bab i
DESCRIPTION
bab iTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) sampai saat ini masih menjadi fokus
perhatian dunia di bidang kesehatan. Diperkirakan 1/3 penduduk dunia pernah
terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Indonesia menempati peringkat ke tiga
setelah India dan China dengan jumlah kasus TB sebanyak 10% dari total kasus yang
ada di seluruh dunia (Depkes RI 2009).
Sejak tahun 1995, WHO telah merekomendasikan suatu program pemberantasan
TB Paru yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse). Penanggulangan TB Paru dengan metode ini telah terbukti memberikan
hasil yang positif hampir di seluruh dunia (Depkes RI 2009).
Untuk menemukan penderita TB diperlukan adanya pemeriksaan terhadap suspek
/ tersangka penderita TB. Suspek TB dalam hal ini adalah seseorang dengan gejala
batuk lebih dari tiga minggu dengan gejala tambahan seperti batuk darah, dahak
bercampur darah, sesak nafas, nyeri dada, berkeringat pada malam hari tanpa aktivitas
berat, nafsu makan menurun, berat badan turun dan badan lemah (Hiswani 2004).
Puskesmas dalam hal ini melakukan upaya berupa program pemberantasan
penyakit menular (P2TB) dengan metode passive case finding, yaitu penderita datang
sendiri ke unit pelayanan kesehatan dan diberikan tatalaksana sesuai dengan ketentuan.
Akan tetapi baik dalam hal jumlah cakupan ataupun penemuan kasus TB BTA (+) di
Puskesmas Rawat Inap Grabag I masih jauh dari target yang ditentukan Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang (Profil Puskesmas Grabag).
1.2 Perumusan Masalah
Penemuan kasus TB BTA (+) di Puskesmas Rawat Inap Grabag I masih berada
dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten magelang karena itulah
penulis menganggap hal ini perlu untuk diangkat dan dicarikan pemecahan masalahnya.
1.3 Tujuan Kegiatan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab rendahnya angka penemuan kasus TB BTA (+) di
Puskesmas Rawat Inap Grabag I.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menganalisis penyebab masalah melalui pendekatan sistem.
1
2
1.3.2.2 Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap masalah-masalah
yang ditemukan.
1.3.2.3 Membuat suatu rencana kerja sebagai solusi atas masalah-masalah
yang ditemukan.
1.4 Batasan Masalah
1.4.1 Batasan Judul
Rencana Peningkatan Penemuan Kasus TB BTA Positif di Puskesmas
Rawat Inap Grabag I, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Periode
Januari – Mei 2012.
1.4.2 Batasan Operasional
1.4.2.1 Sasaran
Sasaran adalah penderita TB BTA positif di Puskesmas Rawat Inap
Grabag I.
1.4.3 Batasan Ruang Lingkup
1.4.3.1 Lokasi : Puskesmas Rawat Inap Grabag I
1.4.3.2 Waktu : Januari – Juli 2012
1.4.3.3 Lingkup sasaran : Tenaga kesehatan di Puskesmas Rawat Inap
Grabag I
1.4.3.4 Metode : Wawancara.
1.4.3.5 Materi : Rencana Peningkatan Penemuan Kasus TB BTA (+).
1.5 Manfaat Kegiatan
1.5.1 Bagi Puskesmas Rawat Inap Grabag I
1.5.1.1 Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dan
memberikan alternatif penyelesaian masalah terhadap Upaya
Kesehatan Puskesmas yang belum memenuhi target Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang.
1.5.1.2 Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Grabag
I.
1.5.2 Bagi Masyarakat
1.5.2.1 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Grabag I.
1.5.3 Bagi Penulis
3
1.5.3.1 Meningkatkan pemahaman penulis mengenai sistem analisis
manajemen puskesmas secara menyeluruh.
1.6 Metodologi
Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan koordinator P2TB dan
petugas kesehatan terkait seperti dokter, perawat dan petugas laboratorium Puskesmas
Rawat Inap Grabag I ditambah dengan pasien TB BTA (+) dan keluarganya. Sedangkan
untuk data sekunder diperoleh dari laporan program P2TB dan laporan TB 06 dari
petugas laboratorium.
Data yang diperoleh akan di analisis menggunakan pendekatan sistem dengan
memperhatikan input, proses dan output juga faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi timbulnya masalah-masalah tersebut. Kemudian dilakukan konfirmasi
untuk menentukan penyebab paling mungkin kepada koordinator masalah terkait dan
membuat suatu alternatif pemecahan masalah melalui kriteria matriks. Tahapan terakhir
adalah membuat suatu rencana kerja (action plan) yang di jadualkan dalam gann chart.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Depkes RI 2009). Penyakit ini terutama menyerang organ
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti selaput pembungkus
otak,tulang belakang, sistem pencernaan dan lain-lain.
2.2 Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
fokus perhatian dunia sehingga Tuberkulosis dijadikan salah satu indikator dalam
pelaksanaan MDGs yaitu indikator ke enam. Dalam survey prevalensi TB di Indonesia
tahun 2004 terlihat bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional adalah
110/100.000 penduduk (Depkes RI 2009).
2.3 Morfologi Mycobacterium tuberculosis
Morfologi M. tuberculosis adalah batang lurus atau agak bengkok, dengan ukuran
0,2 – 0,4 x 1 – 4 µm, tidak tahan panas, mati pada suhu 60oC dalam pemanasan selama
15-20 menit dan tahan terhadap asam pada pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)
(Depkes RI 2009).
