bab-i

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan Ortodonti mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis yang pertama mengenai perawatan aktif dibuat oleh Aurelius Cornelius Celsus (25 SM-50M) yang pada ketujuh buku Medicinenya, memperkenalkan penggunaan tekanan jari untuk memperbaikisusunan gigi yang tak teratur. Pada beberapa tahun terakhir ini, jumlah perawatan ortodonti yang dilakukan sudah meningkat dengan tajam, dan sudah dilakukan beberapa cara untuk mendefinisikan kebutuhan akan perawatan ortodonti. Perawatan ortodonsi mencakup memperbaiki anomali dari oklusi dan posisi gigi gigi sejauh dibutuhkan dan sebisa mungkin. Sampai saat ini rencana perawatan yang cermat berperan penting seperti halnya perawatan itu sendiri, karena bila tidak dilakukan perencanaan dengan akurat, perawatan tidak akan berhasil. Meningkatnya kesadaran masyarakat terutarna orang tua dan pasien anak terhadap kesehatan gigi dan. mulut dewasa ini menyebabkan jumlah anak dengan gigi berjejal yang menjalani perawatan juga bertambah. 1

Upload: cholida-rachmatia

Post on 05-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab i

TRANSCRIPT

Page 1: BAB-I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan Ortodonti mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

yang pertama mengenai perawatan aktif dibuat oleh Aurelius Cornelius

Celsus (25 SM-50M) yang pada ketujuh buku Medicinenya, memperkenalkan

penggunaan tekanan jari untuk memperbaikisusunan gigi yang tak teratur.

Pada beberapa tahun terakhir ini, jumlah perawatan ortodonti yang dilakukan

sudah meningkat dengan tajam, dan sudah dilakukan beberapa cara untuk

mendefinisikan kebutuhan akan perawatan ortodonti.

Perawatan ortodonsi mencakup memperbaiki anomali dari oklusi dan

posisi gigi gigi sejauh dibutuhkan dan sebisa mungkin. Sampai saat ini

rencana perawatan yang cermat berperan penting seperti halnya perawatan itu

sendiri, karena bila tidak dilakukan perencanaan dengan akurat, perawatan

tidak akan berhasil.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terutarna orang tua dan pasien anak

terhadap kesehatan gigi dan. mulut dewasa ini menyebabkan jumlah anak

dengan gigi berjejal yang menjalani perawatan juga bertambah. Ada beberapa

cara perawatan gigi berjejal di antaranya dengan melakukan seri ekstrasi.

Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan ortodonti dalam periode gigi

bercampur untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi permanen, dengan

jalan melakukan pencabutan gigi-gigi yang dipilih pada interval waktu yang

tertentu, serta menurut cara-cara yang telah direncanakan dengan observasi

dan diagnosa yang tepat dan teliti. Pencabutan gigi tidak dapat dilakukan

tanpa memperhatikan faktor indikasi, kontra lndikasi, keuntungan dan

kerugian. Dengan melakukan perawatan seri ekstraksi diharapkan maloklusi

gigi berjejal dapat dikoreksi sehingga mencapai hasil yang baik, di samping

dapat menekan biaya perawatan.

1

Page 2: BAB-I

Berikut ini merupakan kasus dalam scenario :

Seorang bapak dating ke RSGM UJ ingin memeriksakan gigi anak laki-

lakinya yang berumur 9 tahun. Bapak mengeluhkan gigi depan anaknya tidak

rata.

Hasil pemeriksaan Intra Oral :

- Memiliki gejala DDM dengan keempat insisif permanen RA dan RB

berdesakan.

- Gigi 12 dan 22 palatoversi.

- Gigi 32 dan 42 linguoversi.

- Gigi 53, 54, 55, 63, 64, 65, 74, 75, 83, 84, dan 85 daalam kondisi baik.

Hasil pemeriksaan RO :

- Benih gigi 13, 14, 15, 23, 24, 25, 33, 34, 35, 43, 44 dan 45 lengkap dengan

pola erupsi normal.

Hasil analisa model :

- Klasifikasi Maloklusi kelas I Angle.

