bab i

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara demokrasi. Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa dibatasi. Berbeda halnya dengan era orde baru yang membatasi seseorang untuk mengekspresikan pendapatnya. Demokrasi dimulai saat jatuhnya pemerintahan di masa Orde Baru. Perwujudan dari sistem demokrasi ialah lahirnya otonomi daerah. Otonomi daerah memungkinkan untuk masing- masing daerah mengatur dan mengurus daerahnya sendiri. Pada masa Orde Baru menerapkan sistem sentralisasi kepada pemerintah pusat, sedangkan di era demokrasi menerapakan sistem desentralisasi. Desentralisasi pada otonomi daerah memungkinkan untuk mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan diberlakukannya otonomi daerah yaitu agar pembangunan dan pembagian kekayaan alam disetiap daerah merata, kesenjangan sosial antar daerah tidak mencolok, dan tidak adanya ketimpangan sosial. Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan 1

Upload: adenova

Post on 10-Feb-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah otonomi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangNegara Indonesia adalah Negara demokrasi. Demokrasi merupakan

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi memungkinkan

seseorang untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa dibatasi. Berbeda halnya

dengan era orde baru yang membatasi seseorang untuk mengekspresikan

pendapatnya. Demokrasi dimulai saat jatuhnya pemerintahan di masa Orde Baru.

Perwujudan dari sistem demokrasi ialah lahirnya otonomi daerah. Otonomi

daerah memungkinkan untuk masing-masing daerah mengatur dan mengurus

daerahnya sendiri. Pada masa Orde Baru menerapkan sistem sentralisasi kepada

pemerintah pusat, sedangkan di era demokrasi menerapakan sistem desentralisasi.

Desentralisasi pada otonomi daerah memungkinkan untuk mengurus pemerintahan

dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan

diberlakukannya otonomi daerah yaitu agar pembangunan dan pembagian kekayaan

alam disetiap daerah merata, kesenjangan sosial antar daerah tidak mencolok, dan

tidak adanya ketimpangan sosial.

Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan keadaan,

baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global. Otonomi daerah

memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah

secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan

kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran

masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang

dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penyelenggaraan Otonomi di daerah didasarkan pada isi dan jiwa yang

terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

Menurut Hukum Tata Pemerintahan Negara atau Hukum Administrasi Negara

Otonomi Daerah merupakan suatu kewenangan daerah untuk menjalankan

pengaturan, penetapan, penyelenggaraan, pengawasan, pertanggungjawaban Hukum

dan Moral dan Penegakan Hukum Administrasi di daerah untuk terciptanya

pemerintahan yang taat hukum, jujur, bersih, dan berwibawa berdasarkan Pancasila

1

Page 2: BAB I

dan Undang-Undang Dasar 1945. Otonomi daerah sebagai suatu kebijakan

desentralisasi ini diberlakukan dikarenakan Otonomi Daerah diharapkan dapat

menjadi solusi terhadap problema ketimpangan pusat dan daerah, disintegrasi

nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat local. Otonomi merupakan

solusi terpenting untuk menepis disintegrasi.

Otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi

kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan yang tidak atau belum

dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota, serta kewenangan bidang

pemerintahan tertentu lainnya.Mengapa propinsi mendapat kedudukan sebagai

daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi ? Ada beberapa

pertimbangan yang mendasarinya, yaitu:Pertama;Untuk memelihara hubungan yang

serasi antara pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.Kedua;Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas

daerah kabupaten dan daerah kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah

yang belum dapat dilaksanakan untuk daerah kabupaten dan daerah

kota.Ketiga;Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang

dilimpahkan dalam rangka pelaksanaan Asas Dekonsentrasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana penyebab timbulnya otonomi daerah?2. Bagaimana pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia saat ini?3. Bagaimana dampak dari adanya otonomi daerah?4. Bagaimana antisipasi terhadap masalah yang timbul dari adanya otonomi

daerah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa itu otonomi daerah

dan bagaimana keadaan dan dampak dari otonomi daerah saat ini?

1.4 Cara Memperoleh Data

Penulis memperoleh data untuk sumber informasi dalam penulisan makalah

ini melalui referensi artikel yang ada di internet.

2

Page 3: BAB I

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi

daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal

dari kata autosdan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau

undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur

sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga

sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah.

Sedangkan menurut UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengatur

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga

sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara

memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab,

terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang

ada di daerah masing-masing.

