bab i

35
BAB I PENDAHULUAN Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu, kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan 1

Upload: nurdianah-atikah-siregar

Post on 12-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tumor mammae

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir

40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae

mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna

karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada

wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara

adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound

, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu

dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas

dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,

maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,

kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari

jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena

pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh

karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk

mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan

invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang

sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa

penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae

dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus

manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering

timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab

tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan

atau pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam

tubuh. Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak

(benign).⁽²⁾

Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan

pertumbuhan sel abnormal yang dapat terjadi pada payudara. ⁽²⁾

2.2. ANATOMI PAYUDARA

Gambar 1. Gambaran umum (1,2)

Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria

dan terdapat dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita

dan pria memiliki sepasang mamma, namun pada pria glandula mamma

tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.

2

Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari

lateral thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini terletak di fasia

pektoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari

kartilago kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea

midaksilanis. Pada bagian mammae yang paling menonjol terdapat sebuah

papilla, dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola.

Terdapat Langer lines pada kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar

ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara

klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi

mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari

lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor

payudara.

Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap

lobusnya terdiri dari bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran

kearah papilla yang disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan

fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat

jaringan lemak yang disebut ruang retromamer.

3

Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut

ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.

Struktur payudara terdiri atas:

- Parenkim epithelial

- Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening

- Otot dan fasia

2.3. VASKULARISASI DAN PERSYARAFAN

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari:

a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah

satu cabang dari arteri subclavia

b. Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri

thoracoacromialis, yaitu cabang dari arteri axillanis

c. Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam

spatial intercostales I, II. dan IV

2. Vena

Pada payudara terdapat tiga grup vena:

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema

b. Cabang-cabang v. Aksilaris

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis

3. Limfe

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam

metastase sel kanker.

a. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke

kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok

apical, subskapular, lateral, dan sentral.

4

Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:

1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi

lateral m. pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.

2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa

subskapularis dan thorakodorsalis, mulai dari percabangan v.

aksilaris menjadi v. subskapularis sampai ke tempat masuknya v.

thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.

5

3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam

jaringan lemak di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif

mudah diraba dan merupakan kelenjar getah bening yang terbesar

dan terbanyak.

4. Kelenjar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak

diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis

v. thorakoakromialis.

5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris

bagian lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai

ke medial dan percabangan v. aksilanis — v. thorako-akromalis.

6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan

v. aksilanis — v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis

menghilang dibawah tendon m. subklavius. Kelenjar ini

merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial letaknya.

Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar getah

bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.

b. Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares,

supraclaviculares, dan parasternales.

c. Persyarafan (3)

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis

dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi

oleh saraf simpatik.

Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan

penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus

interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus

sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi

aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa

pada daerah tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi

muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang

6

menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus

yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin

dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.

2.4. FISIOLOGI

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.

Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris.

Progesterone memulai perkembangan lobules-lobulus payudara juga

deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena

bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.

2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular

dan pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase

pasca menstruasi.

3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan,

payudara kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi

susu dimulai sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi

(sucking refleks).

4. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan

2.5. JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA

7

A. Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae.

Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma

sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma

tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang.

Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.

Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau

menjelang menopause, saat ransangan estrogen meningkat. Nodul

Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga

10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi

10 cm (giantfibroadenoma).

8

INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang

terutama terdapat pada wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma

terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum

diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen

pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia menarche, usia

menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral

tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan

tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan

karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit

ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus

hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari

pertumbuhan normal dan involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk

sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur lobul

ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik

sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari

perkembangan mammae.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari

terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang mandi atau berpakaian.

Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh

dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan,

benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan

9

reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak

menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting

masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada

jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang

fibroadenoma tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran

lateral superior dari mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun

kadang nyeri jika ditekan.

DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan

fisik walaupun dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-

needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat.

Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada

pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi Aspirasi Jarum

Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle

biopsi).

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma

fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike)

dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike

atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau multiple

yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak

PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi

dibawah pengaruh anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif

10

setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat

beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama, pembentukan dari

trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak diangkat

secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari

tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa

B. Kista Mammae

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.

Kista terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista

terlalu kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa

lain pada mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan

ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika

cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat

dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.

INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari

wanita berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami

wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat

juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang

menggunakan terapi pengganti hormon.

11

ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma,

kista mammae merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular.

Penyebab utama terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti

walaupun terdapat bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan

hiperestrogenism akibat penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis

dari kista mammae ini masih belum jelas. Penelitian awal menyatakan

bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus atau involusi lobus.

Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang

akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi

karena adanya obstruksi dari aliran lobus dan jaringan fibrous yang

menggantikan stroma.

GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin

dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobile namun tidak

seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika

kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular

mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari

lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran

yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan

bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah

pada kista.

DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui

pemeriksaan klinis dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi

biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya,

mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa

juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi juga

membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu

penting bagi pasien yang simptomatik.

PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi

kista mammae. Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple

aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek

dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau

12

bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah

dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi

kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah

diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.

Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan

eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi

pada kista. Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi

darah ( selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum ), kemungkinan

terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi

kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang

tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi.

C. Papilloma Intraduktus

Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium

duktus mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan

mioepithelial. Tumor ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan

predileksinya adalah pada ujung dari sistem duktus yakni sinus lactiferous

dan duktus terminalis.

INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada

wanita paramenopausal atau postmenopausal dengan insidens tertinggi

pada dekade ke enam.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit

ini masih belum jelas. Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma

Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik yang

hiperplasia.

GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus

adalah dari tipe soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada

duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple

discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang

dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih

13

sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya

adalah duktus yang berdilatasi.

GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri

dari papilla multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang

dilapisi sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua

lapisan terluar epitel menutupi lapisan mioepitel.

PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara

konservatif dan papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara

spontan dalam waktu beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku,

eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal

merupakan prosedur bedah pilihan sebagai penatalaksanan nipple

discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal dengan atau tanpa

sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait dengan

nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal

mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah

maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

D. Kelainan Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia

adalah benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita.

Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada

payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan

glandular.

INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada

wanita berusia 25-50 tahun (>50%).

GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan

fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan

konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat

membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena

hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan

14

kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan

adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara

teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum

menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi

selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase

menopause. Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah

menstruasi berhenti.

DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari

pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama

untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan

fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas

maupun bawah.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan

dengan seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila

melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas

jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan

yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan

pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila

keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya

diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa

kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi

apabila medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan

pada usia pertengahan sampai usia lanjut.

E. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)

Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah

tumor fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma

dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi

pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua

15

payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit

dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes

biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang

cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat

menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya

cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan

pada usia 45 tahun.

GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang

dari tumor payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri

dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong

dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang

lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada

kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi

dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor

filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya

yang cepat.

PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan

cara melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi)

jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang

ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi

(pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila

memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor

filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan

agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

F. Adenosis Sklerosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan

kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang

mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila

pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan

16

lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik

adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai

dengan parut seperti jaringan fibrous.

Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya

adenosis agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk

digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk

jinak dan bukanlah kanker.

GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik

cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini

dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis

berupa proliferasi (proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis,

regresi epitel). Adenosis sklerosis dengan karakteristik lobus payudara

yang terdistorsi dan biasanya muncul pada mikrokista multipel, tetapi

biasanya muncul berupa massa yang dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat

terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin

membingungkan diagnosis.

PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus

biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun

dengan biopsi melalui pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak

terjadinya kanker.

G. Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang

sedang hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi

kistik suatu duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi.

Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar biasa pada payudara dan

merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti

kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista

menimbulkan benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu

reaksi peradangan lokal serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus

17

indurasi persisten. Benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras

dan susah digerakkan

DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining

sonografi, dimana akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.

PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan

dengan aspirasi jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan

dilakukan jika kista terlalu kental dan sulit di aspirasi

H. Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang

menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan

pada kulit sekitar puting.

18

ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting

tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki

duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel

inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi,

namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran

darah.

GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara

menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar

dibedakan dengan karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi keras,

bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis

periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila.

PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini

diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang

menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui

pembedahan.

I. Ductus Ectasia

Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya

pelebaran dan pengerasan dari duktus.

INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya

menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai

variasi normal proses payudara wanita usia lanjut.

GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang

membesar dicirikan dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam

pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit

serta tampak kemerahan.

PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak

memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan melakukan

pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila

keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui

pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.

19

J. Nekrosis Lemak

Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak

rusak, bisa terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai

payudara. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang

rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan

parut.

GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang

sering agak nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan

batasnya tidak rata.

DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara

berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan

jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari

pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan

lemak yang kemudian menjadi fibrosis.

PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan

tindakan pembedahan eksisi

2.7. DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik

1. SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)

Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini

apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas,

sehingga dapat menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian

kanker payudara rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk

diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala tua.

Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya

melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya

selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

20

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri

menghadap cermin.

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit

payudara, dan puting yang masuk.

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala  atau lakukan gerakan bertolak

pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk

memperjelas kerutan pada kulit payudara.

4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.

Pemeriksaan Penunjang

Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan

pada payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik

21

yang baru adalah menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan

Nuklear skintigrafi.

1. Mammografi

Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi

tidak teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.

Ketepatan 83 – 95%, tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya.

Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan

yang tidak teraba namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan

yang teraba atau kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG.

Mammografi digunakan untuk skrining rutin pada wanita di usia awal 40

tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.

3. Scintimammografi

Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan

radiosotop Tc 99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi

untuk menilai aktivitas sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula

mendeteksi lesi multipel dan keterlibatan KGB regional.

4. Diagnosis Pasti (3)

Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan

histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara,

yaitu

-          Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)

-          Needle core biopsi dengan jarum Silverman

-          Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku)

waktu operasi

Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak

dilakukan di senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 %

dengan tidak ada false positif dan hanya 0,6 % false negatif.

22

BAB III

KESIMPULAN

1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,

stroma, areola dan papilla mammae.

2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,

berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu

terjadinya tumor jinak payudara yang ada.

3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :

a. Fibroadenoma mammae

b. Kista mammae

c. Papilloma intraduktus

d. Kelainan fibrokistik

e. Tumor filoides

f. Adenosis sklerosis

g. Galaktokel

h. Mastitis

i. Ductus ektasia

j. Nekrosis lemak

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta,

EGC, 2010, hal : 475-478.

2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,

2007.

3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,

Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.

4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview

5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/

24