bab i

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Tumbuh-tumbuhan tersebut telah dimanfaatkan sebagai obat terhadap berbagai jenis penyakit. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna. Keanekaragaman ini (terutama tumbuhan) mengundang perhatian banyak orang untuk memilih jalur alternatif dalam pengobatan, memngingat terlalu banyak efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih produk yang alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang

Upload: asriandy-ramadhan

Post on 18-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

andhy

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT.

Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis

khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati

yang tinggi. Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000

jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Tumbuh-tumbuhan tersebut telah

dimanfaatkan sebagai obat terhadap berbagai jenis penyakit.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan

fauna. Keanekaragaman ini (terutama tumbuhan) mengundang perhatian banyak

orang untuk memilih jalur alternatif dalam pengobatan, memngingat terlalu banyak

efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih produk yang

alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang kandungan-kandungan kimia

penting dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengembangan obat

baru. Penelitian biasanya menggunakan metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini

membahas secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan

senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan

perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut.

Pada hakekatnya, kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah

dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Contoh yang dapat segera diketahui adalah

pembuatan bahan makanan, pewarnaan benda, obat-obatan atau stimulan, dan

sebagainya (Sastrohamidjojo, 1996).

Page 2: BAB I

Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil

metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli yang

menemukan senyawa kimia yang memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang

bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa

metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer

tumbuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik,

flavonoid, dan saponin.

Para kimiawan pada akhir abad ke-18 mulai mengakhiri kepercayaan dunia

mitos ke ilmu pengetahuan modern, dan di antara para ilmuwan sangat antusias untuk

menguak sifat-sifat yang sebenarnya dari bahan ekstrak yang diperoleh dari alam.

Mereka mulai memisahkan, memurnikan, dan akhirnya menganalisis senyawa-

senyawa yang dihasilkan oleh sel hidup. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan

maka perkembangan kimia bahan alam tidak dapat lagi diragukan hingga sekarang.

Berbagai cara analisis preparatif atau pemisahan telah diketemukan dan

dikembangkan seperti metoda kromatografi lapisan tipis, kromatografi gas,

kromatografi cair bertekanan tinggi, elektroforesis, pertukaran ion, dan sebagainya.

Metoda-metoda tersebut memungkinkan untuk mengisolasi senyawa-senyawa yang

jumlahnya sangat kecil (Sastrohamidjojo,1996).

Berbagai penelitian telah mengungkapkan peran yang amat penting dari

metabolit sekunder dalam sistem ekologi berbagai organisme, antara lain sebagai alat

pertahanan, alat komunikasi, hormon, feromon seks serangga. Hal ini mencerminkan

bahwa senyawa metabolit sekunder dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

terutama sebagai bahan obat, wewangian, dan biopestisida. Menurut WHO sebanyak

88 % penduduk dunia dewasa ini menggantungkan harapan pada pengobatan

tradisional. Banyak penelitian mutakhir membuktikan adanya berbagai molekul

Page 3: BAB I

organik metabolit sekunder menunjukkan sifat bioaktivitas sebagai antibakteri,

antivirus, antijamur, antikanker, dan bahan pengobatan terhadap berbagai penyakit

degeneratif (Usman, 2012).

Berdasarkan pada beberapa uraian di atas, maka dilakukanlah percobaan ini

untuk mengetahui senyawa-senyawa pada kulit batang beberapa tumbuhan dengan

cara uji saponin, uji flavonoid, dan uji fenolik.

1.2 Rumusan Masalah

Pada percobaan ini yang menjadi rumusan masalah adalah apa sajakah

kandungan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa

sampel kulit batang tumbuhan yang telah diambil.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa-

senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada kulit batang tumbuhan yang telah

diambil.

Page 4: BAB I

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mata kuliah ini bertempat di Hutan Pendidikan Unhas, Desa

Bengo-Bengo.

