bab i

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahu 2006 hingga sekarang, pemberitaan tentang makanan berboraks semakin gencar. Dari data BPOM dan investigasi acara televisi menyatakan bahwa penggunaan boraks untuk pengawetdalam bahan makanan semakin banyak. Hal ini dipengaruhi oleh harga borak yang murah dan mudah didapat.Sehingga membuat keuntungan pedagang makanan berboraks lebih tinggi dibanding dengan pedagang yang tidak menggunakan boraks. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah mengendalikan peredaran makanan berborak belum sempurna. Banyak pedagang curang tidak terdeteksi. Perilaku ketidakhati-hatian konsumen dalam memilih makanan semakin menguntungkan para pedagang curang. Makanan merupakan nutrisi bagi jiwa (berfikir) dan raga (beraktifitas). Makanan yang tidak baik akan memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan (timbul berbagai penyakit), Perilaku dan kegiatan sehari-hari. Tanpa kita sadari makanan yang kita konsumsi mengandung borak. Jika terlalu lama dibiarkan racun borak akan terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kematian. Perlu solusi yang dapat menetralisir toksin boraks yang sudah menumpuk dalam tubuh. Daun bambu dihipotesakan dapat menjadi solusi untuk menetralisir racun. Daun bambu banyak mengandung antioksidan dan anti racun karena kandungan flavonoidnya. Tanaman bambu banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini tidak tumbuh secara musiman sehingga mudah didapat. Selama ini, bambu hanya dimanfaatkan kayunya sedangkan bagian lain dibuang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah daun bambu (Gigantochloa atter )dapat mengeliminasi boraks dalam tubuh? 1.3 Tujuan

Upload: elliya-rosyida

Post on 03-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal tahu 2006 hingga sekarang, pemberitaan tentang makanan berboraks semakin gencar. Dari data BPOM dan investigasi acara televisi menyatakan bahwa penggunaan boraks untuk pengawetdalam bahan makanan semakin banyak. Hal ini dipengaruhi oleh harga borak yang murah dan mudah didapat.Sehingga membuat keuntungan pedagang makanan berboraks lebih tinggi dibanding dengan pedagang yang tidak menggunakan boraks. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah mengendalikan peredaran makanan berborak belum sempurna. Banyak pedagang curang tidak terdeteksi. Perilaku ketidakhati-hatian konsumen dalam memilih makanan semakin menguntungkan para pedagang curang. Makanan merupakan nutrisi bagi jiwa (berfikir) dan raga (beraktifitas). Makanan yang tidak baik akan memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan (timbul berbagai penyakit), Perilaku dan kegiatan sehari-hari. Tanpa kita sadari makanan yang kita konsumsi mengandung borak. Jika terlalu lama dibiarkan racun borak akan terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kematian.

Perlu solusi yang dapat menetralisir toksin boraks yang sudah menumpuk dalam tubuh. Daun bambu dihipotesakan dapat menjadi solusi untuk menetralisir racun. Daun bambu banyak mengandung antioksidan dan anti racun karena kandungan flavonoidnya. Tanaman bambu banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini tidak tumbuh secara musiman sehingga mudah didapat. Selama ini, bambu hanya dimanfaatkan kayunya sedangkan bagian lain dibuang.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah daun bambu (Gigantochloa atter )dapat mengeliminasi boraks dalam

tubuh?

1.3 Tujuan1. Membuktikan pengaruh ekstrak daun bambu untuk meminimalisasi hingga

menghilangkan kadar racun boraks dalam media coba.

14. Luaran yang Diharapkan1. Teh daun bambu (Gigantochloa atter), artikel ilmiah, jurnal dan hak paten.

1.5 Kegunaan 1) Bagi penulis, sarana ibadah dan bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk

menghasilkan penelitian yang bermutu dan berguna.2) Bagi masyarakat, sebagai preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan

rehabilitatif (perbaikan kualitas hidup) terhadap bahaya borak dalam makanan yang mereka konsumsi.

Page 2: BAB I

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Boraks

Gambar 1: Boraks

2.1.1 DefinisiBoraks merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron,

berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso, pembuatan kecap, gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng” (Oliveoile, 2008).Boraks juga dikenal sebagai Natrium Borat, tetraborat natrium, atau tetraborat dinatrium, boraks dialam berupa serbuk putih yang terdiri dari Kristal berwarna lembut yang mudah larut dalam air ( Kemenristek, 2006 )

2.1.2 Penggunaan BoraksBoraks memiliki berbegai macam kegunaan diantaranya sebagai

komponen dalam pembuatan deterjen, kosmetik, dan enamel glazes. Selain itu boraks juga digunakan untuk membuat solusi buffer dalam biokimia, sebagai penghambat api, sebagai anti jamur senyawa untuk fiberglass, sebagai insektisida, sebagai fluks dalam metalurgi, agen texturing dalam memasak dan sebagai precursor untuk senyawa boron lainnya ( Dwi,2009)

2.1.3 Bahaya BoraksBoraks tidak aman untuk dikonsumsisebagai makanan,tetapi

ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta merta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap sedikit demi sdikit karena diserap diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati dan ginjal ( Siaka,2007 ).

