bab i

33
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki respon fisiologis dalam menanggapi rangsangan di sekitarnya. Respon fisiologis ini diperlukan untuk melindungi tubuh dari masuknya benda dan zat-zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Salah satu respon fisiologis yang sering dihadapi oleh tenaga medis kedokteran gigi adalah gagging refleks. Gagging refleks merupakan mekanisme tubuh untuk melindungi tubuh dari benda-benda dan zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Gagging refleks atau yang biasa disebut refleks muntah ini melibatkan sistem saraf pusat dan traktus gastrointestinal dengan cara mengeluarkan paksa isi lambung ke esophagus menuju mulut. Sebelumnya terjadi refleks muntah, akan timbul perasaan mual pada perut. Mual dan muntah ini merupakan hal yang saling berkaitan. Mual sendiri diartikan sebagai gejala sebelum muntah atau gerakan tanpa sadar di medula yang menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak enak di perut yang menandakan lambung ingin segera dikosongkan. Sedangkan muntah merupakan aksi dari pengosongan perut secara paksa. Mual dan muntah ini juga turut memberikan implikasi lain 1

Upload: susisanasini

Post on 29-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memiliki respon fisiologis dalam menanggapi

rangsangan di sekitarnya. Respon fisiologis ini diperlukan untuk melindungi tubuh

dari masuknya benda dan zat-zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Salah satu

respon fisiologis yang sering dihadapi oleh tenaga medis kedokteran gigi adalah gagging

refleks.

Gagging refleks merupakan mekanisme tubuh untuk melindungi tubuh dari

benda-benda dan zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Gagging refleks atau yang

biasa disebut refleks muntah ini melibatkan sistem saraf pusat dan traktus

gastrointestinal dengan cara mengeluarkan paksa isi lambung ke esophagus

menuju mulut. Sebelumnya terjadi refleks muntah, akan timbul perasaan mual pada perut. Mual

dan muntah ini merupakan hal yang saling berkaitan. Mual sendiri diartikan sebagai gejala

sebelum muntah atau gerakan tanpa sadar di medula yang menyebabkan perasaan tidak nyaman

dan tidak enak di perut yang menandakan lambung ingin segera dikosongkan. Sedangkan

muntah merupakan aksi dari pengosongan perut secara paksa. Mual dan muntah ini juga turut

memberikan implikasi lain seperti gangguan keseimbangan metabolic, kegagalan penjagaan diri

sendiri dan upaya untuk melakukan sesuatu, pengurangan nutrisi atau kurang zat makanan,

saluran esophagus yang luka,dan adanya kemoterapi pada penyakit seperti kanker yang

menyebabkan terjadinya gagging refleks. Gagging refleks dapat dipicu oleh beberapa

faktor. Salah satu faktor pemicu muntah adalah iritasi mukosa mulut pada saat

dilakukan pencetakan gigi pada perawatan prostodontik.

Gagging refleks pada saat pencetakan gigi sering dihadapi oleh tenaga medis

kedokteran gigi dan hal ini tentunya akan menghambat tindakan perawatan. Oleh

karena itu penting bagi tenaga medis kedokteran gigi untuk mengetahui mekanisme

terjadinya gagging refleks, faktor-faktor yang dapat memicu gagging refleks

1

serta upaya pencegahan gagging refleks supaya perawatan medis kedokteran gigi

dapat berjalan dengan lancar.

I.2. Skenario

Pasien perempuan (38 tahun) datang ke tempat praktik dokter gigi dengan

keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan. Dokter gigi mengawali perawatannya dengan

melakukan pencetakan gigi. Pada saat dilakukan pencetakan, pasien merasa mual

dan bereaksi muntah yang diawali dengan adanya saliva yang berlebihan,

berkeringat serta memberikan respon tubuh dengan cara menggerakkan kepala

leher, tangan dalam usaha menarik diri dari rangsangan untuk mengeluarkan

segala yang ada dalam mulut dan perutnya. Adanya bahan cetak pada palatum di

bagian langit-langit dirasakan memberikan rangsangan muntah. Pasien merasa

nyaman setelah muntah, selanjutnya dokter gigi memberikan penjelasan dan

melakukan tindakan pencegahan agar tidak muntah.