- Relasi molar permanen neutroklusi.

- Diskrepansi / kekurangan tempat RA = 11 dan RB 10.

Diagnosis : Kelas I Angle dengan berdesakan anterior.

Berdasarkan kasus di atas, maka perlu pemahaman tentang prosedur ekstraksi

seri dan juga dasar-dasar ilmu yang menyertai.

2

Page 3: BAB-I

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Disharmoni Dento Maxilar ?

2. Bagaimana prosedur ekstraksi seri pada skenario ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang Disharmoni Dentomaxilar.

2. Mengetahui dan memahami prosedur ekstraksi seri pada skenario.

3

Page 4: BAB-I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disharmoni Dento Maxilar ( DDM )

Disharmoni dentomaksiler merupakan disproporsi besar gigi

dengan lengkung geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor

herediter atau keturunan, misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi

ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak tersebut mewarisi

ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif besar. Sehingga

terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran gigi dan

lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga

mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup,

misalnya anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga

pertumbuhan rahang kurang maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih

kecil dari ukuran yang seharusnya. Hal ini menyebabkan DDM tipe

transitoir. Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua rahang ataupun pada

kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi ataupun pada

salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih sering terlihat pada

rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi permanen

pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja, sedangkan

pada rahang bawah sampai pada ramus ascenden. DDM dibagi menjadi

tiga tipe :

1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai

yaitu ukuran gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung

geligi yang normal, atau ukuran gigi normal pada lengkung

geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi

berdesakan.

2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar

gigi dan lengkung gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan

4

Page 5: BAB-I

lengkung geligi normal ataupunukuran gigi normal dengan

lengkung geligi yang besar.

3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan

pertumbuhan tulang, yang menyebabkan gigi berdesakan.

DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring

bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan

ukuran gigi tetap, sehingga baketerlambatan pertumbuhan,

maka tidak dianjurkan melakukan pencabutan karena dapat

menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe

transitoir bisa dilakukan perbandingan antara gambaran

normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.

Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa

dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi

dapat merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM. Dimana

apabila ekstraksinya dilakukan secara tepat maka tidak akan terjadi

maloklusi pada rongga mulut. Namun jika diagnosa dilakukan terlambat

(umur 11-12 tahun) maka perawatan DDM tidak hanya cukup dengan

ekstraksi seri saja, terapinya perlu dilanjutkan dengan penggunaan alat

orthodonsi untuk menaroik gigi canius ke distal dan dan meletakkan

insisivus lateral dalam lengkung gigi yang baik dan benar. (Buku Ajar

Orthodonsi 2. 2003. 54-55)

2.2 Definisi Ekstraksi Seri

Ekstraksi seri merupakan suatu metode untuk melakukan

perawatan orthodonti dalam periode geligi campuran (mixed dentition)

untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi - gigi tetap (permanent

dentition) dengan jalan melakukan pencabutan gigi - gigi yang dipilih pada

interval waktu yang tertentu serta menurut cara - cara yang telah

dilaksanakan dengan observasi dan diagnosa yang tepat dan teliti sehingga

merupakan suatu prosedur yang memerlukan kesabaran dan penelitian

yang lama tanpa memakai alat orthodonti. Jadi, merupakan suatu cara

5

Page 6: BAB-I

untuk mendapatkan koereksi sendiri (self correction). (Buku Ajar

Orthodonsi 2. 2003. 67)

2.2.1 Tujuan Ekstraksi Seri

Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam

lengkung rahang dan untuk mencegah agar tidak terjadi maloklusi

pada gigi permanen. Hal ini dilakukan dengan jalan mencabut baik

gigi-gigi sulung maupun gigi permanen secara berurutan dalam

interval waktu tertentu

2.2.2 Indikasi dan kontraindikasi Ekstraksi Seri

Indikasi :

Adanya Disharmony Dento-Maksiler.

Pada fase geligi pergantian.

Perawatan hanya dapat dilakukan bila diyakini bahwa basis

apikal terlalu kecil untuk memuat semua geligi dalam

lengkung yang rata.

