bab i
DESCRIPTION
pro banoTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri,
Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-kantong
wilayah dimana banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat
dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk
bekerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan mengusung tema
Close the Immunization Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia.
Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta
anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia,
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai
target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai
82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019.
Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi.
Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit
pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar
tercapai kekebalan masyarakat (population immunity). Program Imunisasi di Indonesia
dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal
Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu
tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki
tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014.
Program imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang sudah tertera dalam
undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan
penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Sasaran dan tujuan umum dari program imunisasi ini adalah turunnya angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
1
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif,
bermutu, dan efisien.
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan upaya
imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari
penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi
program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak,
Polio, Tetanus, serta Hepatitis B.
Di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok, penatalaksanaan program
imunisasi dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2014 yang mencapai target, pada tahun 2015
tidak mencapai target. Karena hal tersebut penulis mengangkat permasalahan tersebut.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui alasan kenapa terjadinya penurunan cakupan imunisasi di puskesmas Nan
Balimo pada Tahun 2015.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menemukan penyebab utama rendahnya cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo.
2. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah cakupan
imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo dapat mencapai target yang
ditetapkan Puskesmas Nan Balimo.
3. Menyusun Plan of Action dalam upaya peningkatan imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo
1.3. Manfaat
1. Plan of Action diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak Puskesmas
dalam melaksanakan upaya peningkatan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo
2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa
permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui di Puskesmas
Nan Balimo.
2
1.4. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup dalam pembahasan makalah ini mengenai gambaran tidak tercapainya
cakupan imunisasi di Puskesmas Nan Balimo pada Tahun 2015.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesahatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
4
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan
fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
d. `Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan
fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
2.2 Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manejerial.
2.2.1 Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi,
kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan
keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus
perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan
efisien.
b. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai
berikut :
6
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2 Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui:
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf
organisasi
3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang
kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
c. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
7
5. Mendelegasikan wewenang
2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan
a. Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program
(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan
dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
b. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan yaitu
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.
2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian
a. Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam
bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang
dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang
terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih diefektifkan
b. Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
8
1. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di
masa lalu.
2. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas
yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat
profesionalisme staf.
c. Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi yang akan
memperoleh manfaatnya yaitu :
1. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh
staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya
sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi
pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan
program
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan
tugas-tugasnya
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan
dan telah dimanfaatkan secara efisien
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan.
d. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk
mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber
data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan
fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan
efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
9
2.3. Imunisasi
2.3.1 Pengertian
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau
imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang
individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah
infeksi.
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian
bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan.
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga
memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.
2.3.2 Jenis-jenis Imunisasi
a. Imunisasi BCG
Bacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang
bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia
(85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya
sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat
10
dipercaya. Maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi dan
tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit
TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer
anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang
cukup terhadap hepatitis B.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika
telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak
konsisten.
Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBC sebelum
diimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurang memuaskan.
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin
dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi
TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit TBC tidak
diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya
kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segera memberikan imunisasi BCG buat
anaknya.
Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannya dengan
hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan) dilengan.Jadi
tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinya dianggap gagal.
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1
ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar,
akan ditandai kulit yang menggelembung.
BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.BCG tidak dapat diberikan
pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia (kanker darah),
anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita infeksi HIV.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100
negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya.Jika menyerang anak, penyakit
yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B
(VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.Sangat
mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.
11
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil.Yang potemsial melalui jalan
lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga
melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B,
seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi.Bahkan juga bisa
lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata.Bahkan oleh dokter
sekalipun.Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat
sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal.Penyakit baru diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan darah.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik.Jika ada salah satu anggota keluarga
dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk
mengetahui apakah membawa virus atau tidak.Selain itu, imunisasi merupakan langkah
efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama
dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia PemberianSekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi
stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia
3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan
tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.
Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada
bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar).
Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat
dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar
hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya
8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma
100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus
disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan,
lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
12
c. Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat
dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, ini
yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit
aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan
tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar
pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat
vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf
dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh, penderita akan
pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah.Lukisan
dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang
berjalan dengan tongkat.Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak
dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan
kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki.Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak
dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa
seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti
anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak
membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang,
sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan
dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai
dengan jadwal imunisasi.
d. DPT
Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3
mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi
vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Indikasi
Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
13
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid
tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan
suspensi.Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang
dalam.Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat
penyuntikkan.(Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena
dapat mencederai syaraf pinggul).Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat
menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus
digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.
Di negara-negara dimana pertusis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DPT
harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2
dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat
diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG,
Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan
pertama DPT. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-
gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen
pertussis.Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-
gejala parah pada dosis pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya
dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.Untuk individu penderita virus human
immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi
DPT sesuai dengan standar jadual tertentu.
e. Campak
Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya.
Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit
yang disebabkan virus Morbili ini.Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup.
Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12
hari, gejalanya sulit dideteksi.Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam),
14
mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian,
disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa
anak juga mengalami diare.satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,
berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas
penyakit ini.Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya muncul
di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.Dalam
waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak
banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya.
Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi.
Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya.
Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa
campak.Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter.Jaga stamina
dan konsumsi makanan bergizi.Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati
berdasarkan gejala yang muncul.Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif
mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya.Bisa terjadi komplikasi,
terutama pada campak yang berat.Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh,
gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa
radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan
kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6
tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu
sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika
sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
2.3.3 Efek Samping Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi.Tetapi, orangtua
masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si
Kecil.
15
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian
imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun
pertahanan tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang
membahayakan jiwanya.
Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi
pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini
sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh
tengah bekerja.Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek
imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian.Realita ini, menurut Departemen
Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI).Menurut Komite Nasional
Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman
tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi
terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi
cepat).
Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari
adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis
yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu. "Gejala klinis KIPI dapat
timbul secara cepat maupun lambat.Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala
lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas
Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada keadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella),
bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi
simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat
efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang
timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan
vaksin.Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian
yang timbul kebetulan," demikian Sri.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan,
sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat imunisasi
16
tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors),"
tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang
Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan
anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik
vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memiliki sikap "satu ukuran untuk
semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan
bangun genetika, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang
bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin,"
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar
ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa
faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung
maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan langsung misalnya
rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.
Reaksi Vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah
diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT
yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa juga reaksi induksi
vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan),
yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah
perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
Penyebab Tidak Diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam
salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak
diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan kelengkapan informasi
akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI. 'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau
Fiksi?raguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini
sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu
lainnya yang tidak dilaporkan.Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab
untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.Jadi realitanya, tidak
17
ada obat yang aman untuk setiap anak.Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa
obat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan
hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini
banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada
tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada.Yang juga kurang,
adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-
anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai
diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan
persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak,
sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan
masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah
masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan profesional
kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya lebih banyak
kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari
imunisasi.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.
Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi
luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar
merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila
gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
POLIO : Jarang timbuk efek samping.
CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah
penyuntikan.
18
HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping
imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan Pada Anak yang Tidak Diimunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah
dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa
kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut. Bukankah lebih baik
mencegah daripada mengobati.
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan
Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan
kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya
adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :
Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko
penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang
memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-
obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
Hepatitis B
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen)
dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis
B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita
seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B,
bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala
kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag
yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah menular.
Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan
diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan
19
merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan.Pada serangan
tahap awal masih bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang
lebih berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai
kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
Penyakit Polio
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang
terinfeksi.Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke
tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.
Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral
tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini
membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan
satu protein kecil (Vpg).Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit
peradaban.Polio menular melalui kontak antarmanusia.Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat
menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan
jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia
antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1
(brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik
atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain
ini sering ditemukan di Sukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu
Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis
menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher
dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus
ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol
pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering
20
ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol
gerak fisik.Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem
saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus
dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan
dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada
kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis
(AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf
kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot
muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika
otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi
kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat
''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru
besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian
udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
21
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan
tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapat menular
melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus
ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah
bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral
(dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut).Virus
Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-
kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita
yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas.Virus Polio sangat tahan
terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor.Suhu yang
tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa
hidupnya.
