bab i

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003). Mentauhidkan Allah adalah ajaran pokok yang disampaikan oleh setiap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah sejak awal sejarah kemanusiaan. Namun sejarah kemanusiaan penuh dengan kegagalan-kegagalan manusia dalam menghayati ajaran tauhid ini, sehingga setiap kali ajaran yang murni dan pasti ini perlu diperbaharui atau dikoreksi oleh rasul-rasul berikutnya sesudah 1

Upload: shofiyuddin-mufti

Post on 02-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang

Sisdiknas No.20 tahun 2003).

Mentauhidkan Allah adalah ajaran pokok yang disampaikan oleh setiap

Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah sejak awal sejarah kemanusiaan. Namun

sejarah kemanusiaan penuh dengan kegagalan-kegagalan manusia dalam

menghayati ajaran tauhid ini, sehingga setiap kali ajaran yang murni dan pasti ini

perlu diperbaharui atau dikoreksi oleh rasul-rasul berikutnya sesudah mengalami

beberapa penyimpangan yang membahayakan nilai-nilai kemanusiaan.

Hidup dan kehidupan manusia di muka bumi ini bukanlah suatu kehidupan

kebetulan yang tidak mempunyai tujuan serta bebas melakukan segala sesuatu

pekerjaan dengan mengikuti kehendak perasaan dan keinginan tanpa ada batas

dan tanggung jawab, seperti yang diucapkan seorang penyair bahwa hidup ini

adalah panggung sandiwara, tapi hidup manusia adalah kehidupan atas rancangan

yang maha sempurna dari Allah SWT tuhan pencipta semesta alam.

1

Page 2: BAB I

2

Tugas manusia di muka bumi ini tiada lain hanya untuk mengabdi kepada

Allah SWT, sang pencipta alam semesta. Dalam kontek lain manusia terlahir ke

dunia adalah sebagai khalifah, seperti tercantum dalam surat Al-An’am 165 yaitu :

Firman Allah SWT

Ayat 165. Artinya : Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Sawabi Ichsan,dkk, 1998:150)

Diciptakan-Nya manusia menjadi khalifah di muka bumi dengan perintah

serta tugas memelihara bumi dengan berlandaskankan syariat. Untuk menjalankan

tugasnya itu manusia dianugerahi secara bertahap dengan perangkat yang

sempurna, tahapan yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat memiliki

waktu untuk mengembangkan potensinya.

Tugas beribadah mengabdikan diri kepada Allah dalam rangka

melaksanakan segala aktivitas pengurusan bumi ini harus dikerjakan dengan

perasaan ikhlas mencari keridhoan Allah semata. Kesiapan dan keikhlasan

mengabdi harus dilandasi dengan iman dan keimanan yang kokoh, sehingga pada

proses selanjutnya melahirkan suatu gerak sosial yang islami serta menjadikan

setiap langkah menjadi ibadah. Konsep iman dan ibadah inilah yang bisa

melahirkan manusia-manusia yang beruntung.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

tanggung jawab untuk mendidik siswa. Untuk itu sekolah menyelenggarakan

Page 3: BAB I

3

kegiatan pembelajaran sebagai realisasi pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Mohamad Surya (2003: 11), pembelajaran adalah suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Standar Kompetensi adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik (siswa) untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan

merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan

pembiasaan. (Depag, 2005: 21) Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan

Agama Islam merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik yang menjadiakan siswa

manusia berguna bagi nusa, bangsa, Negara dan agama serta berakhlak mulia.

Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut, dibutuhkan

peningkatkan motivasi siswa. Guru memiliki peran penting dalam menjembatani

peningkatan motivasi siswa tersebut, karena fungsi guru menurut Endin Nasrudin,

(2008 : 123), mempunyai fungsi sebagai berikut :

Fungsi utama seorang guru/pendidik adalah : (1) Sebagai pembina kebudayaan, (2) Sebagai pembina/pengembang kepribadian anak, serta ; (3) Sebagai mediator demokrasi.

Sebagai pembina kebudayaan, maka guru melalui pandangan-pandangannya, pemikiran- pemikirannya maka ia mengajarkan pada anak-anak tentang sikap pengetahuan, melalui mata pelajaran yang diajarkannya di setiap sekolah. Dengan perencanaan guru, maka nilai-nilai kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat akan diteruskan pada generasi berikutnya. Itulah sebabnya maka pendidikan dapat diartikan sebagai alat untuk merekonstruksi masyarakat (sosial reconstruction).