Protrusi bimaksilar.

Pada maloklusi kelas I.

Pada maloklusi kelas II divisi 1.

Tanggal gigi sulung satu atau lebih yang mengakibatkan

lengkung gigi menjadi pendek.

Kontraindikasi :

Maloklusi klas I angle dengan kekurangan tempat yang kecil (sedikit berdesakan).

Ada mutilasi.

Deep overbite atau open bite.

Maloklusi kelas II divisi 2 dan kelas III.

6

Page 7: BAB-I

2.2.3 Kelebihan dan kekurangan Ekstraksi Seri

Kelebihan :

Dapat meratakan gigi berjejal.

Dapat digunakan sebagai preventif sehingga perawatan

untuk memperbaiki maloklusi tidak memerlukan waktu

yang lama.

Mengurangi resiko karies oleh karena gigi yang berjejal.

Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi

insisivus setelah ada ruangan dengan jalan pencabutan

decidui. (http://repository.usu.ac.id.pdf)

Kekurangan :

Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:

Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan

insisivus karena kurangnya tekanan kea rah mesial dari

premolar.

Mengurangi prognatisme alveolar.

Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas.

Bertambahnya overbite.

Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual.

Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi

atau menghambat erupsi gigi permanen.

Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan.

Hal ini akan mengganggu erupsi dan susunan yang baik

gigi-gigi tetap yang telah bererupsi.

Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya

tidak dapat tertutup seluruhnya. Penutupan ruangan yang

disebabkan oleh gigi-gigi belakang migrasi ke mesial dan

ketidakharmonisan intergiditasi atau hubungan antar tonjol

gigi-geligi, dapat menyebabkan traumatik oklusi.

7

Page 8: BAB-I

Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap

terbuka maka pada saat mulut dibuka akan terlihat. Hal ini

akan mengganggu penampilan wajah yang berhubungan

dengan faktor estetik. (Amirudin. 2002)

2.2.4 Kemungkinan tindakan dalam Ekstraksi Seri

Pelaksanaan ekstraksi seri yang mungkin dilakukan sebagai berikut :

- Kaninus sulung > m1 > P1

- Kaninus sulung > P1

Pencabutan kaninus sulung :

Untuk memberi tempat bagi insisif permanen agar dapat

terletak baik dalam lengkung.

Perlu dipikirkan untuk tempat C permanen > setelah + 1 th,

I permanen terletak baik, perlu dilakukan foto lokal, bila

semua benih ada dan letaknya baik > tentukan rencana

perawatan selanjutnya.

8

Page 9: BAB-I

Gambar. Pencabutan P1

Pencabutan m1 & P1 :

Di RA tidak dilakukan pencabutan m1, karena biasanya P1

lebih dulu dari caninus > biarkan erupsi sendiri dengan

meresopsi m1.

Di RB > kaninus sering erupsi lebih dahulu dari P1.

Pencabutan P1 :

Dilakukan bila kaninus permanen sudah waktunya erupsi,

sebab kalau terlalu cepat dicabut > kemungkinan besar M1

dan m2 akan bergeser ke mesial sehingga tempat untuk

kaninus permanen menjadi berkurang.

2.2.5 3 Kemungkinan Tindakan dalam Ekstraksi Seri :

Kalau gigi P1 akan erupsi lebih dulu dari gigi C (RA) >

dibiarkan gigi m1 tanggal sendiri dan gigi P1 tumbuh.

Atau gigi C dan gigi P1 akan erupsi bersama-sama > perlu

pencabutan gigi m1 agar gigi P1 erupsi lebih dulu dari gigi

C >> kalau gigi P1 sudah erupsi > dicabut untuk memberi

tempat bagi gigi C.

9

Page 10: BAB-I

Kalau gigi C erupsi lebih dulu dari gigi P1, maka

seharusnya gigi m1 dan benih gigi P1 diambil bersama-

sama untuk memberi tempat bagi gigi C.