I.3. Rumusan Masalah

I.3.1. Apa saja gejala yang ditimbulkan dari refleks muntah?

I.3.2. Bagaimana mekanisme refleks muntah?

I.3.3. Apa saja faktor yang mempengaruhi refleks muntah?

I.3.4. Daerah mana saja yang merupakan pemicu refleks muntah di rongga mulut?

I.3.5. Apa saja hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi refleks muntah?

I.4. Tujuan

I.4.1. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan dari refleks muntah.

2

I.4.2. Untuk mengetahui mekanisme refleks muntah.

I.4.3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi refleks muntah.

I.4.4. Untuk mengetahui daerah yang merupakan pemicu refleks muntah di rongga

mulut.

I.4.5. Untuk mengetahui hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi refleks

muntah.

3

Rangsangan taktil /adanya sentuhan / sentuhan

Menyentuh area sensitive (trigger zone)

Epiglotis tertutup

Mendapat tekanan, makanan masuk/naik ke esophagus

Muntah

Makanan terdorong ke lambung

Diteruskan serabut saraf aferen

Medulla oblongata

Diterima dan diteruskan serabut saraf eferen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Gejala yang ditimbulkan refleks muntah

Gejala yang ditimbulkan dari dari refleks muntah diantaranya adalah

peningkatan saliva , berkeringat dingin, batuk, wajah yang tampak pucat, denyut

jantung dan pernapasan yang meningkat, mual, terjadi tremor akibat menahan

muntah yang menyebabkan terangsanganya otot-otot sehingga timbul tremor

tersebut. Selain itu terjadi juga peningkatan suhu tubuh, gelisah pada penderita

dan nyeri pada tubuh.

II.2 Mekanisme refleks muntah

Refleks muntah terjadi tidak hanya karena terdapat rangsangan. Tetapi

bisa juga terjadi karena pengaruh obat-obatan atau bahkan melihat orang-orang

disekitar yang terluka. Barang-barang di sekitar yang menakutkan. Bahkan bau-

bau disekitar yang memualkan. Hal tersebut terjadi karena otak selalu mendapat

sinyal yang dapat menyebabkan terjadinya muntah.

4

II.3 Faktor yang mempengaruhi refleks muntah

Faktor yang mempengaruhi refleks muntah sangat bervariasi sehingga

untuk penanganannya, harus tahu juga faktor penyebabnya dan tidak hanya

menghilangkan gejalanya. Penyebab muntah dapat merupakan pertahanan

terhadap adanya benda asing dalam mulut sehingga merupakan reaksi yang alami

dari tubuh tetapi ada pula yang disebabkan oleh kelainan sistemik, faktor

psikologik, fisiologik, iatrogenik dan faktor lain. Dibawah ini yang merupakan

beberapa faktor penyebab muntah ialah :

1. Kelainan sistemik

Kesehatan umum pasien sering berkaitan dengan kesehatan gigi dan berpengaruh

terhadap refleks muntah. Beberapa penyakit kronis dapat menimbulkan reaksi

muntah.

2. Faktor psikologik

Refleks muntah yang aktif secara abnormal dapat tejadi karena pengalaman

sebelumnya yang memicu terjadinya muntah. Secara psikologik,.ketakutan adalah

faktor di bawah sadar yang selalu mempengaruhi orang untuk muntah.

3. Faktor Fisiologik

Faktor fisiologik yang dapat menyebabkan muntah dibagi menjadi 2 yaitu sebagai

berikut:

(a). Faktor ekstra oral

Berupa rangsangan yang datang dari luar rongga mulut dapat berupa rangsangan

penglihatan, pendengaran dan penciuman. Rangsangan penglihatan, pasien

dengan melihat alat yang akan digunakan untuk perawatan sudah dapat

menimbulkan rangsangan muntah misalnya kaca mulut, sendok cetak, bahan

cetak. Dapat pula terjadi reaksi muntah karena melihat pasien lain muntah.

