bab i
DESCRIPTION
HidrologiTRANSCRIPT
![Page 1: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Hidrologi adalah ilmu tentang seluk beluk air di bumi, kejadiannya,
peredarannya dan distribusinya, sifat alami dan kimianya, serta reaksinya terhadap
kehidupan (prilaku) manusia (Chow, 1964). Dengan pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa lingkup bahasan ilmu hidrologi cukup luas, namun penggunaan
ilmu hidrologi umumnya lebih banyak dikaitkan dengan upaya untuk memperoleh
berbagai informasi tentang sifat dan besarnya air pada suatu daerah tinjauan tertentu.
Selanjutnya informasi tersebut akan digunakan sebagai masukan atau data dari suatu
perencanaan atau rekayasa kegiatan yang sangat tergantung pada keberadaan air.
Sering pula analisis yang didasarkan pada pemahaman ilmu hidrologi (analisis
hidrologi) harus diterapkan untuk dapat memberikan jawaban atas berbagai
persoalan.
Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris daripada
teoritis. Hal ini karena banyaknya parameter yang berpengaruh pada kondisi
hidrologi di suatu daerah, seperti kondisi klimatologi (angin, suhu udara, kelembaban
udara dan penyinaran matahari), kondisi lahan atau daerah aliran sungai (DAS)
seperti jenis tanah, tata guna lahan, kemiringan lahan, dan sebagainya. Banyaknya
parameter tersebut mengakibatkan analisis hidrologi sulit diselesaikan secara analitis.
Di samping itu juga, kondisi hidrologi juga sangat dinamis yang tergantung pada
perubahan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia, seperti perubahan tata guna
lahan (penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah
pemukiman atau industri, perubahan hutan menjadi sawah atau fungsi lainnya),
perubahan penutup permukaan tanah (dari tanah, rumput, atau pepohonan menjadi
permukaan aspal atau beton), dan sebagainya.
![Page 2: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Pendahuluan
2
Hidrologi banyak dipelajari oleh para ahli di bidang teknik sipil dan
pertanian. Ilmu tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan berikut:
1. memperkirakan besarnya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras, sehingga
dapat direncanakan bangunan – bangunan untuk mengendalikannya seperti
pembuatan tanggul banjir, saluran drainasi, gorong – gorong, jembatan, dan
sebagainya,
2. memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu jenis tanaman, sehingga
dapat direncanakan bangunan untuk melayani kebutuhan tersebut,
3. memperkirakan jumlah air yang tersedia di suatu sumber air (mata air, sungai,
danau, dan sebagainya) untuk dapat dimanfaatkan guna berbagai keperluan
seperti air baku (air untuk keperluan rumah tangga, perdagangan, industri),
irigasi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, peternakan, dan sebagainya.
1.2 Sejarah Perkembangan Hidrologi (Chow, 1988)
Ilmu hidrologi telah ada sejak manusia mencoba mencari jawaban atas asal
mula keberadaan air di sekelilingnya. Sejak zaman Homer (1000 tahun SM) dan
beberapa filosof terkenal seperti Thales, Plato dan Aristotle di Greece, Lucretius,
Seneca dan Pliny di Roma, telah dikemukakan beberapa spekulasi jawaban atas
pertanyaan asal mula air tersebut. Semula para ilmuwan beranggapan bahwa tanah
dianggap terlalu kedap (impervious) dan hujan tidak cukup banyak untuk
menimbulkan air seperti yang terlihat di sungai, danau misalnya, sehingga mereka
menganggap bahwa air berasal dari reservoir abadi yang berada di bawah tanah.
Clazomenae (500-428 SM) telah memformulasikan konsep awal tentang
siklus hidrologi yang menyatakan bahwa tenaga matahari mampu mengangkat air
dari laut ke lapisan atmosfir yang akan menjadi hujan. Selanjutnya hujan akan
meresap ke bawah permukaan tanah terkumpul di tampungan air di bawah
permukaan tanah yang akan menyebabkan terjadinya aliran di sungai. Konsep ini
diperbaiki oleh Theophrastus (372-287 SM) dengan penjelasan proses pembentukan
hujan oleh proses kondensasi dan pendinginan. Kemudian Vitruvius yang hidup pada
jaman keberadaan Yesus Kristus menyampaikan teori yang secara umum sekarang
masih diterima yaitu penjelasan bahwa tampungan air tanah (groundwater) terbentuk
dari resapan air hujan dan air es yang meleleh melalui proses infiltrasi.
