bab i

22
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung keluarga berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah pertumbuhan yang kian pesat di waktu tahun orde baru, pada tahun tersebut pemerintahan presiden Soeharto dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam program keluarga berencana serta mobilitas perekonomian yang baik pula. Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi 1 . 1

Upload: asriatun

Post on 06-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung keluarga

berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah pertumbuhan yang kian

pesat di waktu tahun orde baru, pada tahun tersebut pemerintahan presiden

Soeharto dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam program keluarga

berencana serta mobilitas perekonomian yang baik pula.

Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif

yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui

demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana

merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak

wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena

terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode

tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional

KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh

kontrasepsi1.

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam

paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian

yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas

diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.

Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah

kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan

penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan

reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus

menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ 1.

(Depkes RI, 1998)

1

Page 2: BAB I

masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda

kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau

membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan

medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).2

KB termasuk masalah yang kontroversional sehingga tidak ditemukan

bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di kalangan

umat Islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB dan yang

menolak KB. Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB,

diantaranya dari segi kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program

KB juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui, sejak 1970,

program Keluarga Berencana (KB) Nasional telah meletakkan dasar-dasar

mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya, tentu saja untuk

mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan dengan masalah dan

beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain pihak, beberapa ulama

berpendapat bahwa KB itu haram. Hal ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-

Isra':31 yang berbunyi:

“ Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut

miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada

kalian.”

—(Qs. Al-Isra' 31)

Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan KB. Maka dari itu, kita

harus mempelajari pengetahuan tentang KB dari beberapa sudut pandang

sehingga bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas serta meyakinkan

masyarakat tentang hukum KB.

2. (http:/psikis.bkkbn.go.id/gemapria/articles.php)

2. RUMUSAN MASALAH

2

Page 3: BAB I

a) Apa itu keluarga berencana menurut pandangan hukum islam..?

b) Apakah keluarga berencana itu..?

c) Apa hukumnya pasutri muslim menggunakan alat kontrasepsi..?

d) Kapan diperbolehkan menggunakan alat kontrasepsi…?

3. TUJUAN PENULISAN

Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap informasi yang terdapat

pada makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca. Adapun

tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

a) Mengetahui hukum Keluarga Berencana dalam Islam.

b) Mengetahui bagaimana caranya berkeluarga berencana menurut

Islam.

c) Mengetahui hukum menggunakan alat kontrasepsi dalam Islam.

3

Page 4: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk

membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."

Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan

bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan

kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.

Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.

Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.

KB dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang dijalankan

pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan

pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang

dan jasa. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut

Thomas Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan

tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran).

KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah

kehamilan (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya

dengan kondom, IUD, pil KB, dan sebagainya. KB dalam pengertian kedua

diberi istilah tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran).

B. KELUARGA BERENCANA MENURUT HUKUM ISLAM

Dari pengertian KB di atas di atas timbul 2 buah hukum tentang KB, yaitu,

Hukum melakukan pembatasan kelahiran, dan hukum tentang pengaturan

kelahiran. KB dalam arti sebuah program nasional untuk membatasi jumlah

populasi penduduk (tahdid anl-nasl), hukumnya haram. Tidak boleh ada sama

sekali ada suatu undang-undang atau peraturan pemerintah yang membatasi

jumlah anak dalam sebuah keluarga.

4

Page 5: BAB I

3. (Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga : Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang (Jakarta : Pustaka

Cidesindo, 1999).

4.(Imam Suyuthi, Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu`. [Semarang : Maktabah Usaha Keluarga], hal. 59).

KB sebagai program nasional tidak dibenarkan secara syara’ karena

bertentangan dengan Aqidah Islam, yakni ayat-ayat yang menjelaskan jaminan

rezeqi dari Allah untuk seluruh makhluknya. Allah SWT berfirman :

“Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah

yang memberi rizkinya.” (QS Huud [11] : 6)

Selain itu, dari segi tinjauan fakta, teori Malthus batil karena tidak sesuai

dengan kenyataan. Produksi pangan dunia bukan kurang, melainkan cukup,

bahkan lebih dari cukup untuk memberi makan seluruh populasi manusia di

dunia. Pada bulan Mei tahun 1990, FAO (Food and Agricultural Organization)

mengumumkan hasil studinya, bahwa produksi pangan dunia ternyata

mengalami surplus 10 % untuk dapat mencukupi seluruh populasi penduduk

dunia.