Rangsangan pendengaran, dengan mendengar pasien lain muntah sudah

terangsang timbul reaksi muntah. Rangsangan penciuman, bau dapat

5

menimbulkan rangsangan untuk muntah misalnya bau bahan cetak, obat-obatan

dan bau rokok dari dokternya.

(b). Faktor intra oral

Daerah pada sekitar mulut yang mempunyai respon rangsangan taktil yang

berbeda. Ada yang hiposensitif dan ada yang hipersensitif, daerah anterior

palatum kurang sensitif dari sebelah posterior. Pada pencetakan, bahan cetak

jangan sampai berlebihan sehingga pada palatum di bagian postenor dapat

merangsang muntah.

4. Faktor latrogenik

Faktor luar yang tidak ada keterkaitan dengan pasien misalnya perlakuan yang

kurang baik tidak hati-hati dan pemakaian alat dengan temperatur yang ektrim

dapat merangsang timbulnya muntah.

5. Faktor lain

Muntah dapat terjadi pada berbagai keadaan misalnya kehamilan, mabuk

perjalanan. Dapat pula karena efek samping pemakaian obat, operasi dan terapi

radiasi.

II.4 Daerah pemicu refleks muntah

Daerah-daerah sensitive yang memicu terjadinya refleks muntah

diantaranya adalah pada palatum, baik palatum lunak atau palatum mole maupun

palatum keras atau palatum durum. Selain itu, daerah sentive lainnya terdapat

pada uvula, dinding faring posterior, trakea bagian atas, dan dasar lidah.

6

II.5 Hal-hal guna mengurangi refleks muntah

Beberapa hal yang dapat untuk mengurangi refleks muntah ialah dengan

pemberian minum dengan air es atau berkumur dengan air es. Memberi sugesti

positif pada penderita yang sedang mengalami refleks muntah. Sedasi atau tidur

bila tidk sedang berada pada dental chair.    Tetap memberikan cairan, karena

dengan pemberian cairan (minum) sangat penting untuk mencegah terjadinya

dehidrasi. Selain itu pula, dapat dialihkan perhatiannya dengan mengajak

berbincang.

7

GEJALA

FAKTOR

SARAF AFEREN

RANGSANGAN

MEDULA OBLONGATA

PENCEGAHAN

SARAF EFEREN

MUNTAH

KONTRAKSI

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Mapping

8

III.2 Pembahasan

III.2.1 Mekanisme terjadinya refleks muntah

Mekanisme yang mencetuskan muntah ada 2 tempat di batang otak :

1. Daerah pemicu kemoreseptor (berada di area postrema, suatu struktur

sirkumventrikular pd ujung kaudal ventrikel keempat).

2. Pusat muntah (terletak di formasio lentrikular lateral dari medula),

- mengkoordinasi mekanisme motor dari refleks muntah.

- memberi respon terhadap input aferen dari sistem vestibular, bagian Perifer

(faring dan saluran pencernaan) dan bagian yang lebih tinggi dari batang otak dan

struktur kortikal.Sistem vestibular berfungsi pada mabuk perjalanan.

Muntah merupakan suatu cara dimana traktus gastrointestinal

membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus

gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang atau bahkan sangat

terangsang. Distensi yang berlebihan atau iritasi duodenum menyebabkan suatu

rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Impuls ditransmisikan, baik oleh

saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di

medula, yang terletak didekat traktus solitaries lebih kurang pada tingkat

nukleus motorik dorsalis vagus. Reaksi motorik otomatis yang sesuai

kemudian menimbulkan perilaku muntah. Impuls-impuls motorik yang

menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V,

VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal bagian atas dan melalui saraf

spinalis ke diafragma dan otot abdomen. Pada tahap awal dari iritasi

gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, antiperistaltik mulai terjadi,