2.4 Cara Penularan
Sumber penularan utama adalah penderita TB dengan BTA positif. Penularan
terjadi secara dropplet pada saat penderita batuk ataupun bersin. Seorang penderita
dapat mengeluarkan ribuan droplet nuclei ketika batuk, dimana droplet nuclei ini dapat
bertahan selama beberapa jam pada lingkungan yang lembab dan minim cahaya untuk
kemudian terhirup masuk ke dalam saluran pernafasan calon penderita selanjutnya
(Depkes RI 2006).
Daya penularan seorang penderita berbanding lurus dengan derajat positif yang
terlihat dari hasil pemeriksaan BTA. Dimana semakin banyak jumlah BTA yang
ditemukan maka akan semakin kuat daya penularan penderita tersebut (Depkes RI
2009).
2.5 Risiko Penularan
Faktor risiko utama yang dapat menyebabkan seseorang menjadi penderita TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, baik yang karena diakibatkan oleh kondisi gizi
yang buruk ataupun seseorang dengan imun yang rendah seperti penderita HIV/AIDS.
4
5
Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TBC selama satu
tahun (Depkes RI 2009).
2.6 Gejala Klinis
2.6.1 Gejala Utama
Gejala utama penyakit ini adalah batuk berdahak selama tiga minggu berturut-
turut atau lebih.
2.6.2 Gejala Tambahan
Gejala tambahan yang mungkin ditemukan antara lain :
Dahak bercampur darah.
Batuk darah.
Sesak nafas dan disertai rasa nyeri dada.
Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan.
Demam lebih dari satu bulan.
Nafsu makan turun.
Badan lemas.
Seseorang dinyatakan sebagai suspek TB paru apabila memiliki gejala seperti
yang disebutkan diatas (Depkes RI 2006).
2.7 Klasifikasi
2.7.1 Berdasarkan Pemeriksaan Dahak
a. TB Paru BTA Positif
b. TB Paru BTA Negatif
2.7.2 Berdasarkan Terapi
a. Kategori I : Kasus baru dengan sputum positif atau kasus baru dengan
bentuk TBC berat.
b. Kategori II : Kasus kambuh atau kasus gagal dengan sputum BTA positif.
c. Kategori III : Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
atau kasus TBC ekstra paru selain yang disebut pada kategori I.
d. Kategori IV : TBC kronik.
6
2.8 Diagnosis TB
2.8.1 Penemuan Penderita TB
Metode yang dianut dalam penemuan penderita TB adalah melalui
metode Passive Case Detection atau penemuan kasus TB secara pasif, yang
artinya penjaringan penderita dilakukan pada mereka yang datang berkunjung
ke sarana kesehatan. Metode ini didukung dengan adanya penyuluhan baik
oleh petugas kesehatan ataupun oleh masyarakat dalam upaya meningkatkan
penemuan tersangka penderita atau yang lebih dikenal dengan istilah passive
promotive case finding (penemuan penderita secara pasif melalui promosi)
(Depkes RI 2009).
Pemeriksaan terhadap riwayat kontak pasien TB terutama mereka yang
BTA positif meliputi keluarga dan semua kontak penderita dengan gejala yang
sama harus diperiksa sputumnya. Harapannya adalah menemukan tersangka
penderita sedini mungkin mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular
dapat menyebabkan kematian (Depkes RI 2009).
2.8.2 Diagnosis TB Paru
Diagnosis TB Paru ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen
dahak dalam tiga waktu berbeda selama dua hari, yang lebih dikenal dengan
sewaktu – pagi – sewaktu (SPS).
Sewaktu : dahak diambil saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Suspek diminta untuk membawa pot dahak untuk pengambilan hari kedua.
Pagi : dahak diambil di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun
tidur. Pot di bawa kemudian diserahkan sendiri kepada petugas di
Puskesmas.
Sewaktu : dahak di ambil di Puskesmas pada hari kedua saat menyerahkan
pot dahak.
Hasil pemeriksaan SPS dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen memberikan hasil positif. Apabila hanya satu spesimen yang
positif maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa rontgen dada atau
mengulang kembali pemeriksaan SPS dengan ketentuan :
Apabila hasil rontgent memperlihatkan gambaran TB maka penderita di
diagnosis sebagai penderita TB positif.
7
Apabila hasil rontgent tidak memperlihatkan gambaran TB maka
pemeriksaan SPS diulangi kembali.
Apabila ketiga spesimen dahak menunjukkan hasil negatif maka
tersangka penderita diberikan antibiotik spektrum luas seperti Amoksisilin
selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan dan dari gejala klinis dicurigai
TB, maka pemeriksaan SPS diulangi dengan ketentuan :
Apabila hasil SPS positif maka di diagnosis sebagai TB BTA positif.
Apabila hasil SPS tetap negatif, maka dilakukan pemeriksaan rontgen dada
untuk mendukung diagnosis TB;
o Apabila hasil rontgent memperlihatkan gambaran TB, maka di
diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif, rontgen positif.
o Apabila hasil rontgent tidak memperlihatkan gambaran TB, maka
di diagnosis sebagai bukan penderita TB.
2.9 Penanggulangan TB di Indonesia
Sejak tahun 2010, Indonesia telah menerapkan strategi DOTS di seluruh Unit
Pelayanan Kesehatan terutama di tingkat puskesmas dan diintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI 2009).
2.9.1 Visi dan Misi
a. Visi
Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat di mana tuberkulosis
tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Misi
1. Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu, untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian karena TB.
2. Menurunkan risiko penularan TB.
3. Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat TB.
2.9.2 Tujuan dan Target
a. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian TB, memutuskan rantai
penularan, serta mencegah terjadinya Multi Drug Resistance Tuberculosis
(MDR TB).