2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, tanggal 8-9 November

2014.

2.3 Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform,

akuades, metanol, FeCl3, bubuk magnesium, HCl pekat, arang norit, H2SO4 pekat,

asam asetat anhidrat, amoniak 0,05 M, dietil eter, KOH alkaholik 20 %, kertas saring,

dan tissue.

2.4 Alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi,

gelas kimia 600 mL, pipet tetes, plat tetes, corong, kaki tiga, kawat kasa, pinset,

gegep, mortar, pisau dan kompor.

2.5 Prosedur Analisis

3.5.1 Preparasi Sampel

Sampel sebanyak kurang lebih 2 gram dipotong halus, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian dimaserasi dengan etanol panas selama ± 15 menit. Saring

panas-panas ke dalam tabung reaksi dan dibiarkan seluruh etanol menguap sampai

kering. Tambahkan kloroform dan akuades dengan perbandingan 1:1 masing-masing

Page 5: BAB I

sebanyak 5 mL kemudian dikocok. Selanjutnya, dipindahkan ke dalam tabung reaksi,

dibiarkan sejenak hingga terbentuk dua fasa. Lapisan bawah adalah kloroform

digunakan untuk menganalisis senyawa terpenoid dan steroid. Lapisan atas adalah air

yang digunakan untuk menganalisis kandungan fenolik, flavonoid, dan saponin.

2.5.2 Analisis Sampel

2.5.2.1 Analisis Senyawa Fenolik

Sebagian dari lapisan air dimasukkan ke dalam plat tetes. Kemudian

ditambahkan pereaksi FeCl3. Terbentuknya warna biru/ungu menandakan adanya

kandungan fenolik.

2.5.2.2 Analisis Senyawa Flavonoid (Sianidin Test)

Sebagian dari lapisan air dipipet ke dalam tabung reaksi. Kemudian

dimasukkan butir bubuk Mg dan beberapa tetes HCl pekat. Terbentuknya warna

orange sampai merah menandakan adanya flavonoid (kecuali untuk isoflavon).

2.5.2.3 Pemeriksaan Saponin

Lapisan air dipindahkan ke tabung reaksi lain dan dikocok sekuat-kuatnya.

Terbentuknya busa yang permanen (beberapa menit) menunjukkan adanya saponin.

Page 6: BAB I

BAB III

Page 7: BAB I

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Tabel Pengamatan Analisis Sampel

Sampel (Kulit Batang)

Uji Saponin Uji Fenolik Uji Flavonoid

A  -  -  -

B  -  - + (larutan

berwarna orange)

C  -  - ++ (larutan

berwarna orange)

3.2 Pembahasan

Mula-mula percobaan ini dilakukan dengan menggerus sampel kulit batang

yang sudah diambil hingga menjadi serbuk dan kemudian dikeringkan selama

semalam. Selanjutnya, masing-masing sampel dimaserasi dengan etanol di atas lampu

spiritus selama 15 menit. Hal ini berguna untuk memperoleh senyawa dalam sampel

yang lebih murni. Pada saat maserasi, warna larutan pada masing-masing sampel

yaitu untuk sampel A dan sampel B yaitu berwarna agak kekuningan, sedangkan pada

sampel C berwarna kemerahan. Setelah dimaserasi, masing-masing sampel disaring

Sampel A Sampel B Sampel C

Page 8: BAB I

ke dalam tabung reaksi yang berbeda-beda. Selanjutnya, sampel diekstraksi dengan

menambahkankan kloroform dan akuades dengan perbandingan 1:1 yaitu masing-

masing 5 mL. Larutan kemudian dihomogenkan. Sesaat setelah dihomogenkan, pada

masing-masing larutan dalam tabung reaksi terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan atas

adalah air dan lapisan bawah yaitu kloroform. Pada sampel A, lapisan atas berwarna

kuning muda dan lapisan bawahnya berwarna kuning keemasan. Pada sampel B,

lapisan atasnya berwarna orange muda dan lapisan bawahnya berwarna kuning.