![Page 3: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Pendahuluan
3
Baru pada tahun 1509 oleh Leonardo da Vinci, jawaban tentang pengertian
dasar hidrologi tersebut dapat ditetapkan secara benar, yaitu dengan konsep modern
menyangkut pengertian siklus hidrologi. Dalam perkembangannya, dilakukan
pengamatan-pengamatan, beberapa percobaan dan pengukuran tentang air, seperti
pengukuran hujan dan aliran di daerah aliran sungai Seine oleh Pierre Perrault
(1608), Edme Mariotte (1620) dan Edmund Halley (1656). Dengan cara tersebut
telah banyak ditemukan informasi menyangkut hubungan beberapa besaran kejadian
alam yang merupakan faktor penentu terjadinya aliran. Tercatat beberapa nama
terkenal seperti Bernoulli, Chezy, Manning dan lain-lain yang sekarang dikenal
sebagai ahli dalam bidang hidraulika.
Dengan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya
perkembangan pengetahuan ilmu hidrologi tidak terlepas dari hasil-hasil penemuan
para ahli hidraulika. Dalam konteks tersebut, hidraulika dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang seluk beluk aliran. Ilmu hidraulika lebih banyak
membahas masalah sifat-sifat aliran, parameter penentu aliran seperti kecepatan arus,
kedalaman aliran, debit, tekanan air dan berbagai fenomena alam yang terkait dengan
aliran, misalnya erosi dan sedimentasi.
Dalam konteks penerapan, ilmu hidrologi dapat merupakan alat bantu atau
pendukung bidang ilmu lain, misalnya morfologi sungai, transportasi sedimen,
bangunan tenaga air, teknik pantai dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan
hidrologi, umumnya analisis dan hitungan hidraulika merupakan tahap lanjutan
setelah keluaran analisis hidrologi telah didapatkan. Contoh sederhana adalah pada
perencanaan penanganan banjir dengan tanggul. Informasi mengenai hidrograf banjir
dapat diperoleh dari analisis hidrologi, yang selanjutnya karakteristika aliran yang
terjadi pada alur sungai, meliputi tinggi muka air banjir, kecepatan arus, luas
genangan pada bantaran sebelum dan sesudah ada tanggul dapat ditentukan dengan
hitungan hidraulika. Dalam hal ini hidraulika diartikan secara umum sebagai ilmu
yang mempelajari sifat, karakteristika aliran air melalui media pengalirannya atau
alur alirannnya.
![Page 4: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/4.jpg)
1. Pendahuluan
4
1.3 Konsep Dasar Hidrologi
Konsep dasar yang digunakan dalam hidrologi terdiri dari dua buah konsep
yaitu konsep Siklus Hidrologi (hydrologic cycle) dan konsep neraca air (water
balance). Kedua konsep tersebut terikat satu dengan yang lainnya dan merupakan
inti keseluruhan ilmu hidrologi. Pemecahan semua masalah dalam hidrologi selalu
dikembalikan kepada kedua konsep dasar tadi.
1.3.1 Siklus Hidrologi
Air di bumi berada pada suatu ruang disebut dengan hydrosphere yang
terbentang sekitar 15 km ke atas dari permukaan bumi sampai lapisan atmosfir dan
sekitar 1 km ke bawah permukaan bumi sampai pada lapisan lithosphere. Air
tersebut bergerak di sepanjang ruang hydrosphere melalui alur jaringan yang
kompleks membentuk suatu siklus perputaran gerakan massa air yang disebut siklus
hidrologi (hydrologic cycle).
Siklus hidrologi merupakan bagian pokok dan konsep dasar pemahaman
ilmu hidrologi yang menjelaskan keberadaan beberapa proses terkait dengan
perputaran air yang tidak pernah berhenti. Secara skematis proses siklus hidrologi
tersebut disajikan pada Gambar 1.1.
