bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang
Sisdiknas No.20 tahun 2003).
Mentauhidkan Allah adalah ajaran pokok yang disampaikan oleh setiap
Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah sejak awal sejarah kemanusiaan. Namun
sejarah kemanusiaan penuh dengan kegagalan-kegagalan manusia dalam
menghayati ajaran tauhid ini, sehingga setiap kali ajaran yang murni dan pasti ini
perlu diperbaharui atau dikoreksi oleh rasul-rasul berikutnya sesudah mengalami
beberapa penyimpangan yang membahayakan nilai-nilai kemanusiaan.
Hidup dan kehidupan manusia di muka bumi ini bukanlah suatu kehidupan
kebetulan yang tidak mempunyai tujuan serta bebas melakukan segala sesuatu
pekerjaan dengan mengikuti kehendak perasaan dan keinginan tanpa ada batas
dan tanggung jawab, seperti yang diucapkan seorang penyair bahwa hidup ini
adalah panggung sandiwara, tapi hidup manusia adalah kehidupan atas rancangan
yang maha sempurna dari Allah SWT tuhan pencipta semesta alam.
1
2
Tugas manusia di muka bumi ini tiada lain hanya untuk mengabdi kepada
Allah SWT, sang pencipta alam semesta. Dalam kontek lain manusia terlahir ke
dunia adalah sebagai khalifah, seperti tercantum dalam surat Al-An’am 165 yaitu :
Firman Allah SWT
Ayat 165. Artinya : Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Sawabi Ichsan,dkk, 1998:150)
Diciptakan-Nya manusia menjadi khalifah di muka bumi dengan perintah
serta tugas memelihara bumi dengan berlandaskankan syariat. Untuk menjalankan
tugasnya itu manusia dianugerahi secara bertahap dengan perangkat yang
sempurna, tahapan yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat memiliki
waktu untuk mengembangkan potensinya.
Tugas beribadah mengabdikan diri kepada Allah dalam rangka
melaksanakan segala aktivitas pengurusan bumi ini harus dikerjakan dengan
perasaan ikhlas mencari keridhoan Allah semata. Kesiapan dan keikhlasan
mengabdi harus dilandasi dengan iman dan keimanan yang kokoh, sehingga pada
proses selanjutnya melahirkan suatu gerak sosial yang islami serta menjadikan
setiap langkah menjadi ibadah. Konsep iman dan ibadah inilah yang bisa
melahirkan manusia-manusia yang beruntung.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai
tanggung jawab untuk mendidik siswa. Untuk itu sekolah menyelenggarakan
3
kegiatan pembelajaran sebagai realisasi pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Mohamad Surya (2003: 11), pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
Standar Kompetensi adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik (siswa) untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan. (Depag, 2005: 21) Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan
Agama Islam merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik yang menjadiakan siswa
manusia berguna bagi nusa, bangsa, Negara dan agama serta berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut, dibutuhkan
peningkatkan motivasi siswa. Guru memiliki peran penting dalam menjembatani
peningkatan motivasi siswa tersebut, karena fungsi guru menurut Endin Nasrudin,
(2008 : 123), mempunyai fungsi sebagai berikut :
Fungsi utama seorang guru/pendidik adalah : (1) Sebagai pembina kebudayaan, (2) Sebagai pembina/pengembang kepribadian anak, serta ; (3) Sebagai mediator demokrasi.
Sebagai pembina kebudayaan, maka guru melalui pandangan-pandangannya, pemikiran- pemikirannya maka ia mengajarkan pada anak-anak tentang sikap pengetahuan, melalui mata pelajaran yang diajarkannya di setiap sekolah. Dengan perencanaan guru, maka nilai-nilai kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat akan diteruskan pada generasi berikutnya. Itulah sebabnya maka pendidikan dapat diartikan sebagai alat untuk merekonstruksi masyarakat (sosial reconstruction).
4
Sebagai pembina atau pengembang kepribadian anak, seorang guru melalui mata pelajaran serta sumber identifikasi maka secara perlahan-lahan guru akan menanamkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan pada anak. Nilai-nilai itu menjadi bagian dari anak yang pada akhirnya menjadi komponen kepribadian anak sebagai suatu keutuhan. Guru merupakan contoh dan suri tauladan yang baik bagi anak dalam perkembangannya menuju kedewasaan jasmani dan rohani. Anak yang telah menjadi dewasa ini akan dapat menampakkan suatu kepribadian yang utuh.
