bab i
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung keluarga
berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah pertumbuhan yang kian
pesat di waktu tahun orde baru, pada tahun tersebut pemerintahan presiden
Soeharto dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam program keluarga
berencana serta mobilitas perekonomian yang baik pula.
Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak
wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena
terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode
tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional
KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi1.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam
paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan
reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ 1.
(Depkes RI, 1998)
1
masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau
membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).2
KB termasuk masalah yang kontroversional sehingga tidak ditemukan
bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di kalangan
umat Islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB dan yang
menolak KB. Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB,
diantaranya dari segi kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program
KB juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui, sejak 1970,
program Keluarga Berencana (KB) Nasional telah meletakkan dasar-dasar
mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya, tentu saja untuk
mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan dengan masalah dan
beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain pihak, beberapa ulama
berpendapat bahwa KB itu haram. Hal ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-
Isra':31 yang berbunyi:
“ Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada
kalian.”
—(Qs. Al-Isra' 31)
Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan KB. Maka dari itu, kita
harus mempelajari pengetahuan tentang KB dari beberapa sudut pandang
sehingga bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas serta meyakinkan
masyarakat tentang hukum KB.
2. (http:/psikis.bkkbn.go.id/gemapria/articles.php)
2. RUMUSAN MASALAH
2
a) Apa itu keluarga berencana menurut pandangan hukum islam..?
b) Apakah keluarga berencana itu..?
c) Apa hukumnya pasutri muslim menggunakan alat kontrasepsi..?
d) Kapan diperbolehkan menggunakan alat kontrasepsi…?
3. TUJUAN PENULISAN
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap informasi yang terdapat
pada makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Mengetahui hukum Keluarga Berencana dalam Islam.
b) Mengetahui bagaimana caranya berkeluarga berencana menurut
Islam.
c) Mengetahui hukum menggunakan alat kontrasepsi dalam Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.
Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
KB dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang dijalankan
pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan
pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang
dan jasa. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut
Thomas Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan
tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran).
KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah
kehamilan (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya
dengan kondom, IUD, pil KB, dan sebagainya. KB dalam pengertian kedua
diberi istilah tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran).
B. KELUARGA BERENCANA MENURUT HUKUM ISLAM
Dari pengertian KB di atas di atas timbul 2 buah hukum tentang KB, yaitu,
Hukum melakukan pembatasan kelahiran, dan hukum tentang pengaturan
kelahiran. KB dalam arti sebuah program nasional untuk membatasi jumlah
populasi penduduk (tahdid anl-nasl), hukumnya haram. Tidak boleh ada sama
sekali ada suatu undang-undang atau peraturan pemerintah yang membatasi
jumlah anak dalam sebuah keluarga.
4
3. (Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga : Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang (Jakarta : Pustaka
Cidesindo, 1999).
4.(Imam Suyuthi, Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu`. [Semarang : Maktabah Usaha Keluarga], hal. 59).
KB sebagai program nasional tidak dibenarkan secara syara’ karena
bertentangan dengan Aqidah Islam, yakni ayat-ayat yang menjelaskan jaminan
rezeqi dari Allah untuk seluruh makhluknya. Allah SWT berfirman :
“Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rizkinya.” (QS Huud [11] : 6)
Selain itu, dari segi tinjauan fakta, teori Malthus batil karena tidak sesuai
dengan kenyataan. Produksi pangan dunia bukan kurang, melainkan cukup,
bahkan lebih dari cukup untuk memberi makan seluruh populasi manusia di
dunia. Pada bulan Mei tahun 1990, FAO (Food and Agricultural Organization)
mengumumkan hasil studinya, bahwa produksi pangan dunia ternyata
mengalami surplus 10 % untuk dapat mencukupi seluruh populasi penduduk
dunia.
Teori Malthus juga harus ditolak dari segi politik dan ekonomi global.