8
b. Target
Tercapainya penemuan pasien baru TB BTA (+) paling sedikit 70%
dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta
mempertahankannya.
2.9.3 Kebijakan
a. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi dengan kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program dalam kerangka otonomi yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber
daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS.
c. Penguatan kegiatan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap
program penanggulangan TB.
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR-TB.
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB
dilaksanakan oleh seluruh unit pelayanan kesehatan (UPK), meliputi
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru, Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru, Klinik pengobatan lain serta Dokter
Praktek Swasta.
f. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan
kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non
pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
g. Peningkatan kemampuan laboratorium di berbagai tingkat pelayanan
ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan jejaring.
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan
kepada pasien secara cuma-cuma serta di jamin ketersediannya.
i. Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang
memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
j. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan terhadap TB.
9
k. Penanggulangan TB harus berkolaborasi dengan penanggulangan HIV.
l. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
m. Memperlihatkan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.
2.9.4 Kerangka Kerja Strategi Penanggulangan TB di Indonesia
Rencana kerja strategi 2006-2010, merupakan kelanjutan dari Renstra
sebelumnya, yang mulai difokuskan pada perluasan jangkauan pelayanan dan
kualitas DOTS.
2.9.5 Organisasi Pelaksana
a. Tingkat Pusat
Upaya penanggulangan TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas-TB). Dalam
pelaksanaannya, program TB secara nasional dilaksanakan oleh Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung.
b. Tingkat Provinsi
Di tingkat provinsi di bentuk Gerdunas-TB Provinsi yang terdiri dari
tim pengarah dan tim teknis. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat
provinsi dilaksanakan Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Gerdunas-TB Kabupaten/Kota
yang terdiri dari tim pengarah dan tim teknis. Dalam pelaksanaannya di
tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
d. Unit Pelaksana Kesehatan
1. Puskesmas dalam pelaksanaannya membentuk Kelompok Puskesmas
Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis
(PRM), dan 5 Puskesmas Satelit (PS). Pada keadaan geografis yang
sulit, dapat dibentuk Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) yang
dilengkapi tenaga dan fasilitas pemeriksaan sputum BTA.
2. Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Paru dan Balai Pengobatan
Penyakut Paru-Paru dapat melaksanakan semua kegiatan tatalaksana
pasien TB.
3. Balai Pengobatan, Klinik dan Dokter Praktek Swasta secara umum
pelaksanaannya sama dengan Rumah Sakit dan BP4.
10
2.9.6 Program P2TB di Puskesmas
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
adalah upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
menular. Secara epidemiologis, pemberantasan penyakit menular harus
memperhatikan faktor-faktor seperti host, agent, environment dan time, place,
person sehingga upaya pemberantasannya harus dapat memutuskan rantai
penularan penyakit. Kegiatan pokok dari pemberantasan penyakit menular
yaitu :
1. Surveilans epidemiologi meliputi pengamatan penyakit menular,
pemantauan wilayah setempat, pengamatan vektor dan pemeriksaan
laboratorium.
2. Pengobatan penderita baik yang bersifat pencegahan atau penyembuhan
dalam rangka memutuskan mata rantai penularan.
3. Pemberantasan vektor secara mekanis, kimiawi dan biologi.
4. Imunisasi.
5. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Program penanggulangan tuberkulosis adalah salah satu indikator kinerja
pada program P2M. Program penanggulangan tuberkulosis adalah upaya untuk
menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat
penyakit menular tuberkulosis. Salah satu indikator dalam menilai
tuberkulosis, yaitu Penemuan Kasus TB BTA (+).
Semua unit pelaksana program penanggulangan TB harus melaksanakan
suatu sistem pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan merupakan
salah satu elemen terpenting dalam sistem informasi penanggulangan TB yang
menggunakan formulir sebagai berikut :
1. Daftar Tersangka Penderita (Suspek) yang di Periksa Dahak SPS (TB 06).
2. Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan Dahak (TB
05).
3. Kartu Pengobatan TB (TB 01).
4. Kartu Identitas Penderita (TB 02).
5. Formulir Rujukan/Pindah Penderita (TB 09).
6. Formulir Hasil Akhir Pengobatan dari Penderita TBC Pindahan (TB 10).
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Keadaan Geografis
3.1.1 Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Grabag I
Luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Grabag I adalah 53,15 Km2,
terdiri atas 18 desa dengan kondisi geografis sebagian merupakan daerah
pegunungan.
3.1.2 Batas-batas Wilayah Puskesmas Rawat Inap Grabag I
Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Grabag I merupakan bagian dari
wilayah Kecamatan Grabag yang berada pada bagian Timur Laut Kabupaten
Magelang dan berjarak 35 Km dari Ibu Kota Kabupaten Magelang, dengan
batas-batas :
Utara : Kabupaten Semarang.
Selatan : Wilayah Puskesmas Grabag II.
Barat : Kecamatan Secang dan Kabupaten Temanggung.
Timur : Kecamatan Ngablak.
3.2 Keadaan Demografis
3.2.1 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Rawat Inap Grabag I adalah
sebanyak 59.949 jiwa.
3.2.2 Transportasi
Jarak Puskesmas Rawat Inap Grabag I sampai ke RSUD Tidar Kota
Magelang adalah 26 Km. Jarak ke Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
adalah 35 Km. Sedangkan untuk jarak puskesmas ke desa-desa adalah sebagai
berikut :
Banjarsari : 7 km
Ngarancah : 8 km
Banaran : 3,5 km
Sumurarum : 2 km
Kalikuto : 3 km
Banyusari : 2 km
Kartoharjo : 3 km
Grabag : 1 km
11
12
Kleteran : 1.5 km
Ngasinan : 3 km
Tirto : 4 km
Tlogorejo : 4 km
Sambungrejo : 7 km
Citrosono : 3 km
Sidogede : 3 km
Kalipucang : 4 km
Seworan : 5 km
Losari : 6 km
Kendaraan umum yang dapat digunakan masyarakat disekitar puskesmas
antara lain bus, angkutan pedesaan dan ojek. Selama musim hujan ataupun
kemarau seluruh desa di kabupaten ini dapat di jangkau dengan menggunakan
kendaraan roda empat.