Sebagai mediator demokrasi. Guru di samping berfungsi sebagai pembina kebudayaan dan kepribadian, juga berfungsi untuk meneruskan/mengoper demokrasi dan sekaligus menanamkan nilai agama yang baik dan benar pada anak. Nilai-nilai demokrasi pada agama tersebut akan terintegrasi secara utuh dalam kepribadian setiap anak. Hal ini dpat dicapai melalui penyajian setiap mata pelajaran yang harus terintegrasi secara simultan.
Sesuai pemikiran di atas maka guru agama dituntut mengadakan inovasi-
inovasi, baik dari segi strategi, metode, pendekatan dan penilaian terhadap peserta
didik. motivasi juga dapat memberikan data yang otentik tentang prestasi belajar
serta terhindar dari manipulasi data, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam
dapat tercapai secara optimal, efektif dan efesien.
Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan
dalam belajar. Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta
didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan
atau dilihat melalui hasil belajarnya (Muhibinsyah, 1995: 150). Ada tiga ranah
(aspek) yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Permasalahan dilapangan tidak semua siswa memiliki kemampuan yang
sama untuk mecapai keberhasilannya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar, antara lain : faktor internal,
eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yang mempengaruhi
5
kemampuan siswa dalam belajar antara lain kesehatan siswa dan intelegensinya.
Siswa yang sehat dan mempunyai intelegensi yang baik akan mempunyai
kesiapan yang lebih baik dalam belajar sehingga kemampuan belajarnya dapat
optimal. Sebaliknya siswa yang kurang sehat (sedang sakit) akan sulit menerima
pelajaran sehingga kurang optimal kemampuan belajarnya. Faktor eksternal
adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang mendukung akan
membuat siswa mudah untuk menerima pelajaran, sebaliknya lingkungan keluarga
yang tidak mendukung, akan membuat siswa tidak tenang dalam belajar sehingga
kemampuan siswa menjadi tidak optimal. Faktor pendekatan belajar yang berbeda
juga akan memberikan kemampuan belajar yang berbeda. Siswa yang belajar
secara mendalam akan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik daripada
siswa yang hanya belajar sambil lalu saja (tidak mendalam).
Berdasarkan hasil observasi terdahulu di SMP Islam Masagi Pasirmalang
Kabupaten Sukabumi, didapat informasi bahwa di SMP Islam Masagi
Pasirmalang Kabupaten Sukabumi, pelaksanaan pendidikan keimanan telah
dilaksanakan dengan seoptimal mungkin. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai
siswanya tujuh koma nol. Namun hal lain didapat pula informasi bahwa masih
terdapat siswa yang belum hapal tentang rukun Islam, rukun iman, bahkan ada
yang tidak bisa baca tulis Al-Qur’an.
Uraian di atas menimbulkan pertanyaan mengapa masih banyak siswa
yang belum memahami rukun Islam, rukun Iman, belum bisa membaca baca Al-
Qur’an? Apakah ada hubungannya dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI
? untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan merumuskannya
6
dalam sebuah judul “TANGGAPAN SISWA TERHADAP PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KEIMANAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS VII SMP ISLAM MASAGI
PASIRMALANG”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan?
2. Bagaimana Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi
Pasirmalang?
3. Bagaimana hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Keimanan dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi
Pasirmalang?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian untuk mengetahui :
1.1 Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan.
1.2 Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi
Pasirmalang.
1.3 Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan
dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi
Pasirmalang.
2. Kegunaan penelitian
7
2.1 Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah bahwa Tanggapan Siswa
Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan harus menimbulkan
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. namun hal tersebut bukanlah
hal yang mudah tapi membutuhkan pembinaan yang serius, terus
menerus dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2.2 Secara praktis kegunaan penelitian ini bagi Guru dapat membimbing
dan mendidik secara intensif dalam membentuk Tanggapan Siswa
Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan, sehingga dalam diri siswa
terbentuk Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Bagi peneliti hasil
penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan dengan
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sedangkan bagi STAI sebagai
bahan masukan dari temuan peneliti dan dijadikan masukan dalam
khasanah kajian ilmu pengetahuan.
D. Kerangka Pemikiran
Agus Sujanto (1990:35) mengemukakan bahwa dengan tanggapan kita
dapat mengasosiasikan dan memproduksi sehingga asosiasi diartikan sebagai
kekuatan untuk menghubungkan tanggapan-tanggapan. Sumadi Suryabrata
(1990:65) beliau menyatakan bahwa tanggapan hanya mempunyai peranan yang
terbatas yaitu sebagai bahan ilustrasi, untuk memudahkan pemecahan problem,
dan sebagai bahan verifikasi, untuk menguji kebenaran suatu pemecahan.
