bab i

Upload: dinda-ayu-putri-devani

Post on 09-Jan-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeksio sesaria merupakan prosedur bedah untuk pelahirkan janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus. Resiko penyerta prosedur bedah harus dipertimbangkan. Di Inggris angka mortalitas untuk prosedur elektif berada antara 15 dan 17 per 100.000 kasus maternitas selama tahun 1991-1996 (DoH 1998). Embolisme paru, pendarahan dan sepsis terus terjadi sebagai penyebab mortalitas yang menonjol. Pendelegasian yang tidak tepat, fasilitas yang tidak adekuat dan komunikasi yang buruk menjadi penyebabperawatan di bawah standar yang memrerlukan perbaikan.Masalah yang disertaiperlahran per vaginam seperti inkontinensia rektal dan urine, pertanyaan mengenai pilihan, peningkatan keamanan seksio sesaria, semakin besarnya jumlah ibu yang mengandung dan kesiapan penolong terhadap litigasi untuk komplikasi pelahiran operatif per vaginam merupakan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan angka seksio sesaria.

1.2Tujuan1.Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk Mengetahui dan Memahami Tentang Konsep Dasar Teori dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sectio Ceasarea.2.Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :1.Untuk mengetahui defenisi dari Sectio Ceasarea.2.Untuk mengetahui etiologi dari Sectio Ceasarea.3.Untuk mengetahui patofisiologi dari Sectio Ceasarea.4.Untuk mengetahui klasifikasi dari Sectio Ceasarea.5.Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Sectio Ceasarea

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teoritis2.1.1. DefinisiSectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)..(dunn j. Leen obstetrics and gynekology)Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

2.1.2 EtiologiIni biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah: Jalan lahir (passage) Janin (passanger) Kekuatan yang ada pada ibu (power)1.Penyebab ketuban pecah diniPenyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningktanya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. ( saifudin, 2000 ).Menurut manuaba 1998 penyebab ketuban pecah dini antara lain :a.Servik incompetentYaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.b.Ketegangan uterus yang berlebihanMisalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.c.Kelainan letak janin dalam rahimMisalnya pada letak sungsang dan letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.d.Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.e.Kelainan bawaan dari selaput ketubanf.InfeksiInfeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.2.1.3. Macam Macam Sectio Caesarea1.Abdomen(sectio caesarea abdominalis)a)Sectio caesarea transperitonealisSectio cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri sedangkan sectio cesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :Mengeluarkan janin dengan cepatTidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarikSayatan bisa diperpanjang proksimal atau distalKekurangan :Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baikUntuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontanSC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)b)SC ektra peritonealisTanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cmKelebihan :Penjahitan luka lebih mudahPenutupan luka dengan reperitonealisasi yang baikTumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneumPerdarahan tidak begitu banyakKemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteripecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyakKeluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

2.Vagina (section caesarea vaginalis)Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar, Rustam, 1992) :1. Sayatan memanjang ( longitudinal )2. Sayatan melintang ( Transversal )3. Sayatan huruf T ( T insicion )

2.1.4 IndikasiSectio CaesareaDidasarkan atas 3 faktor :1. Faktor janin.a. Bayi terlalu besarBerat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.b. Kelainan letak- Letak sungsang.Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.- Letak lintang.Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.- Gawat janinDiagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.- Janin abnormalMisalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.2. Plasentaa. Plasenta previa.Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir.Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.b. Solusio plasentaKeadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang menumpuk di dalam rahim.

c. Plasenta accretaMerupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.d. Yasa previaKeadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.

3. Kelainan tali pusat.a. Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.b. Terlilit tali pusatLilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.c. Bayi kembarKelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.

4. Faktor ibua. UsiaIbu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.

b. Cephalopevic disspiroprion.Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal 6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsentac. InfeksiSetiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi.Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat retensio plasentaPelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.d. Trauma tindakan operasi persalinan .Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :- Perluasan luka episiotomi- Perlukaan pada vagian- Perlukaan pada serviks- Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis- Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap- Terjadi fistula dan ingkontinensia5. Komplikasi pada janinTerjadi trias komplikasi bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.a. Asfiksia- Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada medula oblongata- Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung- Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.b. Trauma langsung pada bayi- Fraktura ekstremitas- Dislokasi persendian- Ruptur alat-alat vital :hati, lien dan robekan pada usus.- Fraktur tulang kepala- Perdarahan atau trauma jaringan otak- Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.c. Infeksi. Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.