Page 4: BAB I

4

Sebagai pembina atau pengembang kepribadian anak, seorang guru melalui mata pelajaran serta sumber identifikasi maka secara perlahan-lahan guru akan menanamkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan pada anak. Nilai-nilai itu menjadi bagian dari anak yang pada akhirnya menjadi komponen kepribadian anak sebagai suatu keutuhan. Guru merupakan contoh dan suri tauladan yang baik bagi anak dalam perkembangannya menuju kedewasaan jasmani dan rohani. Anak yang telah menjadi dewasa ini akan dapat menampakkan suatu kepribadian yang utuh.

Sebagai mediator demokrasi. Guru di samping berfungsi sebagai pembina kebudayaan dan kepribadian, juga berfungsi untuk meneruskan/mengoper demokrasi dan sekaligus menanamkan nilai agama yang baik dan benar pada anak. Nilai-nilai demokrasi pada agama tersebut akan terintegrasi secara utuh dalam kepribadian setiap anak. Hal ini dpat dicapai melalui penyajian setiap mata pelajaran yang harus terintegrasi secara simultan.

Sesuai pemikiran di atas maka guru agama dituntut mengadakan inovasi-

inovasi, baik dari segi strategi, metode, pendekatan dan penilaian terhadap peserta

didik. motivasi juga dapat memberikan data yang otentik tentang prestasi belajar

serta terhindar dari manipulasi data, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam

dapat tercapai secara optimal, efektif dan efesien.

Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan

dalam belajar. Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta

didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan

atau dilihat melalui hasil belajarnya (Muhibinsyah, 1995: 150). Ada tiga  ranah

(aspek) yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar, yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Permasalahan dilapangan tidak semua siswa memiliki kemampuan yang

sama untuk mecapai keberhasilannya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang

mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar, antara lain : faktor internal,

eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yang mempengaruhi

Page 5: BAB I

5

kemampuan siswa dalam belajar antara lain kesehatan siswa dan intelegensinya.

Siswa yang sehat dan mempunyai intelegensi yang baik akan mempunyai

kesiapan yang lebih baik dalam belajar sehingga kemampuan belajarnya dapat

optimal. Sebaliknya siswa yang kurang sehat (sedang sakit) akan sulit menerima

pelajaran sehingga kurang optimal kemampuan belajarnya. Faktor eksternal

adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang mendukung akan

membuat siswa mudah untuk menerima pelajaran, sebaliknya lingkungan keluarga

yang tidak mendukung, akan membuat siswa tidak tenang dalam belajar sehingga

kemampuan siswa menjadi tidak optimal. Faktor pendekatan belajar yang berbeda

juga akan memberikan kemampuan belajar yang berbeda. Siswa yang belajar

secara mendalam akan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik daripada

siswa yang hanya belajar sambil lalu saja (tidak mendalam).

Berdasarkan hasil observasi terdahulu di SMP Islam Masagi Pasirmalang

Kabupaten Sukabumi, didapat informasi bahwa di SMP Islam Masagi

Pasirmalang Kabupaten Sukabumi, pelaksanaan pendidikan keimanan telah

dilaksanakan dengan seoptimal mungkin. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai

siswanya tujuh koma nol. Namun hal lain didapat pula informasi bahwa masih

terdapat siswa yang belum hapal tentang rukun Islam, rukun iman, bahkan ada

yang tidak bisa baca tulis Al-Qur’an.

Uraian di atas menimbulkan pertanyaan mengapa masih banyak siswa

yang belum memahami rukun Islam, rukun Iman, belum bisa membaca baca Al-

Qur’an? Apakah ada hubungannya dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI

? untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan merumuskannya

Page 6: BAB I

6

dalam sebuah judul “TANGGAPAN SISWA TERHADAP PELAKSANAAN

PENDIDIKAN KEIMANAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS VII SMP ISLAM MASAGI

PASIRMALANG”

 B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan?

2. Bagaimana Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang?

3. Bagaimana hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan

Keimanan dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian untuk mengetahui :

1.1 Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan.

1.2 Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang.

1.3 Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan

dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang.

2. Kegunaan penelitian

Page 7: BAB I

7

2.1 Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah bahwa Tanggapan Siswa

Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan harus menimbulkan

Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. namun hal tersebut bukanlah

hal yang mudah tapi membutuhkan pembinaan yang serius, terus

menerus dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.2 Secara praktis kegunaan penelitian ini bagi Guru dapat membimbing

dan mendidik secara intensif dalam membentuk Tanggapan Siswa

Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan, sehingga dalam diri siswa

terbentuk Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Bagi peneliti hasil

penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya

Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan dengan

Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sedangkan bagi STAI sebagai

bahan masukan dari temuan peneliti dan dijadikan masukan dalam

khasanah kajian ilmu pengetahuan.

