bab i

27
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebuah ungkapan mengatakan “Health is created in everyday live”, bahwa kesehatan itu dibentuk atau dihasilkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Kehidupan manusia adalah berada dalam lingkungan dimana manusia hidup sehari-hari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia bayi sampai balita hampir dikatakan manusia hidup dilingkungan keluarga atau rumah tangga saja. Tetapi pada usia sekolah sampai mahasiswa, sebagian besar waktu manusia dihabiskan di lingkungan keluarga dan sekolah atau kampus. Sedangkan pada usia dewasa, lepas dari pendidikan manusia cenderung menghabiskan waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu lingkungan kerja mempunyai peranan yang penting juga dalam membentuk atau mempengaruhi kesehatan seseorang. Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor risiko bagi kesehatan

Upload: angel

Post on 20-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ulkuds

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud

dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebuah

ungkapan mengatakan “Health is created in everyday live”, bahwa kesehatan itu dibentuk

atau dihasilkan dari kehidupan manusia sehari-hari.

Kehidupan manusia adalah berada dalam lingkungan dimana manusia hidup sehari-

hari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia bayi sampai balita hampir dikatakan

manusia hidup dilingkungan keluarga atau rumah tangga saja. Tetapi pada usia sekolah

sampai mahasiswa, sebagian besar waktu manusia dihabiskan di lingkungan keluarga dan

sekolah atau kampus. Sedangkan pada usia dewasa, lepas dari pendidikan manusia cenderung

menghabiskan waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu lingkungan

kerja mempunyai peranan yang penting juga dalam membentuk atau mempengaruhi

kesehatan seseorang.

Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan

kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah

yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan seterusnya. Mengingat pentingnya faktor

lingkungan kerja sebagai faktor risiko bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja,

maka dari itulah perlu dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui tentang keperawatan komunitas

khususnya di lingkungan pekerjaan

3. Tujuan

Dengan tersusunnya makalah ini di harapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang

keperawatan komunitas khusunya di lingkungan pekerjaan

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Defenisi keperawatan komunitas

Keperawatan komunitas merupakan salah satu cabang keperawatan spesialis dalam

ilmu keperawatan yang berkembang dari gabungan antara ilmu keperawatan, ilmu kesehatan

masyarakat, dan ilmu sosial.Sasaran utama dalam cabang ilmu ini adalah suatu komunitas

dalam masyarakat.(Effendy, 1998).

2. Tujuan keperawatan komunitas

a. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan keperawatan komunitas yaitu untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk dapat hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan

yang optimal sehingga dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas

yang mereka miliki (Effendy, 1998), yang dilakukan melalui upaya (Mubarak

danChayatin, 2009):

Pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu,keluarga, dan

kelompok dalam konteks komunitas. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh

masyarakat dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakatyang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

b. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus

dan masyarakat dalam hal (Effendy, 1998; Mubarak dan Chayatin, 2009):

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.

b. Menetapkan masalah kesehatan / keperawatan dan prioritas masalah.

c. Merumuskan berbagai alternative/pemecahan masalah kesehatan / keperawatan.

d. Menanggulangi masalah kesehatan/ keperawatan.

e. Mengevaluasi hasil kegiatan dalam memecahkan masalah

kesehatan/keperawatan.

f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan

kesehatan/keperawatan.

g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.

Page 3: BAB I

h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

i. Menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu,

balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap masalah

kesehatan.

B. KONSEP KESEHTAN KERJA

1. Kesehatan Kerja

Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health Organization

(WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaankesejahteraan fisik, mental,

dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya (Harrington & Gill, 2005).

Upaya kesehatan kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas

dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya

kesehatan kerja dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan/instansi,

diperlukan adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun mental yang nantinya

hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola tempat kerja wajib

melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,

pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja

serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Tidak  pengelola atau

pengusaha saja yang  berperan dalam penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga

pekerjanya. Pekerja wajib menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan

menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).

2. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans No

Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang

dilaksanakan dengan tujuan:

Page 4: BAB I

Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun

mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja

Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan

atau lingkungan kerja

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga

kerja

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang

menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan

pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri oleh pengurus, diselenggarakan

oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan

atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu

pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus

b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair

e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja

f.Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja

g. Pertolongan pertama pada kecelakaan

h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama

pada kecelakaan

i.Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat

pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat

kerja

j.Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja

k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu

dalam kesehatannya

l.Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus

Page 5: BAB I

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang

dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan ini

diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki

tempat-tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan - pemeriksaan dan mendapatkan

keterangan-keterangan yang diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut

wajib diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per

03/Men/1982).

3. Pemeriksaan Kesehatan

Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan

kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh

dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan

kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen

paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap

perlu. Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara

berkala maupun secara khusus.

Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu

terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam pekerjaannya,

serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang

perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. jika pada pemeriksaan kesehatan secara

berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja

maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan

tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan

kerja.

Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas,

maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar perusahaan. Sedangkan yang

dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini

dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap

Page 6: BAB I

tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan

kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula terhadap:

Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan

perawatan lebih dari 2 (dua minggu)

Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan

tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan

kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan

diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja,

atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas

pendapat umum di masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan

ini adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan

syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan Perburuhan

dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).

4. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit

yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan

atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit

akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi

pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara

penyakit dan pekerjaannya.setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter

pemeriksa maka dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep

333/Men/1989).

Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang

berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakan-

tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat

Page 7: BAB I

perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah

pimpinannya (Per 01/Men/1981)

5. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang

kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap

tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan

pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia,

moral dan agama”. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara

lain:

Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah

hukum kekuasaan RI. (Pasal 2).

Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:

- Mencegah dan mengurangi kecelakaan

- Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

- Mencegah dan mengurangi peledakan

- Memberi pertolongan pada kecelakaan

- Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja

- Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

- Memelihara kesehatan dan ketertiban

Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan

umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli

keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya

undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).

  Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan

Page 8: BAB I

partisipasi yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk

melaksanakan tugas bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk

melancarkan produksi. (Pasal 10).

Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh

Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1). (Suma’mur. 1981: 29-

34).

Page 9: BAB I

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas yang diberikan oleh

dosen pengajar maka mahasiswa memilih Sekolah dasar tersebut untuk menerapkan konsep-

konsep keperawatan komunitas yang ada.

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali

dengan permohonan izin untuk melakukan kegiatan pengkajian kepada penanggung jawab

setiap perusahaan tersebut. Setelah itu barulah mahasiswa melakukan pengkajian masalah

kesehatan di lingkungan kerja tersebut dengan mendatangi beberapa tempat kerja

Adapun kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaksanakan meliputi tahap

persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi kemasyarakatan dan persiapan tehnik,

sedangkan tahap pelaksanaan meliputi tahap pengkajian, Analisa data, dan perencanaan

tindakan keperawatan komunitas.

PELAKSANAAN

Tahap pelaksanaan terdiri atas pengkajian dan perencanaan.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan

di lingkungan kerja , maka diperlukan data yang didapatkan melalui pengkajian,

yang terdiri dari kegiatan :

1) Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi tempat dengan menggunakan

instrumen format pengkajian data dan mengisi melalui wawancara dan

observasi langsung

2) Tabulasi dan analisa data dilakukan.

b. Hasil pengumpulan data dan analisa data

c. Dari hasil pendataan, data yang terkumpul di tabulasi dan di analisa serta disajikan

dalam laporan dalam bentuk table.

Page 10: BAB I

ANALISA DATA

DATA MASALAH KESEHATAN DX TEMPAT KERJA

Hasil Angket :

Dari tiga tempat kerja

terdapat 2 tempat kerja

bersiko kebakaran

(75%)

Dari 3 tempat kerja

terdapat 2 tempat kerja

yang memiliki kerapian /

tata letak alat dan bahan

kerja yang tidak sesuai

Dari 3 tempat kerja 2

tempat kerja yang tidak

memiliki system tanda

peringatan

Dari 3 tempat kerja

terdapat 1 tempat keja

yang beresiko terjadi

keruntuhhan bangunan

Hasil Observasi

Berdasarkan observasi pada 3

tempat kerja yaitu : PT.

Panca Perdana Inti

Konstruksi, CV. Isfak,

PT. Tirta Sukses Perkasa.

PT. Panca Perdana Inti

Konstruksi, CV. Isfak tidak

memiliki system tanda

peringatan dan kerapian alat

Resiko kecelakaan Kerja Resiko kecelakaan kerja b/d:

Kebakaran

Kerapian dan tata letak

alat dan bahan kerja

tidak sesuai

Tidak memiliki tanda

system peringatan

Keruntuhan bangunan

Page 11: BAB I

kurang teliti.

Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara

dengan para pekerja PT.

Panca Perdana Inti Kontruksi

Dan CV. Isfak, di peroleh

informasi bahwa : tempat

kerjanya tidak memiliki

system tanda peringatan dan

kerapian alat pekerjaa kurang

teliti.

Hasil Angket

dari 3 tempat kerja 2

bersiko terkena infeksi

saluran pernafasan berupa

- ISPA

- ASMA

yang disebabkan oleh

debu dan asap (75 %)

Dari 3 tempat kerja

terdapat 1bersiko

gangguan pendengaran

berupa : TULI (25%)

Dari 3 tempat kerja

terdapa 2 tempat kerja

yang bersiko gangguan

penglihatan (75%)

Hasil Observasi

Berdasarkan hasilobservasi

dari 3 tempat kerja yakni :

PT. Panca Perdana Inti

Resiko Terkena Penyakit Resiko terkena penyakit

disebabkan oleh tempat kerja

yang berdebu, dan adanya

serbuk kayu, kebisingan,

pecikan Las b/d kurangnya

kerjasama dengan tenaga ahli

perusahaan

Page 12: BAB I

Konstruksi, CV. Isfak,

PT. Tirta Sukses Perkasa

Jarang meluakukan

pemeriksaan pada dokter atau

tenaga kesehatan .

Hasil wawancara

Berdasarkan pada hasil

wawancara dengan pekerja

PT. Panca Perdana Inti

Konstruksi, CV. Isfak,

PT. Tirta Sukses Perkasa.

