bab i
DESCRIPTION
gghfhfhffhffhbjbhgghgghghvvbvbgvvhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia.Pendidikan bermaksud membantu peserta didik
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya.Potensi kemanusiaan merupakan
benih kemungkinan untuk menjadi manusia.Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan
benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan
hewan.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari
apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman
pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia
dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi
dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat
manusia Indonesia seutuhnya.Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan
usaha kependidikannya.Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap
dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana Pandangan Agama tentang Manusia?
2. Bagaimana Pandangan filsafat tentang Manusia?
3. Bagaimana Pandangan Ilmu Pengetahuan tentang Manusia?
4. Manusia Sebagai Makhluk Budaya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Makalah ini adalah:
1. Agar Mahasiswa mengetahui Pandangan Agama tentang Manusia
2. Agar Mahasiswa mengetahui Pandangan filsafat tentang Manusia
3. Agar Mahasiswa mengetahui wujud Pandangan Ilmu Pengetahuan tentang Manusia
4. Agar Mahasiswa mengetahui Bahwa Manusia Sebagai Makhluk Budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PANDANGAN AGAMA TENTANG MANUSIA
Arti Hakekat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu.Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu.Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya,
karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri.Sama dengan pengertian itu mencari
hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt.Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari
tanah.
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Allah SWT.
Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai
pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah
intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh
kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis.Sedangkan, binatang,
tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki kepekaan
tentang yang sakral.
Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk
menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu
mengenali ke-Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya.
Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi
mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-
perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia
menurut pandangan Islam:
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat
baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan
alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT
yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :
لكم لنبين مخلقة وغير مخلقة مضغة من ثم علقة من ثم نطفة من ثم تراب من خلقناكم فانا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani
menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak
berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya
manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya diciptakan
dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia berikutnya diciptakan melalui
perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang
dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.
Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai
ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit
sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan
ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri
individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing -
masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan. Setiap
individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali jati dirinya sehingga mereka
menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf
189:
نفسواحدة من خلقكم الذي هو
“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam
merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu
mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan
sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya
sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
“Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia
mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan
manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain itu
manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan
dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus
menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.
Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu
diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari
berbagai keterikatan yang membatasinya.Keterikatan atau keterbatasan itu merupakan hakikat
manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT.Keterbatasan itu
berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk-makhluk
lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat
berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan
menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai
berikut:
شهدنا بلى قالوا بربكم الست انفسهم على واشدهم ذريتهم ظهورهم من ادم بني من ربك اخذ واذ
“Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai
individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan
menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah sesuatu
selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya
menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.
B. FANDANGAN FILSAFAT TENTANG MANUSIA
M manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Upaya pemahaman hakekat manusia sudah
dilakukan sejak dahulu. Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar
tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan
manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki
perbedaaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dll. Semua itu menyebabkan
suatu pernyataan belum tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang.
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sbuten kepada manusia sesuai dengan kemampuan
yang dapat dilakukan manusia di bumi ini;
a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,
b. Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,
d. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat
perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat,
e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan
orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
f. Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip
ekonomi dan bersifat ekonomis,
g. Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J. Langeveld seorang
tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal
Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu,
unsur rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya program-program pendidikan.
Penulis akan mencoba memaparkan apa sebenarnya hakekat manusia yang dirangkum
dari beberapa sumber bacaan. Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut
Antropologi Filsafat. Berikut pembahasan mengenai manusia:
1. Masalah Rohani dan Jasmani
Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan
jasmani (sudut pandang unsur pembentuk manusia) yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh,
aliran dualisme, dan aliran aksistensialisme.
a. Aliran Serba zat (Faham Materialisme)
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sunguh ada itu adalah zat atau materi,
alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia
adalah zat atau materi. Manusia ialah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat (darah,
daging, tulang).
