bab i

16
BAB I PENDAHULUAN Sinusitis adalah peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Penyakit sinusitis selalu dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal (KOM) ole h inf eks i obs tru ksi meka nis ata u ale rgi , dan ole h kar ena peny ebaran infeksi gigi. Sinusi tis maxillar ies, yang secara anatomi berada di perte ngahan hidung dan rongga mul ut merupakan lokasi yang rentan terinasi org anism pathogen le!at ostium maupun le!at rongga mulut sinusitis dentogen dapat mencapai "#$ hingga "% $ seluruh kasus sinusitis maxillaries (buku &'ar ilmu kesehatan) Sinusitis dentogen merupakan sala satu penyebab penting sinusitis kronik. asar sinus maksila adalah prosesus aleolaris tempat agar gigi rahang ata, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadangkadang tanpa tulang pembatas. *nfeksi gigi rahang atas seperti infeksi apical akar gigi atau inflamasi 'aringan periodontal mudah menyebar secara langsun ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe +uriga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai satu si si denga n ingus purulen dan nap as berbau busuk. ntuk mengoba tai sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dira!at, dan pemberian antibiotic yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali dilakukan irigasi sinus maksila

Upload: novita-ogino-tilukay

Post on 06-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 1/16

BAB I

PENDAHULUAN

Sinusitis adalah peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal.

Penyakit sinusitis selalu dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal

(KOM) oleh infeksi obstruksi mekanis atau alergi, dan oleh karena penyebaran

infeksi gigi.

Sinusitis maxillaries, yang secara anatomi berada di pertengahan hidung dan

rongga mulut merupakan lokasi yang rentan terinasi organism pathogen le!at

ostium maupun le!at rongga mulut sinusitis dentogen dapat mencapai "#$ hingga

"% $ seluruh kasus sinusitis maxillaries (buku &'ar ilmu kesehatan)

Sinusitis dentogen merupakan sala satu penyebab penting sinusitis kronik.

asar sinus maksila adalah prosesus aleolaris tempat agar gigi rahang ata, sehingga

rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan

kadangkadang tanpa tulang pembatas. *nfeksi gigi rahang atas seperti infeksi apical

akar gigi atau inflamasi 'aringan periodontal mudah menyebar secara langsun kesinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe

+uriga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai

satu sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk. ntuk mengobatai

sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dira!at, dan pemberian antibiotic

yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali dilakukan irigasi sinus maksila

Page 2: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 2/16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SINUS PARANASAL

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit

dideskripsi karena bentuknya sangat berariasi pada tiap indiidu. &da

empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus

maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid kanan dan kiri.

Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulangtulang kepala,

sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai

muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

Secara embrionik, sinus paranasal berasal dari inaginasi mukosa

rongga hidung dan perkembangannya mulai pada fetus usia - bulan,

kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid

telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus

etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih / tahun.

Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada usia /"# tahun dan berasal dari

 bagian posterosuperior rongga hidung. Sinussinus ini umumnya

mencapai besar maksimal pada usia antara "0"/ tahun

Sinus maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat

lahir sinus maksila berolume 1/ ml, sinus kemudian berkembang

dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, "0 ml saat

de!asa.

Sinus maksila berbentuk pyramid. inding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding

 posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dindingg

medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya

ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus aleolaris dan

Page 3: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 3/16

 palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding

medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum

etmoid

ari segi klinik yang dioerhatikan adalah2

a. asar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang

atas, yaitu premolar (P" dan P%) molar (M" dan M%), kadang

kadang 'uga gigi taring (+) dan gigi molar M-, bahkan akar

kar gigi tersebut dapat menon'ol ke dalam sinus, sehingga

infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis

 b. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbitac. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus,

sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula

drainase 'uga harus melalui infundibulum yang sempit

d. *nfundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior anterior 

dan pembengkakan akibat rahang atau alergi pada daerah ini

dapat menghalang drainase sinus maksila dan selan'utnya

menyebabkan sinusitis.

3ambar ". &natomi sinus paranasal (potongan koronal)

Page 4: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 4/16

Kompleks OsteoMeatal (KOM)

3ambar %. Kompleks Ostio MeatalPada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus

media, ada muaramuara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan

sinus etmoidal anterior. aerah ini rumit akan sempit dan dinamakan

kompleks osteomeatal (KOM) yang terdiri dari infundibulum etmoid

yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula

etmoid, dan selsel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus

maksila

Sistem mukosiliar Seperti pada mukosa hidung di dalam sinus 'uga terdapat mukosa

 bersilia dan palut lender diatasnya. i dalam sinus silia bergerak 

secara teratur untuk mengalirkan lender menu'u ostium alamiahnya

mengikuti 'alur'alur yang sudah tertentu polanya.