Penyakit Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit.Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari
setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah
menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak
munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi
melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne
disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan
pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-
orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang
tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua.
22
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas
badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik -
nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun
papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di
depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu
tubuhnya mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.
Difteri, pertusis dan tetanus
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit
ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang
sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif
yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari
penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari
kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang
timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.Disamping
menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut
eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf.
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak
yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan
3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini
23
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat di tanah,
kotoran hewan, debu, dan sebagainya.Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka
yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk
toksin (racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan
dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan
bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika
alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan
tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan. Angka kematian yang
diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem
pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan
iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan
sangat mudah tertular.
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur
kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang
dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.Pada
tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang
diakibatkan oleh pertusis.
2.3.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak
a. Vaksin Hepatitis B.
Diberikan dalam satu seri yang terdiri dari 3 kali suntik.
Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan
paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada
kontrol di bulan pertama atau kedua.
24
Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara
bulan pertama dan kedua. Bila yang pertama diberikan setelah sebulan, maka yang kedua
diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum
usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada
usia antara 6 s/d 18 bulan.
Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin
HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi
kemerah-merahan.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada
reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.
Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik, dan juga daerah
sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas
(Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.
b. DPT
Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun).
Dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11
s/d 12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DPT terakhir. Setelah itu
direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini menimbulkan panas
badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh komponen pertussis
dalam vaksin.
Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak
memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari
vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelah
mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawah konsultasikan dengan dokter
anak sebelum mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah
imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah
mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau
muka panas badan lebih dari 40 derajat Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari
pertama setelah imunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
25
Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-
merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak
memberikan resep obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul
gejala-gejala seperti diatas.
c. Polio
Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan
saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang
dua terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan
vaksin semuanya secara IPV.
Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernah mendapatkan imunisasi
polio pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda
mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang
terkandung dalam vaksin OPV ke anda.
Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV
lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak
dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah
vaksinasi. Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius
terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe
OPV.
Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau
kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi
apapun.
d. BCG
Jadwal pemberian diberikan satu kali pada usia 2 bulan. Resiko yang mungkin timbul
Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin ini. Menunda pemberian Bila anak
sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup
siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
e. MMR/Campak
Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari dua kali pemberian.
Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada
usia 11 s/d 12 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki
26
alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang
waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker
atau sedang menjalani terapi kemo atau radiasi. Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya
cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
Jadwal Imunisasi Anak
27
2.3.6 Imunisasi Tambahan
Tujuan pemberian imunisasi pada orang dewasa dan anak berbeda. Pada anak,
pemberian imunisasi bertujuan untuk menyiapkan anak agar memiliki kekebalan tubuh yang
kuat, sehingga tidak gampang sakit. Tetapi pada orang dewasa terutama pada orang berusia
lebih lanjut, imunisasi dapat mencegah kematian yang cukup signifikan.
Ini dia beberapa jenis imunisasi dan kapan waktu pelaksanaanya.
a. Hepatitis A.
Imunisasi terhadap penyakit yang menyebar melalui virus ini sangat dianjurkan pada
setiap orang, khususnya pada turis dan penyaji makanan (food handlers). Penyuntikannya
dilakukan 2 kali, dengan jarak 0,6 atau dari 1 kali saat suntik pertama lalu suntik kedua 6
bulan kemudian.
b. Hepatitis B.
Walaupun saat masih bayi sudah mendapatkannya, ketika sudah dewasa imunisasi ini
masih diperlukan. Khususnya pada ibu hamil yang bersifat carier. Imunisasi ini diberikan
dalam 3 dosis yaitu bulan ke-0,1, dan 6.
c. Demam Tifoid.