sering beberapamenit sebelum muntah terjadi. Antiperistaltik dapat dimulai

sampai sejauh ileum di traktus gastrointestinal dan gelombang

antiperistaltik bergerak mundur naik ke usus halus dengan kecepatan dua

sampai 3cm/detik; proses ini benar-benar dapat mendorong sebagian besar isi usus

kembali ke duodenum dan lambung dalam waktu 2-5 menit. Kemudian, pada

9

Pemicu somatic dan psikogenik

Rangsangan pada trigger zone

Menstimulasi vomiting center pada SSP

Motor cascade bereaksi

Melalui saraf eferen

Melalui saraf aferen

Peningkatan konstraksi non peristaltic dalam usus

Penurunan gerakan peristaltik

Mendorong isi usus halus dan sekresi pancreas ke dalam lambung

Aktivitas lambung tertekan

saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum, menjadi sangat

meregang dimana peregangan ini menjadi faktor pencetus yang

menimbulkan tindakan muntah yang sebenarnya. Pada saat muntah,

kontraksi intrinsik kuat terjadi baik pada duodenum maupun pada

lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus.

bagian bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke dalam

esophagus. Dari sini, kerja muntah spesifik yang melibatkan otot-otot

abdomen mengambil alih dan mendorong muntahan ke luar.

10

Otot pernapasan berkontraksi melawan celah suara yang tertutup

Terjadi pembesaran kerongkongan dan kontraksi abdominal

Isi lambung didorong ke kerongkongan

Muntah

Bagan Tersebut diatas juga masih tentang mekanisme gagging refleks

dengan sumber lain tetapi pada intinya sama hanya hal ini lebih pada fisiologisnya

. Mekanisme fisiologis gagging reflex dimulai setelah adanya rangsangan yang

diberikan kepada pusat muntah (Vomiting Center/VC) atau pada zona pemicu

kemoreseptor (Chemoreseptor Trigger Zone/CTZ) yang berada pada sistem saraf

pusat (Central Nervous System). Pusat-pusat koordinasi ini dapat diaktifkan

dengan berbagai cara, diantaranya :

· Adanya stress fisiologis, berlangsung karena adanya sinyal yang

dikirimkan melalui lapisan otak luar dan limbic system ke VC.

· Adanya gerakan, berlangsung jika VC distimulasi melalui sistem

pengaturan otot (vestibular atau vestibulocerebullar system) dari

labirin yang terdapat pada telinga bagian dalam.

Kemudian sinyal kimia dari aliran darah dan cairan cerebrospinal (jaringan

saraf sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ. Ujung-ujung saraf yang ada

didalam saluran pencernaan merupakan penstimulir muntah jika terjadi iritasi

11

saluran pencernaan, kembung, dan tertundanya proses pengosongan lambung.

Ketika VC distimulasi, maka motor dari cascade akan bereaksi menyebabkan

muntah. Akibatnya kontraksi non peristaltik didalam usus halus meningkat dan

sebagian isi dari usus dua belas jari masuk ke dalam lambung. Kondisi ini diikuti

dengan melambatnya gerakan peristaltik yang akan mendorong masuknya isi usus

halus dan sekresi pankreas ke dalam lambung sehingga aktivitas lambung

tertekan. Sementara itu, otot-otot pernapasan akan berkontraksi untuk melawan

celah suara yang tertutup sehingga terjadi pembesaran kerongkongan. Pada saat

otot perut (abdominal) berkontraksi, isi lambung akan didorong masuk ke dalam

kerongkongan. Relaksasi dari otot-otot perut memungkinkan isi kerongkongan

masuk kembali ke dalam lambung. Siklus dari muntah berlangsung cepat hingga

semua isi lambung yang masuk ke kerongkongan dikeluarkan semua melalui

mulut. Pada kondisi muntah juga terjadi peningkatan produksi saliva, peningkatan

kecepatan pernapasan dan detak jantung, pembesaran pupil, dan berkeringat

dingin.

III.2.2 Faktor penyebab refleks muntah

Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks muntah atau gagging refleks adalah :

Stimulasi taktil di bagian belakang tenggorokan, misalnya : menyentuh

bagian belakang dari rongga mulut atau uvula yang akan menyebabkan

refleks muntah.

