bab i

Upload: iphenk-rusapande

Post on 14-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This research aims at to find out and to analyze the implementation of cooperative learning model STAD type in increasing the students’ activity and learning outcomes on social science lesson of Class XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu. This study used Classroom Action Research method that carried out at SMK Nurul Islam Tawaeli Palu and implemented to class XII that consists of 34 students in academic year of 2014/2015. The study design implemented refered to Kemmis & Mc. Taggart’s model that carried in two cycles which consists of planning, implementation, observation and reflection. Data collected by observation and test.

TRANSCRIPT

7

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan sebagai implementasi tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa telah banyak dirasakan oleh warga negara. Namun demikian sejauh mana pelaksanaan pendidikan itu berlanjut pada setiap warga negara akan menghasilkan produk yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya di masa akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan pada setiap individu yakni siswa yang tergantung pada bakat yang dimiliki dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar.Pendidikan merupakan suatu usaha memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian pada diri seseorang untuk mengembangkan kemampuan sehingga akan dihasilkan seseorang yang memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang berkualitas. Pendidikan ini tidak pernah lepas dengan kegiatan belajar, baik belajar secara formal maupun non formal. Kegiatan belajar siswa secara formal dilakukan di dalam sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal untuk menghasilkan siswa yang berkualitas.Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, diantaranya guru, siswa, dan model pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya motivasi belajar, tingkat intelegensi siswa, fasilitas belajar yang tersedia atau sarana dan prasarana, kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya.Berdasarkan pengalaman selama ini yang telah dilakukan di SMK Nurul Islam Tawaeli Palu khususnya pada proses pembelajaran IPS di kelas XII diketahui bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga menyebabkan pembelajaran hanya terjadi satu arah. Pembelajaran masih didominasi metode ceramah, dimana guru hanya berbicara terus menerus di depan kelas. Banyak siswa bermalas-malasan di dalam kelas, bahkan terkadang terlihat seperti belajar dalam keterpaksaan, hal ini menyebabkan mereka tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar, dan pengaruhnya secara langsung adalah menurunnya hasil belajar mereka. Berdasarkan data rata-rata hasil Ulangan Harian Kelas XII Semester V(lima) Tahun Ajaran 2014/2015 untuk pelajaran IPS di SMK Nurul Islam Tawaeli Palu masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 77.