Untuk menghindari operasi pada anak-anak, dilakukan cara lain:

Mencabut m1, setelah 6 bulan m2 dicabut, supaya P1 erupsi

agak ke distal diatas benih P2, bila P1 telah erupsi > harus

dicabut >> perlu pemakaian space maintainer supaya M1

tidak bergerak ke mesial

10

Page 11: BAB-I

BAB III

MAPPING

Pemeriksaan

Intra Oral Rontgen

Diagnosa

Maloklusi Kelas 1 Angle & DDM

Rencana perawatan dan Ekstraksi seri

Indikasi dan kontraindikasi Prosedur Komplikasi

11

Page 12: BAB-I

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Disharmoni Dento Maxilar

Disharmony dento maksiler (DDM) adalah suatu keadaan disproporsi

antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung gigi. Menurut Anggraini

(1957) etiologi disharmoni dentomaksiler adalah faktor herediter. Karena

tidak adanya harmoni antara besar gig dan lengkung gigi maka keadaan klinis

yang dapat dilihat adalah adanya lengkung gigi dengan diastema yang

menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-gigi kecil dan lengkung geligi

normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan yang sering dijumpai

gigi-gigi yang besar pada lengkung gigi-gigi yang normal atau gigi yang

normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi

berdesakan.

Gejala klinis DDM :

Fase gigi sulung : tidak ada monkey gaps, yaitu diastema fisiologis gigi

sulung antara gigi I2 dan C.

Fase geligi campuran :

- Palatoversi dari I2 rahang atas, ini dikarenakan pada saat I1 rahang

atas akan tumbuh dia meresopsi akar dari i1 dan i2 sulung, sehingga I1

dapat tumbuh sempurna. Saat I2 akan tumbuh gigi tersebut tidak

dapat meresopsi akar dari gigi c sulung sehingga I2 tumbuh secara

palatoversi.

- Gigi C eksostem, ini di karenakan pada saat I2 akan tumbuh, gigi

tersebut meresopsi akar c sulung, kemudian m1 sulung di gantikan

oleh P1, jadi saat gigi C akan tumbuh, gigi tersebut kekurangan

tempat. Karena letak benih dari gigi C berada di labial maka gigi

tersebut menjadi labioversi, atau keluar dari lengkung gigi yang

berada (eksostem).

12

Page 13: BAB-I

4.1.1 DDM ini Dibagi Menjadi 2 Kelompok Besar :

a. Crowded (Berdesakan)

Ditandai dengan exostem gigi caninus permanen . Pada

DDM crowded terjadi ketidakseimbangan antara

volume rahang dan gigi, karena faktor herediter.

Misalnya volume rahang kecil tetapi ukuran gigi

normal atau dapat juga volume rahang normal tetapi

ukuran gigi besar. Ada patokan range mesial distal

secara umum untuk menentukan ukuran suatu gigi

apakah gigi tersebut masuk kedalam kategori berukuran

besar atau kecil.

Urutan erupsi gigi RA : 6-1-2-4-5-3-7-8

Urutan erupsi gigi RB : 6-1-2-3-4-5-7-8

Gigi yang mengalami erupsi pertama kali adalah gigi I1

RA dan gigi tersebut berukuran cukup besar sehingga

membutuhkan tempat yang luas. Karena volume gigi I1

yang sangat besar, gigi ini tidak cukup hanya

meresorbsi gigi I1 sulung, tetapi jugan meresorbsi I2

sulung yang pada akhirnya menyebabkan I2 sulung

tanggal prematur. Selanjutnya gigi I2 permanen erupsi

namun gigi ini tidak memiliki tempat yang cukup,

sehingga I2 permanen meresorbsi gigi C sulung

sehingga C sulung tanggal prematur. Yang nantinya

berakibat C permanen tidak mendapatkan tempat

sehingga terjadi exostem.

Jika ada kondisi dimana terdapat gigi I2 di palatal,

maka gigi tsb akan erupsi ke arah incisal dengan cara

bergerak ke labial sehingga sesuai dengan lengkung

gigi.

I2 permanen atas palatoversi : karena gigi tersebut

gagal meresorbsi gigi C sulung sehingga sehingga C

13

Page 14: BAB-I

sulung tidak tanggal prematur dan gigi tsb juga tidak

punya tempat hingga akhirnya gigi itu tumbuh di

tempat benih itu tertanam.