2.2 Penyebab Timbulnya Otonomi Daerah

Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi

yang sangat kuat di masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru

tidak membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah

maupun masyarakat daerah.

  Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat tinggi

sehingga sama sekali tidak ada kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu.

Di masa orde baru semuanya bergantung ke Jakarta dan diharuskan semua meminta

3

Page 4: BAB I

uang ke Jakarta. Tidak ada perencanaan murni dari daerah karena Pendapatan Asli

Daerah (PAD) tidak mencukupi.

Ketika Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997 dan tidak bisa cepat

bangkit, menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam mengatasi

berbagai persoalan yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat semua sibuk

mengurusi daerah secara berlebih-lebihan. Semua pejabat Jakarta sibuk melakukan

perjalanan dan mengurusi proyek di daerah.

Dari proyek yang ada ketika itu, ada arus balik antara 10 sampai 20 persen

uang kembali ke Jakarta dalam bentuk komisi, sogokan, penanganan proyek yang

keuntungan itu dinikmati ke Jakarta lagi. Terjadi penggerogotan uang ke dalam dan

diikuti dengan kebijakan untuk mengambil hutang secara terus menerus. Akibat

perilaku buruk aparat pemerintah pusat ini, disinyalir terjadi kebocoran 20 sampai 30

persen dari APBN.

Akibat lebih jauh dari terlalu sibuk mengurusi proyek di daerah, membuat

pejabat di pemerintahan nasional tidak ada waktu untuk belajar tentang situasi

global, tentang international relation, international economy dan international

finance. Mereka terlalu sibuk menggunakan waktu dan energinya untuk mengurus

masalah-masalah domestik yang seharusnya bisa diurus pemerintah daerah.

Akibatnya mereka tidak bisa mengatasi masalah ketika krisis ekonomi datang dan

tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Sentralisasi yang sangat kuat telah berdampak pada ketiadaan kreativitas

daerah karena ketiadaan kewenangan dan uang yang cukup. Semua dipusatkan di

Jakarta untuk diurus. Kebijakan ini telah mematikan kemampuan prakarsa dan daya

kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Akibat lebih lanjut,

adalah adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang sangat besar.

Bisa dikatakan sentralisasi is absolutely bad. Dan otonomi daerah adalah

jawaban terhadap persoalan sentralisasi yang terlalu kuat di masa orde baru. Caranya

adalah mengalihkan kewenangan ke daerah. Ini berdasarkan paradigma, hakikatnya

daerah sudah ada sebelum Republik Indonesia (RI) berdiri. Jadi ketika RI dibentuk

tidak ada kevakuman pemerintah daerah.

Karena itu, ketika RI diumumkan di Jakarta, daerah-daerah mengumumkan

persetujuan dan dukungannya. Misalnya pemerintahan di Jakarta, sulawesi, sumatera

4

Page 5: BAB I

dan Kalimantan mendukung. Itu menjadi bukti bahwa pemerintahan daerah sudah

ada sebelumnya. Prinsipnya, daerah itu bukan bentukan pemerintah pusat, tapi sudah

ada sebelum RI berdiri.

Karena itu, pada dasarnya kewenangan pemerintahan itu ada pada daerah,

kecuali yang dikuatkan oleh UUD menjadi kewenangan nasional. Semua yang bukan

kewenangan pemerintah pusat, asumsinya menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Maka, tidak ada penyerahan kewenangan dalam konteks pemberlakuan kebijakan

otonomi daerah. Tapi, pengakuan kewenangan.

Lahirnya reformasi tahun 1997 akibat ambruknya ekonomi Indonesia dengan

tuntutan demokratisasi telah membawa perubahan pada kehidupan masyarakat,

termasuk di dalamnya pola hubungan pusat daerah. Tahun 1999 menjadi titik awal

terpenting dari sejarah desentralisasi di Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden

Habibie melalui kesepakatan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu

1999 ditetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat Daerah untuk mengoreksi UU No.5 Tahun 1974 yang dianggap sudah tidak

sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan dan perkembangan keadaan.

Kedua Undang-Undang tersebut merupakan skema otonomi daerah yang

diterapkan mulai tahun 2001. Undang-undang ini diciptakan untuk menciptakan pola

hubungan yang demokratis antara pusat dan daerah. Undang-Undang Otonomi

Daerah bertujuan untuk memberdayakan daerah dan masyarakatnya serta mendorong

daerah merealisasikan aspirasinya dengan memberikan kewenangan yang luas yang

sebelumnya tidak diberikan ketika masa orde baru.

Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi

dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan

otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya.

Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diharapkan

dengan adanya kewenangan di pemerintah daerah maka akan membuat proses

pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan yang signifikan. Prakarsa dan

kreativitasnya terpacu karena telah diberikan kewenangan untuk mengurusi

5

Page 6: BAB I

daerahnya. Sementara di sisi lain, pemerintah pusat tidak lagi terlalu sibuk dengan

urusan-urusan domestik. Ini agar pusat bisa lebih berkonsentrasi pada perumusan

kebijakan makro strategis serta lebih punya waktu untuk mempelajari, memahami,

merespons, berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat darinya.

2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah Saat Ini

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah diselenggarakan lebih dari

satu  dasawarsa. Otonomi daerah untuk pertama kalinya mulai diberlakukan di

Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan. Pelaksanaan

otonomi daerah di Indonesia tersebut telah mengakibatkan perubahan dalam sistem

pemerintahan di Indonesia yang kemudian juga membawa pengaruh terhadap

kehidupan masyarakat di berbagai bidang.

a. Konsepsi Pelaksanaan Otonomi Daerah

Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh

tiga tujuan utama yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan

ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan

otonomi daerah diantaranya adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik

melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan

administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya

pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan

serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan

ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah

terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan manusia sebagai indikator

peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah

memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di

daerahnya masing-masing. Hal ini  terutama disebabkan karena dalam otonomi

daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh

pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah masing-masing. 

Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat

beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang

meliputi kepala daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota lembaga

6

Page 7: BAB I

legislatif dan partisipasi masyarakatnya. Faktor keuangan daerah, baik itu dana

perimbangan dan pendapatan asli daerah, yang akan mendukung pelaksanaan

pogram dan kegiatan pembangunan daerah. Faktor manajemen organisasi atau

birokrasi yang ditata secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan

dan pengembangan daerah.

b. Tantangan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

Gagasan pelaksanaan otonomi daerah adalah gagasan yang luar biasa yang

menjanjikan berbagai kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

Namun dalam realitasnya gagasan tersebut berjalan tidak sesuai dengan apa yang

dibayangkan. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada gilirannya harus

berhadapan dengan sejumlah tantangan yang berat untuk mewujudkan cita-citanya.

Tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut datang dari berbagai aspek

kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah tantangan di bidang hukum dan sosial

budaya. 

Pelaksanaan  otonomi daerah di Indonesia dimulai segera setelah angin sejuk

reformasi berhembus di Indonesia. Masih dalam suasana euphoria reformasi dan

dalam situasi dimana krisis ekonomi sedang mencekik tingkat kesejahteraan rakyat,

Negara Indonesia membuat suatu keputusan pemberlakuan dan pelaksanaan otonomi

daerah di Indonesia. Selanjutnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia di Judicial Review

dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Judicial review ini

dilakukan setelah timbulnya berbagai kritik dan tanggapan terhadap pelaksanaan

otonomi daerah di Indonesia. Judicial review tersebut dilaksanakan dengan

mendasarkannya pada logika hukum. 

Pada gilirannya, pemerintahan daerah berhadapan dengan keadaan dimana

mereka harus memahami peraturan perundang-undangan hasil judicial review. Tanpa

adanya pemahaman yang baik dari aparatur, maka bisa dipastikan pelaksanaan

otonomi daerah di Kab/Kota di Indonesia menjadi kehilangan maknanya. Hal ini

merupakan persoalan hukum yang sering terjadi dimana peraturan perundang-

undangan tidak sesuai dengan realitas hukum masyarakat sehingga kehilangan nilai

sosialnya dan tidak dapat dilaksanakan.

7

Page 8: BAB I

c. Aspek-aspek apa yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan otonomi

daerah

Dari berbagai hasil kajian dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor

penyebabnya adalah kelemahan aspek regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dan implementasi regulasinya. UU Nomor 32 Tahun 2004 telah

berhasil menyelesaikan beberapa masalah dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, namun dalam pelaksanaannya, ketidakjelasan pengaturan dalam UU ini

sering menimbulkan permasalahan baru yang dapat menjadi sumber konflik

antarsusunan pemerintahan dan aparaturnya yang pada akhirnya menyebabkan

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah tidak dapat berjalan secara efektif dan

efisien. Sehingga kita memandang perlu UU ini perlu diubah atau diganti.