BAB IV
HASIL KEGIATAN
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Grabag I, dan dilanjutkan
dengan penelusuran ke rumah penderita TB BTA positif pada tanggal 19 sampai dengan 22
Desember 2012. Data yang diperoleh merupakan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap koordinator P2TB, dokter,
perawat, dan petugas laboratorium ditambah dengan penderita TB BTA positif dan keluarga
penderita. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari data Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas Rawat Inap Grabag I.
4.1 Hasil Wawancara dengan Koordinator P2TB Paru
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator P2TB Paru di Puskesmas
Rawat Inap Grabag I didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Penjaringan suspek TB dilaksanakan secara Passive Case Detection dan
dilaksanakan di Poliklinik, IGD ataupun Bangsal.
2. Kendala dalam hal penjaringan suspek adalah kurang efektifnya kerjasama
lintas program.
3. Kendala lain yang ditemukan adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam
mendiagnosis dini gejala TB yang ditemukan dan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan diri bila ada gejala.
4. SOP sudah dilaksanakan secara benar dan petugas di poliklinik selalu
memberikan penjelasan tentang cara pengambilan spesimen dahak yang baik
kepada seluruh tersangka penderita.
5. Tidak terdapat prosedur khusus dalam hal penjelasan ke pasien mengenai tata
cara pengambilan dahak dan penjelasan mengenai TBC.
6. Tidak ada SOP yang mengharuskan petugas untuk meminta pasien mengulangi
kembali semua penjelasan yang telah diberikan.
7. Petugas secara rutin memberikan edukasi ke warga mengenai bahaya TB dan
pentingnya memeriksakan diri jika ditemukan gejala.
8. Kemungkinan lain yang menyebabkan kecilnya angka Penemuan Kasus TB
BTA(+) adalah pasien TB yang mungkin memeriksakan diri tidak ke
puskesmas.
13
14
9. Sistem kader di desa dan dusun yang dulu pernah di terapkan saat ini
digantikan dengan merangkul para kepala dusun untuk dapatmembantu
mendiagnosis dini kejadian TB Paru diwilayahnya.
4.2 Hasil Wawancara dengan Dokter Umum
Tabel 4.1, Daftar Tilik Wawancara dengan Dokter Umum
NoTemuan Alasan (saat
dikonfirmasi ke petugas)Ya Tidak
1 Terdapat kriteria TB yang
ditempel di bangsal
2 Dokter membaca kriteria
tersebut setiap kali
menentukan suspek TB
3 Dokter menjelaskan tentang
bahaya potensial dari TB
4 Dokter meminta pasien untuk
melakukan pemeriksaan SPS
5 Dokter menjelaskan prosedur
tentang pemeriksaan SPS
Tanggung jawab
menjelaskan prosedur
pemeriksaan SPS
dilimpahkan ke
laboratorium
6 Dokter memberikan edukasi
ke pasien dan keluarga
tentang TB dan pentingnya
untuk memeriksakan diri jika
ada gejala
7 Dokter melakukan
penelusuran ke rumah
penderita TB terutama
penderita TB BTA positif
Penelusuran dilakukan
oleh kader di desa
15
4.3 Hasil Wawancara dengan Perawat
Dari hasil wawancara dengan perawat diketahui bahwa dalam menentukan
tersangka penderita TB di Puskesmas Rawat Inap Grabag I telah menggunakan kriteria-
kriteria TB untuk anak dan dewasa yang ada di poliklinik. Perawat merasa telah bekerja
sesuai dengan SOP dalam menentukan tersangka penderita TB dan telah dikonfirmasi
melalui pengamatan di poliklinik.
