bab i

Upload: dezuka-sary

Post on 08-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAtelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolap sini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja.Atelektasis mengacu pada keadaan terjadinya kolaps alveolus,lobus atau unit paru yang lebih besar. Atelektasis mungkin disebakan oleh obstruksi bronkus. Sumbatan mengganggu lewatnya udara ke dan dari alveoli yang normalnya menerima udara melalui bronkus. Udara alveolar yang terperangkap menjadi terserap ke dalam pembuluh darah tetapi udara luar tidak dapat menggantikan udara yang diserap karena obstruksi. Sebagai akibat , bagian paru yang terisolasi mrnjadi kekurangan udara dan ukurannya menyusut, menyebabkan bagian patu lainnya ( sisanya) mengembang berlebihan. (Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare ,2002)

B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit Atelektasis ?2. Bagaimanakah proses asuhankeperawatanatelektasis?

C. Tujuan1. Tujuanumuma. Menjelaskan tentang konsep dasar penyakit.b. Menjelaskanasuhankeperawatanatelektasis.2. Tujuankhususa. Mengidentifikasipengertian atelektasisb. Mengidentifikasietiologiatelektasisc. Mengidentifikasipatogenesis atelektasisd. Mengidentifikasipembagian atelektasis e. Mengidentifikasipatologi atelektasisf. Mengidentifikasigejala klinis atelektasisg. Mengidentifikasi diagnosis atelektasish. Mengidentifikasiprognosis atelektasisi. Mengidentifikasipengobatan atelektasij. Mengidentifikasipencegahan atelektasisk. Pathway l. Mengidentifikasiasuhankeperawatanatelektasis

D. Manfaat1. Mahasiswamengetahuikonsepdasar penyakitatelektasis2. Mahasiswamampumelakukan proses asuhankeperawatanpadaatelektasis

BAB IIPEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit1. DefinisiAtelektasis mengacu pada keadaan terjadinya kolaps alveolus,lobus atau unit paru yang lebih besar. Atelektasis mungkin disebakan oleh obstruksi bronkus. Sumbatan mengganggu lewatnya udara ke dan dari alveoli yang normalnya menerima udara melalui bronkus. Udara alveolar yang terperangkap menjadi terserap ke dalam pembuluh darah tetapi udara luar tidak dapat menggantikan udara yang diserap karena obstruksi. Sebagai akibat , bagian paru yang terisolasi mrnjadi kekurangan udara dan ukurannya menyusut, menyebabkan bagian paru lainnya ( sisanya) mengembang berlebihan.(Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare ,2002)Atelektasis dapat menyertai obstruksi bronkial akibat benda asing atau sumbatan eksudat yang kental. Juga resiko terhadap atelektasis meningkat dengan posisi supinasi, membebat dada karena nyeri, depresi pernafaasan akibat opioid, sedatif, dan relaksan otot dan distensi abdomen. Atelektasis yang terjadi akibat obstruksi bronkial oleh sekresi merupakan penyebab lazim kolaps masif. Yang kadang terjadi pada pasien setelah operasi dan pasien lemah tirah baring. Pasien-pasien ini, hampir pasti mengalami depresi pernafasan kontinu, bersamaan dengan ekskursi pernafasan yang tidak adekuat dan retensi sekresi bronkial. (Suzanne C.Smeltzer& Brenda G.Bare ,2002)

2. Anatomi FisiologiPernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas.Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis).Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.

3. EtiologiAtelektasis terjadi akibat tekanan pada jaringan paru,yang menghambat ekspansi normal paru pada inspirasi. Tekanan demikian dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab :a. Penumpukan cairan di dalam thoraks (efusi pleura)b. Udara didalam ruang pleura (pneumothoraks)c. Pembesaran Jantungd. Distensi perikardium oleh cairan (efusi pericardial)e. Pertumbuhan tumor didalam thoraks atau kenaikan diafragma di dalam perubahan tempat kearah ats sebagai akibat tekanan abdominal.Atelektasis yang disebabkan oleh tekanan sering di temukan pada pasien dengan efusi pleura akibat gagal jantung atau efui pleura. Atelektasis sering menjadi salah satu tanda tumor bronki.