Untuk itu, RUU tentang Pemerintahan Daerah (RUU Pemerintahan Daerah)

sebagai pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004 yang saat ini sedang dibahas dengan

DPR, pada dasarnya mencoba memperbaiki kelemahan UU Nomor 32 Tahun 2004.

RUU Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk memperjelas konsep desentralisasi

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memperjelas pengaturan dalam

berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain itu, RUU ini juga menambah pengaturan baru sesuai dengan

kebutuhan hukum untuk mengakomodir dinamika pelaksanaan desentralisasi, antara

lain pengaturan tentang hak warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, adanya jaminan terselenggaranya pelayanan publik dan inovasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 

2.4 Dampak dari Otomomi Daerah

2.4.1 Dampak Positif dan Negatif dalam Segi Ekonomi

a. Dampak Positif

Dari segi ekonomi banyak sekali keutungan dari penerapan otonomi daerah

diantaranya; pemerintahan daerah memberikan wewenang kepada masyarakat daerah

untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki di masing-masing daerah, dengan

demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal

maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Dengan begitu

8

Page 9: BAB I

masyarakat akan mandiri dan berusaha untuk mengembangkan suber daya alam yang

mereka miliki, karena mereka lebih mengetahui hal-hal apa saja yang terbaik bagi

mereka. Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan berbasis

komunitas lokal sangatlah tepat diterapkan di indonesia, selain karena efeknya yang

positif juga mengingat komunitas lokal di Indonesia memiliki keterikatan yang kuat

dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang dilakukan akan diusahakan demi

kebaikan daerahnya.

a. Dampak Negatif

Namun demikian, sejak orde lama sampai berakhirnya orde baru, pemerintah

pusat begitu dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi

pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah

sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya

tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan

ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan

inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya. Dan dengan adanya penerapan sistem

ini membukan peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat daerah (pejabat yang

tidak benar) untuk melalukan praktek KKN.

2.4.2 Dampak Positif dan Negatif dalam Segi Sosial dan Budaya

a. Dampak Positif

Dengan diadakannya desentralisasi akan memperkuat ikatan sosial budaya

pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya desentralisasi ini pemerintahan

daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh

daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di

perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya bisa di jadikan symbol daerah

tersebut.

b. Dampak Negatif

Dapat  menimbulkan kompetisi yang tidak sehat anatar daerah karena setiap

ingin menonjolkan kebudayaan masing-masing dan merasa bahwa kebudayaannya

paling baik.

9

Page 10: BAB I

2.4.3 Dampak Positif dan Negatif dalam Segi Keamanan Politik

a. Dampak Positif

Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk

mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya

kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan

NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang

menyangkut NKRI).

b. Dampak Negatif

Adanya otonomi daerah berpotensi menyulut konflik antar daerah yang satu

dengan daerah yang lain.

2.4.4 Dampak Positif dan Negatif secara Umum

a. Dampak Positif

1. Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.

2. Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat

berkembang.

3. Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan

tertentu.

4. Adanya desentralisasi kekuasaan.

5. Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka

diharapkan dengan otonomi daerah menjadi lebih maju.

6. Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang

dimilikinya, jika SDA yang dimiliki daerah telah dikelola secara optimal

maka PAD dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

7. Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi lebih

efisien.

8. Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan

yang dimiliki oleh daerah tersebut. (Kearifan lokal yg terkandung dalam

budaya dan adat istiadat daerah).

a. Dampak Negatif

1. Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.

10

Page 11: BAB I

2. Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang

punya otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.

3. Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di

berikan pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.

4. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan

sering lupa tanggung jawabnya.

2.5 Antisipasi Terhadap Masalah yang Timbul dari Adanya Otonomi Daerah

Yang sebaiknya dilakukan agar otonomi daerah dapat berhasil mencapai

tujuannya. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Memperkuat fungsi kontrol terhadap pemda yang dilakukan oleh masyarakat

dan lembaga legislatif daerah.

2. Pemberdayaan politik warga masyarakat.

3. Pemahaman terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi:

a. Asas persamaan

b. Asas Kepercayaan

c. Asas Kepastian Hukum

d. Asas Kecermatan

e. Asas Pemberian Alasan

f. Asas Larangan bertindak kesewenang-wenangan

g. Dan lain-lain.