4.4 Hasil Wawancara dengan Petugas Laboratorium
Hasil wawancara dan survey yang dilakukan pada petugas laboratorium
dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel 4.2, Daftar Tilik Wawancara dengan Petugas Laboratorium
NoTemuan Alasan (saat
dikonfirmasi ke petugas)Ya Tidak
1 Jumlah reagen mencukupi
dan tidak kadaluarsa
2 Jumlah pot dahak mencukupi
3 Petugas memberikan tiga pot
dahak untuk pengambilan
sampel sputum
Petugas hanya
memberikan dua pot dahak
karena keluhan pasien
yang kesulitan
mengeluarkan dahak
4 Peralatan pemeriksaan dalam
keadaan baik
5 Petugas mengetahui prosedur
pengambilan dahak
6 Petugas menjelaskan kepada
pasien mengenai prosedur
pengambilan dahak
7 Petugas meminta pasien
menyebutkan kembali cara
mengambil dahak yang baik
Pasien dianggap sudah
mengerti
8 Terdapat SOP untuk
menjelaskan cara
pengambilan dahak
Tidak ada SOP spesifik
untuk prosedur penjelasan
ke pasien
16
9 Petugas mengetahui prosedur
pemeriksaan BTA
10 Terdapat SOP pemeriksaan
BTA
Sudah terdapat diagram
alur kerja secara ringkas
tentang prosedur
pemeriksaan BTA
11 Jumlah petugas mencukupi
12 Kualitas dan kuantitas sputum
pada umumnya baik
Pasien tidak bisa
mengambil sputum dengan
benar karena berbagai
alasan
4.5 Hasil Wawancara dengan Penderita TB dan Keluarga Penderita
Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien dan pasien dengan BTA (+)
diketahui bahwa pasien ataupun keluarganya memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai penyakit Tuberkulosis Paru, pasien juga tidak mengerti bahwa penyakit yang
dideritanya menular dan penting untuk membawa serta keluarganya untuk
memeriksakan diri ke puskesmas. Secara lebih spesifik hasil wawancara dengan pasien
dan keluarganya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3, Daftar Tilik Wawancara dengan Pasien dan Keluarga
NoTemuan Alasan (saat
dikonfirmasi)Ya Tidak
1 Pasien dapat menyebutkan
diagnosis atas penyakit yang
diderita
Pasien dan keluarganya
hanya mengetahui
penyakit yang dideritanya
adalah flek di paru-paru
2 Pasien dapat menyebutkan
gejala penyakit yang diderita
3 Pasien mengerti akan bahaya
penyakit yang diderita dan
langsung memeriksakan diri
sedini mungkin
Pasien beranggapan
penyakitnya hanya batuk
biasa dan baru
memeriksakan diri setelah
gejala berjalan selama satu
17
bulan dan tidak dapat
diobati dengan obat batuk
4 Pasien mengerti bahwa
penyakitnya dapat menular
terutama kepada keluarga
serumah
5 Pasien meengerti bahwa
penyakit yang dideritanya
dapat menyerang berbagai
usia
Pasien beranggapan bahwa
flek paru hanya dapat
menyerang anak-anak
6 Pasien mengerti tentang
sumber penularan penyakit
yang diderita
Pasien beranggapan bahwa
penularan TB adalah
karena asap rokok
7 Pasien memeriksakan seluruh
keluarganya ke puskesmas
begitu mengetahui penyakit
yang di derita
Hanya keluarga yang
mengalami gejala batuk
yang diperiksakan
8 Pasien meminum OAT secara
teratur dan memeriksakan diri
untuk fase konversi
9 Keluarga pasien mengetahui
mengenai bahaya penyakit
yang diderita
Tidak pernah mendapat
penjelasan
10 Pasien dapat menjelaskan
cara pengambilan dan waktu-
waktu pengambilan spesimen
dahak dengan benar
4.6 Hasil Survey Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan BTA
Dari survey yang dilakukan di laboratorium Puskesmas Rawat Inap Grabag I
tidak ditemukan adanya SOP Pemeriksaan BTA. Berikut adalah alur kerja pemeriksaan
BTA hasil wawancara dengan petugas Laboratorium.
1. Siapkan sampel dan gelas objek
2. Gelas objek dibersihkan dari lemak dengan di panaskan
18
3. Diberikan identitas
4. Ambil dahak kurang lebih sebesar biji kacang hijau dan dioleskan di gelas
objek dengan cara berulir
5. Dikeringkan di udara
6. Gelas objek dilewatkan di atas api untuk memfiksasi
7. Diberikan karbol fushin sampai rata, lalu dipanaskan sampai beruap
8. Dinginkan selama lima menit
9. Bilas dengan HCL Alkohol selama 30 detik
10. Diberikan metilen blue selama 30 detik
11. Dibilas sampai bersih
12. Keringkan Objek Glass
13. Periksa dibawah mikroskop
BAB V
ANALISIS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
5.1 Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah
Dalam pelaksanaan program P2TB di Puskesmas Rawat Inap Grabag I ditemukan
beberapa indikator yang belum memenuhi target Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang. Satu indikator yang menjadi sorotan dalam pembahasan ini adalah
Penemuan Kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) yang pencapaiannya hanya
10.69%.
5.2 Siklus Pemecahan Masalah
Bagan 5.1, Siklus Pemecahan Masalah
Sumber : Hartoyo 2011.
5.3 Analisis Penyebab Masalah
Pendekatan sistem digunakan dalam mengidentifikasi penyebab dari masalah
yang didapatkan. Pendekatan sistem tersebut diperlihatkan melalui bagan berikut :
19
1. Identifikasi
Masalah 2. Penentuan Prioritas Masalah
3. Penentua
n Penyebab Masalah4. Memili
h Penyebab yang paling
mungkin
5. Menentuk
an alternatif pemecahan masalah
6. Penetapa
n pemecahan masalah
terpilih
7. Penyusun
an rencana
penerapan
8. Monitor
ing & Evaluasi
20
Bagan 5.2, Analisis Penyebab Masalah Melalui Pendekatan Sistem
Sumber : Hartoyo 2011.