Teori Malthus juga harus ditolak dari segi politik dan ekonomi global.

Karena ketidakcukupan barang dan jasa bukan disebabkan jumlah populasi

yang terlalu banyak, atau kurangnya produksi pangan, melainkan lebih

disebabkan adanya ketidakadilan dalam distribusi barang dan jasa. Ini terjadi

karena pemaksaan ideologi kapitalisme oleh Barat (negara-negara penjajah)

atas Dunia Ketiga, termasuk Dunia Islam. Sebanyak 80 % barang dan jasa

dunia, dinikmati oleh negara-negara kapitalis yang jumlah penduduknya hanya

sekitar 25 % penduduk dunia.3

KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu (bukan

dijalankan karena program negara) untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli)

dengan berbagai cara dan sarana, hukumnya mubah, bagaimana pun juga

motifnya.

Dalil kebolehannya antara lain hadits dari sahabat Jabir RA yang berkata,

”Dahulu kami melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW

sedangkan al-Qur`an masih turun.” (HR Bukhari). Namun kebolehannya

disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih menyebutkan : Adh-

dhararu yuzaal (Segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan).4

5

Page 6: BAB I

Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan

kehamilan yang temporal (sementara), misalnya dengan pil KB dan kondom.

Adapun pencegahan kehamilan yang permanen (sterilisasi), seperti vasektomi

atau tubektomi, hukumnya haram. Sebab Nabi SAW telah melarang

pengebirian (al-ikhtisha`), sebagai teknik mencegah kehamilan secara

permanen yang ada saat itu.

Jika seseorang membatasi jumlah anak dengan jumlah tertentu

(misalnya hanya 2 anak), kemudian mungkin saja seluruhnya mati dalam

jangka waktu satu tahun (misalnya karena kecelakaan), maka orang tersebut

tidak lagi memiliki anak dan keturunan yang tersisa. Maka sebaiknya kaum

muslimin memiliki anak sebanyak-banyaknya agar kalau sebagian anaknya

mati dia tidak akan merana atau kesepian karena masih banyak anaknya yang

masih hidup. Manfaat lain dari memiliki banyak anak adalah memperkuat

semangat jihad umat islam. Misalnya ada orang tua yang hanya memiliki satu

anak pria, mungkin dia tidak akan mengijinkan anaknya berjihad di medan

perang karena takut anaknya yang cuma satu itu mati dalam perang (apalagi

jika belum punya cucu sehingga keturunannya akan terputus). Jika para orang

tua memiliki banyak anak maka mereka tidak akan segan-segan mengirimkan

anaknya ke medan perang untuk berjuang di jalan Allah, karena kalaupun

anaknya itu mati dalam perang dia masih memiliki banyak anak yang lain.

Para ulama telah menegaskan bahwa memutuskan keturunan sama

sekali adalah haram, karena hal tersebut bertentangan dengan maksud Nabi

mensyari’atkan pernikahan kepada umatnya, dan hal tersebut merupakan salah

satu sebab kehinaan kaum muslimin. Karena jika kaum muslimin berjumlah

banyak, maka akan menimbulkan kemuliaan dan kewibawaaan. Karena jumlah

umat yang banyak merupakan salah satu nikmat Allah seperti kepada Bani

Israil.

Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka

beribadah kepada Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin -

dengan ijin Allah-, dan Allah akan menjaga mereka dari tipu daya musuh-

musuh mereka.

6

Page 7: BAB I

Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah wajib untuk

meninggalkan perkara membatasi kelahiran, beliau tidak memperbolehkannya

dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka

tidak mengapa, seperti :

a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang

lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan

pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.

b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri

keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil

tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam

masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil,

sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.

Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, Alasan di benarkan melakukan

Pembatasan kelahiran adalah:

a. Adanya keperluan seperti ; Wanita tersebut memiliki penyakit yang

menghalanginya untuk hamil setiap tahun, atau, wanita tersebut

bertubuh kurus kering, atau adanya penghalang-penghalang lain yang

membahayakannya jika dia hamil tiap tahun.

b. Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam

masalah anak dan keturunan. Disamping itu juga harus bermusyawarah

dengan dokter terpercaya di dalam masalah mengkonsumsi pil-pil ini,

apakah pemakaiannya membahayakan atau tidak.

Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah tidak boleh melakukan

pembatasan kelahiran dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau

supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana

yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang”.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : “Ada seorang wanita berusia kurang

lebih 29 tahun, telah memiliki 10 orang anak. Ketika ia telah melahirkan anak

terakhir ia harus melakukan operasi dan ia meminta ijin kepada suaminya

sebelum operasi untuk melaksanakan tubektomi (mengikat rahim) supaya tidak

7

Page 8: BAB I

bisa melahirkan lagi, dan disamping itu juga disebabkan masalah kesehatan,

yaitu jika ia memakai pil-pil pencegah kehamilan akan berpengaruh terhadap

kesehatannya. Dan suaminya telah mengijinkan untuk melakukan operasi

tersebut. maka apakah si istri dan suami mendapatkan dosa karena hal itu ?”

Jawaban : Tidak mengapa ia melakukan operasi/pembedahan jika para

dokter (terpercaya) menyatakan bahwa jika melahirkan lagi bisa

membahayakannya, setelah mendapatkan ijin dari suaminya.

Menurut Lembaga Fatwa Lajnah Ad-Daimah seorang istri tidak boleh

menggunakan pil pencegah kehamilan karena takut banyak anak, atau karena

harus memberikan tambahan belanja. Tetapi boleh menggunakannya untuk

mencegah kehamilan dikarenakan :

a. Adanya penyakit yang membahayakan jika hamil.

b. Dia melahirkan dengan cara yang tidak normal bahkan harus

melakukan operasi jika melahirkan dan bahaya-bahaya lain yang

serupa dengan hal tersebut. Maka dalam keadaan seperti ini

boleh baginya mengkonsumsi pil pencegah hamil, kecuali jika ia

mengetahui dari dokter spesialis bahwa mengkonsumsinya

membahayakan si wanita dari sisi lain.

c. Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau meninggal

dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat,

dan tidak mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk

mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang membolehkan

mencegah keturunan.

d. Juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya, dan ditakutkan

penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan

kematian, sehingga rahimnya harus diangkat, maka tidak

mengapa.

Adapun berkaitan dengan ‘azal ketika berjima’ tanpa adanya sebab, maka

pendapat para ahli ilmu yang benar adalah tidak mengapa karena hadits dari

Jabir Radhiyallahu ‘anhu. Artinya : “Kami melakukan ‘azal sedangkan Al-Qur’an

masih turun (yakni dimasa nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam)” [Hadits Shahih

8

Page 9: BAB I

Riwayat Abu Dawud 1/320 ; Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162,

Baihaqi 781, Abu nu'aim dalam Al-hilyah 3/61-62]

Seandainya perbuatan itu haram pasti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

telah melarangnya. Akan tetapi para ahli ilmu mengatakan bahwa tidak boleh

ber’azal terhadap wanita merdeka (bukan budak) kecuali dengan ijinnya, yakni

seorang suami tidak boleh ber’azal terhadap istri, karena sang istri memiliki hak

dalam masalah keturunan. Dan ber’azal tanpa ijin istri mengurangi rasa nikmat

seorang wanita, karena kenikmatan seorang wanita tidaklah sempurna kecuali

sesudah tumpahnya air mani suami.

Berdasarkan keterangan ini maka ‘azal tanpa ijin berarti menghilangkan

kesempurnaan rasa nikmat yang dirasakan seorang istri, dan juga

menghilangkan adanya kemungkinan untuk mendapatkan keturunan. Karena ini

kami menysaratkan adanya ijin dari sang istri”.

C. CARA-CARA MENGATUR KEHAMILAN

1. Metode penanggalan

Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri adalah 14 hari setelah

hari pertama menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/sel telur wanita

telah matang dan siap untuk dibuahi. Para ahli mengambil kemungkinan empat

hari sesudah ataupun sebelumnya bisa terjadi masa subur.

Metode KB dengan penanggalan yaitu jangan menumpahkan sperma

kedalam rahim saat masa subur.