Peningkatan tekanan intracranial akibat perdarahan intra cerebrum.

Rotasi atau akselerasi kepala dapat menyebabkan beberapa orang tertentu

mengalami refleks muntah. Hal tersebut dipicu karena gerakan

merangsang reseptor pada labirin vestibular yang ada di telingan dalam

yang menghasilkan impuls yang kemudian ditransmisikan lewat nuclei

vestibular batang otak ke cerebellum yang akhirnya mencapai ke zona

12

pencetus kemoreseptor di pusat muntah yang menyebabkan terjadinya

muntah.

Nyeri hebat yang terjadi di berbagai organ tubuh.

Kehamilan, karena terjadi perubahan pada gastrointestinal dan hormone

progesterone meningkat.

Adanya gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh karena mabuk.

Kelainan sistemik. Kesehatan umum pasien sering berkaitan dengan

kesehatan gigi dan berpengaruh terhadap refleks muntah. Beberapa

penyakit kronis dapat menimbulkan reaksi muntah.

Faktor psikologik. Refleks muntah yang aktif secara abnormal dapat tejadi

karena pengalaman sebelumnya yang memicu terjadinya muntah. Secara

psikologik,.ketakutan adalah faktor di bawah sadar yang selalu

mempengaruhi orang untuk muntah.

Faktor Fisiologik. Faktor fisiologik yang dapat menyebabkan muntah

dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

(a). Faktor ekstra oral

Berupa rangsangan yang datang dari luar rongga mulut dapat berupa

rangsangan penglihatan, pendengaran dan penciuman. Rangsangan

penglihatan, pasien dengan melihat alat yang akan digunakan untuk

perawatan sudah dapat menimbulkan rangsangan muntah misalnya kaca

mulut, sendok cetak, bahan cetak. Dapat pula terjadi reaksi muntah karena

melihat pasien lain muntah. Rangsangan pendengaran, dengan mendengar

pasien lain muntah sudah terangsang timbul reaksi muntah. Rangsangan

penciuman, bau dapat menimbulkan rangsangan untuk muntah misalnya

bau bahan cetak, obat-obatan dan bau rokok dari dokternya.

(b). Faktor intra oral

13

Daerah pada sekitar mulut yang mempunyai respon rangsangan taktil yang

berbeda. Ada yang hiposensitif dan ada yang hipersensitif, daerah anterior

palatum kurang sensitif dari sebelah posterior. Pada pencetakan, bahan

cetak jangan sampai berlebihan sehingga pada palatum di bagian postenor

dapat merangsang muntah.

Faktor latrogenik

Faktor luar yang tidak ada keterkaitan dengan pasien misalnya perlakuan

yang kurang baik tidak hati-hati dan pemakaian alat dengan temperatur

yang ektrim dapat merangsang timbulnya muntah.

Faktor lain. Muntah dapat terjadi pada berbagai keadaan misalnya

kehamilan, mabuk perjalanan. Dapat pula karena efek samping pemakaian

obat, operasi dan terapi radiasi.

Faktor anatomi yang disebabkan abnormalitas anatomi seperti perbedaan

postur lidah, tulang hyoid, palatum mole yang menyebabkan beberapa

orang cenderung muntah.

Bahan-bahan kimia yang merangsang sel-sel kemoreseptor yang ada di

medulla oblongata dapat memicu muntah.

Iritasi pada mukosa traktus gastrointestinal bagian atas karena impuls

diteruskan dari mukosa ke medulla oblongata melalui jalur-jalur aferen di

saraf simpatis dan vagus.

Rangsangan yang dipicu oleh emosi karena terjadi di jalur-jalur aferen lain

yang mencapai area pengendali muntah dai diensefalon dan system limbic

sehingga saat orang mencium bau yang memualkan, melihat sesuatu yang

menjijikkan akan muntah.

Jenis kelamin. Wanita lebih mudah mengalami perasaan muntah dari pada

pria karena wanita lebih sensitive.