4. Dan yang terakhir adalah meningkatkan mutu pendidikan sehingga

memunculkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Terkait berbagai problematika otonomi daerah tersebut, menjadi sangat urgen

bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas dan strategis. Beberapa

upaya yang dapat dilakukan adalah:

Pertama, segera merevisi UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

terutama masalah pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah dan terkait

pasal 126 yang memuat status kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Selama ini,

dasar hukum tersebut memberi ketentuan bahwa sejauh belum menjadi terdakwa dan

tuntutannya kurang dari lima tahun penjara, mereka bisa bebas dan tetap menempati

jabatannya.Status sebagai pejabat negara juga kerap menyulitkan aparat penegak

11

Page 12: BAB I

hukum ketika akan menahan dan memeriksa mereka. Undang-undang mengharuskan

pemeriksaan terhadap kepala daerah atas izin presiden. Sedangkan izin tersebut juga

harus melalui birokrasi yang panjang dan rumit. Dengan merevisi undang-undang

tersebut, diharapkan gubernur, bupati/walikota yang tersangkut kasus korupsi akan

dinon-aktifkan begitu menjadi tersangka. Jabatan dan hak mereka akan diberikan

kembali jika penyidikan kasusnya dihentikan. Kedua, pemerintah juga dapat

mengefektifkan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya

memerangi korupsi di daerah yang semakin menggurita. Argumentasi ini didasarkan

pada kapasitas legal yang dimiliki KPK untuk untuk masuk ke semua lembaga

negara dan melakukan evaluasi untuk pencegahan korupsi. Sebelum itu ditempuh,

tentu langkah yang harus diambil adalah penguatan posisi KPK di daerah, yakni

dengan pembentukan KPK di daerah. Ketiga,penting untuk menerapkan asas

pembuktian terbalik. Asas pembuktian terbalik merupakan aturan hukum yang

mengharuskan seseorang untuk membuktikan kekayaan yang dimilikinya, sebelum

menjabat dibandingkan setelah menjabat. Serta darimana sumber kekayaan itu

berasal. Jika kekayaan melonjak drastis dan bersumber dari kas Negara atau sumber

lain yang ilegal, tentu merupakan tindak pidana korupsi. Korupsi memang

merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime), maka harus ditangani secara

luar biasa pula dan tentu dengan melibatkan semua pihak. Karena, langkah-langkah

strategis tersebut tidak akan berarti tanpa kerja sama dari semua pihak, terutama

aparat penegak hukum untuk menjunjung hukum seadil-adilnya. Ini diperlukan agar

otonomi daerah benar-benar bernilai serta menjadi berkah bagi rakyat di daerah.

12

Page 13: BAB I

BAB III

PEMBAHASAN KELOMPOK

3.1 Pembahasan Kelompok

Menurut kelompok kami otonomi daerah sudah cukup baik

keberlangsungannya selama lebih dari satu dasawarsa ini. Keberadaan otonomi

daerah sangat terasa dampak positifnya untuk sebagian daerah. Dengan adanya

otonomi daerah, daerah-daerah di Indonesia lebih mandiri dan bisa mengatur segala

hal yang berlangsung dalam daerah mereka sendiri tanpa harus terus merepotkan

pemerintahan pusat seperti sebelumnya. Dibandingkan sebelum adanya otonomi

semua dana dari daerah disaluran ke pemerintah pusat, kemudian baru dibagikan

kembali ke pemerintah daerah. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah pusat

tidak perlu terlalu pusing dengan permasalahan daerah melainkan hanya mengontrol

perkembangannya saja, sehingga pemerintah pusat bisa lebih fokus mengerjakan

yang lainnya demi kemajuan bangsa.

Walaupun dalam keberlangsungannya otonomi daerah juga memiliki dampak

negatif, diantaranya banyaknya kasus korupsi yang melibatkan para pejabat daerah.

Otonomi daerah yang dipercayakan kepada para pemimpin daerah disalah gunakan

untuk kepentingan pribadi para pejabat daerah. Oleh karena itu pentingnya

pemantauan terhadap dana-dana rakyat. Sebagai rakyat Indonesia yang baik kita

harus mematuhi peraturan pemerintah seperti pembayaran pajak, karena dengan

pembayaran pajaklah kita bisa membangun infrastruktur di daerah kita. Dan

melakukan pemantauan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang dirasa tidak

sesuai dengan peraturan pemerintah pusat.