Demam tifoid atau yang dikenal dengan penyakit tifus merupakan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Pemberian imunisasinya dilaksanakan 3 tahun 1
kali.
Imunisasi ini dianjurkan bagi penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang
berkunjung ke daerah endemis.
d. Meningitis.
Menurut Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, penyakit meningitis sebenarnya tak ada di
Indonesia, kehadirannya biasanya karena dibawa dari luar khususnya oleh mereka yang
melaksanakan haji (Saudi Arabia). Imunisasi ini didapatkan dalam dosis primer dengan jarak
2 bulan, untuk dosis booster dapat diberikan setiap 5 tahun apabila pada dosis primer
diberikan 2 dosis.
e. Pneumonia
Pneumonia biasanya bersarang pada tenggorokan. Pada mereka yang merokok
imunisasi ini sangat dianjurkan, sebab merokok dapat merusak tenggorokan sehingga bakteri
pneumokokus mudah bersarang dan menyebabkan penyakit. Terdapat 2 jenis imunisasi
pneumonia dan umumnya imunisasi ini dilakukan 5 tahun sekali.Vaksin Pneumonia
28
diberikan juga pada orang dewasa usia > 65 tahun dan mereka yang berusia < 65 tahun
dengan penyakit kardiovaskular kronis, penyakit paru kronis, diabetes melitus, alkoholik
chirrosis, kebocoran cairan serebospinal, asplenia anatomik/fungsional, infeksi HIV,
leukemia,
f. Influenza
Influenza seringkali diremehkan. Padahal, bagi penderita jantung dan lansia penyakit
ini sangat berbahaya. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk melakukan imunisasi ini 1 tahun
sekali. Vaksin ini juga dianjurkan untuk calon jemaah haji karena risiko paparan tinggi.
Tak hanya 6 jenis imunisasi ini saja, masih ada jenis imunisasi penting lainnya yang
diperuntukkan untuk orang dewasa. Namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke
dokter Anda untuk mendapatkan penjelasan dan manfaatnya bagi kesehatan Anda.
g. Imunisasi Selama Kehamilan
Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan
perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari pajanan
infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting
dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang rutin dilakukan
selama kehamilan sebaiknya ditunda sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan
teratogen (membuat cacat) bagi janin. Waktu terbaik untuk membicarakan tentang imunisasi
adalah ketika sedang merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita
terkena penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi
dipertimbangkan dari untung dan ruginya.
Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil
Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk
mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada
wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster
Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1
pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular
Seksual, penggunaan narkoba suntik)
Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil
namun sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14
Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan
pajanan infeksi spesifik
29
Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan
risiko tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan
gangguan jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes)
Rabies : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies
Hepatitis A : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama
kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)
Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif
30
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK
3.1 Gambaran Umum Institusi
3.1.1 Kondisi Geografi
Peta Wilayah :
Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai beroperasional
pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua) Kelurahan yaitu
Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas
wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau
puskesmas rawat jalan.
31
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera Barat 67 km,
dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua) kelurahan, yaitu :
Kelurahan Nan Balimo
Kelurahan Laing
3.1.2 Kondisi Demografi
Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing pada
umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.
3.1.3 Visi Dan Misi
A. Visi
“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat”
B. Misi
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS.
Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan.
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan.
Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan.
Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi.
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan lingkungan.