D. Kerangka Pemikiran

Agus Sujanto (1990:35) mengemukakan bahwa dengan tanggapan kita

dapat mengasosiasikan dan memproduksi sehingga asosiasi diartikan sebagai

kekuatan untuk menghubungkan tanggapan-tanggapan. Sumadi Suryabrata

(1990:65) beliau menyatakan bahwa tanggapan hanya mempunyai peranan yang

terbatas yaitu sebagai bahan ilustrasi, untuk memudahkan pemecahan problem,

dan sebagai bahan verifikasi, untuk menguji kebenaran suatu pemecahan.

Walaupun Sumadi Suryabrata di atas menyatakan bahwa tanggapan hanya

memiliki peranan yang sedikit namun tanggapan sangat penting untuk proses

Page 8: BAB I

8

berfikir. Terlebih lagi dalam pemecahan masalah, maka tanggapan berfungsi

sebagai bahan ilustrasi dan verifikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

melalui asosiasi dan reproduksi tanggapan seseorang dapat digunakan untuk

proses berfikir dan memecahkan suatu masalah.

Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan penulis merujuk pada

pendapat Sardiman (1992:215) bahwa indicator tanggapan itu adalah 1) keinginan

untuk bertindak/berpartisifasi aktif, 2) membacakan/mendengarkan, 3) melihat, 4)

menimbulkan/membangkitkan perasaan dan 5) mengamati.

Untuk mendalami variabel ke dua yaitu Motivasi Belajar Pada Mata

Pelajaran PAI, penulis mengacu pada pendapat Abdurahman Saleh dkk (1981:36)

yang menyatakan:

“Motivasi merupakan suatu reaksi pilihan (anticifactory) bagi tercapainya suatu tujuan dari pada tingkah lakunya. Manusia memiliki sejumlah perhatian terhadap lingkungannya dan motivasi ini merupakan pengarahan batiniyah terhadap suatu obyek tertentu. Dan dengan demikian sikapnya yang paling dilandasi motivasi ini merupakan sikap pilihan yang dianggap cocok tertuju kepada obyek tingkah laku yang bersangkutan”.

Adapun untuk indikatornya sebagai berikut :

1. Sambutan atau penerimaan, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk menerima serta memperhatikan materi yang disampaikan.

2. Tanggapan, yaitu reaksi atas rangsangan pelajaran yang sedang diikuti, sehingga timbul persetujuan untuk mampu menanggapinya secara suka rela dan akhirnya menimbulkan rasa puas.

3. Penghargaan, yaitu apresiasi atau nilai-nilai yang diyakini sehingga tumbuh rasa keterikatan atau kesetiaan tanggung jawab bagi nilai-nilai tesebut.

4. Organisasi, yaitu penkonsepan nilai-nilai dan penilaian dalam menetapkan interelasi antara nilai-nilai untuk menentukan alternatif-alternatif kebijaksanaan yang karakteristik

5. Karakterisasi, yaitu internalisasi nilai-nilai sehingga merupakan kepribadian atau pilsafat hidup (Anomimous, 1984:100)

Page 9: BAB I

9

Untuk mempermudah dalam memahami kerangka pemikiran di atas

berikut ini penulis gambarkan skemanya.

E. Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (1998:64) adalah

jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah

yang telah dirumuskan. Menurut Winarno Surakhmad (1982:46) Hipotesis itu

suatu jawaban/dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi

jawaban yang benar.

Sesuai dengan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini

adalah : “Semakin baik Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan

semakin baik pula Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sebaliknya semakin

buruk Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, semakin buruk pula

Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI”.

KORELASI

Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan

Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI

Keinginan untuk bertindak/berpartisifasi aktif,

Membacakan/mendengarkan,Melihat,menimbulkan/membangkitkan

perasaan danmengamati.

Sambutan atau penerimaan,Tanggapan,Penghargaan,Organisasi,Karakterisasi.

RESPONDEN

Page 10: BAB I

10

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, yaitu pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Dengan

metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi

meliputi analisis dan interpretasi data. (Winarno Surakhmad, 1982 : 139).

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif untuk mengetahui

Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi

Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Sedangkan data pendukung adalah jenis data

kuantitatif yang berbentuk angka-angka sarana prasarana tenaga pendidik dan

siswa yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.

3. Sumber Data

3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian diperoleh dengan cara terjun langsung ke objek

penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi yang nyata tentang

Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi

Belajar Pada Mata Pelajaran PAI

3.2 Populasi dan Sampel

Penelitian populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang

ciri-cirinya akan diduga (Suharsimi Arikunto, 1993:107), Untuk sekedar ancer-

Page 11: BAB I

11

ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Adapun populasi dalam penelitian ini sejumlah 37 orang siswa, kelas VII,

dari semua siswa/siswi SMP Islam Masagi Pasirmalang, Tahun Pelajaran

2012/2013, diambil sampel sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 183

siswa. Adapun teknik sampel yang digunakan adalah sampel berstrata. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IPopulasi dan Sampel

 

No KelasSampel

JumlahLaki-laki

20% Perempuan 20%

1 VII 103 20.60 80 16.00 183

Jumlah 103 20.60 80 16.00 183 x 20% = 37

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :

4.1 Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 ; 146) observasi adalah suatu studi

yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan

jalan pengamatan. Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap Tanggapan

Siswa Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Dengan tujuan untuk

mendapatkan data yang lebih jelas guna melengkapi data hasil wawancara dan

angket.

