bab i
DESCRIPTION
tujuanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Empowerment atau pemberdayaan adalah salah satu strategi atau merupakan
paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang.
Pemberdayaan ini muncul dikarenakan adanya kegagalan-kegagalan yang dialami
dalam proses dan pelaksanaan pembangunan yang cenderung sentralistis seperti
community development atau pengembangan komunitas. Model ini tidak memberi
kesempatan langsung kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pembangunan,
terutama dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan
pejabat, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan.
Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang
populer disebut dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan
ini adalah sebagai suatu konsep alternatif pembangunan yang pada intinya
memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan di suatu
kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya pribadi, bersifat
langsung, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.
Fokus utama pemberdayaan, menurut Friedmann, adalah sumberdaya lokal,
namun bukan berarti mengabaikan unsur-unsur lain yang berada di luar kelompok
masyarakat, bukan hanya ekonomi akan tetapi juga politik, agar masyarakat
memiliki posisi tawar menawar yang seimbang, baik ditingkat lokal, nasional
maupun internasional. Konsep pemberdayaan mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yang memiliki karakteristik dengan berfokus pada rakyat (people-
centered), partisipatif (participatory), memberdayakan (empowering), dan
berkesinambungan (sustainable) (Chambers, 1995). Karena itu konsep ini
merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang di dalamnya mencakup
nilai-nilai sosial. Menurut Kartasasmita (1996) dasar pandangannya adalah bahwa
1
2
upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu
meningkatkan kemampuan rakyat. Pada aspek dan sisi yang tertinggal dalam
masyarakat harus ditingkatkan nilainya dengan mengembangkan dan
mendinamisasikan potensinya, atau dengan kata lain memberdayakannya.
Pemberdayaan adalah perspektif yang lebih luas dari hanya sekedar
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Kartasasmita (1996),
dengan mengutip pendapat beberapa ahli, melukiskan konsep pemberdayaan itu
sebagai suatu konsep yang tidak mempertentangkan antara pertumbuhan dengan
pemerataan, tetapi memadukan antara keduanya, karena sebagaimana dikatakan
oleh Brown (1995), kedua konsep tersebut tidak harus diasumsikan sebagai “tidak
cocok atau berlawanan (incompatible or antithetical)”. Konsep pemberdayaan
bertitik tolak dari pandangan bahwa melalui pemerataan akan tercipta landasan
yang lebih luas untuk pertumbuhan dan sekaligus akan menjamin pertumbuhan
yang berkelanjutan. Karena konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan antara
pertumbuhan dan pemerataan, maka dalam strategi pembangunan harus ditujukan
pada dua arah, yakni pada lapisan masyarakat maju dan berada pada sektor
modern, dan pada kelompok yang tertinggal dan berada di sektor tradisional.
Strategi pembangunan untuk kedua sektor tersebut tidak dapat disamakan begitu
saja.Jadi, intinya adalah bagaimana upaya untuk membantu rakyat agar lebih
berdaya, sehingga tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuannya
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki, tetapi juga sekaligus akan
meningkatkan kemampuan ekonomi nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah keberhasilan pemberdayaan masyarakat berpengaruh terhadap
meningkatnya PHBS
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, penulisan makalah ini memiliki tujuan
untuk mengetahui apakah keberhasilan pemberdayaan masyarakat
berpengaruh terhadap meningkatnya PHBS.
3
1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang apakah
keberhasilan pemberdayaan masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya
PHBS.
1.5 Hipotesis
keberhasilan pemberdayaan masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya
PHBS.