Walaupun Sumadi Suryabrata di atas menyatakan bahwa tanggapan hanya
memiliki peranan yang sedikit namun tanggapan sangat penting untuk proses
8
berfikir. Terlebih lagi dalam pemecahan masalah, maka tanggapan berfungsi
sebagai bahan ilustrasi dan verifikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
melalui asosiasi dan reproduksi tanggapan seseorang dapat digunakan untuk
proses berfikir dan memecahkan suatu masalah.
Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan penulis merujuk pada
pendapat Sardiman (1992:215) bahwa indicator tanggapan itu adalah 1) keinginan
untuk bertindak/berpartisifasi aktif, 2) membacakan/mendengarkan, 3) melihat, 4)
menimbulkan/membangkitkan perasaan dan 5) mengamati.
Untuk mendalami variabel ke dua yaitu Motivasi Belajar Pada Mata
Pelajaran PAI, penulis mengacu pada pendapat Abdurahman Saleh dkk (1981:36)
yang menyatakan:
“Motivasi merupakan suatu reaksi pilihan (anticifactory) bagi tercapainya suatu tujuan dari pada tingkah lakunya. Manusia memiliki sejumlah perhatian terhadap lingkungannya dan motivasi ini merupakan pengarahan batiniyah terhadap suatu obyek tertentu. Dan dengan demikian sikapnya yang paling dilandasi motivasi ini merupakan sikap pilihan yang dianggap cocok tertuju kepada obyek tingkah laku yang bersangkutan”.
Adapun untuk indikatornya sebagai berikut :
1. Sambutan atau penerimaan, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk menerima serta memperhatikan materi yang disampaikan.
2. Tanggapan, yaitu reaksi atas rangsangan pelajaran yang sedang diikuti, sehingga timbul persetujuan untuk mampu menanggapinya secara suka rela dan akhirnya menimbulkan rasa puas.
3. Penghargaan, yaitu apresiasi atau nilai-nilai yang diyakini sehingga tumbuh rasa keterikatan atau kesetiaan tanggung jawab bagi nilai-nilai tesebut.
4. Organisasi, yaitu penkonsepan nilai-nilai dan penilaian dalam menetapkan interelasi antara nilai-nilai untuk menentukan alternatif-alternatif kebijaksanaan yang karakteristik
5. Karakterisasi, yaitu internalisasi nilai-nilai sehingga merupakan kepribadian atau pilsafat hidup (Anomimous, 1984:100)
9
Untuk mempermudah dalam memahami kerangka pemikiran di atas
berikut ini penulis gambarkan skemanya.
E. Hipotesis
Pengertian hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (1998:64) adalah
jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah
yang telah dirumuskan. Menurut Winarno Surakhmad (1982:46) Hipotesis itu
suatu jawaban/dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi
jawaban yang benar.
Sesuai dengan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah : “Semakin baik Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan
semakin baik pula Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sebaliknya semakin
buruk Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, semakin buruk pula
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI”.
KORELASI
Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI
Keinginan untuk bertindak/berpartisifasi aktif,
Membacakan/mendengarkan,Melihat,menimbulkan/membangkitkan
perasaan danmengamati.
Sambutan atau penerimaan,Tanggapan,Penghargaan,Organisasi,Karakterisasi.
RESPONDEN
10
F. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Dengan
metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi data. (Winarno Surakhmad, 1982 : 139).
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif untuk mengetahui
Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi
Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Sedangkan data pendukung adalah jenis data
kuantitatif yang berbentuk angka-angka sarana prasarana tenaga pendidik dan
siswa yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.
3. Sumber Data
3.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian diperoleh dengan cara terjun langsung ke objek
penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi yang nyata tentang
Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi
Belajar Pada Mata Pelajaran PAI
3.2 Populasi dan Sampel
Penelitian populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga (Suharsimi Arikunto, 1993:107), Untuk sekedar ancer-
11
ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Adapun populasi dalam penelitian ini sejumlah 37 orang siswa, kelas VII,
dari semua siswa/siswi SMP Islam Masagi Pasirmalang, Tahun Pelajaran
2012/2013, diambil sampel sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 183
siswa. Adapun teknik sampel yang digunakan adalah sampel berstrata. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IPopulasi dan Sampel
No KelasSampel
JumlahLaki-laki
20% Perempuan 20%
1 VII 103 20.60 80 16.00 183
Jumlah 103 20.60 80 16.00 183 x 20% = 37
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :
4.1 Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998 ; 146) observasi adalah suatu studi
yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan
jalan pengamatan. Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap Tanggapan
Siswa Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang lebih jelas guna melengkapi data hasil wawancara dan
angket.