32
3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan
1. Gedung Puskesmas.
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok
2. Puskesmas Pembantu.
a) Pustu Gelanggang Betung
b) Pustu Tembok
c) Pustu Laing Taluk
d) Pustu Laing Pasir
3. Pos Kesehatan Kelurahan.
a) Poskeskel Nan Balimo
b) Poskeskel Laing
4. Sarana Transportasi.
a) Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
b) Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nan
BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
33
3.1.5 Ketenagaan Puskesmas
Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 2
3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas
4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela
5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela
6 Tenaga Sanitarian 1
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Tenaga Analis 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 0
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 41
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Nan
Balimo
3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensia
a. Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
Penyuluhan ke Sekolah
Penyuluhan di Posyandu
Penyuluhan Keliling
34
Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan Tanpa
Rokok (PHBSKTR)
Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
b. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan
minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
Hasil kegiatan :
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No Kegiatan Target %Pencapaian
%
1 Akses air bersih * 92 90,8
2 Jamban keluarga * 90 70,5
3 Pembuangan limbah 75 85,13
4 Pengelolaan sampah 95 84,9
5 Rumah sehat 80 87,12
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
c. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
35
Kelas Ibu Hamil
PelayananAnte Natal Care (ANC)
Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
Kunjungan nifas
Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan komplikasi
(P4K/ANC) berkualitas
otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
pelayanan dan konseling
penanganan komplikasi ringan
Hasil Kegiatan :
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)
1 Cakupan kunjungan ibu hamil
K1100% 107,5%
2 Cakupan kunjungan ibu hamil
K495% 96%
3 Cakupan ibu hamil dengan
komplikasi yang ditangani80% 20,3%
4 Cakupan pertolongan persalinan
nakes90% 93.4%
5 Kunjungan nifas 85% 82,7%
6 Peserta KB aktif 71% 71,6%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
36
Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak
No Program Kegiatansasara
nTarget(%)
Pencapaian
(%)
1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23
2
Jumlah KN
Lengkap sasaran
170
170 90 82,7
3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9
4
Jumlah neonatus
komplikasi yg
ditangani
0 80 26,6
5 (Bayi) Pelayanan Bayi
6 DDTK 4x/th 170 90 90,5
7Yankes anak
balita170 85 84,6
8Jlh kematian
neonates0 - 4
9 Jlh kematian bayi 0 - 1
10Jlh Kematian
Balita0 - 0
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana
NoKeluraha
n
Jml
PUS
Peserta KB
Baru
Peserta KB
AktifDROP OUT
Kumulatif Kumulatif Kumulatif
Jml % Jml % Jml %
37
1Nan
Balimo1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2
Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan :
Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)
Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD
Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
Pemberian PMT Pemulihan
Kelas gizi
Survey GAKY tingkat rumah tangga.
Kegiatan rutin seperti :
Pemberian vit A
Pemberian tablet Fe
GERNASDARZI
Hasil Kegiatan :
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
No Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)
1 D/S Balita 69 65,7
2 N/D’ Balita 87 89.4
3 BGM/D Balita 3 0,9
4 Pendistribusian Vit A 85 98
5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96
6Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi
ekslusif80 90.9
7 Balita gizi buruk mendapat - -
38
perawatan
8Cakupan rumah tangga yg
konsumsi beryodium90 100
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Kegiatan yang dilakukan :
1) Prog. P2P
Sosialisasi P2P dan Surveilans
Pemeriksaan kontak TB
Penyegaran Kader TB
Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas
Survey Epidemiologi
PTM
Posbindu
2) Kusta
Penemuan dan penanganan kasus
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
Pelacakan Kasus Kontak
PMO TB
TB mangkir
Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
PE
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
39
Pelayanan Imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI
Hasil Kegiatan :
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
No Kegiatan Target %Pencapaian
%
1Penemuan kasus BTA
(+) *70 38
2Angka Bebas
Jentik(ABJ)92 77,43
3Penemuan kasus
Pneumoni *- 18 org
4 Pengobatan Diare 100 100
5 Penanganan kasus DBD 100 100
6 Penemuan kasus Kusta - -
7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org
8 Pemberian VAR/SAR - 9
9 IVA : diperiksa 237 org 63org
10 hasil (+) - 2 org
11Pemakaian Zink pada
diare pada anak balita100 100
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)
Kegiatan :
40
1. UKS
Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
Pembinaan Sekolah Sehat
Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2. Perkesmas
Asuhan keperawatan pada keluarga
Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan Jiwa
Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
Rujukan kasus jiwa
4. Kesehatan Mata
Penemuan dan penangan kasus
Rujukan
5. Kesehatan Lansia
Pelayanan di dalam dan luar gedung
Pembinaan kelompok lansia
Senam lansia
Penyuluhan kesehatan lansia
Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
pelatihan kader PKPR
Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
konsultasi bagi remaja
7. Kesehatan Gigi & Mulut
Dalam Gedung :
Pelayanan kedaruratan Gigi
Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
Pelayanan medik gigi dasar
Luar Gedung
UKGS
UKGM
3.3 Hasil Kegiatan Puskesmas
41
Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan selama 5
minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo kota solok. Kegiatan
dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi
terkait program- program yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik
senior melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai program –
program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang program, dan melakukan
kegiatan di luar gedung di beberapa tempat seperti di Lapas Kelas II kota solok, puskesmas
keliling, posbindu dan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.
Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah :
1. Penyuluhan di lapas
o Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 21 Januari dan 4 Februari 2016
Tempat : Lapas kelas II kota solok
o Tujuan Kegiatan
o Penyuluhan Mengenai Penyakit Vertigo
o Penyuluhan Mengenai Bahaya Merokok
o Penyuluhan Mengenai Hipertensi
o Penyuluhan Mengenai Asam Urat
o Penyuluhan Mengenai DBD
o Manfaat
o Memberikan edukasi mengenai Bahaya Merokok dan Penyakit Vertigo
o Memberikan Edukasi Mengenai Hipertensi
2. Posbindu
o Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 21 Januari 2016
Tempat : Galangang Batung
42
o Tujuan Kegiatan
o Melakukan Penimbangan Berat Badan
o Melakukan Konsultasi Mengenai Penyakit Secara Umum
o Manfaat
o Memberikan penyuluhan mengenai pengaruh diet makanan dan pola
hidup sehat.
o Memberikan pengetahahuan secara umum mengenai berbagai macam
penyakit yang biasanya di alami masyarakat.
3. Puskesmas keliling
o Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 28 Januari 2016
Tempat : Pustu Laing Pasir
o Tujuan Kegiatan
o Penyuluhan mengenai Hipertensi, Diet purin, Diabetes, Kolesterol
o Manfaat
o Memberikan penyuluhan mengenai pengaruh diet makanan dan pola
hidup sehat.
o Edukasi kepada masyarakat mengenai baik dan buruknya melakukan diet
kolesterol, purin dan gula.
4. Posbindu
o Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 29 Januari 2016
Tempat : Pustu Laing Taluk
o Tujuan Kegiatan
o Melakukan penimbangan berat badan
o Melakukan pengukuran tinggi badan
o Melakukan pengukuran gizi
o Melakukan penyuluhan mengenai penyakit yang di alami masyarakat
43
o
o Manfaat
o Mengetahui keadaan gizi masyarakat
o Meningkatkan pengetahuan tentang hidup sehat
o Meningkatkan penyakit yang biasanya dialami
5. Sosialisai Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
o Waktu dan Tempa
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 5 Februari 2016
Tempat : Puskesmas Nan Balimo
o Tujuan Kegiatan
o Sosialiasi Mengenai Pekan Imunisasi Nasional
o Manfaat
o Mengetahui mengenai Pekan Imunisasi Nasional
6. Posyandu Balita
o Waktu dan Tempa
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 10 Februari 2016
Tempat : Posyandu Telaga Biru, Pasir Putih, Merah Sari, Gr. Mutiara,
Anggrek II.
o Tujuan Kegiatan
o Mengambil Kuosiner Tentang Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi
o Manfaat
o Mengetahui mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi
7. Posyandu Balita
o Waktu dan Tempat.
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 11 Februari 2016
Tempat : Posyandu Anggrek 1, Raflesia, Bougenvile, Teratai Putih.
o Tujuan Kegiatan
o Mengambil Kuosiner Tentang Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi
o Manfaat44
o Mengetahui mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi
3.4. Fokus Kajian Program
3.4.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo. Terdapat 5 upaya
kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
serta pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-
masing program wajib di Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih
terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG).
Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan
ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
Urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian Imunisasi di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok pada
tahun 2015
2. Rendahnya Pencapaiaan Target Suspek TB tahun 2015 Di Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok
Jumlah pencapaian Target Susoek TB di Puskesmas Nan Balimo hanya ditemukan
sebanyak 111 orang yang seharusnya mencapai target 142 orang.