Untuk daerah-daerah tertentu di Indonesia, pemerintah masih perlu mengatur

langsung perkembangan infrastrukturnya. Ada beberapa daerah yang sudah siap

dengan sistem otonomi daerah dan ada beberapa pula yang masih memerlukan

campur tangan pemerintah langsung. Seperti di daerah Papua yang sebagian besar

menyumbangkan dana terbesar dalam sistem perekonomian di Indonesia. Dengan

adanya perusahan tambang terbesar di Indonesia, secara langsung dapat

meningkatkan pendapatan dana. Tetapi hasilnya tidak dapat dinikmati masyarakat

Papua. Dana yang semestinya dikelola untuk infrastruktur, pendidikan, sosial, dan

13

Page 14: BAB I

lain-lain tidak dapat dimaksimalkan. Masih banyak anak-anak Papua yang tidak

dapat bersekolah di sekolah yang layak, bahkan masih ada yang putus sekolah karena

tidak dapat membiayai sekolahnya. Seharusnya pemerintah daerah dapat membiayai

semua hal itu denga baik. Berbeda dengan daerah yang sudah dapat melaksanakan

otonomi dengan baik. Seperti kota-kota besar di pulau Jawa yang sebagian besar

sudah dapat mengelola otonominya dengan baik, dengan meningkatkan infrastruktur

untuk kepentingan masyarakatnya. Pendidikan di kota-kota besar juga semakin baik

dengan adanya sekolah internasional.

Dengan memajukan pendidikan disuatu daerah dirasa mungkin bisa untuk

memperbaiki dan meningkatkan otonomi di daerah tersebut. Kesadaran masyarakat

untuk bisa memanfaatkan otonomi daerah dengan baik perlu ditingkatkan.

Seharusnya dengan adanya otonomi daerah dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat daerahnya. Karena seharusnya pemerintah daerahlah yang tahu

bagaimana keadaan masyarakatnya, apa yang dirasa perlu ditingkatkan dari

daerahnya, apa yang diperlukan masyarakat daerahnya.

Jika otonomi daerah di setiap daerah dapat berjalan dengan baik, pemerintah

daerah dapat menjalankan roda perekonomian di daerahnya dengan baik, maka

masyarakat akan sejahtera. Sehingga pemerintah pusat hanya memantau jalannya

otonomi daerah di setiap daerah. Kita sebagai masyarakat harus bisa mendukung dan

bekerja sama dengan pemeritah daerah. Memantau agar kinerja pemerintah daerah

sesuai dengan jalurnya. Dan agar penyelewengan dana yang sering terjadi di

pemerintahan dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

14

Page 15: BAB I

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat

mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Dimana

untuk mewujudkan keadaan tersebut,berlaku proposisi bahwa pada dasarnya segala

persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk mengidentifikasikan,

merumuskan,dan memecahkannya, kecuali untuk persoalan-persoalan yang memang

tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam perspektif keutuhan negara-

bangsa. Dalam Sidang Tahunan MPR tahun 2000 telah pula ditetapkan Ketetapan

MPR No.IV/MPR/2000 tentang Kebijakan dalam Penyelenggaran Otonomi Daerah

yang antara lain merekomendasikan bahwa prinsip otonomi daerah itu harus

dilaksanakan dengan menekankan pentingnya kemandirian dan keprakarsaan dari

daerah-daerah otonom untuk menyelenggarakan otonomi daerah tanpa harus terlebih

dulu menunggu petunjuk dan pengaturan dari pemerintahan pusat. Bahkan,kebijakan

nasional otonomi daerah ini telah dikukuhkan pula dalam materi perubahan Pasal

18UUD 1945.

Adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan

bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran,

munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya

kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih

berkembang. Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahan yang mengiringi

berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan itu tentu harus

dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi daerah dapat tercapai.

15

Page 16: BAB I

4.2 Saran

Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara

lain:

1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan

antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah daerah, potensi dan

keanekaragaman daerah.

2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan

dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling

dekat dengan masyarakat.

3. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga

perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat

memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan

aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi

Daerah. Karena pada dasarnya Otonomi Daerah ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga

perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan

pelaksanaan Otonomi Daerah.

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebaiknya

membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan

kelompoknya dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak

tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta

kewajibannya dengan baik.

16