Sebagian massa air terangkat ke atas permukaan bumi melalui proses
penguapan (evaporasi) di laut dan di permukaan bumi, yaitu berupa penguapan dari
tampungan air di sungai, danau, waduk, permukaan tanah serta transpirasi dari
tanaman. Proses penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan oleh matahari
sebagai sumber energi bagi alam. Uap air yang terangkat ke atas ini menjadi bagian
atmosfir dan melalui proses kondensasi dapat terbentuk butir awan. Suatu kondisi
klimatologi tertentu dapat membawa butir awan tersebut ke atas daratan membentuk
awan hujan (rain cloud).
Tidak semua butir awan hujan tersebut akan jatuh sampai di permukaan bumi
sebagai hujan, ukuran butir awan hujan yang tidak cukup berat untuk melawan gaya
gesekan dan gaya tekan udara ke atas akan melayang dan diuapkan kembali menjadi
awan. Bagian yang sampai di bumi dikatakan sebagai hujan (precipitation) yang
sebagian akan tertahan oleh tanaman dan bangunan yang akan diuapkan kembali.
Bagian ini merupakan air hujan yang tak terukur dan disebut intersepsi.
![Page 5: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Pendahuluan
5
Gambar 1.1 Skema siklus hidrologi (Chow, et al., 1988)
Bagian yang sampai di permukaan tanah akan mengalir sebagai limpasan
permukaan (overland flow) menuju ke tampungan aliran berupa saluran atau sungai
menuju laut. Sebelum sampai di saluran atau sungai limpasan permukaan tersebut
akan mengalami proses infiltrasi ke bawah permukaan tanah yang sebagian akan
bergerak terus ke bawah merupakan air perkolasi menuju zona tampungan air tanah
(aquifer, groundwater storage) dan sebagian lain bergerak mendatar di bawah
permukaan tanah sebagai subsurface flow atau aliran antara (interflow) menuju ke
saluran, tampungan waduk, danau, sungai atau laut. Seringkali bagian yang
melimpas menuju alur sungai disebut dengan aliran permukaan tanah (surface
runoff). Rangkaian proses alam tersebut berjalan secara terus menerus membentuk
siklus hidrologi. Secara kuantitatif siklus hidrologi membentuk proses imbangan air
yang secara global dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 1.1.
![Page 6: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/6.jpg)
1. Pendahuluan
6
Tabel 1.1. Imbangan air tahunan di bumi(Chow,1988)
Item Satuan Laut Daratan
Luas km2 361.300.000 148.800.000
Hujan km3/tahun
mm/tahun
in/tahun
458.000
1.270
50
119.000
800
31
Penguapan km3/tahun
mm/tahun
in/tahun
505.000
1.400
55
72.000
484
19
Limpasan ke laut dari:
Sungai
Aliran air tanah
Total limpasan
km3/tahun
km3/tahun
km3/tahun
mm/tahun
in/tahun
--
--
--
--
--
44.700
2.200
47.000
316
12
1.3.2 Neraca Air
Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan hubungan keseimbangan
antara jumlah air yang masuk ke-, yang tersedia di-, dan yang keluar dari sistem atau
sub-sistem tertentu, untuk suatu periode tertentu, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar (1.2) dan Persamaan (1.1) berikut ini.
SOI (1.1)
Dengan : I = masukan (inflow)
O = keluaran (outflow)
DS = perubahan tampungan (change of storage)
![Page 7: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/7.jpg)
1. Pendahuluan
7
Gambar 1.2 Skema neraca air
Yang dimaksud dengan masukan adalah semua air yang masuk ke dalam
system (misalnya Presipitasi atau curah hujan), sedangkan keluaran adalah semua air
yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan antara jumlah
semua kandungan air (dalam berbagai sub-sistem) dalam satu unit waktu yang
ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran.
Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasar hidrologi lainnya (siklus
hidrologi) karena pada hakekatnya, masukan ke dalam salah satu sub-sistem yang
ada, adalah keluaran dari sub-sistem yang lain dalam siklus tersebut.