3.4.2. Penetapan Prioritas Masalah
Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus ditentukan
prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut :
1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
45
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3.4.3. Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua masalah
prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara
dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara
target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi, Seriousness,dan Growth. Adapun
masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan skala USG adalah tidak tercapainya
target imunisasi dasar di puskesmas Nan Balimo pada Tahun 2015.
46
Masalah U S G P Prioritas
Rendahnya
pencapaian Imunisasi
di Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok
pada tahun 2015
4 4 4 48 P1
Rendahnya
Pencapaiaan Target
Suspek TB tahun 2015
Di Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok
4 3 3 36 P2
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi
Target yang harus dicapai tahun 2013
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :
Jenis Imunisasi Target Pecapaian
BCG 95% 96,6 %
POLIO1 95% 107,4 %
DPT/HB (1) 95% 99,9 %
POLIO2 95% 95,8 %
DPT/HB(2) 95% 92,8 %
POLIO 3 95% 98,1 %
DPT/HB (3) 90% 93,4 %
POLIO 4 90% 97,5%
CAMPAK 95% 96,4 %
Target yang harus dicapai tahun 2014
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :
Jenis Imunisasi Target Pencapaian
BCG 95% 85,9 %
POLIO1 95% 89,4 %
DPT/HB (1) 95% 102,8 %
POLIO2 95% 101,6 %
DPT/HB(2) 95% 100,4%
POLIO 3 95% 101.6%
47
DPT/HB (3) 90% 94,3%
POLIO 4 90% 88,9 %
CAMPAK 95% 78,0 %
Target yang harus dicapai tahun 2015
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang di rencanakan. Target cakupan yang akan dicapai :
Jenis-jenis Imunisasi Target Pencapaian
BCG 95% 82,6 %
POLIO1 95% 82,6 %
DPT/HB (1) 95% 75,9 %
POLIO2 95% 75,9 %
DPT/HB(2) 95% 79,0 %
POLIO 3 95% 78,5 %
DPT/HB (3) 90% 82,6 %
POLIO 4 90% 81,5 %
CAMPAK 95% 79,5 %
Dari data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa pada tahun 2015 di puskesmas Nan Balimo Terjadi Penurunan Pecapaian Target Imunisasi jika di bandingkan dengan tahun 2013 dan 2014.
48
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa( Fishbone) Perkembangan Imunisasi Tahun 2013-2015 Di Puskesmas Nan Balimo.
Pemamfaatan media informasi
yang kurang maksimal
49
MAN
Rendahnya pemberian Imunisai Di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
DANA
METODE
SARANA LINGKUNGAN
Kurangnya Sosialisasi tentang Pentingnya Imunisasi
Kurangnya Kesadarana Masyarakat akan Pentingnya Imunisasi
Kurangnya Kerjasama antar Kader di Posyandu
Kurangnya dana untuk Sosialisasi
Pemamfaatan Media Informasi yang Kurang Maksimal
Akses Kelokasi Yang Sulit Di jangkau
Rendahnya Tingkat Kesadaran Untuk Melakukan Imunisasi
Kurang Kerja Sama Dengan BPS dan dokter Praktek Swasta”
Kurangnya Pengetahuan kader di posyandu
3.3.4 Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa ( Fishbone) maka dapat dilakukan
analisis sebab akibat masalah tersebut untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari
berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalah
tersebut.
No Variabel masalah
Alternatif Pemecahan masalahFaktor
penyebab
Penyebab masalah
1 Manusia Masih rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
imunisasi
Kurangnya pengetahuan kader di
posyandu.
Kurangnya kerjasama antar kader di
posyandu.
Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya
melakukan imunisasi
Menjelaskan kepada masyarakat
mengenai imunasi dan penyakit yang
terjadi apabila tidak melakukan
imunisasi
Memotivasi masyarakat menjaga
untuk melakukan imunisasi
Meningkatkan kerjasama petugas
puskesmas dengan petugas pustu/
poskeskel/posyandu dan praktek
swasta
Mendata jumlah anak dan dewasa
yang belum melakukan imunisasi.
