bab i

Upload: nurtri-nunu

Post on 04-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tesis

TRANSCRIPT

6

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKeberhasilan peserta didik dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan peserta didik. Umumnya, perilaku guru adalah mengajar dan perilaku peserta didik adalah belajar. Tugas guru bukan semata-mata mengajar (teacher centered), tapi lebih kepada membelajarkan peserta didik (children centered). Proses kepada peserta didik menjadi tonggak keberhasilan pembelajaran. Pemberlakuan Kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia No. 54, 65, 66, 69, 70 dan 81a tahun 2013 lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ataupun dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia No. 22, 23, dan 24 tahun 2006 menuntut peserta didik lebih memiliki kompetensi khusus dalam semua pelajaran setelah proses pembelajaran. Kedua kurikulum tersebut tetap menekankan bahwa pendidikan yang baik adalah siswa dapat lebih menguasai etika ataupun kompetensi khusus. Penyampaian proses belajar berarti pembelajaran baik dalam kelas ataupun luar kelas. Pembelajaran harus dilakukan dengan perencanaan yang sistematis, terarah, dan secara sengaja serta pelaksanaannya juga harus terkendali dan tidak hanya dilakukan dengan pengajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai aktivitas yaitu aktivias mengajar dan belajar. yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Joyce, 2009). Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik baik guru, dosen, tutor, fasilitator atau pembimbing. Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide dalam merancang sistem pembelajaran baru yang mampu membuat peserta didik dapat mencapai tujuan belajarnya. Untuk memperoleh sistem pembelajaran baru tersebut diperlukan metode penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh pendidik, maka diperlukan adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu pendidik dalam proses pembelajaran. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Ciri yang mendasar pembelajaran ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif dan efektif (Mulyasa, 2005).Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena siswa dapat secara langsung bereksperimen dalam belajar. Partisipasi siswa dalam kegiatan penyelidikan melalui eksperimen mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, membuat prediksi, menggunakan alat-alat untuk mengumpulkan dan menganalisis data, membuat kesimpulan, membangun argumen, mengkomunikasikan temuan, dan kritis, kreatif, kausal dan berpikir logis (Olson & Loucks-Horsley; Minstrell & van Zee dalam Chin & Chia, 2005).Pengembangan media pembelajaran yang berupa model digunakan sebagai acuan pendidik dalam mengembangkan atau mengunakan media dalam pembelajaran secara berkelanjutan, aktual, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kelas yang bersangkutan. Strategi pembelajaran dengan media di kelas sebagai salah satu kemampuan pendidik meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Sehingga, media pembelajaran menjadi salah satu keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Alat peraga adalah salah satu alat yang dipergunakan guru dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih mudah memahami suatu pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang baik.Salah satu fenomena dalam pembelajaran fisika adalah mengenai medan magnetik dan perubahan energi. Dalam konsep ini menerangkan juga mengenai induksi magnetik yaitu peristiwa dihasilkannya arus listrik yang mengalir dalam konduktor dan gaya magnetik yaitu gaya yang bekerja pada sebuah penghantar berarus listrik dalam medan magnet. Perubahan energi juga terjadi dalam peristiwa ini yaitu perubahan energi gerak menjadi listrik begitu pun sebaliknya.Konsep dengan menggunakan teori saja kurang dipahami siswa sehingga dapat dilakukan dengan percobaan supaya siswa tersebut lebih memahami maksud dari induksi ataupun perubahan energi. Dalam pembelajaran, proses siswa mendapatkan pemahaman sangat berarti bagi tujuan pembelajaran. Salah satunya yaitu keterampilan proses sains, keterampilan proses sains siswa juga dapat ditingkatkan bila siswa mengamati secara langsung kejadian dalam kehidupan sehari-harinya.Analisis kebutuhan dilakukan dengan observasi pada beberapa siswa, guru dan sekolah ataupun menggunakan referensi dari jurnal. Berdasarkan hasil angket siswa menunjukkan bahwa 86,00% siswa merasa kesulitan dalam memahami pelajaran fisika, 90,00% responden belum pernah menggunakan media berupa generator. 95,00% responden mendukung dan tertarik dengan adanya pengembangan pendukung pembelajaran fisika berupa miniatur generator induksi magnet permanen. Berdasarkan referensi Jurnal Internasional Pawan Sharma (2011) dengan judul Permanent-magnet induction generators: an overview mendapatkan kesimpulan bahwa hasil yang didapat untuk generator induksi magnet permanen dapat dikembangkan dalam sumber energi terbarukan namun belum dikembangkan di dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran fisika. Demikian pula dari Jurnal Nasional Fahrian Elfinurfadri (2013) dengan judul pengembangan miniatur pembangkit listrik tenaga uap sebagai media pembelajaran fisika sekolah menengah atas mendapatkan kesimpulan bahwa miniatur pembangkit listrik tenaga uap yang dibuat dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa sehingga memacu peneliti menghasilkan media miniatur lain yang lebih dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.Berdasarkan alat peraga di sekolah dengan sumber Pudak, model generator ini setelah dianalisis memiliki kekurangan seperti bahan yang dipakai tidak awet, roda gigi yang tersambung dengan karet mudah putus, magnet yang berbentuk U sehingga beresiko tertarik besi ataupun benda lain yang bersifat magnet, tegangan yang dihasilkan ataupun perputaran roda yang dihasilkan tidak dapat diketahui karena tidak ada alat ukurnya, memutar engkol masih dengan tangan sehingga terkadang siswa tidak mengetahui ukuran proses perubahan energi dan induksi yang terjadi, alat tersebut juga hanya menyalakan dua lampu LED saja. Bentuk generator yang ada disekolah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.1. Generator yang ada di sekolah dari sumber Pudak

Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas, peneliti menghasilkan media miniatur berupa generator induksi magnet permanen yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran fisika. Penggunaan miniatur generator induksi magnet permanen ini dirancang untuk mencapai Standar Kompetensi dalam Kurikulum 2013 pada SMK Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Kejuruan pada Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yaitu untuk merencanakan dan melaksanakan percobaan yang berkaitan dengan konsep kemagnetan dan elektromagnet, SMK Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Kejuruan Pada Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yaitu untuk mencipta produk sederhana dengan menggunakan prinsip induksi elektromagnetik.Pada kurikulum di SMA kelas XI yaitu untuk menganalisis konsep energi, usaha, hubungan usaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kejadian sehari-hari dan SMA kelas XII yaitu Mencipta produk sederhana dengan menggunakan prinsip induksi elektromagnetik juga dapat menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah keterbatasan sumber daya energi, energi alternatif, dan dampaknya bagi kehidupan. Merunut pada standar kompetensi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi, lalu kompetensi dasarnya yaitu menerapkan induksi magnetik dan gaya magnetik pada beberapa produk teknologi di SMA kelas XII dan merunut juga pada standar kompetensi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMK Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Kejuruan pada Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yaitu menerapkan konsep magnet dan elektromagnet. Baik KTSP ataupun dalam Kurikulum 2013 siswa dapat mengerti, memahami, dan mengetahui kompetensi dasar yang dapat dicapai dalam indikator sesuai tujuan pembelajaran yang dimaksud.Dengan menggunakan media secara tepat, efektif, dan bervariasi akan menimbulkan gairah belajar siswa. Media miniatur merupakan salah satu alternatif media yang dapat dijangkau bila model, alat atau pun bahan sulit untuk di bawa pada saat pembelajaran. Terlebih lagi pada pembelajaran fisika yang terus menerus mengalami kemajuan. Dengan adanya miniatur generator induksi magnet permanen ini diharapkan aplikasi pembelajaran fisika dapat dilihat secara nyata, mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa, meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran fisika serta diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi permasalahan pembelajaran fisika juga dapat dikembangkannya energi terbarukan terutama di Indonesia. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan diatas, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan miniatur generator induksi magnet permanen yang akan diuji coba sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran fisika yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ataupun Kurikulum 2013 di tingkat SMA se-derajat.. C. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka perumusan masalah yang dirancang peneliti, antara lain:1. Bagaimana miniatur generator induksi magnet permanen dalam pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa?2. Bagaimana pengembangan miniatur generator induksi magnet permanen dapat dijadikan sebagai media pembelajaran fisika di sekolah?D. Kegunaan Hasil PenelitianHasil penelitian pengembangan miniatur generator induksi magnet permanen selain dapat digunakan sebagai referensi dan masukan untuk peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:Bagi guru, diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk membantu memudahkan penyampaian materi dan pesan pembelajaran.Bagi peserta didik, diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi fisika dan penguasaan kompetensi dasar, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam mengakses media, menambah bahan belajar untuk pembelajaran fisika dan melengkapi media pembelajaran yang sudah ada.1