4ungsi sinus paranasal

Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai

fisiologi sinus paranasal. 5api beberapa teori mengemukakan

fungsinya sebagai berikut

". Sebagai pengatur kondisi udara%. Sebagai penahan suhu

-. Membantu keseimbangan kepala

. Membantu resonansi suara0. Peredam perubahan tekanan udara

Page 5: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 5/16

6. Membantu produksi mucus untuk membersihkan rongga hidung

B. DEFINISISinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus

yang terkena, dapat dibagi men'adi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,

sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid ",%,-

6ang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis

etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih 'arangSinus maksila disebut 'uga antrum 7igh more, merupakan sinus yang

sering terinfeksi, oleh karena (") merupakan sinus paranasal yang terbesar,

(%) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret atau

drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (-) dasar 

sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus aleolaris), sehingga infeksi

gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila () ostium sinus maksilaa

terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit,

sehingga mudah tersumbat. "

Sinusitis maksilaris dapat ter'adi akut, berulang atau kronis, sinusitis

maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Sinusitis akut

dapat sembuh sempurna 'ika diterapi dengan baik, tanpa adanya residu

kerusakan 'aringan pada membrane mukosa. Sinusitis kronis berlangsung

selama - bulan atau lebih dengan ge'ala yang ter'adi selama lebih dari dua

 pula hari ",%,0

C. EPIDEMIOLOGI (P4)

&ngka ke'adian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak 

ada batasan yang 'elas mengenai sinusitis. e!asa lebih sering terserang

sinusitis dibandingkan anak. 7al ini karena sering ter'adinya infeksi

saluran napas atas pada de!asa yang berhubungan dengan ter'adinya

sinusitis. -

8ald i &merika men'umpai insiden pada orang de!asa antara "#

"0$ dari seluruh kasus sinusitis yang berasal dari infeksi gigi.

9amalinggam di Madras, *ndia mendapatkan bah!a sinusitis maksila

tipe dentogen sebanyak "#$ kasus yang disebabkan oleh abses gigi dan

Page 6: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 6/16

abses apikal. Menurut :ecker et al  dari :onn, ;erman menyatakan "#$

infeksi pada sinus maksila disebabkan oleh penyakit pada akar gigi.

3ranuloma dental, khususnya pada premolar kedua dan molar pertama

sebagai penyebab sinusitis maksila dentogen. 7ilger dari Minnesota,

&merika Serikat menyatakan terdapat "#$ kasus sinusitis maksila yang

ter'adi setelah gangguan pada gigi. epartemen 575K<=9SP 7a'i

&dam Malik sebesar "-.1>$ dan yang terbanyak disebabkan oleh abses

apikal (>".-$).

D. ETIOLOGI (pdf)

Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar 

 pertama, dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus

maksilaris ikut terangkat.  Nathaniel Highmore yang mengemukakan

tentang membran tulang tipis yang memisahkan gigi geligi dari sinus pada

tahun "10". ?5ulang yang membungkus antrum maksilaris dan

memisahkannya dengan sekat geligi tebalnya tidak melebihi kertas

 pembungkus

*nfeksi gigi lain seperti abses apikal atau penyakit periodontal dapat

menimbulkan kondisi serupa. 3ambaran bakteriologik sinusitis dentogen

ini didominasi terutama oleh infeksi bakteri gram negatif. Karena itulah

infeksi ini menyebabkan pus yang berbau busuk dan akibatnya timbul bau

 busuk dari hidung. Prinsip terapi adalah pemberian antibiotic, irigasi sinus

dan koreksi gangguan geligi

@tiologi sinusitis dentogen adalah

a. Pen'alaran infeksi gigi, infeksi periapikal gigi maksila dari kaninus

sampai gigi molar tiga atas. :iasanya infeksi lebih sering ter'adi

 pada kasuskasus akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh

tulang yang tipis, !alaupun kadangkadang ada 'uga infeksi

mengenai sinus yang dipisahkan oleh tulang yang tebal

Page 7: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 7/16

 b. Prosedur ekstraksi gigi, misalnya terdorong gigi ataupun akar gigi

se!aktu akan diusahakan mencabutnya, atau terbukanya dasar 

sinus se!aktu dilakukan pencabutan gigi

c. Pen'alaran penyakit periodontal yaitu adanya pen'alaran infeksi

dari membrane periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa

sinus

d. 5rauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus

aleolaris dan sinus maksila

e. &danya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan

 bahan tambahan akibat pengisian saluran akar berlebihan

f. Osteomielitis akut dan kronis pada maksilag. Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti

kista radikuler dan folikuler h. eiasi septum kaum nasi, polip, serta neoplasma atau tumor 

dapat menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis

E. PATOFISIOLOGI

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks

osteomeatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. <apisan mukosa

yang melapisi sinus dapat dibagi men'adi dua yaitu lapisan viscous

 superficial dan lapisan serous profunda. +airan mukus dilepaskan oleh sel

epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta

mengandungi AatAat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh

terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. +airan mukus

secara alami menu'u ke ostium untuk dikeluarkan 'ika 'umlahnya

 berlebihan.

4aktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis ter'adinya

sinusitis yaitu apakah ter'adi obstruksi dari ostium. ;ika ter'adi obstruksi

ostium sinus akan menyebabkan ter'adinya hipooksigenasi, yang

menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan

Page 8: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 8/16

Page 9: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 9/16

3angguan drainase ini akan mengakibatkan sinus mudah

mengalami infeksi. Ke'adian sinusitis maksila akibat infeksi gigi

rahang atas ter'adi karena infeksi bakteri anaerob menyebabkan

ter'adinya karies profunda sehingga sehingga 'aringan lunak gigi

dan sekitarnya rusak. Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan

mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk 

gangren pulpa. *nfeksi ini meluas dan mengenai selaput

 periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan

 berlangsung lama sehingga terbentuk pus. &bses periodontal ini

kemudian dapat meluas dan mencapai tulang aleolar 

menyebabkan abses aleolar. 5ulang aleolar membentuk dasar 

sinus maksila sehingga memicu inflamasi.

%. Kuman dapat menyebar secara langsung hematogen atau limfogen

dari granuloma apical atau kantong periodontal gigi ke sinus

maksila

F. GEJALA KLINIS

3e'ala sub'ektif terdiri dari ge'ala sistemik dan ge'ala local. 3e'ala

sistemik ialah demam dan rasa lesu. 3e'ala lokal pada hidung terdapat ingus

kental yang kadangkadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring.

irasakan hidung tersumbat, seringkali terdapat nyeri di daerah infraorbita,

nyeri di pipi serta nyeri ditempat lain karena nyeri alih dirasakan di dahi, dan

di depan telinga. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang

 berbau busuk. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh di pipi !aktu

membungkuk ke depan. 5erdapat perasaan sakit kepala !aktu bangun tidur 

dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung se!aktu

 berbaring sudah ditiadakan. ",%,0,1 

3e'ala ob'ektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak 

 pembengkakakan di pipi dan kelopak mata ba!ah. Pada rinoskopi anterior 

Page 10: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 10/16

tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis

frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak lender atau nana di meatus

medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal

drip) ",0,1

3ambar . Pus pada meatus medius 3ambar 0. Pembengkakan pipi

 pada pasien sinusitisSinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus dapat dibedakan dengan

rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat berlainan. Pada

sinusitis maksilaris tipe odontogenik ini hanya ter'adi pada satu sisi serta

 pengeluaran pus yang berbau busuk. i samping itu, adanya kelainan

apikal atau periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen.

3e'ala sinusitis dentogen men'adi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen

(pdf)

G. *&3BOS*S &B P@M@9*KS&&B

iagnosis sinusitis dentogen adalah berdasarkan anamnesis,

 pemeriksaan lengkap pada gigi serta pemeriksaan fisik lainnya. *ni

mencakup ealuasi ge'ala klinis pasien sesuai dengan criteria &marica

&cademy of Otolaryngology 7ead and Beck Surgery (&&O, 7BS), yang

mana diagnosis sinusitis membutuhkan setidaknya % faktor mayor atau

setidaknya " faktor mayor dan % faktor minor dari serangkaian ge'ala dan

tanda klinis, ri!ayat penyakit gigi geligi, serta temuan radiologi sinus

 paranasal dan ct scan. Selain itu kadang diperlukan konsultasi dengan

Page 11: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 11/16

departemen kedokteran gigi untuk mendukung dan membuat diagnosis

sinusitis dentogen serta penatalaksanaannya.