2.1.5 Kontra IndikasiPada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi beratsebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991)

2.1.6 Teknik Sectio Caesarea1.Insisi AbdominalPada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisiabdominal bawah transversa.a.Insisi garis tengah subumbilikalInsisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahanminimal.Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul dibandingkan dengan insisi transversa.Jika perluasan ke atas menuju abdomen memungkinkan, insisi pramedian kanan dapat dilakukan.b.Insisi transversaInsisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedkit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular dan memberikan akses yang lebih sedikit.Variasinya meliputi insisi Joel Choen ( tempat abdomen paling atas ) dan Misvag Ladach ( menekankan pada perjuangan struktur anatomis ).2.Insisi uterusJalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segeman transversa.a.Seksio Sesaria segmen bawahIni adalah pendekatan yang lazim digunakan.Insisi transversa ditempatkan di segmen bawah uterus gravid di belakang peritoneum utero-vesikel.Keuntungannya meliputi:Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan darah yang ditimbulkan hanya sedikit.Mencegah penyebaran infeksi ke rongga abdomenMerupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya sedikit kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya.Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti pelekatan.Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada kehamilan berikutnya.Kerugiannya meliputi:Akses mungkin terbatasLokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan risiko kerusakan khususnya padap prosedur pengulangan.Perluasan ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat meningkatkan kehilangan darah.

b.Seksio sesaria klasikInsisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi penggunaanya meliputi:Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawahJika akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid uterus.Jika janin terimpaksi pada posisi transversa.Pada keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa anterior.Jika ada karsinoma serviksJika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.Kerugiannya meliputi:Homestatis lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebalPelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkinPlasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukanPenyembhan terhambat karena involusi miomtreialTerdapat lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan berikutnya

3.Insisi Kroning-Gellhom-BeckInsisi ini adalah garis tengah pada segemen bawah, yang digunakan pada pelahiran prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi seksio sesaria klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkianan pelahiran pervginam.Keadaan LainInsisi T terbalik atau insisi J suatu saat diperlukan jika ditemukan akses tidak adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah.Insisi tersebut lebih baik dihindari. Seperti halnya pada seksio sesaria klasik, kehamilan selanjutnya akan memerlikan seksio sesaria elektif.

2.1.7 KomplikasiPada Ibu :Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :1.Infeksi puerperal ( Nifas )-Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari-Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung-Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik2.Perdarahan-Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka-Perdarahan pada plasenta bed3.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi4.Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnyaPada Anak :Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999)2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik1.Pemantauan janin terhadap kesehatan janin2.Pemantauan EKG3.JDL dengan diferensial4.Elektrolit5.Hemoglobin/Hematokrit6.Golongan darah7.Urinalisis8.Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi9.Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.10.Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998)2.1.9 Penatalaksanaan

PERAWATAN PRAOPERASIPastikan alasan untuk pembedahan adalah valid. Kolega senior harus mengemukakan alsan ini dan mendiskusikan secara jelas dengan ibu dan pasangannyaRiwayat obstetri dan rewayat medis harus ditinjau ulang. Periksa gestasi.Diskusikan jenis anestesia dengan dokter anestesi dan ibuIdealnya jenis anestesia atau anagesia harus didiskusikan lebih lanjut saat klinik gabungan dengan dokter anestensiBeritahu dokter pediatri pada saat yang tepatCek apakah pencocokan silang darah telah tersedia. Sebagian besar bangsal persalinan saat ini menyimpan 2 unit darah O Rhesus negatif untuk keadaan daruratBerikan antibiotik profilaksis, terutama relevan pada seksio sesaria darurat. Kaji kebutuhan profilaksis terhadap tromboelisme. Ibu yang memiliki faktor resiko tiga atau lebih seperti usia yang lebih 35 tahun, obesitas dengan berat badan melebihi 80 kg, telah emapt kalu melahirkan, vena varikosa yang nyata, infeksi yang menyertai, pre-eklamsia, imobilitas 4 hari sebelum pembedahan, riwayat trombosis vena atau emboli paru (trombofilia) baik pada pasien sendiri atau keluarga dan adanya antibody antifosfolipid akan memerlukan heparin profilaksis dan stoking kaki.