4. Tanda dan GejalaGejalaklinissangatberfariasi, tergantungpadasebabdanluas atelectasis.Padaumumnya atelectasis yang terjadipadapenyakittuberkolosis, limfoma, neoplasma, asmadanpenyakit yang disebabkanolehinfeksimisalnya bronchitis, bronkopneumoniadan lain-lain jarangmenimbulkangejalaklinis yang jelas, kecualibilaterjadiobstuksipadabronkusutama.Jikadaerah atelectasis ituluasdanterjadidengancepat, akanterjadidispnudenganpolapernafasan yang cepatdandangkal ,takikardidanseringterjadisianosis. Padaperkusiredupdanmungkin pula normal bilaterjadiemfisemakompensasi.Pada atelectasis yang luasatau atelectasis yang melibatkanlebihdari 1 lobus ,bisingnafasakanmelemahatausamasekalitidakterdengar. Kalauditelitilebihlanjutbiasanyaakandiketahuiadanyaperbedaangerakdindingtoraks, gerakselaigadandiafragma. Padaperkusimungkinbatasjantungdan mediastinum akanbergeser, letakdiafragmamungkinmeninggi. Padaanak yang sehattapitiba-tibamenderitasesaknafasdisertaisianosis, kitaharuswaspadaterhadapterjadinya atelectasis yang luasatau massif yang disebabkanolehpenyumbatansalahsatubronkusutamaolehbendaasing.Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).Gejalanya bisa berupa :a. Gangguan Pernafasanb. Nyeri Dadac. Batuk

5. PatofisiologiPadasaatterjadisumbatanpadabronkus, udarabagianparu yang bersangkuatanakanterjebak. Lambatlaunudaratersebutakandihisapolehalirandarah yang melaluidaerahitu. Cepatlambatnyaatauluastidaknya atelectasis yang terjadiakantergantungolehbeberapahal, misalnya: susunan gas yang adadidalamudara yang terjebak, yaituoksigenakanlebihcepatdiserapdaripada nitrogen atau helium, adatidaknyasaluran yang dapatmeloloskanudara yang terjebakitudankemungkinan yang dapatterjadiadalahadanyaventilasikorateralsehingaudaradapatlolosmelaluipori yang terdapatantara alveoli ataumelalui fistula bronkiolo-alveolar yang terjadiantaradaerahatelektasisdengandaerahparudisekelilingnya yang takterjadipenyumbatan.Adanya masa intratoraks dapat menyebabkan terjadinya kempis paru karena penekanan langsung oleh masa tersebut terhadap paru misal oleh tumor atau saluran pencernaan yang masuk kedalam rongga toraks karena adanya hernia diafrakmatika atau eventerasi diafragma. Meningginyatekananintrapleuraldapat pula menyebabkanterjadinya atelektasis, misalbilaterjadipengumpulanudara, darah, eksudatdan lain laindalamrongga pleura.Kelainan yang dapatmenimbulkankempisparuialahkelainan yang sifatnya non-obstruktif. Hal yang cukupdikenalkarenaseringdijumpaipadabayibarulahiradalahatelektasis yang disebabkanolehdefekpadalapisan alveoli yang dikenaldengannamasurfaktan. Dalamkeadaan normal, surfaktansanggupmencegahkempisnya alveoli karenateganganpermukaan yang diciptakannyadapatmengimbangiperubahantekanandidalam alveoli itusendiri.Kelainan non-obstruktif lain yang dapatmenimbulkanatelektasisadalahkelain neuromuscular, misalkelumpuhandiafragma,ototinterkostadan lain-lain.