Penyakit system pencernaan seperti maag.

III.2.3 Gejala yang timbul sebelum muntah

14

Gagging Refleks didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan kekuatan bagaikan menyemprot melalui mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai reflek protektif untuk mengeluarkan bahan toksik dari dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang dibawahnya didapatkan obstruksi, kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching.

1. Nausea :

Suatu perasaan yang tidak nyaman didaerah epigastrik, cukup sukar untuk membuat definisi yang sempurna. Kejadian ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi, sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung meningkat dan perubahan pada rithme pernafasan. Refluk duodenogastrik dapat terjadi selama periode nausea yang disertai peristaltik retrograde dari duodenum kearah anthrum lambung atau secara bersamaan terjadi kontraksi anthrum dan duodenum

2. Retching :

Adalah upaya yang kuat dan involunter untuk mutah, tampak sebagai upaya persiapan untuk mutah. Upaya ini terdiri dari kontraksi spamodik otot diafragma baik (costal dan crural) dan dinding perut serta dalam waktu yang sama terjadi relaksasi LES (lower eosopheal sphingter). LES juga tertarik keatas oleh kontraksi otot bergaris longitudinal dari bagian natas esofagus. Selama retching isi lambung didorong masuk esofagus oleh tekanan intraabdominal dan adanya peningkatan tekanan negatif dari intratorakal, bahan mutahan yang ada diesofagus akan kembali lagi kelambung oleh karena adanya peristaltik eosofagus. Mutah berbeda dengan retching bahan mutahan dikeluarkan dari mulut. Pertama ekspulsi bahan mutahan kedalam esofagus dilakukan oleh retching, yang kemudian diikuti oleh relaksasi diafragma crura dan kembalinya tekanan intratorakal dari negatif menjadi positif. UES (upper eosophageal sphingter) juga relaksasi sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan intraluminal eosofagus .

Kondisi muntah selalu diawali dengan gejala-gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang akan muntah karena adanya gangguan didalam tubuhnya diantaranya :

Mual

Suhu tubuh meningkat

Batuk

Pucat

15

Tremor; jika rasa ingin muntah ditahan terus menerus dapat merangsang otot sehingga timbul tremor.

Peningkatan kuantitas air ludah

Berkeringat dingin

Meningkatnya kecepatan denyut jantung (takikardi) dan pernapasan

Pembesaran pupil

Lakrimasi

Nyeri pada perut; dapat mengindikasikan adanya ulkus peptik, obstruksi intestinum, dan penyakit-penyakit peradangan. Muntah dapat meredakan rasa sakit yang terdapat pada perut akibat adanya ulkus didalam saluran cerna, namun pada penyakit radang, muntah tidak terlalu mempengaruhi rasa sakit di perut.

Diare, demam, dan myalgia; mengindikasikan pada penyakit infeksi.

Turunnya berat badan dan malnutrisi; mengindikasikan penyakit telah kronis.

Sakit kepala; terjadi akibat adanya lesi pada sistem saraf.

Nyeri dada, disfagia atau jaundice; mengarah pada penyakit jantung dan esofagus.

III.2.4 Pencegahan refleks muntah

Penanganan pada Gagging Refleks meliputi :

- relaksasi yaitu dengan cara bernafas dengan teratur.

- Sedasi/tidur untuk merilekskan pikiran dan menghilangkan perasaan mual.

- hipnotik:menimbulkan kesan rileks dan santai.

Manajemen Manajemen untuk menghadapi pasien dengan kecenderungan muntah dapat dilakukan pada praktek kedokteran gigi pada umumnya. Namun, pasien dengan masalah gagging yang parah awalnya mungkin memerlukan rujukan ke dokter yang berwenang dalam pengelolaan pasien seperti ini. Hal ini bukan berarti praktisi pada umumnya tidak dapat mengatasi masalah gagging

16

reflex pada pasien. Seringkali, pasien dapat menerapkan teknik manajemen yang diberikan oleh praktisi sehingga dapat mencegah gagging reflex.