Karena ketidakcukupan barang dan jasa bukan disebabkan jumlah populasi
yang terlalu banyak, atau kurangnya produksi pangan, melainkan lebih
disebabkan adanya ketidakadilan dalam distribusi barang dan jasa. Ini terjadi
karena pemaksaan ideologi kapitalisme oleh Barat (negara-negara penjajah)
atas Dunia Ketiga, termasuk Dunia Islam. Sebanyak 80 % barang dan jasa
dunia, dinikmati oleh negara-negara kapitalis yang jumlah penduduknya hanya
sekitar 25 % penduduk dunia.3
KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu (bukan
dijalankan karena program negara) untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli)
dengan berbagai cara dan sarana, hukumnya mubah, bagaimana pun juga
motifnya.
Dalil kebolehannya antara lain hadits dari sahabat Jabir RA yang berkata,
”Dahulu kami melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW
sedangkan al-Qur`an masih turun.” (HR Bukhari). Namun kebolehannya
disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih menyebutkan : Adh-
dhararu yuzaal (Segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan).4
5
Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan
kehamilan yang temporal (sementara), misalnya dengan pil KB dan kondom.
Adapun pencegahan kehamilan yang permanen (sterilisasi), seperti vasektomi
atau tubektomi, hukumnya haram. Sebab Nabi SAW telah melarang
pengebirian (al-ikhtisha`), sebagai teknik mencegah kehamilan secara
permanen yang ada saat itu.
Jika seseorang membatasi jumlah anak dengan jumlah tertentu
(misalnya hanya 2 anak), kemudian mungkin saja seluruhnya mati dalam
jangka waktu satu tahun (misalnya karena kecelakaan), maka orang tersebut
tidak lagi memiliki anak dan keturunan yang tersisa. Maka sebaiknya kaum
muslimin memiliki anak sebanyak-banyaknya agar kalau sebagian anaknya
mati dia tidak akan merana atau kesepian karena masih banyak anaknya yang
masih hidup. Manfaat lain dari memiliki banyak anak adalah memperkuat
semangat jihad umat islam. Misalnya ada orang tua yang hanya memiliki satu
anak pria, mungkin dia tidak akan mengijinkan anaknya berjihad di medan
perang karena takut anaknya yang cuma satu itu mati dalam perang (apalagi
jika belum punya cucu sehingga keturunannya akan terputus). Jika para orang
tua memiliki banyak anak maka mereka tidak akan segan-segan mengirimkan
anaknya ke medan perang untuk berjuang di jalan Allah, karena kalaupun
anaknya itu mati dalam perang dia masih memiliki banyak anak yang lain.
Para ulama telah menegaskan bahwa memutuskan keturunan sama
sekali adalah haram, karena hal tersebut bertentangan dengan maksud Nabi
mensyari’atkan pernikahan kepada umatnya, dan hal tersebut merupakan salah
satu sebab kehinaan kaum muslimin. Karena jika kaum muslimin berjumlah
banyak, maka akan menimbulkan kemuliaan dan kewibawaaan. Karena jumlah
umat yang banyak merupakan salah satu nikmat Allah seperti kepada Bani
Israil.
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka
beribadah kepada Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin -
dengan ijin Allah-, dan Allah akan menjaga mereka dari tipu daya musuh-
musuh mereka.
6
Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah wajib untuk
meninggalkan perkara membatasi kelahiran, beliau tidak memperbolehkannya
dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka
tidak mengapa, seperti :
a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang
lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan
pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.
b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri
keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil
tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam
masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil,
sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.
Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, Alasan di benarkan melakukan
Pembatasan kelahiran adalah:
a. Adanya keperluan seperti ; Wanita tersebut memiliki penyakit yang
menghalanginya untuk hamil setiap tahun, atau, wanita tersebut
bertubuh kurus kering, atau adanya penghalang-penghalang lain yang
membahayakannya jika dia hamil tiap tahun.
b. Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam
masalah anak dan keturunan. Disamping itu juga harus bermusyawarah
dengan dokter terpercaya di dalam masalah mengkonsumsi pil-pil ini,
apakah pemakaiannya membahayakan atau tidak.
Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah tidak boleh melakukan
pembatasan kelahiran dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau
supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana
yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang”.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : “Ada seorang wanita berusia kurang
lebih 29 tahun, telah memiliki 10 orang anak. Ketika ia telah melahirkan anak
terakhir ia harus melakukan operasi dan ia meminta ijin kepada suaminya
sebelum operasi untuk melaksanakan tubektomi (mengikat rahim) supaya tidak
7
bisa melahirkan lagi, dan disamping itu juga disebabkan masalah kesehatan,
yaitu jika ia memakai pil-pil pencegah kehamilan akan berpengaruh terhadap
kesehatannya. Dan suaminya telah mengijinkan untuk melakukan operasi
tersebut. maka apakah si istri dan suami mendapatkan dosa karena hal itu ?”
Jawaban : Tidak mengapa ia melakukan operasi/pembedahan jika para
dokter (terpercaya) menyatakan bahwa jika melahirkan lagi bisa
membahayakannya, setelah mendapatkan ijin dari suaminya.
Menurut Lembaga Fatwa Lajnah Ad-Daimah seorang istri tidak boleh
menggunakan pil pencegah kehamilan karena takut banyak anak, atau karena
harus memberikan tambahan belanja. Tetapi boleh menggunakannya untuk
mencegah kehamilan dikarenakan :
a. Adanya penyakit yang membahayakan jika hamil.
b. Dia melahirkan dengan cara yang tidak normal bahkan harus
melakukan operasi jika melahirkan dan bahaya-bahaya lain yang
serupa dengan hal tersebut. Maka dalam keadaan seperti ini
boleh baginya mengkonsumsi pil pencegah hamil, kecuali jika ia
mengetahui dari dokter spesialis bahwa mengkonsumsinya
membahayakan si wanita dari sisi lain.
c. Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau meninggal
dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat,
dan tidak mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk
mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang membolehkan
mencegah keturunan.
d. Juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya, dan ditakutkan
penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan
kematian, sehingga rahimnya harus diangkat, maka tidak
mengapa.
Adapun berkaitan dengan ‘azal ketika berjima’ tanpa adanya sebab, maka
pendapat para ahli ilmu yang benar adalah tidak mengapa karena hadits dari
Jabir Radhiyallahu ‘anhu. Artinya : “Kami melakukan ‘azal sedangkan Al-Qur’an
masih turun (yakni dimasa nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam)” [Hadits Shahih
8
Riwayat Abu Dawud 1/320 ; Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162,
Baihaqi 781, Abu nu'aim dalam Al-hilyah 3/61-62]
Seandainya perbuatan itu haram pasti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melarangnya. Akan tetapi para ahli ilmu mengatakan bahwa tidak boleh
ber’azal terhadap wanita merdeka (bukan budak) kecuali dengan ijinnya, yakni
seorang suami tidak boleh ber’azal terhadap istri, karena sang istri memiliki hak
dalam masalah keturunan. Dan ber’azal tanpa ijin istri mengurangi rasa nikmat
seorang wanita, karena kenikmatan seorang wanita tidaklah sempurna kecuali
sesudah tumpahnya air mani suami.
Berdasarkan keterangan ini maka ‘azal tanpa ijin berarti menghilangkan
kesempurnaan rasa nikmat yang dirasakan seorang istri, dan juga
menghilangkan adanya kemungkinan untuk mendapatkan keturunan. Karena ini
kami menysaratkan adanya ijin dari sang istri”.
C. CARA-CARA MENGATUR KEHAMILAN
1. Metode penanggalan
Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri adalah 14 hari setelah
hari pertama menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/sel telur wanita
telah matang dan siap untuk dibuahi. Para ahli mengambil kemungkinan empat
hari sesudah ataupun sebelumnya bisa terjadi masa subur.
Metode KB dengan penanggalan yaitu jangan menumpahkan sperma
kedalam rahim saat masa subur.
Misalnya:
Hari pertama menstruasi adalah tanggal 1 oktober. Maka perkiraan
tanggal suburnya adalah tanggal 14, berpatokan dengan maka empat hari
sebelum dan sesudahnya. Jangan menumpahkan sperma ke dalam rahim
pada dari tanggal 10-18 oktober. Jika menstruasi berhenti pada tanggal 7
Oktober, Berarti waktu yang boleh:
-tanggal 8-9 Oktober kita boleh menumpahkan sperma ke rahim
9
-tanggal 19 Oktober sampai dengan menstruasi selanjutnya.