PERAWATAN OPERATIFBuka abdomen melalui garis tengah atau insisi plannenstiel ransversa. Pada pendekatan plannenstiel insisi kulit transversa dilakukan di bawah simfisis pubis. Tindakan ini diikuti dengan pemisahan vagina rektus dan pemisahan uskulus rektus sebelum pembukaan peritoneum abdominal.Setelah membuka abdomen retrakyor Doyen dimasukkan untuk mempertahankan insisi terbuka untuk akses ke dalam segmen uterus bagian bawah.Cek rotasi uterus.Identifikasi dan angkat peritoneum ysng longgar di atas segmen uterus bagian bawah dan buka secara melintang. Pasang kembali retrakyor Doyen untuk memindahkan peritoneum dan kandung kemih jauh dari insisi uterus yang dimaksud. Hindari diseksi berlebihan di belakang kandung kemih, jika tidak penyukit perdarahan vena dapat terjadi.Insisi segmen uterus bawah secara ,melintang di atas area 2-3 cm sampai rongga amniotik atau ketuban teridentifikasi. Perluas insisi secara lateral dengan jari sampai terdapat ruang yang adekuat untuk pelahiran.Perdarah sering terjadi jika segmen bawah diinsisi dan di perlukan perawatan untuk menghindari kerusakan janin.Lepaskan retraktor. Masukkan satu tangan ke dalam sayatan uterus di belakang bokong atau kepala janian. Bagian presentasi di angkat secara hati-hati melalui uterus dan insisi abdomen. Karakteristik desis dapat terdengar ketika efek vakum hilang. Permudah pelahiran dengan tekanan pada fundus ( gunakan tangan yang bebas atau tangan asisten ). Bagian presentasi yang tertahan dapat dilonggarkan oleh asisten dengan dorongan secara lembut melalui vagina.Saat kepala janin dilahirkan, bersihkan jalan napas ( mulut terlebih dahulu ). Lahirkan bahu dengan hati-hati untuk menghindari pelebaran insisi lebih lanjut pada sudut lateral. Berikan sintosinon ( 5 unit ) atau ergotamin ( 0,25 mg ). Klem dan potong tali pusat.Ambil sampel darah tali pusat arteri dan vena untuk mengkaji Ph dan base excess janin ( khususnya relevan untuk seksio sesaria darurat ). Plasenta dilepaskan secara manual. Pastikan rongga uterus kosong. Lewatkan satu jari melalui os servikal untuk memudahkan pengeluaran lokia.Identifikasi sudut lateral dan tutup perdarahan pembuluh darah dengan klem.Identifikasi ujung bawah insisi uterus, tutup sudut lateral, tutup lka uterus dalam dua lapis dengan jahitam kontinuKeluarkan uterus bila perlu untuk memudahkan penutupan sayatan uterus ( siagakan dokter anestesi jika digunakan anestesi spinal atau epidural ).Jika hemostasis telah tercapai tutup peritoneum dengan jahitan kontinu.Bersihkan darah dan bekuannya dari rongga peritoneal. Cek kenormalan tuba falopi dan ovarium. Keluarkan tampon abdomen jika digunakan. Gunakan drain jika pengeluaran mengakibatkan masalah.Tutup sayatan abdomen. Praktik terkini tidak memerlukan penutupan peritoneum. Demikian juga jika tidak ada perdarahan lapisan subkutan tidak perlu dijahit. Catgut tidak lagi digunakan dalam pembedahan saat ini.Semua langkah prosedur harus didokumentasikan secara jelas. Semua komplikasi harus ditekankan guna mendukung konseling untuk kehamilan selanjutnya.

