bab i
DESCRIPTION
BAB ITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan prinsip dasar dari
pelayanan pasien dan komponen yang sangat penting dari manajemen mutu di
rumah sakit (WHO, 2005). Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan keperawatan yang
diharapkan agar pasien lebih aman (Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Patient Safety, 2005).
Keselamatan pasien di rumah sakit itu sendiri sudah diatur dalam diatur
didalam Pasal 8 PERMENKES Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien yang menyatakan bahwa sasaram keselamatan pasien
dirumah sakit meliputi : 1) identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan pasien, 2) meningkatkan komunikasi yang efektif saat
operan pasien, 3) pengendalian cairan elektrolit pekat dan akurasi ketepatan
pemberian obat, 4) perawat memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien saat akan dilakukan operasi, 5) meminimalkan timbulnya risiko
infeksi, 6) dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Data yang terkait dengan keselamatan pasien menurut Meliana (2014) di
Rumah Sakit Stella Maris dari laporan pencatatan patient safety tahun 2013.
Setidaknya ada tiga belas jenis insiden keselamatan pasien diantaranya : salah
pemberian obat dari bagian farmasi (16%), salah pemberian obat di rawat
inap (6%), salah diagnose (6%), salah distribusi obat dari farmasi (13%),
nyaris salah aplosing obat (3%), salah interpretasi (3%), salah mengetik hasil
lab/RO (6%), salah menyediakan obat (3%), pasien jatuh (9%), kejadian
potensial cidera (9%), kejadian sentinel (3%), salah mengambil obat (3%) dan
KTD lain (14%). Pada triwulan 1 januari-april 2011, laporan insiden
keselamatan pasien dari KKP-RS didapatkan 34 laporan insiden, dan
sebanyak 19,58% tim keperawatan memiliki andil dalam keselamatan pasien
hal ini karenakan perawat memiliki waktu yang lebih lama dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Dalam upaya untuk mencegah kejadian diatas, maka dibuatlah Standar
Operasional Prosedur dengan tujuan untuk menurunkan angka keselamatan
pasien. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada prinsipnya
adalah bagian dari kinerja dan perilaku individu dalam bekerja sesuai dengan
tugasnya dalam berorganisasi, dan hal tersebut biasanya berkaitan dengan
kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan keperawata sesuai dengan SOP
yang telah ditetapkan.
Terkait dengan kepatuhan dari hasil penelitian yang didapatkan Kartika
(2013) di dapatkan hasil bahwa kepatuhan perawat sebagian besar patuh
dalam penggunaan alat pelindung diri yaitu sebanyak 47 responden (70,1%),
dan tidak patuh 20 responden (29,9%). Elizabeth (2012) mendapatkan hasil
penelitian bahwa kepatuhan perawat Yosef 3 Dago dan Surya Kencana Patuh
75% melaksanakan SPO pencegahan pasien resiko jatuh. Hal senada juga
didapatkan dari hasil penelitian Indri (2011) yang menyatakan bahwa
kepatuhan perawat instalasi rawat intensif terhadap pelaksanaan SOP
pemberian obat intravena 100% patuh dengan nilai rata-rata kepatuhan
responden 91,73.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat menurut Diadjeng
(2009) adalah faktor internal dan eksternal individu. Yang termasuk kedalam
faktor internal antara lain : pengetahuan, pendidikan, masa kerja, motivasi,
kemampuan, ketrampilan, dan beban kerja dan yang termasuk kedalam faktor
eksternal adalah kepemimpinan, fasilitas, prosedur, dan supervisi. Sementara
Notoatmodjo (2005) mengemumakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah pendidikan, usia, dan motivasi. Dari faktor-faktor tersebut yang paling
banyak berpengaruh dalam kepatuhan perawat adalah motivasi kerja.
Motivasi merupakan faktor pendukung penting yang harus dimiliki oleh
setiap perawat karena motivasi yang baik dapat membawa seseorang
melakukan suatu tindakan yang baik (Wibowo, 2014). Menurut
Mangkunegara (2013), menyatakan motivasi merupakan kondisi atau energi
untuk menggerakkan perawat yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisas.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg bahwa
terdapat dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi dalam berkerja,
yaitu faktor intrinsik (motivator factors) dan ekstrinsik (hygiene factors)
(Herzberg, dalam Marquis 2013). Motivasi intrinsik merupakan pemuas kerja
yang ada dalam pekerjaan itu sendiri seperti prestasi yang diraih, pengakuan
orang lain, kerja, tanggung jawab, kemungkinan pengembangan dan
kemajuan. Motivasi ekstrinsik, merupakan pemeliharaan menjaga pegawai
merasa tidak puas atau kurang termotivasi, tetapi tidak berfungsi sebagai
motivator yang sesungguhnya seperti gaji, pengawasan, keamanan kerja,
kondisi kerja yang positif, kehidupan pribadi, hubungan interpersonal
kelompok sebaya, kebijakan perusahaan, status.
Motivasi yang idealnya diperlukan dalam diri seseorang adalah motivasi
intrinsik, Wilson (2010) menyatakan bahwa motivasi intrinsik sangat
mempengaruhi seseorang dalam mengembangkan kompetensinya yang
berujung pada peningkatan kinerjanya. Adanya motivasi yang lebih bersifat
tahan lama menunujukkan bahwa motivasi ini akan bertahan walaupun
rangsangan yang diberikan hilang, sehingga akan terlihat motivasi yang
dimiliki perawat bersifat lebih stabil. Walaupun begitu motivasi ekstrinsik
tetap diperlukan sebagai pelengkap motivasi intrinsik perawat, karena
keduanya bersifat saling melengkapi.