a. &namnesis

9i!ayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari > hari

merupakan keluhan yang paling sering dan paling menon'ol pada

sinusitis akut, keluhan ini dapat disertai, keluhan lain seperti

sumbatan hidung, nyeri rasa tekanan pada muka, nyeri kepala,

demam, ingus belakang hidung, batuk anosmia hiposmia, nyeri

gigim nyeri telinga dan serangan mengi (wheezing ) yang

meningkat pada penderita asma

9i!ayat ge'ala sesuai dengan % kriteria mayor dan " kriteria

mayor ditambah % kriteria minor dari kumpulan ge'ala dan tanda

menurut  International onsesnsus on Sinus !isease, tahun "CC-

dan %##. Kriteria mayor terdiri dari2 sumbatan atau kongesti

hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau rasa

tertekan pada !a'ah dan gangguan penghidu. Kriteria minornya

sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada !a'ah dan gangguan

 penghidu.

Penderita Gejaa dan tanda

De!a"a dan

ana# 

Mayor Minor  

Kongesti hidung atau sumbatan,

Sekret hidung post nasal

 purulen, 9asa nyeri tekanan

 penuh di !a'ah, 3angguan

 penghidu (hiposmia, anosmia),demam

emam

Sakit kepala

 Bapas berbau

4atiDue

:atuk Sakit gigi

7idung berbau

Page 12: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 12/16

ntuk mengetahui adanya kelainan pada sinus maksilaris dilakukan

inspeksi, palpasi, dan sinuskopi. Selain itu perlu dilakukan transluminasi,

radiologi dan ct scan

a. *nspeksi

Pemeriksaan yang diperhatikan ialah pembengkakan pada muka.

Pembengkakakn di pipi sampai kelopak mata ba!ah yang ber!arna

kemerahmerahan mungkin menun'ukan sinusitis maksilaris akut

 b. Palpasi

 Byeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menun'ukan adanya

sinusitis maksilaris

c. 5ransiluminasi

Pemeriksaan ini menun'ukan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri.

Sinus yang sakit akan tampak lebih gelap.

d. Pemeriksaan radiologi

4oto posisi !aters tampak adanya edema mukosa dan cairan dalam

sinus. ;ika cairan tidak penuh akan tampak gambaran air fluidleel

e. +5 scan

Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus

maksilaris adalah pemeriksaan +5 scan untuk menilai anatomi dan

sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan

 perluasannya. Bamun karena mahal hanya diker'akan sebagai

 penun'ang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan

 pengobatan atau preoperasi sebagai panduan operator saat melakukan

operasi sinus

f. Pemeriksaan mikrobiologik dengan tes resistensi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil secret dari meatus

media atau superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna lebih

Page 13: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 13/16

 baik bila diambil secret yang keluar dari punsi sinus maksila.

Kebanyakan sinusitis tidak disebabkan infeksi oleh streptokokus

 pneumonia, haemophilus influenAa. 3ambaran bakteriologik dan

sinusitis yang berasal dari gigi geligi didominasi oleh infeksi gram

negatie sehingga menyebabkan pus berbau busuk dan akibatnya

timbul bau busuk dari hidung.

H. DIAGNOSIS BANDING

Kelainan pada sinus maksilaris lainnya yang berkaitan dengan

 penyakit odontogenik 

a. Kista yang terbentuk dari mukosa sinus termasuk pseudokista,

mukokel, dan yang paling sering kista retensi

 b. 5umortumor 'inak atau lesi seperti tumor dapat menyebabkan

 penyimpangan, ekspansi atau erosi dinding sinus. *ni termasuk 

ameloblastoma,odontoma, tumor epithelial odontogenik 

c. 5umor ganas termasuk keganasan gingial, kistik adenoid dan

sarcoma

I. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan sinusitis dentogen

a. &tasi masalah gigi

 b. Penderita dengan sinusitis akut yang diserta demam dan kelemahan

sebaiknya beristirahat ditempat tidur. iusahakan agar kamar tidur 

mempunyai suhu dan kelembaban udara tetap

c. Konseratif, diberikan obatobatan antibiotikm dekongestanm,

antihistamin, kortikosteroid dan irigasi sinus

d. Operatif. :eberapa macam tindakan bedah sinus yaitu antrostomi

meatus inferior +ald!ell<ue, etmoidektomi intra dan ekstra nasal,

trepanasi sinus frontal, dan bedah sinus endoskopik fungsional

Page 14: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 14/16

&kut

iberikan terapi medikamentosa berupa antibiotic empiric

(%x% 'am ) antiniotik yang diberikan lini * yakni golongan penisilin

atau kotrimoksaAol terapi tambahan yakni obat dekongesan oral dan

topical. Mukolitik untuk memperlancar drainase dan analgetik untuk 

menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin

atau kortikosteroid topical. ;ika ada perbaikan maka pemberian

antibiotic diteruskan sampai mencukupi "#" hari.