Jadi, aliran ini lebih berpemahaman bahwa esensi manusia adalah lebih kepada zat atau
materinya. Manusia bergerak menggunakan organ, makan dengan tangan, berjalan dengan kaki,
dll. Semua serba zat atau meteri. Berdasar aliran ini, maka dalam pendidikan manusia harus
melalui proses mengalami atau pratek (psikomotor).
b. Aliran Serba Ruh
Dalam buku lain, aliran ini diberi nama Aliran Idealisme. Aliran ini berpendapat bahwa
segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh.1[9]
Ruh disini bisa diartikan juga sebagai jiwa, mental, juga rasio/akal. Karena itu, jasmani atau
tubuh (materi, zat) merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan, keinginan dan dorongan
jiwa (rohani, spirit, ratio) manusia.
Jadi, aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakkan tubuh itu adalah ruh atau jiwa.
Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati, sia-sia dan tidak berdaya
sama sekali. Dalam pendidikan, maka tidak hanya aspek pengalaman saja yang diutamakan,
faktor dalam seperti potensi bawaan (intelegensi, rasio, kemauan dan perasaan) memerlukan
perhatian juga.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substansi,
yaitu jasmani dan rohani. Aliran ini melihat realita semesta sebagai sintesa kedua kategori
animate dan inanimate, makhluk hidup dan benda mati. Demikian pula manusia merupakan
kesatuan rohani dan jasmani, jiwa dan raga.
1[9] Jalaludin dan Abdulloh, “Filsafat Pendidikan”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) hal. 107
Misalnya ada persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, rasio) dalam pribadi manusia.
Mungkin jawaban umum akan menyatakan bahwa ratio itu terletak pada otak. Akan tetapi akan
timbul problem, bagaiman mungkin suatu immaterial entity (sesuatu yang non-meterial) yang
tiada membutuhkan ruang, dapat ditempatkan pada suatu materi (tubuh jasmani) yang berada
pada ruang wadah tertentu.
Jadi, aliran ini meyakini bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat dipisahkan antara
zat/raga dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya keduanya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing
memiliki peranan yang sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa ia
tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun, harus memaksimalkan kedua unsur ini,
tidak hanya salah satu saja karena keduanya sangat penting.
d. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi atau
perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu yaitu apa yang
menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang dari serba zat, serba ruh atau
dualisme dari kedua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di
dunia..
2. Sudut Pandang Antropologi
Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakekat manusia, yaitu manusia
sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila. Berikut penjelasan dari
ketiganya:
a. Manusia Sebagai Makhluk Individu (Individual Being)
Dalam bahasa filsafat dinyatakan self-existence adalah sumber pengertian manusia akan
segala sesuatu. Self-existence ini mencakup pengertian yang amat luas, terutama meliputi:
kesadaran adanya diri diantara semua relita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat
kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisasi. Manusia sabagai individu memiliki hak
asasi sebagai kodrat alami atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya. Hak asasi manusia sebagai
pribadi itu terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.
Disadari atau tidak menusia sering memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu,
seperti ketika mereka memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri,
percaya diri, dll. Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing.
Antara manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar sekalipun,
karena tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis. Fisik boleh sama, tetapi
kepribadian tidak.
Jadi dalam pendidikan seorang guru sangat perlu memahami hakekat manusia sebagai
individu. Itu kaitanya dengan menghargai perbedaan dalam setiap anak didiknya, agar sang guru
tidak semena-mena dan memaksakan kehendaknya (diskriminasi) kepada peserta didik.
Perbedaan itu bisa berupa fisik, intelejensi, sikap, kepribadian, agama, dll.
b. Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial Being)
Telah kita ketahui bersama bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, manusia
membutuhkan manusia lain agar bisa tetap exsis dalam menjalani kehidupan ini, itu sebabnya
manusia juga dikenal dengan istilah makhluk sosial. Keberadaanya tergantung oleh manusia lain.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang status
dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya
di dalam kebersamaan itu. Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta
dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas itu. Kehidupan individu di
dalam antar hubungan sosial memang tidak usah kehilangan identitasnya. Sebab, kehidupan
sosial adalah realita sama rielnya dengan kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam
perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan sadar akan
kebutuhan hidup bersama segera setelah masa kanak-kanak yang egosentris berakhir.