5.3.1 Analisis Input Penyebab Masalah
Tabel 5.1, Analisis Input Penyebab Masalah
Input Kelebihan Kekurangan
Man Jumlah tenaga kesehatan cukup
Ada koordinator program
Terdapat tim khusus yang
menangani masalah TB paru
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk
memeriksakan diri
saat mengalami gejala
batuk
Petugas tidak
melakukan prosedur
read back kriteria TB
setiap kali
mendiagnosis pasien
TB
Petugas tidak
meminta pasien untuk
menyebutkan kembali
prosedur pengambilan
sputum yang baik
Money Tersedia alokasi dana dari
pemerintah untuk
penanggulangan masalah TB
-
Methode Terdapat alur kerja
pemeriksaan BTA
Tidak ada prosedur
khusus untuk inform
INPUT
Man, Money, Method, Material, Machine
PROSES
P1, P2, P3
OUTPUT
Penemuan Kasus TB BTA (+)
Lingkungan
Fisik, non-Fisik
21
concern penderita
atau suspek TB
Material Terdapat laboratorium yang
memadai untuk pemeriksaan
BTA
Tidak tersedia
ruangan khusus untuk
pengambilan sputum
Machine Peralatan dan reagen
pemeriksaan lengkap, dalam
keadaan baik dan layak pakai
Kualitas sputum yang
kurang baik
Tidak ada SOP
tertulis di
laboratorium dan BP
tentang pedoman
inform concern ke
pasien
Tidak ada SOP
tertulis yang ditempel
di laboratorium
tentang metode
pemeriksaan BTA
5.3.2 Analisis Proses Penyebab Masalah
Tabel 5.2, Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan Kekurangan
P1 Terdapat target Penemuan
Kasus TB BTA (+)
Jadual pengobatan di Poliklinik
jelas dan dilakukan enam hari
dalam satu minggu
Tidak tersedianya
SOP tertulis untuk
pemeriksaan BTA
P2 Terdapat kriteria khusus dalam
menetapkan kasus TB
Kurang efektifnya
kerjasama lintas
program
P3 Terdapat SPM sebagai
pedoman pengawasan dan
penilaian pelayanan di
Puskesmas
Dilakukannya evaluasi
Kurangnya
pengawasan dalam
pelaksanaan program
22
program P2TB setiap akhir
tahun
5.3.3 Analisis Lingkungan Penyebab Masalah
Tabel 5.3, Analisis Lingkungan Penyebab Masalah
Kelebihan Kekurangan
Lingkungan Saranan kesehatan yang relatif
terjangkau oleh masyarakat
dengan akomodasi yang cukup
memadai
Tersedianya sarana pelayanan
kesehatan dengan strata yang
lebih tinggi di Magelang
seperti Rumah Sakit Umum
dan Rumah Sakit Khusus Paru
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru
Pekerjaan sehari-hari
masyarakat yang
membuat tidak
adanya waktu untuk
memeriksakan diri ke
Puskesmas
23
5.3.4 Analisis Output
Tabel 5.4, Output Penemuan Kasus TB BTA (+)
Program Target Sasaran
Sasaran
Bulan
Berjalan
Hasil Kegiatan Bulanan CakupanPencapaian
(%)1 2 3 4 5
Hasil
Kegiatan%
Penemuan kasus TB BTA
(+) (Case Detection Rate)70 % 64 27 1 0 0 0 1 2 4,48 % 10,69 %
Keterangan tabel :
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Grabag I adalah 59.949 jiwa.
Sasaran di hitung dengan menggunakan rumus : 1.07/1000 x Jumlah Penduduk yang hasilnya adalah 64 jiwa.
Sasaran bulan berjalan di hitung dengan menggunakan rumus : 5/12 x Sasaran yang hasilnya adalah 27 jiwa.
Cakupan di hitung dengan menggunakan rumus : Hasil Kegiatan/Sasaran Bulan Berjalan x 100 % dan didapatkan hasil 4.48 %.
Pencapaian di hitung dengan menggunakan rumus : Cakupan/Target x 100 % dan didapatkan hasil 10.69 %.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus TB BTA (+) di Puskesmas Rawat Inap Grabag I pada
periode januari sampai dengan mei tahun 2012 adalah sebanyak 4.48% yang tentunya jauh dibawah target Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang yaitu sebesar 70%. Hal ini mengakibatkan pencapaiannya menjadi kurang dari 100% sehingga sesuai
dengan kesepakatan ditetapkan sebagai masalah.
24
5.3.5 Kemungkinan Penyebab Masalah
Dari hasil analisis terhadap input, proses dan lingkungan diperoleh
rumusan penyebab masalah adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat
mengalami gejala batuk.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru.
3. Petugas tidak melakukan prosedur read back kriteria TB setiap
kali mendiagnosis pasien TB.
4. Petugas tidak meminta pasien untuk menyebutkan kembali
prosedur pengambilan sputum yang baik.
5. Tidak tersedianya prosedur Inform Concern khusus untuk
penderita dan suspek TB.
6. Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan BTA.
7. Pekerjaan sehari-hari masyarakat yang membuat tidak adanya
waktu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas.
8. Kurang efektifnya kerjasama lintas program.
9. Kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan program.
10. Tidak tersedia ruangan khusus untuk pengambilan sputum.
25
5.3.6 Diagram Fish Bone
Bagan 5.3, Fish Bone
Man
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat mengalami gejala batuk
Petugas tidak melakukan prosedur read back kriteria TB setiap kali mendiagnosis pasien TB
Petugas tidak meminta pasien untuk menyebutkan kembali prosedur pengambilan sputum yang baik
INPUT
Money
Tidak ditemukan masalah
Method
Tidak ada prosedur khusus untuk inform concern penderita atau suspek TB
P3
Kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan program
Material
Tidak tersedia ruangan khusus untuk pengambilan sputum
Machine
Tidak ada SOP tertulis di laboratorium dan BP
tentang pedoman inform concern ke pasien
Tidak ada SOP tertulis yang ditempel di laboratorium tentang metode pemeriksaan BTA
Kualitas sputum yang kurang baik
P1
Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan BTA
PROSES
LINGKUNGAN
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru
Pekerjaan sehari-hari masyarakat yang membuat
P2
Kurang efektifnya kerjasama lintas program
MASALAH
Penemuan Kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) Pencapaian 10.69%
26
5.3.7 Konfirmasi Penyebab Masalah Paling Mungkin
1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat
mengalami gejala batuk.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru.
3. Kualitas Sputum yang kurang baik.
4. Tidak tersedianya prosedur khusus untuk Inform Concern penderita
dan suspek TB.
5. Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan BTA.