Gejala DDM jarang nampak di RB karena urutan erupsi

RB tumbuh secara berurutan. Jadi kebanyakan pada RB

DDM tidak menunjukkan gejala klinis. Gejala klinis

DDM :

1. Ke 4 insisiv tumbuh di lengkung gigi yang benar dan

C exostem.

2. I2 permanen palatoversi dengan C normal pada

lengkungnya atau C exostem, sedangkan I2

permanen normal.

Penyebab erupsi tidak sesuai dengan urutan adalah

karena multifaktor, diantaranya karena adanya

dorongan dari gigi-gigi yang akan erupsi dan akarnya

sudah terbentuk.

Persistensi gigi sulung : gigi permanen yang senama

dengan gigi sulung sudah erupsi tetapi gigi sulung tsb

tidak teresorbsi oleh gigi permanen tsb. Karena gigi

permanen tsb bergerak ke incisal dan labial.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi gerak gigi:

- Tidak punya daya erupsi.

- Impacted.

Klasifikasi maloklusi menurut Angle, menyatakan

relasi RA dan RB dengan menggunakan patokan M1

permenen RA dan RB.

14

Page 15: BAB-I

1. Angle Klas 1 (Neutroklusi): Cusp mesio bukal M1

RA berkontak dengan bukal groove M1 RB.

2. Angle Klas 2 (Distoklusi): Cusp mesio bukal M1 RA

saat oklusi berada diantara P2 dan M1 RB.

3. Angle Klas 3 (Mesioklusi): Cusp mesio bukal M1

RA berada diantara M1 dan M2 RB.

b. Multiple Diastema

Merupakan space antara dua gigi (dimana terlihat

gingiva) yang bersebelahan. Jika ada diantara gigi I1

permanen disebut diatema sentral. Diastema terjadi

karena :

1. Volume rahang normal tapi gigi kecil.

2. Volume gigi normal tapi volume rahang kecil.

Untuk mendeteksi DDM Diastema dapat dilihat dari

jumlah gigi yang hilang, gigi tanggal prematur, ukuran

gigi, dan ukuran rahang. Tidak semua diastema

multiple dikarenakan oleh DDM. Jadi harus dilihat dari

berbagai macam faktor.

c. dan ada juga yang menambahkan DDM Transitoir

Terjadi karena keterlambatan pertumbuhan skeletal,

namun gigi sudah mulai nampak tumbuh. Hal ini dapat

diketahui dengan hasil rontgen. Jika gigi sudah tumbuh tapi

rahang belum berkembang, dapat dilakukan foto rontgen

metacarpal yang bertujuan untuk melihat epifisisnya apakah

sudah menutup atau belum.

15

Page 16: BAB-I

4.1.2 Tanda- Tanda DDM Di Regio Anterior:

Tidak adanya diastema fisiologis pada fase geligi sulung

dapat menimbulkan suatu dugaan bahwa akan timbul kondisi

gigi berdesakan saat gigi permanen erupsi. Hal ini didasari pada

kondisi gigi- gigi sulung yang tersusun rapat, sehingga insisive

central permanen yang akan erupsi, selain akan meresorpsi

insisive central juga akan meresorpsi insisive lateral sulung

secara besamaan. Pada akhirnya, insisive lateral sulung tanggal

prematur, sehingga menyediakan tempat yang cukup untuk

insisive central permanen erupsi pada lengkung gigi yang benar/

posisi yang normal.

Namun, dilain pihak hal ini merugikan insisive lateral

dan atau caninus permanen yang akan erupsi. Pada saat insisive

lateral permanen akan erupsi, timbul dua kemungkinan yang

dapat terjadi. Kemungkinan pertama, insisive lateral permanen

akan tumbuh normal jika akar caninus sulung teresorpsi,

sehingga caninus sulung akan tanggal prematur. Hal ini nantinya

dapat menyebabkan caninus permanen tumbuh di luar lengkung

gigi yang benar karena tidak memiliki tempat yang cukup. Pada

kondisi DDM yang parah, dapat pula terjadi kondisi dimana

insisive lateral permanen berkontak dengan molar pertama

sulung.