Untuk jaga-jaga bisa juga dipakai lima hari sebelum dan sesudahnya. Dan
biasanya 1 atau 2 hari setelah mentruasi adalah waktu yang aman. Bisa juga
dibantu menggunakan kalender dengan menandai/membulatkan tanggal hari
mulai menstruasi misalnya tanggal 5 Oktober, maka perkiraan hari subur
adalah tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah berarti tanggal 15-23
Oktober. Maka arsir merah atau tandai deretan tanggal tersebut di kalender dan
menjadi patokan bahwa rentang tanggal tersebut tidak boleh menumpahkan
sperma ke rahim.
2. Metode coitus coitus interuptus/ ‘Azl
Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menukil bab dalam shahih Bukhari
menjelaskan tentang ‘Azl. Hukum ‘Azl ada perselisihan di antara ulama, namun
pendapat terkuat adalah mubah. Dengan beberapa dalil.
Perkataan sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu
“Kami (para shahabat) melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam” [HR.Bukhari].
Diriwayat lainnya,
“Kami melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
dan beliau tidak melarang kami darinya” [Shahih Muslim].
Jika ada yang mengatakan bahwa ‘Azl adalah pembunuhan
terselubung/kecil-kecilan, maka kita jawab dengan hadits Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : “Telah sampai kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya orang Yahudi berkata :
‘Sesungguhnya ‘azl itu pembunuhan kecil-kecilan’. Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang Yahudi telah berdusta.
Seandainya engkau menyetubuhinya, tidaklah akan menghasilkan anak kecuali
10
dengan takdir Allah” [HR.Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar].
Perlu diketahui juga bahwa jika melakukan ‘Azl pada istri kita sebaiknya
meminta izin kepada istri terlebih dahulu,
“Para ahli ilmu dari sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
sabahat yang lain memberikan rukshah/keringanan tentang ‘azl.”
Maalik bin Anas radhiallahu ‘anhu berkata,
“Dimintai ijin (untuk melakukan ‘azl) bagi wanita merdeka, dan tidak
dimintai ijin bagi budak wanita” [HR. At-Tirmidzi].
3. Metode barier/kondom
Kondom bisa kita kiaskan dengan ‘Azl karena alasan/illat adalah
mencegah tertumpahnya sperma ke dalam rahim. Maka hukumnya juga
mubah. Karena penggunaan kondom bisa menggantika ‘Azl. Sesuai dengan
kaidah fiqhiyah,
“hukum pengganti sama dengan hukum yang digantikan”
Jika tidak bisa menahan saat akan ejakulasi dengan ‘Azl, maka bisa
menggunakan kondom. Kodom bisa digunakan pada rentang waktu yang tidak
boleh menumpahkan sperma ke rahim.
4. Metode yang lainnya yang sederhana
Ada beberapa metode lainnya yang sederhana juga tetapi kurang praktis,
misalnya metode lendir yaitu wanita subur jika lendir vagina agak kental, cara
mengetahuinya dengan memasukkan sedikit ibu jari dan telunjuk ke vagina
kemudian ada lendirnya dan merenggangkan ibu jari dan telunjuk. Jika
lendirnya masih menyatu ketika dipisahan oleh kedua jari, berarti kental dan ini
adalah waktu subur.
11
Kemudian metode suhu yang menyatakan bahwa wanita yang subur
mengalami kenaikan suhu 0,5-1 derajat. Metode ini mengukur suhu setiap hari
ketika bangun tidur dan mencatatnya dikalender kemudian akan menjadi
sebuah pola. Menurut kami ini tidak praktis.
5. Metode lainnya yang menggunakan alat dan obat
a. Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB
Kami berpendapat jika ada metode sederhana seperti yang kami jelaskan
kemudian ia sanggup melakukannya. Maka sebaiknya ini ditinggalkan. Belum
lagi ada pendapat dikalangan medis bahwa penggunaan obat dan suntikan kb
berupa hormon estrogen dan progesteron bisa memacu kanker. Walaupun ini
perlu penelitian jangka panjang. Dan juga kita perlu mengingat hadits rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa haid dan nifas adalah ketetapan/kodrat
wanita. Sebaiknya kita tidak melawan kodrat kita.