1.4 Peranan Ilmu Hidrologi dalam Teknik Sipil (Jayadi, 2005)
1.4.1 Peranan Ilmu Hidrologi dalam Perencanaan Bangunan Sungai
Setiap bangunan yang dibuat di sungai, baik yang dibangun pada alur atau
bangunan yang melintas di atas alur sungai, harus direncanakan dengan baik.
Persyaratan hidrologi dan hidraulika dalam perancangan setiap bangunan tersebut
harus dipenuhi, sehingga dapat mengamankan, melestarikan dan meningkatkan
keandalan bangunan di sungai maupun sungainya sendiri. Pertimbangan ini didasari
pada kenyataan di lapangan, bahwa setiap bentuk usaha pembuatan bangunan di
sungai, sedikit atau banyak akan dikehendaki adanya perubahan karakteristik sungai,
terutama pada tempat di sekitar bangunan tersebut akan dibangun. Secara alami
sungai akan memberikan reaksi untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan-
perubahan tersebut. Jika proses alami ini tidak diperhitungkan secara cermat, dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan keselamatan
umum.
Keselamatan dan kelestarian sungai perlu dijaga, mengingat sungai sebagai
SISTEM
Masukan
(I)
Keluaran (O)
![Page 8: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/8.jpg)
1. Pendahuluan
8
salah satu sumberdaya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan
penghidupan manusia (PP No 35 Th. 1991 tentang Sungai). Oleh karena itu, prosedur
perencanaan setiap bangunan di sungai harus memperhitungkan faktor alam utama,
menyangkut perilaku sungai, yaitu sifat hidrologi dan hidraulika. Dengan mengkaji
kondisi, sifat dan karakteristik hidrologi dan hidraulika sungai dapat ditentukan nilai
beberapa besaran rancangan yang diperlukan, serta dapat dipikirkan cara-cara
menghindari hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh perilaku hidrologi dan
hidraulika sungai akibat adanya bangunan sungai tersebut. Petunjuk umum dalam hal
perencanaan bangunan di sungai ini telah dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum (1987) berupa Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulika untuk
Bangunan di Sungai.
Pada perencanaan bangunan jembatan kereta api misalnya, beberapa hal
kiranya perlu diperhatikan menyangkut persoalan hidrologi dan hidraulika sungai.
Dalam kaitannya dengan perancangan konstruksi bangunan jembatan tersebut, perlu
ditetapkan beberapa nilai besaran rancangan yang harus didahului dengan analisis
hidrologi dan hidraulika. Pada dasarnya tahapan analisis tersebut dimaksudkan untuk
memahami karakteristik daerah aliran sungai (DAS) dimana bangunan tersebut akan
dibuat, terutama menyangkut permasalahan banjir yang sering kali menyebabkan
kerusakan-kerusakan bangunan di sungai. Dua besaran rancangan yang utama adalah
debit banjir maksimum dan tinggi muka air banjir pada debit tersebut. Debit banjir
rancangan dapat dihitung/ditetapkan berdasarkan hasil analisis hidrologi, selanjutnya
tinggi muka air banjir pada debit rancangan tersebut dapat dihitung dengan analisis
hidraulika berdasarkan nilai debit banjir rancangan dan beberapa parameter
hidraulika sungai.
Penetapan debit banjir rancangan tidak selalu dapat dilakukan dengan
mudah, terutama pada lokasi dimana data aliran sangat minim atau bahkan tidak
tersedia sama sekali data pencatatan atau pemantauan aliran sungai, khususnya pada
saat debit besar. Dalam keadaan demikian, penetapan debit banjir rancangan hanya
dapat dilaksanakan dengan cara-cara tertentu melalui prosedur analisis hidrologi
yang didasarkan pada hasil kajian terhadap data curah hujan dan parameter DAS.
Selain itu kadang diinginkan usaha perbaikan jembatan kereta api yang telah dibuat.