Misalnya:

Hari pertama menstruasi adalah tanggal 1 oktober. Maka perkiraan

tanggal suburnya adalah tanggal 14, berpatokan dengan maka empat hari

sebelum dan sesudahnya. Jangan menumpahkan sperma ke dalam rahim

pada dari tanggal 10-18 oktober. Jika menstruasi berhenti pada tanggal 7

Oktober, Berarti waktu yang boleh:

-tanggal 8-9 Oktober kita boleh menumpahkan sperma ke rahim

9

Page 10: BAB I

-tanggal 19 Oktober sampai dengan menstruasi selanjutnya.

Untuk jaga-jaga bisa juga dipakai lima hari sebelum dan sesudahnya. Dan

biasanya 1 atau 2 hari setelah mentruasi adalah waktu yang aman. Bisa juga

dibantu menggunakan kalender dengan menandai/membulatkan tanggal hari

mulai menstruasi misalnya tanggal 5 Oktober, maka perkiraan hari subur

adalah tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah berarti tanggal 15-23

Oktober. Maka arsir merah atau tandai deretan tanggal tersebut di kalender dan

menjadi patokan bahwa rentang tanggal tersebut tidak boleh menumpahkan

sperma ke rahim.

2. Metode coitus coitus interuptus/ ‘Azl

Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menukil bab dalam shahih Bukhari

menjelaskan tentang ‘Azl. Hukum ‘Azl ada perselisihan di antara ulama, namun

pendapat terkuat adalah mubah. Dengan beberapa dalil.

Perkataan sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu

“Kami (para shahabat) melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu

‘alaihi wa sallam” [HR.Bukhari].

Diriwayat lainnya,

“Kami melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

dan beliau tidak melarang kami darinya” [Shahih Muslim].

Jika ada yang mengatakan bahwa ‘Azl adalah pembunuhan

terselubung/kecil-kecilan, maka kita jawab dengan hadits Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : “Telah sampai kepada Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya orang Yahudi berkata :

‘Sesungguhnya ‘azl itu pembunuhan kecil-kecilan’. Maka Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang Yahudi telah berdusta.

Seandainya engkau menyetubuhinya, tidaklah akan menghasilkan anak kecuali

10

Page 11: BAB I

dengan takdir Allah” [HR.Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar].

Perlu diketahui juga bahwa jika melakukan ‘Azl pada istri kita sebaiknya

meminta izin kepada istri terlebih dahulu,

“Para ahli ilmu dari sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan

sabahat yang lain memberikan rukshah/keringanan tentang ‘azl.”

Maalik bin Anas radhiallahu ‘anhu berkata,

“Dimintai ijin (untuk melakukan ‘azl) bagi wanita merdeka, dan tidak

dimintai ijin bagi budak wanita” [HR. At-Tirmidzi].

3. Metode barier/kondom

Kondom bisa kita kiaskan dengan ‘Azl karena alasan/illat adalah

mencegah tertumpahnya sperma ke dalam rahim. Maka hukumnya juga

mubah. Karena penggunaan kondom bisa menggantika ‘Azl. Sesuai dengan

kaidah fiqhiyah,

“hukum pengganti sama dengan hukum yang digantikan”

Jika tidak bisa menahan saat akan ejakulasi dengan ‘Azl, maka bisa

menggunakan kondom. Kodom bisa digunakan pada rentang waktu yang tidak

boleh menumpahkan sperma ke rahim.

4. Metode yang lainnya yang sederhana

Ada beberapa metode lainnya yang sederhana juga tetapi kurang praktis,

misalnya metode lendir yaitu wanita subur jika lendir vagina agak kental, cara

mengetahuinya dengan memasukkan sedikit ibu jari dan telunjuk ke vagina

kemudian ada lendirnya dan merenggangkan ibu jari dan telunjuk. Jika

lendirnya masih menyatu ketika dipisahan oleh kedua jari, berarti kental dan ini

adalah waktu subur.

11

Page 12: BAB I

Kemudian metode suhu yang menyatakan bahwa wanita yang subur

mengalami kenaikan suhu 0,5-1 derajat. Metode ini mengukur suhu setiap hari

ketika bangun tidur dan mencatatnya dikalender kemudian akan menjadi

sebuah pola. Menurut kami ini tidak praktis.

5. Metode lainnya yang menggunakan alat dan obat

a. Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB

Kami berpendapat jika ada metode sederhana seperti yang kami jelaskan

kemudian ia sanggup melakukannya. Maka sebaiknya ini ditinggalkan. Belum

lagi ada pendapat dikalangan medis bahwa penggunaan obat dan suntikan kb

berupa hormon estrogen dan progesteron bisa memacu kanker. Walaupun ini

perlu penelitian jangka panjang. Dan juga kita perlu mengingat hadits rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa haid dan nifas adalah ketetapan/kodrat

wanita. Sebaiknya kita tidak melawan kodrat kita.