“Sesungguhnya, haid adalah ketetapan/kodrat yang Allah tetapkan bagi
para wanita keturunan Adam.” [H.R. Bukhari dalam bab Haidh dan
Muslim]
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim [AKDR] misalnya spiral
Boleh menggunakannya. Karena secara medis insya Allah tidak merusak
rahim. Hanya sebgai pencegah atau mematikan sperma ketika hendak masuk
ke rahim. Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa ini akan membuka aurat
wanita. Jika yang memasang dokter kandungan laki-laki jelas haram jika masih
ada dokter wanita atau bidan. Sebenarnya wanitapun tidak boleh melihat aurat
sesama wanita begitu juga laki-laki. Tetapi karena ini adalah satu-satunya jalan.
Kami tetap menyarankan memakai cara sederhana yang kami paparkan jika ia
sanggup.
12
c. Vasektomi dan tubektomi
Jelas metode ini adalah haram karena membuat laki-laki dan wanita tidak
bisa membuat keturunan selamanya. Dan ini termasuk menggubah ciptaan
Allah dan keluar jauh dari tujuan penciptaannya yaitu untuk memperoleh
keturunan. Kita telah jelaskan dalil mengenai perintah agar memperbanyak
keturunan. Kemudian ini juga ditempuh dengan metode operasi yang
melakukan invasif pada tubuh dengan alasan yang kurang benar.
Jika ada cara yang aman dan sederhana sebaiknya kita pakai yaitu
kombinasi metode kalender, coitus interuptus/ ‘azl dan barier/kondom. Ini lebih
selamat karena terbebas dari efek samping hormon, membuka aurat dan
tindakan invasif ada tubuh dengan cara melukai tubuh.
13
BAB III
KESIMPULAN
Keluarga berencana adalah aktivitas individual untuk mencegah
kehamilan (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat). KB
sebagai program nasional tidak dibenarkan secara syara’ karena bertentangan
dengan Aqidah Islam.
Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah, diperbolehkan
berkeluarga berencana dengan alasan seperti :
a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan
yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa
(menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.
b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri
keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil
tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam
masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil,
sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.
Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, Alasan di benarkan melakukan
Pembatasan kelahiran adalah:
a. Adanya keperluan seperti ; Wanita tersebut memiliki penyakit yang
menghalanginya untuk hamil setiap tahun, atau, wanita tersebut
bertubuh kurus kering, atau adanya penghalang-penghalang lain
yang membahayakannya jika dia hamil tiap tahun.
b. Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam
masalah anak dan keturunan. Disamping itu juga harus
bermusyawarah dengan dokter terpercaya di dalam masalah
mengkonsumsi pil-pil ini, apakah pemakaiannya membahayakan atau
tidak.
14
Menurut Lembaga Fatwa Lajnah Ad-Daimah seorang istri boleh
menggunakannya untuk mencegah kehamilan dikarenakan.
a. Adanya penyakit yang membahayakan jika hamil.
b. Dia melahirkan dengan cara yang tidak normal bahkan harus
melakukan operasi jika melahirkan dan bahaya-bahaya lain yang
serupa dengan hal tersebut. Maka dalam keadaan seperti ini
boleh baginya mengkonsumsi pil pencegah hamil, kecuali jika ia
mengetahui dari dokter spesialis bahwa mengkonsumsinya
membahayakan si wanita dari sisi lain.
c. Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau meninggal
dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat,
dan tidak mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk
mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang membolehkan
mencegah keturunan.
d. Juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya, dan ditakutkan
penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan
kematian, sehingga rahimnya harus diangkat, maka tidak
mengapa.
Cara-cara mengatur kehamilan yaitu :
1) Metode penanggalan.
2) Metode coitus coitus interuptus / ‘Azl.
3) Metode barier / kondom.
4) Metode yang lain yang sederhana.
5) Metode yang lain yang menggunakan alat dan obat :
a) Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB.
b) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) misalnya spiral.
c) Vasektomi dan tubektomi.
15