12
4.2 Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya yaitu
hal-hal yang ia ketahui, Suharsimi Arikunto (1998:140). Penulis menyediakan 10
item pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yang berkaitan dengan
Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan (Variabel X) sekaligus
ditentukan kriteria penilaiannya terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran
PAI(Variabel Y), hasil perhitungan yang diperoleh dari responden (sampel
penelitian) bersifat obyektif dan murni.
4.3 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara, Suharsimi Arikunto (1997:145).
Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, dan Guru Agama. Untuk
memperoleh informasi yang dapat memperkuat hasil penelitian dari angket
melalui tanya jawab berkisar tentang permasalahan yang diteliti.
5. Analisis Data
Analisis data penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: (Variabel X)
Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan , dan (Variabel Y) Motivasi
Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka untuk melakukan proses pengolahan data
terhadap kedua variabel itu, selanjutnya disebarkan angket pertanyaan, sedangkan
untuk memudahkan melakukan pengukuran dan penilaian hasil yang akan
diperoleh, maka setiap item pertanyaan telah disertai dengan standar penilaian
13
untuk alternatif jawabannya. Data tersebut selanjutnya diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
5.1 Analisis Parsial
Proses analisis ini adalah dengan mengadakan analisis terhadap masing-
masing variabel (Variabel X dan Y) dengan cara menghitung rata-rata penilaian
terhadap masing-masing indikator kedua variabel tersebut sehingga dapat
diketahui bagaimana penilaian tiap-tiap item keseluruhan dari kedua variabel
dengaan langkah sebagai berikut :
5.1.1 Analisis Parsial Perindikator
Variabel X dengan rumus :
Variabel Y dengan rumus :
Kemudian diinterpretasikan ke dalam skala 5 norma absolut yaitu :
0,1-1,5 : Rendah sekali
1,5-2,5 : Rendah
2,5-3,5 : Cukup
3,5-4,5 : Tinggi
4,5-5,5 : Tinggi sekali (Muhibbin Syah, 2001 : 153)
5.1.2 Menghitung jumlah skor indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran
PAI untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya masing-masing item dari tiap-
tiap indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka akan dilihat dari
kriteria berikut :
-Antara 80 - 100 = Istimewa
-Antara 70 - 79 = Baik
14
-Antara 60 - 69 = Cukup
-Antara 50 - 59 = Kurang
-Antara 0 - 49 = Gagal
5.1.3 Membuat daftar distribusi frekuensi
- Menentukan rentang dengan rumus : r = xt - xr + 1
- Menentukan kelas dengan rumus : i = 1+3,3 log n
- Jumlah interval dengan rumus : i =
5.1.4 Menentukan Mean ( ) dengan rumus:
5.1.5 Menentukan Median : Md = b + p (Subana dkk, 2000 : 74)
5.1.6 Menentukan Modus : Mo = 3.Md - (Anas Sudjono, 1996 : 103)
5.1.7 Menentukan standar deviasi (SD), yaitu :
SD =
5.1.8. Mencari nilai chi kuadrat daftar dengan taraf sifnifikan 5 %
5.2 Analisis Korelasi
- Persamaan regresi linier dengan rumus : Y = a + bX
(Sudjana, 2002 : 315)
- Menentukan jumlah kuadrat (Jka) dengan rumus : Jka =
(Sudjana, 2002 : 327)
- Menentukan jumlah kuadrat kekeliruan, yaitu :
15
JK (E) = (Sudjana, 2002 : 331)
5.3 Koefisiensi korelasi product moment :
(Anas Sudjono, 1996 :
103)
5.4 Menghitung Signifikai Korelasi Kedua Variabel dengan Rumus :
(Sudjana, 2002 : 37)
5.5 Menghitung Besarnya Pengaruh Dengan Rumus :
E = 100(1-K)
E = Indeks efisiensi ramalan
100:1 = angka konstan
K = derajat tidak ada korelasi
5.6 Penafsiran dengan Standar Konservatif
0,0 - 0,20 = Tidak ada korelasi
0,21 - 0,40 = Korelasi rendah
0,41 - 0,60 = Korelasi sedang
0,61 - 0,80 = Korelasi tinggi
0,81 - 1,00 = Korelasi sangat tinggi (Suharsimi, 2001 : 75)