6. Kurang efektifnya kerjasama lintas program.
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
6.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis masalah terhadap Penemuan Kasus TB BTA(+) di
Puskesmas Rawat Inap Grabag I, maka disusunlah suatu alternatif pemecahan masalah
yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.1, Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
1 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan diri saat mengalami gejala batuk
a) Memberikan edukasi
secara terus-menerus
dengan metode
kunjungan rumah
secara aktif
b) Mengadakan
penyuluhan di tingkat
dusun atau desa
secara terus-menerus
c) Membuat SOP
tertulis tentang
penatalaksanaan TB
secara menyeluruh
meliputi (prosedur
penjaringan,
diagnosis, inform
concern, dan
pemeriksaan BTA)
d) Memberikan edukasi
menyeluruh kepada
sarana kesehatan
meliputi semua
program terkait
tentang pedoman
2 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
Tuberkulosis Paru
3 Kualitas sputum yang kurang baik
4 Tidak tersedianya prosedur Inform Concern
khusus untuk penderita dan suspek TB
5 Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan
BTA
6 Kurang efektifnya kerjasama lintas program
28
penatalaksanaan TB
6.2 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Bagan 6.1, Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah6.3 Penentuan Prioritas dari Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, maka ditentukan prioritas dari
alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan kriteria matriks dengan
rumusan sebagai berikut :
M . I .VC
Dimana Magnitude (M) yaitu banyaknya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan, Importance (I) menjelaskan tentang pentingnya penyelesaian masalah
tersebut, Vulnerability (V) menjelaskan sensitivitas penyelesaian masalah dan Cost (C)
yang menjelaskan tentang beban biaya dari penyelesaian masalah tersebut.
Kriteria M, I dan V menjelaskan tentang efektivitas penyelesaian masalah,
dimana semakin besar angka yang diberikan berarti semakin efektif penyelesaian
masalah tersebut. Sedangkan untuk kriteria C menjelaskan tentang efisiensi
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat mengalami gejala batuk
Memberikan edukasi dengan metode kunjungan rumah secara aktif
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru
Mengadakan penyuluhan di
tingkat dusun atau desa secara
terus-menerus
Kualitas sputum yang kurang baik
Tidak tersedianya prosedur Inform Concern khusus untuk penderita dan suspek TB
Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan BTA
Kurang efektifnya kerjasama lintas program
Membuat SOP tertulis tentang
penatalaksanaan TB secara
menyeluruh meliputi (prosedur
penjaringan, diagnosis, inform
concern, dan pemeriksaan BTA)
Memberikan edukasi menyeluruh kepada sarana kesehatan meliputi semua program terkait tentang pedoman penatalaksanaan TB
29
penyelesaian masalah, semakin besar nilai yang diberikan semakin tidak efisien
penyelesaian masalah tersebut (semakin besar dana yang digunakan).
Tabel 6.2, Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
No Pemecahan MasalahNilai Kriteria Hasil Akhir
(M.I.V)/CUrutan
M I V C
1 Memberikan edukasi dengan metode kunjungan rumah secara aktif
5 5 4 3 33.3 I
2 Mengadakan penyuluhan di tingkat
dusun atau desa secara terus-menerus
5 3 4 3 20 III
3 Membuat SOP tertulis tentang
penatalaksanaan TB secara menyeluruh
meliputi (prosedur penjaringan,
diagnosis, inform concern, dan
pemeriksaan BTA)
5 5 4 4 25 II
4 Memberikan edukasi menyeluruh kepada sarana kesehatan meliputi semua program terkait tentang pedoman penatalaksanaan TB
3 3 3 4 7.2 IV
6.4 Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Terpilih
Tabel 6.3, Rencana Kegiatan Masalah Terpilih
No Pemecahan Masalah Terpilih Rencana Kegiatan
1 Memberikan edukasi dengan metode kunjungan
rumah secara aktif
1. Sosialisasi ke petugas
2. Pelatihan petugas
3. Pembentukan satuan
tugas spesifik
4. Mempersiapkan
format pelaporan
kegiatan beserta
daftar tilik
5. Monitoring dan
evaluasi
2 Membuat SOP tertulis tentang penatalaksanaan
TB secara menyeluruh meliputi (prosedur
penjaringan, diagnosis, inform concern, dan
1. Sosialisasi ke seluruh
jajaran puskesmas
2. Pembentukan
30
pemeriksaan BTA) kelompok kerja
3. Pelatihan pembuatan
SOP
4. Tenggang waktu
pembuatan dan
sosialisasi SOP
5. Pemberlakuan SOP
6. Monitoring dan
evaluasi
31
6.5 Rencana Kegiatan Peningkatan Penemuan Kasus TB BTA (+) di Puskesmas Rawat Inap Grabag I
Tabel 6.4, Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat PelaksanaWakt
u
Biay
aMetode
Tolak Ukur
Proses Hasil
Edukasi dengan metode kunjungan rumah secara aktif
Sosialisasi ke
petugas
Memberikan
gambaran umum
tentang program
yang akan
dikerjakan
Tenaga
kesehatan
Puskesmas Koordinator
P2TB
1 kali - Terlaksananya
kegiatan
Tenaga
kesehatan
mengetahui
program yang
akan
dijalankan
Pelatihan
petugas