Terkait dengan motivasi intrinsik menurut Timbul (2008) menunjukkan
bahwa motivasi intrinsik (tax morale) dalam kepatuhan dominan
mempengaruhi kepatuhan. Menurut Kasih (2012) ada hubungan motivasi
intrinsik perawat terhadap kepatuhan pelaksanaan tindakan memandikan
pasien sesuai prosedur tetap di ruang rawat inap RSUD Kebumen.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ungaran
menunjukkan adanya penurunan kepatuhan perawat dalam melaksanakan
program patient safety ini dibuktikan dengan data program patient safety di
RSUD Ungaran tahun 2014 menunjukkan bahwa nilai mutu pelayanan dari
jenis keselamatan pasien belum memenuhi standar KMK No. 129 tahun 2008.
Data tersebut menunjukkan angka kejadian kejadian pasien jatuh baik dari
kamar mandi maupun dari temat tidur sebesar 32% (30 kasus) yang
seharusnya 0%. Kesalahan pemberian obat juga masih terjadi sebesar 28%
(26 kasus) yang seharusnya 0% dan infeksi nosokomial khususnya angka
phlebitis 2,5% (18 kasus) pada bulan Juli 2015 angka tersebut melewati
standar yang seharusnya 1,5%. Penurunan kepatuhan perawat ini disebabkan
karena masih kurangnya motivasi intrinsik yang dimiliki oleh perawat baik
yang berasal dari dirinya sendiri maupun rekan kerja serta kepala ruang. Hal
tersebut terjadi akibat padatnya jadwal kerja perawat dan waktu istirahat yang
dirasa kurang menjadikan perawat kurang bersemangat dalam bekerja
sehingga perawat bermalas-malasan yang berdampak pada pemberian asuhan
keperawatan yang tidak tepat.
Berdasarkan latar belakang diatas mka peneliti tertarik ingin mengetahui
lebih mendalam tentang “Hubungan Antara Motivasi Intrinsik Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanaan Program Patient Safety di Instalasi
Rawat Inap RSUD Ungaran”.
B. Perumusahan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Adakah Hubungan Motivasi Intrinsik (prestasi,
pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja)
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Program Patient Safety ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan motivasi intrinsik dengan kepatuhan perawat
dalam melaksanakan program patient safety di Instalasi Rawat Inap
RSUD Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi motivasi instrinsik dengan kepatuhan perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Ungaran.
b. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam melaksanakan program
patient safety di Instalasi Rawat Inap RSUD Ungaran.
c. Mengidentifikasi hubungan antara motivasi instrinsik dengan
kepatuhan perawat dalam melaksanakan program patient safety.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi pendidikan keperawatan,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan
tentang gambaran manajemen keperawatan mengenai motivasi instrinsik
perawat dalam melaksanakan program patient safety serta sebagai
pedoman belajar.
2. Bagi institusi RSUD
Untuk memberikan masukan bagi pengembangan sumber daya manusia,
khususnya peningkatan motivasi intrinsik dalam diri perawat dalam
upaya meningkatan kinerja perawat guna untuk meningkatkan pelayanan
terhadap pasien di Instalasi Rawat Inap.
3. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu
meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara motivasi intrinsik
dengan kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Diadjeng. (2009). Kepatuhan Bidan Praktek Swasta Dalam Pelaporan Pencatatan Pelayanan KIA Di Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Semarang : Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Elizabeth. (2012). Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional : Pencegahan Pasien Resiko Di Gedung Yosef 3 Dago Dan Surya Kencana Di Rumah Sakit Borromeus.
Malayu, Hasibuan. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Ed Revisi Cetakan ke-13. Jakarta : Bumi Aksara.
Indri. (2011). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety Dengan Keatuhan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Obat Intravena Di Instalasi Rawat Intesif RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto : Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Harapan Bangsa.
Kartika. (2013). Hubungan Pengertahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Ungaran : Jurnal Program Studi Ilmu Keparawatan Stikes Ngudi Waluyo.
KKK-RS. (2011). Laporan Insiden Keselamatan Pasien Periode Januari - April (Triwulan I). Jakarta.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi. Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Marquis, Bessie L. (2013). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori & Aplikasi Ed. 4. Jakarta : EGC.
Meliana. (2014). Determinan Kepatuhan Perawat Di Ruang RAwat Inap Rumah Sakit Stella Waris Makasar. Makasar : Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Nila. (2015). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Pemberian Obat Oral. Riau : Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2005)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 / MENKES / PER
VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Timbul. (2008). Analisis Kepatuhan Pajak Dan Dampaknya Pertimbangan Keuangan Dan Pengeluaran Pemerintah Daerah Serta Kesejahteraan Masyarakat Kabupten / Kota Di Provinsi Jawa Timur.
Wibowo. (2014). Manajemen Kinerja Ed. Revisi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Wilson , Gabriel. (2010). The Effects of External Reward on Intrinsic Motivation. www.abcbodybuilding.com. Diunduh tanggal 21 oktober 2015.