Penilaian Pengelolaan pasien dengan refleks muntah mungkin dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan etiologinya. Dokter perlu mengetahui riwayat rinci, bersikap simpatik, dan menciptakan suasana yang tenang dan meyakinkan. Sikap dokter terhadap pasien dapat berpengaruh terhadap hasil pengobatan. Jika dokter gigi mencoba untuk mengidentifikasi situasi yang memicu refleks muntah, maka dokter dapat lebih mengoptimalkan perawatan pada pasien dan keberhasilan operasi. Pasien harus diberitahu tentang segala hal yang terlibat dalam pemeriksaan intraoral, dan pemeriksaan hanya dilakukan jika pasien telah memberi izin. Dokter gigi harus mencoba untuk menghindari rangsangan refleks muntah dan situasi yang dapat membuat pasien stres, sehingga pemeriksaan yang dilakukan mungkin menjadi terbatas. Di sini, peran dokter gigi adalah bersikap simpatik terhadap kesulitan pasien dan membangun dialog yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan pasien.

TEKNIK MENCEGAH GAGGING REFLEX

Behavior Modification Metode ini merupakan metode jangka panjang yang paling berhasil dalam pengelolaan pasien gagging reflex. Umumnya, tujuan dari metode ini adalah untuk mengurangi kecemasan dan membuat pasien melupakan faktor- faktor yang dapat menyebabkan gagging reflex. Relaksasi, pengalihan perhatian, saran, dan desensitisasi sistematis adalah metode yang dapat digunakan dan dapat dikombinasi.

Relaksasi Refleks muntah dapat timbul karena rasa cemas. Relaksasi dapat membantu memperbaiki atau merubah cara berpikir pasien yang dapat menyebabkan rasa cemas berlebihan. Contohnya adalah dengan meminta pasien untuk rileks pada otot-otot tertentu, dimulai dari kaki dan berlanjut ke atas, sementara dokter terus memberikan jaminan rasa aman dan tenang pada pasien. Distraksi Teknik distraksi berguna untuk mengalihkan perhatian pasien dan teknik ini memungkinkan untuk prosedur perawatan yang singkat. Seorang dokter dapat mengajak pasien berkomunikasi, atau meminta pasien untuk berkonsentrasi pada pernapasan, misalnya menghirup udara melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut. Hal ini sangat bermanfaat terutama sebelum memulai pengobatan, agar pasien mampu memvisualisasikan rasa nyaman dan aman. Metode ini dapat dilakukan juga dengan meminta pasien untuk melakukan kegiatan yang menyebabkan kelelahan otot, misalnya dengan meminta pasien menaikkan kaki dan menahannya untuk beberapa saat. Ketika otot pasien semakin lelah, maka diperlukan usaha lebih untuk menahan kaki dalam posisi tinggi, sehingga mengalihkan perhatian pasien dari prosedur intraoral. Teknik distraksi dapat

17

dikombinasi dengan prosedur relaksasi, jika pasien sulit untuk mengatasi refleks muntah dengan teknik relaksasi saja. Teknik distraksi bermanfaat untuk pasien dengan refleks muntah yang ringan, dan pada prosedur perawatan yang singkat. Namun, teknik-teknik ini mungkin tidak memadai jika digunakan pada pasien dengan refleks muntah yang parah tanpa kombinasi dengan teknik lainnya.

Sugesti Teknik distraksi dapat disempurnakan dengan memasukkan unsur sugesti. Dokter dapat meyakinkan pasien bahwa muntah tidak akan terjadi selama prosedur perawatan. Citra visual dapat digunakan untuk meningkatkan sugesti, dengan memberikan pandangan-pandangan yang positif. Teknik hipnosis dapat membantu pasien untuk rileks dan mencegah refleks muntah saat perawatan gigi yang akan dilakukan. Ada beberapa kontraindikasi terhadap teknik hipnosis, tetapi seharusnya hanya digunakan setelah dokter telah menerima pelatihan yang tepat. Seorang hipnoterapis yang berpengalaman dapat menggunakan pendekatan sugesti yang canggih untuk membantu mengatasi refleks muntah.