;ika tidak ada perbaikan maka dilakukan ronget foto polos atas

atau +5 scan dan atau nasoendoskopi. :ila dari pemeriksaan tersebut

ditemukan kelainan maka dilakukan terapi sinusitis kronik. 5ak ada

kelainan maka dilakukan ealuasi diagnosis yakni ealuasi

komprehensif dan kultur 

5erapi pembedahan pada sinusitis akut 'arang diperlukan,

kecuali bila telah ter'adi komplikasi ke orbita atau intracranial, atau

 bila ada nyeri yang hebat karena secret tertahan oleh sumbatan.

Kronik 

;ika ditemukan faktr predisposisinya, maka dilakukan

tatalaksan yang sesuai dan diberi terapi tambahan. ;ika ada perbaikan

maka pemberian antibiotic mencukupi "#" hari

;ika factor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai

 pada episode akut lini ** terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau

tidaknya perbaikan diberikan antibiotic alternatie > hari atau buat

kultur. ;ika ada perbaikan teruskan antibiotic mencukupi "#" hari.

;ika ada perbaikan ealuasi kembali dengan pemeriksaan

nasoendoskopi ('ika irigasi 0x tidak membaik). ;ika ada obstruksi

Page 15: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 15/16

kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan yaitu :S@4 atau

 bedah konensional. ;ika tidak ada obstruksi maka ealuasi diagnosis

aerah sinus yang sakit bias dilakukan diatermi gelombang

 pendek. ;ika ada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus,

sedang sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan

 pencucian

Pembedahan

9adikal

Sinus maksila dengan operasi col!elllue. Pengobatan ini

dilakukan bila pengobatan konseratif gagal. 5erapi radikal

dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase dari sinus yang terkena. ntuk sinus maksila

dilakukan operasi col!elllue. Pembedahan ini dilakukan dengan

anestesi umum atau lokal. ;ika dengan loka, analgesic intranasal

dicapai dengan menempatkan tampon kapas yang dibasahi kokain

$ atau ttetrakain %$ dengan efedrin "$ diatas dan diba!ah

konka media. Prokain atau lidokain %$ dengan tambahan efedrinduntikan di fosa kanina. Suntikan dilan'utkan ke superior untuk 

saraf intraorbital. *nsusu horiAontal dibuat di sulkus ginggiobukal,

tepat diatas akar gig. *nsisi dilakukan di superior gigi taring dan

molar ke dua. *nsis menembus mukosa dan periosteum. Periosteum

diatas fosa kanina dieleasi sampai kanalis infraorbitalis, tempat

saraf orbita diidentifikasi dan secara hatihati dilindungi

J. KOMPLIKASI

Komplika sinusitis adalah kelainan orbital disebabkan oleh sinusitis

 paranasal yang berdekatan dengan mata. 6ang paling sering ialah sinusitis

etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi ter'adi

melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul

Page 16: BAB I

7/17/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568d05109714f 16/16

ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan

selan'utnya dapat ter'adi thrombosis sinus kaernosus. Komplikasi lain

adalah infeksi orbital menyebabkan mata tidak dapat digerakkan serta

kebutaan karena tekanan pada nerus optikus. Osteomielitis dan abses

subperiosteal paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya

ditemukan pada anakanak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul

fistula oroantral atau fistula pada pipi *nfeksi otak yang paling berbahaya

karena penyebaran bakteri ke otak melalui tulang atau pembuluh darah. *ni

dapat 'uga mengakibatkan meningitis, abses otak dan abses ekstradural

atau subdural. Komplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti

 bronkitis kronis dan bronkiektasi. &danya kelainan sinus paranasal disertai

dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu, dapat 'uga

menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan

sebelum sinusitisnya disembuhkan.

K. PROGNOSIS

Prognosis sangat tergantung an kepada tindakan pengobatan yang

dilakukan dan komplikasi penyakit. ;ika drainase sinus membaik dengan

terapi antibiotik atau terapi operatif maka pasien mempunyai prognosis

yang baik