Page 12: BAB I

12

4.2 Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya yaitu

hal-hal yang ia ketahui, Suharsimi Arikunto (1998:140). Penulis menyediakan 10

item pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yang berkaitan dengan

Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan (Variabel X) sekaligus

ditentukan kriteria penilaiannya terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran

PAI(Variabel Y), hasil perhitungan yang diperoleh dari responden (sampel

penelitian) bersifat obyektif dan murni.

4.3 Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara, Suharsimi Arikunto (1997:145).

Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, dan Guru Agama. Untuk

memperoleh informasi yang dapat memperkuat hasil penelitian dari angket

melalui tanya jawab berkisar tentang permasalahan yang diteliti.

5. Analisis Data

Analisis data penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: (Variabel X)

Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan , dan (Variabel Y) Motivasi

Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka untuk melakukan proses pengolahan data

terhadap kedua variabel itu, selanjutnya disebarkan angket pertanyaan, sedangkan

untuk memudahkan melakukan pengukuran dan penilaian hasil yang akan

diperoleh, maka setiap item pertanyaan telah disertai dengan standar penilaian

Page 13: BAB I

13

untuk alternatif jawabannya. Data tersebut selanjutnya diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

5.1 Analisis Parsial

Proses analisis ini adalah dengan mengadakan analisis terhadap masing-

masing variabel (Variabel X dan Y) dengan cara menghitung rata-rata penilaian

terhadap masing-masing indikator kedua variabel tersebut sehingga dapat

diketahui bagaimana penilaian tiap-tiap item keseluruhan dari kedua variabel

dengaan langkah sebagai berikut :

5.1.1 Analisis Parsial Perindikator

Variabel X dengan rumus :

Variabel Y dengan rumus :

Kemudian diinterpretasikan ke dalam skala 5 norma absolut yaitu :

0,1-1,5 : Rendah sekali

1,5-2,5 : Rendah

2,5-3,5 : Cukup

3,5-4,5 : Tinggi

4,5-5,5 : Tinggi sekali (Muhibbin Syah, 2001 : 153)

5.1.2 Menghitung jumlah skor indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran

PAI untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya masing-masing item dari tiap-

tiap indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka akan dilihat dari

kriteria berikut :

-Antara 80 - 100 = Istimewa

-Antara 70 - 79 = Baik

Page 14: BAB I

14

-Antara 60 - 69 = Cukup

-Antara 50 - 59 = Kurang

-Antara 0 - 49 = Gagal

5.1.3 Membuat daftar distribusi frekuensi

- Menentukan rentang dengan rumus : r = xt - xr + 1

- Menentukan kelas dengan rumus : i = 1+3,3 log n

- Jumlah interval dengan rumus : i =

5.1.4 Menentukan Mean ( ) dengan rumus:

5.1.5 Menentukan Median : Md = b + p (Subana dkk, 2000 : 74)

5.1.6 Menentukan Modus : Mo = 3.Md - (Anas Sudjono, 1996 : 103)

5.1.7 Menentukan standar deviasi (SD), yaitu :

SD =

5.1.8. Mencari nilai chi kuadrat daftar dengan taraf sifnifikan 5 %

5.2 Analisis Korelasi

- Persamaan regresi linier dengan rumus : Y = a + bX

(Sudjana, 2002 : 315)

- Menentukan jumlah kuadrat (Jka) dengan rumus : Jka =

(Sudjana, 2002 : 327)

- Menentukan jumlah kuadrat kekeliruan, yaitu :

Page 15: BAB I

15

JK (E) = (Sudjana, 2002 : 331)

5.3 Koefisiensi korelasi product moment :

(Anas Sudjono, 1996 :

103)

5.4 Menghitung Signifikai Korelasi Kedua Variabel dengan Rumus :

(Sudjana, 2002 : 37)

5.5 Menghitung Besarnya Pengaruh Dengan Rumus :

E = 100(1-K)

E = Indeks efisiensi ramalan

100:1 = angka konstan

K = derajat tidak ada korelasi

5.6 Penafsiran dengan Standar Konservatif

0,0 - 0,20 = Tidak ada korelasi

0,21 - 0,40 = Korelasi rendah

0,41 - 0,60 = Korelasi sedang

0,61 - 0,80 = Korelasi tinggi

0,81 - 1,00 = Korelasi sangat tinggi (Suharsimi, 2001 : 75)