6. Pemeriksaan Penunjanga. Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggib. Sinar X dada menunjukan hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan pada area paru-paruc. Pemeriksaan fungsi paru menunjukan peningkatan kapasitas paru-paru total (KPT) dan volume cadangan (VC), penurunan kapasitas vital (KV), dan volume ekpirasi kuat (VEK)d. JDL menunjukan peningkatan kemoglobin, hematokrit, dan jumlah darah merah (JDM)e. Kultur sputum positif bila ada infeksif. Esei imunoglobin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum (imunoglobulin E) jika asma merupakan salah satu komponen dari penyakit tersebut7. Penatalaksanan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan membuang sekresi. Jika atelektasis terjadi sebagai akibatefusi pleura, atau pneumothoraks tekanan,cairan atau udara mungkin dibuang dengan aspirasi jarum. Jika obstruksi bronkial adalah penyebabnya obstruksi harus dihilangkan untuk memungkinkan udara memasuki bagian paru tersebut kembali. Jika tindakan keperawatan pernafasan tidak berhasil untuk menghilangkan obstruksi,dilakukan bronkoscopy. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik munkin diperlukan. Tindakan yang segera,mengurangi resiko pneumonia dan akses paru. 8. PencegahanTindakan keperawatan untuk mencegah obstruksi bronkial termasuk mengaspirasi sekresi, memberikan dorongan pasien untuk batuk, dan menggunakan nebuliser airolsol, diikuti dengan draenase postural dan perkusi dada. Pasien harus sering di ubah posisi berbaringnya untuk merangsang batuk. Jika mungkin, pasien di ambulasi untuk membantu memobilisasi dan memberserkan sekresi .Semua pasien stupor, lemah, dan sedasi sering diubah posisi berbaringnya ditempat tidur. Batuk dan bernafas dalam (sedikitnya 2 jam) membantu dalam mencegah dan mengatasi atelektatis penggunaan sepirometri instentif atau nafas dalam spontan meningkatkan inspirasi dan mengurangi kemungkinan penutupan jalan nafas saksion nasofaring dan nasaotrakea sangat membantu dalam merangsang pasien untuk batuk, dengan demikian membuang sekresi yang banyak dan kental.Tindakan keperawatan :a. Berikan untuk nafas dalam dan batuk yang tepat untuk mencegah penumpukan sekresi dan mengeluarkan eksudat .b. Posisi pasien sering diubah, terutama dari posisi supinasi ke posisi tegak, untuk meningkatkan ventilasi dan mencegah penumpukan sekresi.c. Tingkatkan ekspansi dada yang sesuai selama pernafasan untuk memenuhi paru-paru dengan udara secara keseluruhan.d. Berikan opior dan sedatif secara bijaksana untuk mencegah depresi pernafasan.e. Lakukan saksion untuk membuang sekresi trakiopbronkial.f. Lakukan dranase postural dan perkusi dada.g. Berikan dorongan ambulasi dini .h. Ajarkan tehnik yang sesuai untuk sepirometri insentif.B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajian Jika kolaps paru terjadi secara mendadak,dan jika mengenai sejumlah bessra jaringan paru, dapat diperkirakan terjadinya dispnea berat, sianosis,prostrasi,dan nyeri pleura. Takikardia dan demam adalah umum. Pasien secara khas duduk tegak ditempat tidur,cemas,dan mengalami kesulitan bernafas. Dinding dada pada sisi yang sakit sedikit bergerak,jika memang dapat bergerak,sementara mengembang tampak berlebihan pada sisi berlawanan.2. Diagnosa Keperawatana. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem pertahanan primer dan sekunder ditandai dengan pasien batuk. b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dispnea yang ditandai dengan pola nafas cepat dan dangkalc. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ventilasi- perfusi yang di tandai dengan gangguan pengembangan paru.d. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan gejala terkait penyakit yang ditandai dengan gelisahe. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ansietas yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk rileks.

Patways Atelektasis

Sumbatan BronkusPenyumbatan Bronkus

Terjebak Udara Di Paru-ParuDisebabkan Gumpalan Lendir

Udara Diserap Oleh Aliran Darah Udara masuk terhambat

Sususnan Gas Dalam Udara Terjebak Paru-paru tidak mengembang sempurnaPenumpukan udara Infeksi Paru Kolaps Paru

ATELEKTASIS

Batuk dispneagangguan pengembangan sesak ansietasparu

Ketidakadekuatan Pola nafas cepatventilasi dan perfusigelisah ketidakmampuan sistem pertahanandan dangkal tidak seimbang untuk rileksPrimer dan sekunder Ketidakefektifan Gangguan gangguan gangguan Resiko tinggi Pola NafasPertukaran gas Rasa polaInfeksiNyamantidur

C. RENCANA KEPERAWATANNo dxRencanaKeperawatan

TujuandankreteriahasilintervensiRasional

1.Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 3x24jam diharapkaninfeksi berkurang dengankreteriahasil:-mendemontrasikanbatukefektif-menunjukanjalannafas yang paten

- pantau suhu tiap 4 jam, hasil kultur sputum, hasil pemeriksaan HDL khususnya pemeriksaan SDP, warna dan konsistensi sputum-berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya-hindarkan penempatan pasien dengan ineksi pernapasan atas dalam satu ruangan yang sama dengan pasien PPOM. Laksanakanlah kewaspadaan umum seperti cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien-ambil sputum untuk pemeriksaan kultur, sesuai dengan pesanan, khususnya jika pasien mengeluarkan sputum warna putih ke kuning-kuningan, kehijauan atau abu-abu serta berbau busuk

-untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan-infeksi merupakan faktor pencetus distres pernafasan yang paling sering, oleh karena itu sering kali antibiotik diberikan sebagai pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi-cuci tangan adalah tindakan yang paling penting dilakukan oleh petugas kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya infeksi nosokomial-pemeriksaan kultur sputum dapat membantu menegakkan diaognosa infeksi saluran nafas bagian atas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat

2.Setelahdilakukandilakukantindakankeperawatanselama 3x24jam diharapkanmasalahpertukaran gas teratasidengankreteriahasil :-pasientidaksesat-polapernafasan normal-pasientidaktampakcemas, gelisah, bingung.-posisikanklienuntukmemaksimalkanpotensiventilasi-persiapkanalatemergensidalamkondisibaik-pendidikankesehatan: latihanbernafas, nafasdalam, mobilisasi-kolaborasikandalampemberianterapi 02-untukmempermudahpertukaran gas-kemungkinanterjadikesulitanbernafasakut-menambahpengetahuantentangterapigangguannafas-memberikanasupan 02 yang adekuat

3Setelahdilakukandilakukantindakankeperawatanselama 3x24jam diharapkanpolanafaskembali normal dengankreteriahasil : -klienmengungkapkansesakberkurang/ tidaksesak.--Respirasidalambatas normal.. -Kajifrekuensi, kedalamanpernafasandanekspansi dada.-Auskultasibunyinafas, dancatatadanyabunyinafastambahan.3. Observasipolabatukdankarakter secret4.-Berikan padaklienposisi semi fowler.-Kolaborasidalampemberianoksigentambahan.--Untukmengetahuifrekuensi&kedalanpernafasankarenakedalamampernafasanbervariasitergantungderajatgagalnafas.2. Perubahanbunyinafasmenunjukanobstruksisekunder3. Kongesti alveolar mengakibatkanbatukkering/iritatif4. Posisimembantumemaksimalkanekspansiparudanmenurunkanupayapernafasan5. Memaksimalkanpernafasandanmenurunkankerjanafas.

4.Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 3x24jam diharapkansesaknafashilangdengankreteriahasil:-kliennampakrileks-klientampaktenang-klientidakberkeringatdantampaknyaman-kajipolanafas-berikanposisi semi fowler-ajarkanteknikpengalihannyeridanpengalihannafas-kolaborasikandengandokterdalampemberian nebulizer-membantumengkajipolanafasklien-memberikan rasa nyamanpadapasien-untukmemberikan rasa nyamanpadapasien-untukmengotimalkanresikosesak

5.Setelahdilakukantindakankeperawatandiharapkangangguanistirahattidurtidakterjadi,dengankriteriahasil:1. -Klientampakrileksdanlebihsegar2. tidakterdpatkentungmatahitam2.-Ttvdalambatas normal3.- Kliendapattidur 6-8 jam setiaphari.

-kajipolatidurpasien-berikanteknikrelaksasi massage-anjurkanuntukminumsusuhangat-kolaborasikandengankeluargauntukmemberikansuasana yang nyamandantenang-mengetahuipolatidurpasien-memberikan rasa nyamanpadapasien.-untukmeningkatkanpolatidur-untukmeningkatkanpolatidur

3. Implementasi KeperawatanSeseui dengan intervensi4. Evaluasi 1. Dx (1) a. Infeksi berkurangb. Jalan nafas normalc. Pasien mampu mendemontrasikan batuk efektif2. Dx (2)a. Pasien tidak sesakb. Pola pernafasan normal (20x/menit)c. Pasien tampak rileks3. Dx (3)a. Sesak pasien berkurangb. Respirasi dalam batas normal4. Dx (4)a. Klien tampak rileksb. Irama pernafasan teraturc. Klien tidak berkeringat dan tampak nyaman5. Dx (5)a. Klien tampak rileks dan lebih segarb. Tidak terdapat kantung mata hitamc. Ttv dalam batas normald. Klien dapat tidur 6-8 jam setiap hari

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAtelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus.

B. Saran1. TenagakesehatanSebagaitimkesehatan agar lebihbisameningkatkanpengetahuantentangatelektasisdan problem solving yang efektif danjugasebaiknyakitamemberikaninformasiatau health education mengenaiatelektasiskepadaparaorangtua terhadap anak yang utama.2. MasyarakatMasyarakatsebaiknyamengindarihal-hal yang dapatmemicuterjadinyaatelektasisdanmeningkatkanpencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. 1999. RencanaAsuhanKeperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC NANDA Internayional. 2012. Nursing Diagnoses:definitions and classification 2012-2014. Jakarta EGC Smeltzer,Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudatdarth. Edisi 8. Jakarta EGC Engram, Barbara.1999.Rencana Asuhan Keperawatan medikal-Bedah.Jakarta:EGC

S1 ILMU KEPERAWATAN| 1