Berdasarkan daftar rincian nilai ulangan umum mata pelajaran IPS siswa kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu, terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai ulangan umum dibawah standar KKM 77 berjumlah 24 orang atau sekitar 55 % keseluruhan siswa. Nilai yang mendominasi berkisar 60 70. Kondisi seperti ini tentu tidak bisa dianggap masalah yang sepele karena dari data tersebut membuktikan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPS.Kesulitan tersebut diduga disebabkan oleh faktor motivasi dan minat yang menurut Slameto (2003:54) ada beberapa yang melatarbelakangi kesulitan belajar. Pertama, faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (faktor intern) seperti jasmaniah, psikologi dan kelelahan. Kedua, faktor yang bersumber dari luar diri siswa (faktor ekstern), seprti lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam penelitian ini, yang menjadi perhatian utama adalah faktor eksternal yang dianggap sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa adalah lingkungan belajar, terutama metode pembelajaran karena siswa subyek pembelajaran tentunya memerlukan suatu proses pembelajaran yang membuat siswa mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Pembelajaran itu sendiri merupakan proses kominukasi yang bersifat timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Namun pada hakekatnya, dari hasil observasi proses pembelajaran di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu yang telah dilaksanakan, hal tersebut belum mampu terlaksana dengan baik. Sebagian besar pelaksanaan pembelajaran masih berupa penuangan informasi satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), hanya guru yang memiliki perananan untuk mewariskan pengetahuan, siswa hanya sekedar mendengarkan dan menerima saja apa yang diberikan oleh guru. Dalam pendekatan tradisional seperti ini, guru bertindak sebagai pusat informasi maka siswa cenderung akan menjadi pasif dan enggan bertanya atau mengemukakan pendapatnya.Jika hal seperti ini terus berlanjut tanpa adanya perubahan, tentu akan memberikan dampak yang tidak baik dalam perkembangan siswa. Untuk itu proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam membangun gagasan atau pengetahuan oleh masing-masing individu dengan kata lain pepbelajaran yang bersifat student-centered perlu digalakkan. Siswa berperan sebagai pusat belajar sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Melalui pembelajaran student-centered guru membimbing siswa untuk mengeksplorasi kecakapan hidup (life skill) yang dimilikinya.Pembelajaran student-centered sesuai dengan teori konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun pengetahuan, baik secara personal maupun sosial. Sardiman (dalam Susanti, 2008:11) mengemukakan sebagai subyek belajar, siswa juga mencari sendiri makna atas sesuatu yang mereka pelajari. Dengan demikian, pada dasarnya tidak ada belajar tanpa keaktifan siswa. Kesenjangan antara hasil belajar dengan aktivitas belajar siswa diakibatkan tidak terciptanya suasana terbuka antara guru dan siswa. Sehingga guru akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.Sanjaya (2006) melihat lemahnya pendidikan kita dewasa ini terletak pada proses pembelajaran, yakni anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, terkait dengan standar proses yang telah ditetapkan dan permasalahan yang ada, salah satu jalan keluarnya adalah dengan mencoba menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang umumnya sering digunakan oleh guru selama ini.Peran guru sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk menumbuhkan aktivitas dan kreativitas, sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Jika guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi dan aktif dalam belajar, maka memungkinkan peningkatan motivasi belajar siswa seperti yang diharapkan.Profesi guru sebagai seorang pendidik menuntut guru harus memiliki kemampuan yang selektif dalam memilih dan menggunakan metode atau model mengajar yang tepat serta sesuai dengan pokok bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kelompok atau diskusi yang menghendaki adanya kerjasama diantara anggota kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru.Model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari. Pembagian kelompok tersebut dibuat heterogen, baik dalam hal prestasi belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu satu sama lain (Trianto, 2007).Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa ada permasalahan terhadap rendahnya aktivitas belajar siswa sehingga hasil belajar pun rendah pada siswa di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu. Untuk itu diupayakan suatu pembelajaran kooperatif bagi siswa yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Jadi, kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa (student centered). Antara anggota kelompok dapat saling membantu untuk dapat memecahkan permasalahan secara bersama-sama dengan perantara diskusi. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sendiri dalam penguasaan materi diskusi.Siswa yang telah menguasai materi diskusi memiliki keharusan untuk menjelaskan terhadap anggota kelompok yang lain sampai benar-benar mengerti. Semua siswa akan tertarik untuk mendapatkan nilai semaksimal mungkin untuk kemajuan nilai kelompok dan juga memiliki keinginan untuk meningkatkan pencapaian nilainya dibandingkan nilai sebelumnya. Selain itu siswa juga akan lebih tertarik dengan adanya pemberian penghargaan kelompok untuk kelompok yang berhasil dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa siswa dituntut untuk saling melengkapi antar anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam satu kelompok. Secara otomatis siswa menjadi tertarik, antusias terhadap diskusi yang dilakukan.Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam upaya mengurangi dan mengantisispasi terjadinya kesenjangan anatara harapan dan kenyataan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Analisis Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan :1) Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata IPS di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu? 2) Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu?

1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :1) Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu.2) Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas XII SMK Nurul Islam Tawaeli Palu.

1.4 Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada disiplin ilmu manajemen, khususnya manajemen pendidikan. Selain itu juga memberikan rangsangan dan motivasi dalam melakukan penelitian tindak lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam rangka mengembangkan ilmu manajemen pendidikan.2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan bagi para pengelola pendidikan untuk pengambilan keputusan manajerial yang terkait dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan dapat pula digunakan sebagai referensi yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang.

1