Dalam hal ini perlu ditinjau kembali perubahan karakteristik hidrologi setempat,
![Page 9: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/9.jpg)
1. Pendahuluan
9
yang dapat menyebabkan berubahnya debit banjir ekstrim. Umumnya perubahan
karakteristik hidrologi tersebut diakibatkan oleh perubahan tataguna lahan pada DAS
yang lebih cenderung bertambahnya lahan pemukiman. Hal ini menyebabkan
meningkatnya nilai koefisien limpasan yang berarti debit maksimum aliran sungai
juga akan meningkat. Oleh karena itu, upaya perbaikan jembatan tersebut tetap juga
harus memperhitungkan persoalan hidrologi setempat.
Tinggi muka air banjir tergantung kepada karakteristik hidraulik sungai
setempat, seperti bentuk dan ukuran tampang alur sungai di bawah rencana jembatan,
kekasaran dinding dan dasar alur, dan kemiringan dasar alur. Dalam hal ini tentunya
diinginkan profil muka air banjir di sekitar jembatan yang akan tergantung pula pada
bentuk tampang aliran akibat adanya konstruksi pilar dan perletakan jembatan.
Dengan analisis hidraulika menyangkut aliran sungai pada debit banjir rancangan
dapat diketahui profil garis muka air banjir sesuai dengan bentuk tampang rancangan
pada alur sungai sekitar jembatan tersebut.
Dari tinjauan sifat sungai, menyangkut morfologi sungai, perilaku aliran
sungai, akan dapat dipertimbangkan pemilihan macam dan tipe serta tata letak
konstruksi pilar dan perletakan jembatan. Umumnya juga diperlukan perancangan
beberapa bangunan pelindung konstruksi jembatan tersebut, seperti krib, bronjong
tebing, dam penahan erosi dan lain-lainnya. Untuk menetapkan tipe dan ukuran
konstruksi bangunan pelindung tersebut diperlukan tinjauan hidraulika secara lebih
mendetil.
Dari uraian tersebut, secara umum dapat dinyatakan bahwa untuk
merancang bangunan di sungai diperlukan persyaratan pokok terkait dengan
pertimbangan hidrologi dan hidraulika sungai menyangkut debit banjir rancangan
dan pemahaman karakteristik morfologi sungai.
1. Persyaratan Debit Banjir Rancangan
Debit banjir rancangan ditetapkan dengan beberapa pertimbangan berikut:
a. keamanan semua bangunan terhadap debit rancangan, yaitu debit banjir yang
ditetapkan dengan kala ulang tertentu sesuai dengan standar yang berlaku,
b. penetapan kala ulang debit banjir untuk berbagai jenis dan tipe bangunan, dengan
memperhatikan faktor keamanan, resiko serta ekonomi.
![Page 10: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/10.jpg)
1. Pendahuluan
10
Persoalan penetapan debit banjir rancangan merupakan masalah
pertimbangan hidro-ekonomis. Debit banjir rancangan tentunya tidak diambil terlalu
kecil (under estimate) yang dapat menimbulkan resiko kegagalan yang cukup besar.
Sebaliknya juga tidak diinginkan nilai debit banjir rancangan yang terlalu besar (over
estimate) yang mengakibatkan besarnya dana yang diperlukan untuk pembuatan
bangunan yang dirancang, karena ukuran bangunan yang besar sehingga tidak
ekonomis. Untuk hal ini, dapat digunakan standar yang berlaku menyangkut
penetapan debit banjir rancangan tersebut.
2. Persyaratan Morfologi Sungai
Pengaruh morfologi sungai dengan segala perubahan akibat kegiatan
pembangunan dan produknya harus dipertimbangkan dalam perancangan bangunan
pada tingkat keamanan dan resiko tertentu. Pertimbangan morfologi sungai ini dalam
perencanaan bangunan di sungai akan dikaitkan dengan perancangan bangunan
pengaman dan bangunan pengendali sungai. Sebagai contoh adalah pada
perancangan bangunan krib, bronjong, cek-dam dan lain sebagainya. Aspek angkutan
sedimen dasar (bed load) perlu diperhitungkan dalam mengkaji masalah penggerusan
tebing dan dasar sungai. Dalam hal ini diperlukan informasi tentang besarnya debit
dominan, yaitu debit aliran sungai yang paling sering terjadi dimana potensi
angkutan sedimen dasarnya adalah maksimum. Besarnya debit dominan ini dapat
diperoleh dari hasil analisis hidrologi dan hidraulika berdasarkan data aliran dan
parameter fisik sungai.