Pihak perusaahan kurang

memantua status kesehatan

pekerjanya

Setelah teridentifikasi bebrapa masalah keperawatan komunitas, selanjutnya dilakukan

pembobotan untuk menetukan prioritas masalah yang dilakukan oleh mahasisiwa dan pemilik

perusaan.

No Masalah kesehatanKriteria

Skor

Urutan

Prioritas

Masalah 1  2 3  4  5  6  7  8  9  10  11  12 

1. Resiko Terkena

Penyakit 5   4  3  5

 

3  2  3  3  4 3   3  5 43 2

 2. Resiko Kecelakaan

Kerja  5  5  3  5

 

3  2  3  3  5  3  4  5 46 1

Page 13: BAB I

Ket :

1. Resiko atau tingkat terjadinya masalah

2. Resiko keparahan masalah

3. Potensial untuk dilaksanakan pendidikan kesehatan

4. Minat pekerja (kesadaran pekerja untuk mengatasi masalah

5. Kemungkinan masalah dapat diatasi

6. Sesuai dengan program pemerintah

7. Tempata yang terjangkau dan mudah disupervisi

8. Waktu yang tidak terlalu banyak dan terorganisasi dengan baik

9. Dana sesuai dengan kemammpuan kerja

10. Fasilitas kesehatan yang terdapat dan memunkinkan untuk rujukan medis

11. Sumber daya manusia yang professional

12. Sesuai dengan peran perawat

Skala untuk kebutuhan kerja :

1. Sangat Rendah

2. Rendah

3. Sedang

4. Tinggi

5. Sangat Rendah

Setelah mendapatkan hasil scoring, selanjutnya menarik diagnose keperawatan

komunitas ( Lingkungan Kerja ). Berdasarkan prioritas masalah kesehatan adalah sebagai

berikut :

1. Resiko kecelakaan kerja b/d :

Kebakaran

Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai

Tidak memiliki tanda system peringatan

Keruntuhan bangunan.

Page 14: BAB I

2. Resiko terkena penyakit disebabkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya

serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las b/d kurangnya kerjasama dengan tenaga

ahli perusahaan

RENCANA TINDAKAN

1. Resiko kecelakaan kerja b/d :

Kebakaran

Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai

Tidak memiliki tanda system peringatan

Keruntuhan bangunan

Tujuan Jangka Panjang

Selama diberikan tindkan keperawatan selama 2 minggu diharapkan para pekerja

terhindar dari kecelakaan kerja yang disebabkan oleh :

kebakaran

Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai

Tidak memiliki tanda system peringatan

Keruntuhan bangunan

Tujuan Jangka Pendek

Meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya menggunakan alat pelindung system

tanda peringatan dan kerapian tata letak alat dan bahan kerja

Kriteria Evaluasi

a. Criteria Hasil

Verbal dan psikomotorik

b. Kriteria Standar

Para pekerja memnuhi standar keselamatan dan pelindung pekerjaan kecelakaan kerja

Page 15: BAB I

Tindakan

Tindakan yang dilakukan yaitu :

a. Menjelaskan kepada para pekerja tentang bahaya yang ditimnbulkan akibat

kecelakaan dalam kerja

b. Berikan penyuluhan tentang standar keselamatan dan pelindung keselamtan kerja

c. Motivasi pekerja untuk menggunakan alat pelindung saat bekerja

2. Resiko terkena penyakit disebabkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya

serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las b/d kurangnya kerjasama dengan tenaga ahli

perusahaan (kesehatan)

Tujuan Jangka Panjang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu di harapkan para pekerja

terhindar dari penyakit yang di akibatkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya

serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las.

Tujuan Jangka Pendek

a. Meningkatkan kesadara pekerja akan pentingnya lingkungan pekerjaanyang bersih

b. Meningkatkan kesadaran pekerja agar senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya

c. Memberiikan penjelasan tentang pentingnya memeriksakan status kesehatan ke dokter

atau tenaga kesehatan lainnya

d. Menciptakan lingkungan pekerjaan yang sehat

Kriteria Hasil

a. Criteria Hasil

Verbal dan psikomotori

b. Criteria Standard

Lingkungan kerja dapat memenuhi standar kesehatan

Para pekerja dapat terhindar dari akibat tempat kerja yang berdebu, kebisingan

Page 16: BAB I

Tindakan

a. Berikan penyuluhan tentang lingkungan tempat kerja yang memenuhi standar

kesehatan

b. Memberi motivasi untuk senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya

c. Lakukan penyuluhan tentang lingkungan tempat kerja yang memnuhi standar

d. Menjelaskan cara menjaga lingkungan pekerjaan yang sehat

Page 17: BAB I

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan

dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan

keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap

pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak

melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang - undangan

yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banya

ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak

faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai

bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

2. Saran

sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja perlu ditingkatkan yang dalam

hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga

pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu

kehidupan dan produktivitas nasional.

Page 18: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :

Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila

Philippines

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung

Agung.

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &

Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-

kesehatan-kerja.html#ixzz34CnCT9Ph