Seorang guru dalam kegiatan pembelajaran perlu menanamkan kerjasama kepada peserta
didiknya, agar kesadaran sosial itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal tersebut
dapat dicapai dengan penerapan strategi dan metode yang tepat, juga dengan pemberian motivasi
tentang kebersamaan.
c. Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being)
Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber pada kepercayaan
bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma.
Kesadaran susila (sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru
adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di dalam kehidupan
sosial. Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi sosial. Asas kesadaran nilai, asas
moralitas adalah dasar fundamental yanng membedakan manusia dari pada hidup makhluk-
makhluk alamiah yang lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.
Ketiga esensi diatas merupakan satu kesatuan yang tidak terlepaskan dari diri manusia,
tinggal ia sadar atau tidak. Beberapa individu mempunyai kecenderungan terhadap salah satu
esensi itu. Ada yang cenderung esensi pertama yang lebih menonjol, ada yang kedua dan ada
yang ketiga. Semua tergantung pemahaman dan pendidikan yang dialami oleh si individu
tersebut. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan ketiganya secara seimbang. Agar manusia
dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang sedang dialami. Sesuatu yang berlebihan
atau malah kurang itu tidak baik, jadi yang terbaik itu adalah seimbang.
3. Pandangan Freud tentang Struktur Jiwa (Kepribadian)
Menurut Freud (ahli ilmu jiwa), struktur jiwa (kepribadian) terbentuk oleh tiga tingkatan
atau lapisan, yaitu bagian dasar (das Es), bagian tengah (das Ich) dan bagian atas (das Uber ich).
a. Bagian Dasar atau das Es (the Id)
Bagian ini merupakan bagian paling dasar yaitu berkenaan dengan hasrat-hasrat atau
sumber nafsu kehidupan. Semua tuntutan das Es semata-mata demi kepuasan, tanpa
memperhatikan nilai baik-buruk. das Es ini merupakan prototype dari sifat individualistis
manusia, egoistis, a-sosial bahkan a-moral. Dan ketika manusia semata-mata mengikuti
dorongan das Es yang demikian tadi, maka sesungguhnya manusia tidak ada bedanya dengan
makhluk alamiah lain.
b. Bagian Tengah atau das Ich (aku)
Bagian ini terletak ditengah antara das Es dan das Uber Ich. Menjadi penengah antara
kepentingan das Es dan tujuan-tujuan das Uber Ich. Das Ich ini bersifat objektif dan realistis,
sehingga pribadi seseorang dapat berjalan dengan seimbang dan harmonis. Sesuai letaknya, das
Ich ini lebih sadar norma dibanding das Es. Kesadaran das Ich yang bersifat ke-aku-an ini lebih
bersifat social, sehingga das Ich dapat disamakan sebagai aspek social kepribadian manusia.
c. Bagian Atas atau das Uber Ich (superego)
Bagian jiwa yang paling tinggi, sifatnya paling sadar norma, paling luhur. Bagian ini
yang paling lazim disamakan dengan budi nurani. Setiap motif, cita-cita dan tindakan das Uber
Ich selalu didasarkan pada asas-asas normative. Superego ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai,
baik nilai etika maupun nilai religious. Dengan demikian, superego adalah bagian jiwa yang
palling sadar terhadap makna kebudayaan, membudaya dalam arti terutama sadar nilai moral,
watak superego ialah susila.
4. Sudut Pandang Asal-Mula dan Tujuan Hidup Manusia
Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul dan tujuan
keberadaanya, begitu juga manusia. Asala mula dan tujuan hidup manusia merupakan
merupakan substansi yanng sulit dijelaskan. Karena akal manusia sangat terbatas untuk mencapai
pada substansi tersebut.