2.1.4 Kajian Empiris Mengenai Boraks

Page 3: BAB I

Boraks menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan kulit. Saluran pencernaan, kulit, sistem pembuluh darah dan otak adalah organ utama yang sering terkena. Hal ini menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, dan ruam eritematosa eksfoliatif, pingsan. Menurut penelitian dari Brockmanetal, 1985 yang berjudul Borax Toxicity, Melaporkan bahwa orang yang mengkonsumsi daging sapi yang telah terpapar racun boraks mengalami gejala dehidrasi dan diare.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Department of Medical Technology, Faculty of Allied Health Sciences dengan judul Effect of borax on immune cell proliferation and sister chromatid exchange in human chromosomes menunjukkan bahwa proliferasi sel kekebalan tubuh (limfosit) mengalami penurunan ketika konsentrasi boraks meningkat. Konsentrasi boraks dari 0,6mg/ml dalam tubuh, terbukti memilik iindeks cytotoxicity tertinggi (CI) dan mempengaruhi proliferasi limfosit. Sehingga dapat mempengaruhi perubahan kromosom manusia (p<0,05).

2.2 Bambu Jawa (Gigantochloa atter)

Gambar 2: Bambu jawa (Giganthochola atter)

2.2.1 Taksonomi Tanamanan Gigantochloa attera. Nama Tanaman dan Daerah

Nama tanaman :Bambu jawa(Gigantochloa atter)Nama daerah : Pring jowo (Jawa); awi teme (Sunda); bambu legi (Banyuwangi); Oo pa’i (Bima); ringkuwas (Minahasa).

b. Sistematika Tanaman Lengkuas Kingdom : Plantae (tumbuhan)Divisi : Magnolipophyta (tumbuhan berbunga)Klas : Liliposida (berkeping satu/monokotil)Ordo : PolaesFamili : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : GigantochloaSpesies :Giganthochloa atter (Hassk) kurz ex munro

2.2.2 Morfologi Gigantochloa AtterMorfologi tanaman Bambu jawamenurut Elizabet A. Wijaya (2008):

Page 4: BAB I

Rumpun :tegak dan rapat.Buluh :lurus dengan akar udara dari node, tinggi bisa mencapai 22

m, panjang bisa mencapai 50 cm, berdinding tipis, diameter 5 sampai 10 cm, tebal 8 mm.

Percabangan :percabangan jauh diatas tanah. Termasuk un equal (percabangan tidak sama).

Daun :gundul, kuping pelepah bulu kecil, ligula rata, tinggi kurang dari 2 mm dan gundul.

Pelepah bulu :tertutup buluh hitam, mudah luruh. Kuping pelepah buluh berketuk balik dan menyegi tiga. Rebung berwarna hijau hingga keunguan tertutup bulu hitam.

2.2.3 Kandungan dan Khasiat Gigantochloa AtterPenelitian menunjukkan daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni

flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. Juga dipercaya bisa menurunkan oksidasi atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan,serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular ( Purwo,2010).

2.2.4 Penelitian Tentang Bambu Jawa (Giganthochloa atter)Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi,

melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas racun.

Zhang et al. (2007) menyatakan bahwa daun bambu mengandung komponen flavonoid, lakton, dan asam fenolat yaitu flavon C-glukosida yang berperan sebagai antioksidan. Dengan demikian ketiga komponen ini memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya autooksidasi lipid, berperan sebagai pengkelat logam, mereduksi komponen nitrit, serta mencegah pembentukan nitrosamin. Zhang et al. (2007) menunjukkan bahwa antioksidan yang terdapat pada daun bambu mampu menurunkan kadar akrilamida pada kentang goreng hingga 76.1% tanpa menguba sensori produk secara signifikan. Penelitian ini mensubtitusikan akrilamidia dangan asam borak dan menilai hasilnya.

2.3 TehTeh merupakan minuman yang digemari oleh semua orang dari berbagai

tingkatan umur serta dari berbagai kalangan. Kegemaran masayrakat Indonesia meminum teh dikarenakan manfaat yang terkandung dalam teh itu sendiri (www.rasabaru.com). Teh daun bambu awalnya berasal dari tanaman bambu yang tumbu di Hokaido, Jepang, Teh daun bambu ini berwarna kehijauan, dan terkenal dengan kandungan alkalinya. Selain itu the ini kaya akan asam amino dan vitamin. (melati,2008)

Kebiasaan minum teh bambu di Cina sudah ada sejak dinasti Tang. Teh bambu merupakan salah satu teh yang ada dalam acara minum teh yang hanya diikuti oleh kaum bangsawan pada saat itu. Karena kepopuleran teh bambu pada saat itu membuat para saudagar cina mebawa tren itu ke berbagai wilayah

Page 5: BAB I

termasuk jepang. Dengan tren tersebut akhirnya jepang mampu menjadikan teh bambu sebagai teh yang sangat diminati. Karena Selain rasanya yang enak teh bambu sangat bermanfaat bagi kesehatan.(http://about-chinesefood.com/cookbook)

BAB III

METODE PENDEKATAN