PERAWATAN PASCAOPERASIIbu yang mengalami komplikasi obstetri atau medis memerlukan observasi ketat setelah seksio sesaria. Bangsal persalinan adalah tempat untuk pemulihan dan perawatan.Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siaptersedia di rumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk semua ibumeliputi:Kaji tanda-tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya stabilLihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal ini khususnya penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah mengembangkan oleh polihidramnion atau kehamilan multipel dan jika terdapat ancaman defek koagulasi, contohnya setelah pendarahan antepartum dan toksemia pre-eklamsia.Pertahankan keseimbangan cairanPastikan analgesia yang adekuat. Penggunaan analgesia epidural secaraKontinu sangat bergunaTangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk seksio sesaria,misalnya kondisi medis seperfi diabetes.Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi.Ingat trombo-profilaksis.Ambulasi dini dan perhatikan terhadap hidrasi yangmencukupi untuk ibu dengan risiko rendah dengan kehamilan tanpa komplikasi dan tidak ada faktor resiko hindari pengunaan Dextan 70. Heparin subkutan atau metode mekanik diperlukanjika risiko diyakini sedang. Jika risiko trombo-embolisme tinggi trombo embolisme yang lalu pada kehamilan masa nifasharus, trombo-profilaksis harus dilanjutkan untuk 6 minggu pasca melahirkanSebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan dan tanggung jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna memastikan peyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya.

PENATALAKSANAAN MEDISCairan IV sesuai indikasi.Anestesia; regional atau generalPerjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.Pemberian oksitosin sesuai indikasi.Tanda vital per protokol ruangan pemulihanPersiapan kulit pembedahan abdomenPersetujuan ditandatangani.Pemasangan kateter foley

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANSECTIO CAESAREA

1.1ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA1.1.1PENGKAJIANPada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998).1.1.1.1Identitas klien :Nama, umur, tempat/tangal lahir, alamat, pekerjaan.1.1.1.2Riwayat kesehatan :Riwayat kesehatan sekarang- Nyeri bekas insisi- Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah karena anestesi spinaldan epidural- Ketidaknyamanan atau distensi abdomen dan kandung kemih- Mulut terasa kering- Perasaan penuh pada abdomen- Kesulitan BAB- Nyeri/ sakit kepala dan kelemahan- Klien merasa cemas, gelisah, gembira atau ekspresi lainnya.Riwayat kesehatan dahulu- Riwayat pada saluran urogenital- Riwayat SC klasik- Riwayat obstetri yang jelek- Riwayat pre-eklamsia dan eklamsia selama kehamilan dan kehamilan sebelumnya- Riwayat tumor jalan lahir- Riwayat stenosis serviks / vagina pada post partum terdahulu- Riwayat primigravida tua

Riwayat kesehatan keluarga- Riwayat DM- Riwayat penyakit menular dalam keluargaRiwayat menstruasi- Siklus menstruasi- Lama menstruasi- Gangguan menstruasi seperti dismenorhea, hipermenorhea dll- Umur menarcheRiwayat perkawinan- Riwayat menikah- Riwayat waktu pertama kali mendapat keturunanRiwayat keluarga berencana- Alat kb yang digunakan- Lama & waktu penggunaan- Efek yang dirasakan1.1.1.3Pemeriksaan FisikTanda-tanda vital :tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi.Keadaan umum. Kesadaran : composmentisKlien terlihat cemas dan gelisah dan tidak mampu mempertahankan kontak mata, Bibir/ mulut keringSirkulasi : Kehilangan darah selama pembedahan sekitar 600-800 ml.Reproduksi : Fundus mengalami kontraksi yang terdapat di umbilikalis, Aliran lochea sedang, bekas bekuan belebihan/ banyak.Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vesikulerEliminasi : Terpasang kateter urinarius redweling, urin jernih.Abdomen : Tidak terdapat distensi, ukur jumlah bising usus.Neurosensori$ : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah pengaruh anestesi spinal dan epiduralKeamanan : Balutan abdomen bersih atau bisa tampak sedikit noda .

1.1.2DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Nyeri (akut),resiko tinggi terhadap peningkatan atau kontrkasi otot yang lebih lama pasca oprasi.2.Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.3.Harga diri rendah, berhubungan dengankegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup

1.1.3NCPNoDiagnosa KeperawatanTujuanKretertia HasilIntervensiRasional

1Nyeri (akut),resiko tinggi terhadap peningkatan atau kontrkasi otot yang lebih lama pasca oprasi.Tidak terjadi nyeri lagi.Mengunggkapkan ketidaknyamanan pada nyerikaji lokasi,sifat, dan durasi nyeri, kususnya saat berhubungan dengan indikasi kelahiran .