Pikiran manusia tidak pernah mampu menjelaskan secara terperinci tentang substansi
asal-mula tersebut. Mekipun demikian, pikiran manusia dapat dipastikan mampu secara logis
menyimpilkan dan menilai bahwa hakekat asal mula itu hanya ada satu, bersifat universal, dan
berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolut dan tidak mengalami perubahan serta
sebagai sumber dari segala sumber yang ada.
Ketika manusia menyadari bahwa asal mula dan tujuan hidup hanya satu, bersifat
universal dan berada di dunia metafisis, maka pernyataan itu merujuk pada keberadaan Tuhan.
Dalam agama islam, manusia meyakini bahwa ia berasal dari Alloh SWT dan nantinya akan
kembali kepada-Nya juga.
Akal pikiran manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari causa prima
(Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula.
Jadi, jika demikian adanya maka dalam islam setidaknya manusia mempunyai beberapa
tujuan. Tujuan manusia hidup manusia paling sedikit ada empat macam; beribadah, menjadi
khalifah Alloh di muka bumi (yang baik dan sukses tentunya), memperoleh kesuksesan
(kebaikan, kebahagiaan dan keberuntungan) di dunia dan di akhirat, dan mendapat ridho Allah
SWT.
C. PANDANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat.Ada 4 aliran
dalam antropologi filsafat, antara lain :
1. Aliran Serba Zat berpendapat bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau
materi. Manusia dan alam adalah materi.
2. AliranSerbaRuh berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh.
Aliran ini menganggap ruh adalah hakikat, sedangkan badan hanyalah penjelmaan atau
bayangan.
3. AliranDualisme berpendapat bahwa manusia terdiri dari 2 substansi yaitu jasmani ruhani.
4. AliranEksistensialisme berpendapat bahwa hakikat manusia adalah eksistensi
darimanusia. Hakikat manusia adalah ruhsedangkan jasadnya hanyala halat yang
digunakanruhsaja.Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan
manusia. Pandangan ini akhirnya memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh,
bahwa mereka adalah pencari kebenaran.
Pandangan Ilmu Pengetahuan tentang Manusia
Aristoteless berpendapat bahwa manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan
pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikirannya. Dalam pandangan Islam, manusia
adalah makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan makhluk lain.Karena itu manusia harus
menggunakan akal dan inderanya untuk memahami mana kebenaran yang sesungguhnya, atau
kebenaran yang dibenarkan. Eksistensi manusia yang padat itu harus dimengerti dan
dipikirkan.Manusia adalah makhluk religius, dimana manusia memperlakukan agama sebagai
suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini.Agama membangun manusia yang sanggup
melakukan pembangunan duniawi yang berarti bagi hidup pribadi di akhirat kelak.
Kepribadian Manusia dan Pendidikan
Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, manusia cenderung berusaha
melakukan pendidikan pada dirinya sendiri, dimana manusia berusaha mengerti, dan mencari
hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam prosesnya ,peran efektif
pendidikan terhadap pembinaan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung factor
pembawaan manusia sejak lahir. Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk membina
kepribadian manusia secara sempurna.Pendidikan dianggap sebagai transfer kebudayaan,
pengembangan ilmu pengetahuan.
Masalah Ruhani dan Jasmani
Di dalam diri manusia terdapat 6 rasa menjadi satu, yakni :intelek, agama, sosial, seni,
dan harga diri / sifat keakuan. Phytagoras & Diasgenes berpendapat bahwa ruh merupakan satu
unsure halus yang dapat meninggalkan badan.Jika pergi dari badan, ruh kembali ke alam yang
tinggi, meluncur keangkasa luar dan tidak mati.Meski pun setingginya ilmu manusia tidak akan
pernah dapat melebihi Tuhan.
D. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berartiberpikir, berakalbudiataumakhluk yang berakalbudi (mampumenguasaimakhluk lain). Secaraistilahmanusiadapatdiartikansebuahkonsepatausebuahfakta, sebuahgagasanataurealitas, sebuahkelompok (genus) atauseorangindividu.