Sedangkan pada sampel C, lapisan atasnya berwarna orange tua dan lapisan

bawahnya berwarna kuning. Lalu, masing-masing lapisan atas (air) pada sampel

dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda, sehingga antara

lapisan organik dan lapisan airnya berada pada tabung yang berbeda.

Selanjutnya, pada tabung reaksi yang berisi lapisan air masing-masing sampel

akan dilakukan pemeriksaan saponin, uji fenolik, uji flavonoid. Pertama-tama, untuk

pemeriksaan saponin, kurang lebih sekitar setengah dari lapisan air yang diperoleh

dari masing-masing sampel dipipet ke tabung reaksi lain dan ditambahkan sedikit

akuades. Setelah penambahan akuades larutan dikocok kuat-kuat. Jika terbentuk busa

yang permanen, maka sampel positif mengandung saponin. Namun dari hasil

pemeriksaan saponin, tidak ada satupun sampel yang menunjukkan adanya saponin.

Untuk uji fenolik, dipipet lapisan air pada masing-masing sampel dan ditetesi

pada plat tetes kurang lebih 3 tetes. Selanjutnya ditambahkan pereaksi FeCl3 ke dalam

lapisan air pada plat tetes tersebut. Kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk.

Pada uji fenolik, juga tidak satupun sampel yang menunjukkan warna biru atau ungu

yang menandakan sampel negatif mengandung fenolik. Warna yang dihasilkan

masing-masing sampel yaitu dari sampel A hingga C adalah warna orange, warna

orange dengan bintik-bintik hitam, dan warna hitam.

Page 9: BAB I

Untuk uji flavonoid, dipipet lapisan air ke dalam plat tetes sebanyak 3 tetes

kemudian ditambahkan beberapa butir serbuk magnesium dan beberapa tetes HCl

pekat. Setelah penambahan HCl pekat pada masing-masing lapisan air yang telah

ditambahkan serbuk magnesium, terbentuk busa yang bersifat sementara. Masing-

masing larutan pada plat tetes berubah warna. Pada sampel A, larutan menjadi

bening. Pada sampel B, larutan berwarna merah namun tidak begitu jelas. Dan pada

sampel C, larutan juga berwarna merah namun lebih gelap dibanding sampel B.

Sehingga sampel B dan C positif mengandung senyawa flavonoid, sedangkan sampel

A negatif mengandung senyawa flavonoid.

BAB IV

PENUTUP

Page 10: BAB I

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa sampel A, sampel B, dan sampel C tidak mengandung saponin dan fenolik.

Sedangkan untuk uji flavonoid, sampel B dan sampel C mengandung flavonoid, dan

sampel A tidak mengandung flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: BAB I

Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Usman, H., 2012, Dasar-Dasar Kimia Organik Bahan Alam, Dua Satu Press, Makassar.

LAMPIRAN FOTO PERCOBAAN

Page 12: BAB I

Gambar 1. Sampel A, Sampel B, dan Sampel C (dari kanan ke kiri) yang telah diekstraksi

dan terbentuk 2 lapisan

Gambar 2. Lapisan air (kanan) dan lapisan kloroform (kiri)

sampel A

Gambar 3. Lapisan air (kanan) dan lapisan kloroform (kiri)

sampel B

Gambar 4. Lapisan air (kanan) dan lapisan kloroform (kiri)

sampel C

Page 13: BAB I

Gambar 5. Hasil analisis uji fenolik (atas) dan uji flavonoid (bawah) masing-masing sampel.

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

Page 14: BAB I

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2014

KELOMPOK 16 :

AUDREY ZAHRA H311 12 008 SEPTARIA YOLAN K.L H311 12 253

BASO AGUNG H311 12 020 ASRIANDY RAMADHAN H311 12 290

DJAMAAN NOER HIDAYAT H311 12 022