Kemungkinan kedua yaitu, insisive lateral pemanen tidak

akan meresorpsi akar caninus sulung, sehingga insisive lateral

ini akan tumbuh di palatal, sesuai dengan letak benih

permanennya berasal. Hal ini menguntungkan bagi caninus

permanen yang mana dapat tumbuh normal pada lengkung

rahang yang benar.

16

Page 17: BAB-I

4.2 Prosedur Ekstraksi Seri Pada Skenario

4.3

Ekstraksi Seri Rahang Atas :

Insisiv berdesakan

Caninus sulung dicabut

Insisiv yang berdesakan terkoreksi secara spontan

Molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat erupsi premolar

pertama

Premolar pertama dicabut bila kaninus permanen akan erupsi

Premolar kedua dan Caninus erupsi, diastema perlu dikoreksi

dengan piranti ortodonti untuk mendapatkan hasil akhir yang baik

Ekstraksi Seri Rahang Bawah :

17

Page 18: BAB-I

3 3

5 5

4 4

V IV III 2 1 1 2 III IV V

V IV III 2 1 1 2 III IV V

3 3

4 4

5 5

Ekstraksi gigi caninus sulung untuk memberi tempat pada insisif

permanen supaya dapat terletak baik dalam lengkung rahang, gigi

caninus permanen akan erupsi lebih dulu dari gigi

premolar,seharusnya gigi molar sulung dan benih gigi permanen

diambil bersama sama untuk memberi tempat pada caninus permanen

tetapi pengambilan benih gigi tersebut dilakukan dengan bedah, pada

anak usia 9 tahun ada cara lain untuk menghindari pembedahan yaitu

dengan cara mencabut gigi molar sulung dan sesudah kira kira 6 bulan

molar sulung kedua dicabut supaya nantinya gigi premolar 1 dalam

erupsinya agak ke distal diatas benih gigi premolar 2 dan apabila

premolar1 tersebut sudah erupsi, maka gigi p1 dicabut untuk

menempatkan posisi gigi premolar2 yang terahir tumbuh pada

lengkung rahang bawah.

18

Page 19: BAB-I

BAB V

KESIMPULAN

Disharmoni Dento Maksila merupakan salah satu etiologi dari maloklusi

dimana terjadi ketidak seimbangan antara volume gigi dengan ukuran lengkung

rahang. Pada umumnya terdapat 2 jenis DDM yaitu DDM dengan gejala gigi

berdesakan dan DDM dengan adanya multiple diastema, namun ada juga yang

menambahkan bahwasanya ada DDM transitoir.

DDM berdesakan dapat disebabkan oleh karena ukuran gigi yang normal

namun lengkung rahangnya kecil atau ukuran rahang yang normal dengan ukuran

gigi yang besar (makrodonsia), kemudian DDM multiple diastema disebabkan

karena adanya ukuran gigi yang normal dengan lengkung rahang besar atau

ukuran rahang normal dengan ukuran gigi yang kecil (mikrodonsia) sedangkan

untuk DDM transitoir ini disebabkan oleh karena adanya asynkronisme dari gigi -

gigi dan pertumbuhan tulang (umur gigi tidak sesuai dengan umur tulang).

Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa

dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi dapat

merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM, dimana serial ekstraksi

merupakan metode untuk melakukan perawatan orthodonti dalam periode geligi

campuran (mixed dentition) untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi - gigi

tetap (permanent dentition) dengan jalan melakukan pencabutan gigi - gigi yang

dipilih pada interval waktu yang tertentu.

19

Page 20: BAB-I

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 2002. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Melakukan

Ekstraksi Seri Pada Gigi Berjejal Anterior. Sumatera Utara: USU e-

Repository.

Foster T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi III. Jakarta: EGC

Herniyati, drg, dkk. 2003. Buku Ajar Ortodonsia 2. Percetakan Fakultas

Kedokteran Gigi Jember, Jember.

Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya : Airlangga University

Press

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8454/1/930600003.pdf)

20