BudayaataukebudayaandalamBahasaBelanda di istilahkandengan kata culturur.DalambahasaInggrisculture.Sedangkandalambahasa Latin dari kata colera. Budayaadalahsuatucarahidup yang berkembangdandimilikibersamaolehsebuahkelompok orang dandiwariskandarigenerasikegenerasi. Budayaterbentukdaribanyakunsur yang rumit, termasuksistem agama danpolitik, adatistiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dankaryaseni.
Berikutiniadalahbeberapapengertianbudayaberdasarkanparaahli:
E.B. Taylor: 1871 berpendapatbahwabudayaadalah: Suatukeseluruhankompleks yang meliputipengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adatistiadat, sertakesanggupandankebiasaanlainnya yang dipelajarimanusiasebagaianggotamasyarakat.
Koentjaraningrat: 1979 yang mengartikanbudayadengan: Keseluruhansistemgagasan, tindakandanhasilkaryamanusiadalamrangkakehidupanmasyarakat yang dijadikanmilikdirimanusiadenganbelajar.
Kebudayaanadalahsesuatu yang akanmemengaruhitingkatpengetahuandanmeliputisistem ide ataugagasan yang terdapatdalampikiranmanusia, sehinggadalamkehidupansehari-hari, kebudayaanitubersifatabstrak. Sedangkanperwujudankebudayaanadalahbenda-benda yang diciptakanolehmanusiasebagaimakhluk yang berbudaya, berupaperilakudanbenda-benda yang bersifatnyata, misalnyapola-polaperilaku, bahasa, peralatanhidup, organisasisosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanyaditujukanuntukmembantumanusiadalammelangsungkankehidupanbermasyarakat.
ManusiasebagaiMakhlukBerbudaya
berartimanusiaadalahmakhluk yang memilikikelebihandarimakhluk – makhluk lain yang diciptakan di mukabumiiniyaitumanusiamemilikiakal yang dapatdipergunakanuntukmenghasilkan ide dangagasan yang selaluberkembangseiringdenganberjalannyawaktu.
Olehkarenaitumanusiaharusmenguasaisegalasesuatu yang berhubungandengankepemimpinannya di mukabumidisampingtanggungjawabdanetika moral harusdimiliki, menciptakannilaikebaikan, kebenaran, keadilandantanggungjawab agar bermaknabagikemanusiaan.SelainitumanusiajugaharusmendayagunakanakalbudiuntukmenciptakankebahagiaanbagisemuamakhlukTuhan di mukabumiini.
KaitanAntaraManusiadenganKebudayaan
Budayasebagaisistemgagasanmenjadipedomanbagimanusiadalambersikapdanberperilaku.Sepertiapa yang dikatakanKluckhohndan Kelly bahwa “Budayaberuparancanganhidup” makabudayaterdahuluitumerupakangagasan prima yang kitawarisimelalui proses belajardanmenjadisikapperilakumanusiaberikutnya yang kitasebutsebagainilaibudaya.
Berdasarkanpenjelasan di atas, kaitanantaramanusiadankebudayaanmanusiaadalahkebudayaanadalahhasildari ide, gagasandanpemikiranbaiknyataataupunabstrakdanjugasebagairancanganhidupmasadepan..Jadidapatdiartikan pula bahwasemakintinggitingkatkebudayaanmanusia, semakintinggi pula tingkatpemikiranmanusiatersebut.Dan kebudayaanitudigunakanuntukmelangsungkankehidupanbermasyarakatantarmanusiakarenasifatmanusiayaitumakhluksosialyaitumanusiatidakdapathidupsendirimelainkanharushidupdenganmanusialainnya.
Daftar Pustaka
Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadari Nawawi. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Jacob & Basid Wahid.1984. Evolusi Manusia dan Konsepsi Islam. Bandung: Risalah.
Hadari Nawawi. 1993. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Mukhtar Solihin,& Rosihon Anwar. 2005. Hakikat Manusia “Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan
Diri, dan Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Asifudin, Ahmad Janan. 2009. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam (Tinjauann Filosofis).
Yogyakarta: Suka Press
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia
Jalaludin dan Abdulloh. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama
Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media