Memberikan
pembekalan bagi
petugas
Tenaga
kesehatan
Puskesmas Dinas
Kesehatan
Kabupaten /
Bapelkes
2 kali
dalam
satu
tahun
- Terlaksananya
kegiatan
Tenaga
kesehatan
mampu
melaksanakan
program yang
ditetapkan
Pembentukan
satuan tugas
spesifik
Menjamin
pelaksanaan
program sesuai
dengan rencana
yang ditetapkan
dan tidak
Satgas Puskesmas Koordinator
P2TB
1 kali - Terbentuknya
Satgas
Terbentuknya
Satgas
32
bersinggungan
dengan program
lain
Mempersiapkan
format laporan
dan daftar tilik
Menjamin
pelaksanaan
program berjalan
sesuai koridor dan
meminimalisir
human eror
Satgas Puskesmas Satgas 1 kali - Team
building
dan Team
teaching
Terlaksananya
kegiatan
Terbentuknya
format
laporan dan
daftar tilik
Monitoring dan
evaluasi
Satgas Puskesmas Koordinator
P2TB, Kepala
Puskesmas
Tiap 3
bulan
- - Terlaksananya
kegiatan
Laporan
kegiatan dan
kesesuaian
dengan daftar
tilik
SOP penatalaksanaan TB secara menyeluruh (prosedur penjaringan, diagnosis, inform concern, dan pemeriksaan BTA)
Sosialisasi Memberikan
gambaran umum
tentang program
yang akan
dikerjakan
Seluruh
jajaran
puskesmas
Puskesmas Koordinator
P2TB
1 kali - Seminar Terlaksananya
kegiatan
Seluruh
jajaran
puskesmas
mengetahui
program yang
akan
dilaksanakan
Pembentukan Menjamin Kelompok Puskesmas Koordinator 1 kali - Team Terlaksananya Terbentuknya
33
kelompok kerja terlaksananya
program tanpa
mengganggu
aktivitas pelayanan
puskesmas
kerja P2TB building
dan Team
teaching
kehiatan kelompok
kerja
Pelatihan
pembuatan
SOP
Meningkatkan
kompetensi Pokja
dalam membuat
SOP
Kelompok
kerja
Puskesmas Dinas
Kesehatan
Kabupaten /
Bapelkes
1 kali - Team
building
dan Team
teaching
Terlaksananya
kegiatan
Kelompok
kerja yang
dibentuk
mampu
membuat
SOP
Tenggang
waktu
pembuatan dan
sosialisasi
Memberikan waktu
untuk setiap unit
puskesmas untuk
dapat beradaptasi
dengan program
yang akan
dijalankan
Seluruh
unit terkait
ditambah
dengan
Pokja
Puskesmas Kepala
Puskesmas
1 kali - Kebijakan
Kapuskes
Terlaksananya
kegiatan
Terbentuknya
SOP
Pemberlakuan Memberlakukan
kebijakan
Seluruh
unit terkait
Puskesmas Kepala
Puskesmas
1 kali - Kebijakan
Kapuskes
Terlaksananya
kegiatan
Kebijakan
Kapuskes
Monitoring dan
evaluasi
Seluruh
unit terkait
Puskesmas Koordinator
P2TB, Kepala
Puskesmas
Tiap 2
bulan
- - Terlaksananya
kegiatan
Laporan
kegiatan
34
6.6 Gann Chart
Tabel 6.5, Gann Chart
No Kegiatan2013
Januari Februari Maret April Mei Juni
Edukasi dengan metode kunjungan rumah secara aktif 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Sosialisasi
2 Pelatihan petugas
3 Pembentukan satuan tugas spesifik
4 Persiapan format laporan dan daftar tilik
5 Monitoring dan evaluasi
SOP Penatalaksanaan TB secara menyeluruh
1 Sosialisasi
2 Pembentukan kelompok kerja
3 Pelatihan pembuatan SOP
4 Tenggang waktu dan sosialisasi
5 Pemberlakuan
6 Monitoring dan Evaluasi
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Penemuan kasus TB BTA (+) di Puskesmas Rawat Inap Grabag I memiliki
cakupan sebesar 4.48% pada bulan januari sampai dengan mei 2012, dengan
pencapaian sebesar 10.69%. Setelah dilakukan analisis kemungkinan penyebab masalah
melalui pendekatan sistem dan dengan konfirmasi ke unit terkait yaitu P2TB
didapatkanlah penyebab masalah antara lain :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat
mengalami gejala batuk.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru.
3. Kualitas Sputum yang kurang baik.
4. Tidak tersedianya prosedur khusus untuk Inform Concern penderita
dan suspek TB.
5. Tidak tersedianya SOP tertulis untuk pemeriksaan BTA.
6. Kurang efektifnya kerjasama lintas program.
Prioritas pemecahan masalah yang diambil dan dibuatkan rencana kerjanya dalam
hal ini adalah edukasi dengan metode kunjungan rumah secara aktif dan pembuatan
SOP secara menyeluruh tentang penatalaksanaan TB.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan agar sedapat mungkin mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas terutama mengenai edukasi tentang penyakit menular.
7.2.2 Bagi Puskesmas Rawat Inap Grabag I
Diharapkan dapat meninjau kembali tata kelola program P2TB
khususnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Mengadakan
evaluasi secara terus-menerus, dan pelatihan-pelatihan yang tidak hanya
ditujukan untuk masyarakat melainkan juga petugas kesehatan yang menjadi
kontak pertama masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed.2 Cetakan pertama : Depkes RI.
2. Departemen Kesehatan Repuplik Indonesia. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI.
3. Hartoyo. 2011Instrumen Analisa Penyebab Untuk Pemecahan Masalah.Instrumen Dalam Proses Pemecahan Masalah, Penentuan Prioritas Manajemen Program/Pelayanan Puskesmas.Masalah dan Pengambilan Keputusan.Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah.Plan of Action Masalah Kesehatan.
4. Hiswani. 2004. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Profil Puskesmas Rawat Inap Grabag I