Berikan obat nyeri setiap 3-4 jam,terapi analgesa pengontrol nyeri (pain controlled analgesa/ PCA)Hilangkan faktor-faktor yang menghasilkan ansietas (mis,kehilangan kontrol),berikan informasi akurat,dan anjurkan keberadaan pasangan.

Instruksikan tehnik relaksasi,posisikan senyaman mungkin.Gunakan sentuhan teraupeutik.Kolaborasi :Berikan sedatif, narkotik, atau obat pra oprasi.Menandakan ketepatan pilihan tindakan.Klien yang menunggu kelahiran sesaria iminen dapat mengalami berbagai derajat ketidaknyamanan, tergantung pada indikasi terhadap prosedur.Tingkat toleransi ansietas adalah individual yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.ansietas berlebiha pada respon terhadap situasi darurat dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena rasa takut, tegang,dan nyeri yang Sali ng berhubungan dan merubah kemampuan klien untuk mengatasi.Dapat membantu dalam reduksi ansietas dan ketegangan dan meningkatkan kenyamanan.

Kolaborasi :Meningkatkan kenyamanan dapat memblok inplus nyreri.

2Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasiTidak terjadi infeksi dan perdarahan lagiBebas dari infeksi.Tinjau ulang kondisi atau faktor resiko yang ada sebelumya.

Kaji terhadap gejala infeksi (mis, peningkatan suhu,nadi,jumlah sel darah putih,tau bau).

Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.Kondisi dasar ibu seperti hemoragi,meninggalkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioaminionitis sebelum intervensi bedah dan dapt mengubah penyembuhan luka.Menurunkan resiko infeksi asenden.

3Harga diri rendah, berhubungan dengankegagalan yang dirasakan pada kejadian hidupTidak menghindarkan perasaan negatifMengungkapkan percaya diri pada dirinya dan kemampuanyaTentukan perasaan yang biasanya dari klien tentamg diri sendiri dan kehamilan

Anjurkan pengungkapan perasaan.

Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi.Informasi tertulis dapat diberikan pada waktu selanjutya.Mendiagnosa perubahan konsep diri didasarkan pada pengetahuan persepsi diri masa lalu dan pengalaman.Kelahiran sesaria,apakah direncanakan atau tidak,mempunyai pitensi untuk mengubah perasaan klien terhadap dirinya sendiri.Klien melihat bahwa rencana kelahiran teah diubah,dan intervensi pembedahan diperlukan untuk melahirkan bayi, sementara kebanyaakan wanita mampu melahirkan tanpa adanya intervensi ini.Mengidentifikasi area untuk diatasi.Reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan diagnosa pada priode pra oprasi.perasaan citra diri negatif berhubungan dengan kekecewaan akibat pengalaman melahirkan dapat mengganggu aktivitas pasca partum yang berhubungan dengan keberhasilanmenyusui dan perawatan bayi.Bila masalah harga diri timbul pada klien ini dapat menjadi berat pada priode pasca partum.selama priode pra oprasi,klien difokuskan pada saat ini dan disini serta tidak siap untuk membaca atau menerima informasi.

1.1.4IMPLEMENTASISelama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap implementasi terdiri dari :

Tindakan keperawatan mandiriTindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

Tindakan keperawatan kolaboratifTindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah masalah klien.

Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)

1.1.5EVALUASITahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 1998)Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :1.Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah2.Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman3.Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.4.Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan5.Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal6.Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar

BAB IVPENUTUP

3.1 KesimpulanSecsio sesariaadalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

3.2 Saran

Bagi ibu yang sedang menjalani seksio sesaria kami hanya menyarankan ibu dapatmenjalani semua yang disarankan dari bidan maupun penolong persalinan lainya ,mengetahui bagaimana keadaan pada waktu seksio sesaria itu sendiri dan perubahan-perubahan yang akan terjadi .

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGCDoengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGCHamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.