2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan
pada masyarakat mengenai
imunisasi
Kurangnya kerjasama antar BPS
dan dokter praktek swasta.
Mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi
Membuat leaflet, stiker, poster untuk
mengingatkan masyarakat tentang
pentingnya melakukan imunisasi dan
edukasi dampak buruknya apabila
50
anak tidak diberikan imunisasi.
3 Money Kurangnya dana untuk sosialisasi Memaksimalkan penggunaan sumber
dana puskesmas yang ada dengan cara
menambahkan alokasi dana BPJS
kesehatan
4 Sarana Kurangnya pemanfaatan media
informasi
Terbatasnya transportasi masyarakat
Memanfaatkan semua sarana informasi
yang ada
Melakukan pemeriksaan ecara dor to
dor
5 Lingkungan Kurangnya kesadaran dan edukasi
Lokasi puskesmas jauh dari
pemukiman penduduk
Meningkatkan kesadaran pentingnya
imunisasi
Memperbaiki akses menuju puskesmas
3.3.5 Plan Of Action
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam analisis sebab akibat maka
ditentukan Plan of Action yang bertujuan untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan
masalah yang terjadi pada rendahnya angka kesadaran Imunisasi di Wilayah Puskesmas Nan
Balimo.
NO
.
KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI VOLUME
KEGIATAN
PELAKS-
ANA
1. Penyuluhan kepada
masyarakat mengenai
Imunisasi
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
Masyarakat Puskesmas,
posyandu
1 kali dalam
1 bulan
Kader dan
petugas
puskesmas
2. Membuat leaflet,
stiker, poster
Meningkatkan
pengentahuan
Masyarakat Puskesmas,
posyandu
3 kali dalam
1 tahun
Kader dan
petugas di
puskesmas
3. Pemberian reward
kepada ibu yang
Agar dapat
menarik minat
Masyarakat Puskesmas,
posyandu,
Setiap 1 kali
dalam
Kader, dan
petugas
51
membawa anak untuk
imunisasi (seperti
panci,piring,sendok)
masyarakat rumah
masyarakat
sebulan puskesmas
4. Mendata jumlah
masyarakat yang wajib
Imunisasi
Mengetahui
jumlah
masyarakat
wajib
Imunisasi
Masyarakat Posyandu Setiap 2 kali
dalam
setahun
Petugas
puskesmas
dan Kader
BAB IV
PENUTUP
52
4.1 Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi tubuh
terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang sereius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarak ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen tidak terlalu kuat. Tubuh belum terbiasa untuk mengatasinya. Tetapi pada
reaksi kedua, ketiga dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup
tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat
menghancurkan antigen atau kuman, hal tersebut menandakan bahwa anak telah menjadi
kebal terhadap penyakit tersebut.
4.2 Saran
Dalam rangka peningkatan kesadaran akan pentingnya Imunisasi maka disarankan agar
mengadakan dan melakukan penyulhan dan edukasi secara berkala mengenai Imunisasi,
maksimalkan kinerja petugas dan kader membangun koordinasi dengan baik lintas sektor,
memaksimalkan peran kader maupun petugas kesehatan lainnya pada pelaksananaan
Imunisasi, dan memperluas relasi antara dokter praktek swasta/ fasilitas kesehatan di luar
puskesmas agar seluruh anak mendapatkan imunisasi khususnya yang berada di wilayah
kerjanya tetap terpantau dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
53
DEPKES. 2012.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
imunisasi
Dinas Kesehatan Kota Solok. 2015.Profil Kesehatan Kota Solok. Solok: Dinas Kesehatan
Kota Solok.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Jangan mengabaikan jadwal imunisasi,
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle&sid=983&itemid=2, diakses tanggal 3 Desember
2013.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC
Ranuh, I.G.N., 2008, Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga, Badan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia, Jakarta.
Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC
Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC
www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf
54