmas

dan Kader

BAB IV

PENUTUP

52

Page 53: BAB I

4.1 Kesimpulan

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin

membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi tubuh

terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu

membasmi penyakit yang sereius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin

jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka

banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarak ditemukan.

Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin

terhadap antigen tidak terlalu kuat. Tubuh belum terbiasa untuk mengatasinya. Tetapi pada

reaksi kedua, ketiga dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup

tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat

menghancurkan antigen atau kuman, hal tersebut menandakan bahwa anak telah menjadi

kebal terhadap penyakit tersebut.

4.2 Saran

Dalam rangka peningkatan kesadaran akan pentingnya Imunisasi maka disarankan agar

mengadakan dan melakukan penyulhan dan edukasi secara berkala mengenai Imunisasi,

maksimalkan kinerja petugas dan kader membangun koordinasi dengan baik lintas sektor,

memaksimalkan peran kader maupun petugas kesehatan lainnya pada pelaksananaan

Imunisasi, dan memperluas relasi antara dokter praktek swasta/ fasilitas kesehatan di luar

puskesmas agar seluruh anak mendapatkan imunisasi khususnya yang berada di wilayah

kerjanya tetap terpantau dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

53

Page 54: BAB I

DEPKES. 2012.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

imunisasi

Dinas Kesehatan Kota Solok. 2015.Profil Kesehatan Kota Solok. Solok: Dinas Kesehatan

Kota Solok.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Jangan mengabaikan jadwal imunisasi,

http://www.depkes.go.id/index.php?

option=news&task=viewarticle&sid=983&itemid=2, diakses tanggal 3 Desember

2013.

Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC

Ranuh, I.G.N., 2008, Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga, Badan Penerbit Ikatan

Dokter Indonesia, Jakarta.

Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC

Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC

www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf

54