1.4.2 Peranan Ilmu Hidrologi dalam Perencanaan Bangunan Drainasi
Fasilitas drainasi umumnya berupa sistem saluran untuk pembuangan air
dan beberapa bangunan air untuk operasi dan pemeliharaan. Sesuai dengan tujuan
pembuatan fasilitas drainasi pada umumnya, yaitu untuk menjaga suatu wilayah areal
tertentu agar bebas dari akibat negatif banjir atau genangan yang berlebihan, maka
bangunan drainasi harus dirancang sedemikian hingga mampu untuk mengeluarkan
atau membuang beban genangan yang terjadi, baik karena hujan atau luapan air dari
luar sistem aliran wilayah yang ditinjau. Atau dengan kata lain kapasitas sistem
drainasi yang akan dibuat harus cukup mampu untuk menampung debit aliran sesuai
![Page 11: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/11.jpg)
1. Pendahuluan
11
beban genangan yang ditentukan.
Dalam hal ini cara penentuan beban rancangan drainasi tergantung kepada
tipe sistem drainasi dan kondisi wilayah drainasi. Berdasarkan cara drainasi dikenal
2 tipe sistem drainasi, yaitu drainasi permukaan (surface drainage) dan drainasi
bawah permukaan (subsurface drainage). Tipe pertama banyak diterapkan pada
perancangan sistem drainasi untuk wilayah pemukiman yang relatif sebagian besar
arealnya merupakaan permukaan kedap air (impervious). Sistem drainasi bawah
permukaan biasanya digunakan untuk keperluan pertanian, yaitu untuk menjaga
kelengasan tanah pada suatu kadar tertentu agar tidak mengakibatkan terhambatnya
proses fisiologis tanaman serta mencegah pembusukan akar tanaman. Pada tipe
pertama yang harus ditetapkan adalah besarnya debit aliran permukaan rancangan
sedangkan tipe kedua adalah kapasitas infiltrasi yang diartikan sebagai kemampuan
maksimum lapisan tanah meneruskan gerakan air baik secara horisontal maupun
vertikal. Parameter tanah tersebut merupakan salah satu karakteristik hidrologi areal
yang ditinjau yang dapat diperkirakan nilainya dengan melakukan survey hidrologi
tertentu.
Kedua besaran rancangan tersebut akan menentukan tipe, bentuk serta
dimensi saluran atau jaringan pipa drainasi yang akan dibuat. Dalam hal ini peranan
ilmu hidrologi adalah untuk melakukan hitungan perkiraan kedua besaran rancangan
tersebut berdasarkan data hidrologi yang dapat diperoleh. Untuk debit rancangan
fasilitas sistem drainasi permukaan umumnya dilakukan pendekatan dengan
pendekatan koefisien aliran permukaan (runoff coefficient), yaitu rasio yang
menyatakan jumlah bagian hujan yang menjadi limpasan permukaan. Persoalan yang
muncul adalah penentuan nilai hujan sebagai masukan hitungan debit rancangan
tersebut.
Dalam hal ini nilai hujan rancangan ditetapkan berdasarkan tujuan drainasi
dan tingkat resiko yang dikehendaki. Sebagai gambaran misalnya persyaratan
drainasi untuk pemukiman moderen tentunya tidak akan sama dengan drainasi untuk
lahan sawah padi. Pada wilayah pemukiman moderen genangan air akibat curah
hujan secepatnya harus dapat dikeringkan, sedangkan areal sawah padi mempunyai
toleransi genangan yang relatif cukup lama, 2-3 hari. Secara umum dapat dikatakan
peran ilmu hidrologi adalah untuk menetapkan hujan rancangan dan beban aliran
![Page 12: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/12.jpg)
1. Pendahuluan
12
rancangan untuk kedua macam tipe drainasi tersebut.
