bab i

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang saat ini begitu banyak diminati oleh masyarakat indonesia dan dunia terutama bagi kaum pria. Kebiasaan buruk ini sangat mudah kita dapatkan dilingkungan sekitar kita misalnya ditempat- tempat umum seperti jalan raya, halte, angkutan umum dll. Beberapa alasan orang melakukan kebiasaan merokok adalah untuk memenuhi kepuasan psikologis, ada juga yang ikut- ikutan, sekedar iseng, beradapatasi dengan pergaulan dan masih banyak lagi. Meskipun kebanyakan para perokok itu adalah seorang pria, tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini sering kita temukan wanita remaja, ibu– ibu, bahkan wanita lanjut usia yang mengkonsumsi rokok. Kebiasaan ini sering ditemukan pada wanita- wanita yang bekerja di tempat- tempat hiburan malam. Sebagian besar dari perokok baik pria atau wanita, tua ataupun muda mengetahui betapa berbahayanya kandungan rokok

Upload: ian-ahmad

Post on 30-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang saat ini begitu banyak

diminati oleh masyarakat indonesia dan dunia terutama bagi kaum pria. Kebiasaan

buruk ini sangat mudah kita dapatkan dilingkungan sekitar kita misalnya

ditempat- tempat umum seperti jalan raya, halte, angkutan umum dll. Beberapa

alasan orang melakukan kebiasaan merokok adalah untuk memenuhi kepuasan

psikologis, ada juga yang ikut- ikutan, sekedar iseng, beradapatasi dengan

pergaulan dan masih banyak lagi. Meskipun kebanyakan para perokok itu adalah

seorang pria, tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini sering kita temukan wanita

remaja, ibu– ibu, bahkan wanita lanjut usia yang mengkonsumsi rokok. Kebiasaan

ini sering ditemukan pada wanita- wanita yang bekerja di tempat- tempat hiburan

malam. Sebagian besar dari perokok baik pria atau wanita, tua ataupun muda

mengetahui betapa berbahayanya kandungan rokok tersebut, namun peminat dari

dari rokok ini tak kunjung menurun bahkan semakin bertambah ditiap tahunnya.

Smet ( dalam Komasari & Helmi, 2000 ) menyatakan bahwa usia pertama

kali merokok pada umumnya berkisar antar 11 – 13 tahun dan pada umumnya

individu pada usia tersebut merokok sebelum beerusia 18 tahun.42 Data WHO juga

semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30%

adalah kaum remaja. Penelitian di jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan

dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok ( Tandra 2003 ).43

Dilihat dari sisi manapun merokok tetap mengakibatkan dampak yang

negatif bagi kehidupan manusia. Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tidak

Page 2: BAB I

terbantahkan lagi. Di samping WHO, lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membutikan

hal itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan

43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Dampak

bahaya rokok memang antik dan klasik, asap rokok merupakan penyebab berbagai

penyakit. Tidak ada orang mati mendadak karena merokok. Dampaknya tidak

instant, berbeda dengan minuman keras dan narkoba. Dampak rokok akan terasa

setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Paparan asap rokok yang terus menerus

pada orang dewasa yang sehat dapat menambah resiko terkena penyakit jantung

dan paru paru sebesar 20 – 30 persen. Selain itu lingkungan asap rokok dapat

memperburuk kondisi seseorang yang mengidap penyakit asma, menyebabkan

bronkitis dan pneumonia (Amstrong dalam Susanna, 2003).40

Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat merokok antara lain gangguan

jantung, impotensi dan beberapa jenis kanker. Baik perokok itu sendiri maupun

orang yang tidak merokok namun terpapar asap rokok (passive smoker). Menurut

survei Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia pada tahun 2006,

sebanyak 81,6% pelajar usia SMP di Jakarta tercemar asap rokok di luar rumah.

Ironisnya, di dalam rumah pun mereka juga punya pengaruh yang besar untuk

tercemari. Data terkini menunjukan bahwa Indonesia adalah negara terbesar

mengkonsumsi rokok menempati urutan ke-5 di dunia. Jumlah perokok di

Indonesia mencapai 34,5% pada tahun 2004 atau sekitar 60 juta jiwa. (dalam

Aditama, 2006).41

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan

transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola

penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit

degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

Page 3: BAB I

morbiditas dan mortalitas.44,45 Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan

yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.9

Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat

menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari

beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar

terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan

jantung.10,11 Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),

saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak

mendapatkan pengobatan secara adekuat.12,11 Di Indonesia masalah hipertensi

cenderung meningkat.46

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan

bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada

tahun 2004.47 Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun

1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%,48,49 dan MONICA Jakarta

tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.

Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar

38,7%.48 Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler

merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–

35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.47 Penelitian epidemiologi

membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan

mortalitas penyakit kardiovaskular.46,50 Oleh sebab itu, penyakit hipertensi harus

Page 4: BAB I

dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan

datang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa rumusan masalahnya adalah sebaagai berikut:

“apakah ada hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kejadian

hipertensi?”

1.3 Pertanyaan Penilitian

a. Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian

hipertensi?

b. Apakah terdapat zat/ kandungan dalam rokok yang dapat menyebabkan

hipertensi?

1.4 Hipotesis

Ht- 1. Terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat kejadian

hipertensi.

Ht- 2. Terdapat zat/ kandungan rokok yang dapat menyebabkan hipertensi.

1.5 Tujuan Penilitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara perilaku merokok dengan

tingkat kejadian hipertensi.

b. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi kandungan rokok yang dapat menyebabkan

hipertensi

Mengidentifikasi kejadian hipertensi

Page 5: BAB I

Menganalisis hubungan perilaku merokok dengan hipertensi

1.6 Manfaat Penilitian

a. Bagi Peniliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti bisa

memberikan informasi tentang bahaya merokok serta usaha untuk

memberi pencegaha penyakit hipertensi.

b. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan guna

meningkatkan mutu pelayanan sehingga para petugas kesehatan bisa

memberikan informasi tentang hipertensi dan bahaya merokok.

c. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi bahan untuk menentukan metode pembelajaran

terutama yang berkaitan dengan pencegahan terjadinya hipertensi dan

juga sebagai bahan pustaka untuk pembaca.