“Sesungguhnya, haid adalah ketetapan/kodrat yang Allah tetapkan bagi

para wanita keturunan Adam.” [H.R. Bukhari dalam bab Haidh dan

Muslim]

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim [AKDR] misalnya spiral

Boleh menggunakannya. Karena secara medis insya Allah tidak merusak

rahim. Hanya sebgai pencegah atau mematikan sperma ketika hendak masuk

ke rahim. Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa ini akan membuka aurat

wanita. Jika yang memasang dokter kandungan laki-laki jelas haram jika masih

ada dokter wanita atau bidan. Sebenarnya wanitapun tidak boleh melihat aurat

sesama wanita begitu juga laki-laki. Tetapi karena ini adalah satu-satunya jalan.

Kami tetap menyarankan memakai cara sederhana yang kami paparkan jika ia

sanggup.

12

Page 13: BAB I

c. Vasektomi dan tubektomi

Jelas metode ini adalah haram karena membuat laki-laki dan wanita tidak

bisa membuat keturunan selamanya. Dan ini termasuk menggubah ciptaan

Allah dan keluar jauh dari tujuan penciptaannya yaitu untuk memperoleh

keturunan. Kita telah jelaskan dalil mengenai perintah agar memperbanyak

keturunan. Kemudian ini juga ditempuh dengan metode operasi yang

melakukan invasif pada tubuh dengan alasan yang kurang benar.

Jika ada cara yang aman dan sederhana sebaiknya kita pakai yaitu

kombinasi metode kalender, coitus interuptus/ ‘azl dan barier/kondom. Ini lebih

selamat karena terbebas dari efek samping hormon, membuka aurat dan

tindakan invasif ada tubuh dengan cara melukai tubuh.

13

Page 14: BAB I

BAB III

KESIMPULAN

Keluarga berencana adalah aktivitas individual untuk mencegah

kehamilan (man’u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat). KB

sebagai program nasional tidak dibenarkan secara syara’ karena bertentangan

dengan Aqidah Islam.

Menurut Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah, diperbolehkan

berkeluarga berencana dengan alasan seperti :

a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan

yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa

(menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.

b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri

keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil

tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam

masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil,

sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.

Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, Alasan di benarkan melakukan

Pembatasan kelahiran adalah:

a. Adanya keperluan seperti ; Wanita tersebut memiliki penyakit yang

menghalanginya untuk hamil setiap tahun, atau, wanita tersebut

bertubuh kurus kering, atau adanya penghalang-penghalang lain

yang membahayakannya jika dia hamil tiap tahun.

b. Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam

masalah anak dan keturunan. Disamping itu juga harus

bermusyawarah dengan dokter terpercaya di dalam masalah

mengkonsumsi pil-pil ini, apakah pemakaiannya membahayakan atau

tidak.

14

Page 15: BAB I

Menurut Lembaga Fatwa Lajnah Ad-Daimah seorang istri boleh

menggunakannya untuk mencegah kehamilan dikarenakan.

a. Adanya penyakit yang membahayakan jika hamil.

b. Dia melahirkan dengan cara yang tidak normal bahkan harus

melakukan operasi jika melahirkan dan bahaya-bahaya lain yang

serupa dengan hal tersebut. Maka dalam keadaan seperti ini

boleh baginya mengkonsumsi pil pencegah hamil, kecuali jika ia

mengetahui dari dokter spesialis bahwa mengkonsumsinya

membahayakan si wanita dari sisi lain.

c. Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau meninggal

dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat,

dan tidak mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk

mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang membolehkan

mencegah keturunan.

d. Juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya, dan ditakutkan

penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan

kematian, sehingga rahimnya harus diangkat, maka tidak

mengapa.

Cara-cara mengatur kehamilan yaitu :

1) Metode penanggalan.

2) Metode coitus coitus interuptus / ‘Azl.

3) Metode barier / kondom.

4) Metode yang lain yang sederhana.

5) Metode yang lain yang menggunakan alat dan obat :

a) Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB.

b) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) misalnya spiral.

c) Vasektomi dan tubektomi.

15