1.4.3 Peranan Ilmu Hidrologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air
Pengelolaan sumberdaya air dapat berupa berbagai bentuk kegiatan,
misalnya pembuatan waduk serbaguna, bendung untuk irigasi, instalasi bangunan
untuk sumber air minum, air industri dan lain sebagainya. Analisis hidrologi akan
diperlukan baik pada tahap perancangan, pembuatan maupun operasi dari berbagai
bangunan air tersebut. Tahap awal yang selalu dilakukan terkait dengan rencana
pembuatan suatu bangunan untuk pemanfaatan air adalah perkiraan ketersediaan air.
Informasi ketersediaan air mencakup jumlah dan waktu akan menentukan kapasitas
bangunan air yang akan dibuat.
Cara operasi setiap bangunan air ditetapkan tidak hanya berdasarkan data
ketersedian dan kebutuhan air saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan faktor lain
untuk menjaga kelangsungan operasi pengelolaan air. Sebagai contoh waduk besar
selalu dilengkapi dengan bangunan pelimpah banjir (spillway) yang harus dirancang
sesuai dengan ketentuan banjir rancangan yang berlaku. Selanjutnya pedoman
operasi setiap bangunan air juga harus disusun dengan metode yang semaksimal
mungkin dapat menghasilkan cara operasi yang optimal. Untuk suatu keadaan
dimana informasi dan data ketersediaan air sangat terbatas, beberapa analisis
hidrologi moderen kiranya perlu diterapkan, misalnya model pembangkitan data
aliran sungai (synthetic stream flow data generation) atau model pengalihragaman
data hujan menjadi aliran (rainfall runoff model). Bahkan dengan perkembangan
ilmu hidrologi mederen sekarang ini, peramalan debit banjir dapat dilkukan secara
lebih akurat dengan menggunakan jasa teknologi satelit untuk mendeteksi potensi
awan hujan yang akan jatuh pada suatu daerah tangkapan tertentu.
Ilustrasi singkat ini menunjukkan bahwa peranan ilmu hidrologi begitu
pentingnya untuk bidang pengelolaan sumberdaya air yang manfaatnya tentunya
diperuntukkan bagi sektor lain menyangkut upaya peningkatan kesejahteraan
manusia, seperti pertanian, industri, energi, kelestarian lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
![Page 13: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/13.jpg)
1. Pendahuluan
13
1.5 Pengertian Daerah Tangkapan Air atau Daerah Aliran Sungai
Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya mengenai peranan ilmu
hidrologi dalam teknik sipil, maka sangat perlu untuk mengetahui pengertian dari
daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS). Daerah yang dibatasi oleh
punggung – punggung gunung/pegunungan atau bukit di mana air hujan yang jatuh
di daerah tersebut akan mengalir menuju sungai atau saluran utama pada suatu
titik/stasiun yang ditinjau disebut daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai
(Triatmodjo, 2008). Untuk lebih jelas mengenai punggung gunung atau bukit, dapat
melihat gambar berikut ini.
Gambar 1.3 Penjelasan dari punggung gunung atau bukit
Daerah tangkapan air atau DAS dapat ditentukan dengan menggunakan peta
topografi (skala 1 : 50.000) yang dilengkapi dengan garis – garis kontur. Garis –
garis kontur yang ada dipeta tersebut dipelajari untuk menentukan arah limpasan
permukaan, dimana arah limpasan tegak lurus dari garis kontur dan bergerak dari
titik – titik tertinggi menuju ke titik – titik yang lebih rendah. Daerah yang dibatasi
oleh garis yang menghubungkan titik – titik tertinggi, dimana titik – titik tertinggi
tersebut mengelilingi DAS adalah batas DAS. Air hujan yang jatuh di dalam DAS
akan mengalir menuju sungai utama, sedangkan yang jatuh di luar DAS akan
mengalir ke sungai lain di sebelahnya. Luas DAS dibatasi oleh titik – titik tertinggi
tersebut . Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya
![Page 14: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022070403/563db7f2550346aa9a8f6cdd/html5/thumbnails/14.jpg)
1. Pendahuluan
14
semakin besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin
besar jumlah limpasan permukaan semakin besar pula aliran permukaan atau debit
sungai. Agar penjelasan mengenai pengertian dari DAS dapat dimengerti dengan
baik, dapat melihat gambar berikut ini.
Gambar 1.4 Daerah aliran sungai (DAS), Triatmodjo (2008)