TEKNIK FARMAKOLOGI

Anestesi lokal Penggunaan anestesi lokal untuk gagging reflex telah dikritik oleh beberapa penulis tetapi beberapa pihak yang mendukung beranggapan bahwa jika permukaan mukosa peka, maka pasien cenderung muntah. Anestesi lokal dapat digunakan dalam bentuk spray, gel, tablet hisap, larutan kumur, atau injeksi. Sebenarnya, anestesi topikal dapat bekerja pada beberapa pasien, namun justru dapat meningkatkan mual dan muntah, dan mungkin gagal untuk menekan refleks muntah. Pengendapan bius lokal di sekitar posterior foramen palatina telah digunakan untuk pasien yang muntah ketika palatum bagian posterior disentuh. Namun, pemberian suntikan lokal tidak mungkin dilakukan dan mungkin justru dapat menyebabkan refleks muntah. Selain itu, injeksi larutan anestesi lokal dapat menggelembung dalam jaringan lunak yang dapat mengganggu retensi dari protesa.

Sedasi

Apabila refleks muntah diakibatkan oleh rasa cemas yang berlebihan, maka menghilangkan atau mengurangi rasa cemas dapat mencegah refleks muntah. Penggunaan sedasi sadar dengan cara inhalasi, oral, atau intravena dapat menghilangkan refleks muntah selama perawatan gigi untuk sementara, juga mempertahankan refleks yang melindungi jalan napas pasien. Pendekatan psikologis seperti teknik relaksasi dan sugesti dapat ditingkatkan bersamaan

18

dengan sedasi. Sebuah laporan oleh Rosen memberikan contoh rinci bagaimana sugesti yang positif dapat digunakan bersamaan dengan sedasi nitrogen oksida. Penggunaan sedasi oral biasanya hanya digunakan pada pasien dengan refleks muntah ringan. Sedangkan sedasi intravena digunakan pada pasien dimana sedasi inhalasi tidak efektif terhadap pasien tersebut.

TEKNIK PENCEGAHAN MUNTAH SAAT PENCETAKAN RAHANG

Pada waktu pencetakan memerlukan teknik kerja yang cermat dan menenangkan mental dan fisiknya . Teknik Pencetakan yang cermat :

· Operator harus tenang dan cermat pada saat mencetak rahang.

· Cara pencetakan yang cermat dilakukan dengan mendudukkan dengan posisi kepala, tubuh berada dalam satu garis lurus, tegak dan rileks.

· Ukuran sendok cetak sedikit lebih besar dari rahang untuk ketebalan dari bahan cetak.

· Bahan cetak jangan sampai berlebihan sehingga dapat merangsang muntah

· Pencetakan dengan posisi yang benar operator di belakang kanan untuk rahang atas dan di depan untuk rahang bawah.

· Pencetakan dilakukan pada rahang bawah lebih dahulu dan pasien diminta bernafas melalui hidung dan bahan cetak jangan diperlihatkan pasien dan konsistensinya jangan encer.

· Bagian posterior sendok cetak ditekan terlebih dulu, kepala penderita ditundukkan sampai dagu menyentuh dada.

Persiapan mental pasien dan pengalihan perhatian

Dengan dialihkan berkonsentrasi pada berbagai aktivitas, perhatian dapat dialihkan dari rangsang muntah . Metode yang dapat digunakan untuk mengalihkan rangsang muntah antara lain sebagai berikut.

· Jangan pernah mengatakan “muntah” pada pasien selama proses pengerasan bahan cetak karena merupakan saat penting sehingga memerlukan untuk mengalihkan perhatian penderita terhadap apa yang dilakukan.

· Dalam mengalihkan perhatian pasien pada rangsangan muntah dapat dilakukan dengan lembut dan bijaksana, dan pada saat lain dengan kata atau tindakan keras.

19

· Pada pencetakan dianjurkan memanipulasi jaringan mulut dan muka untuk mengalihkan perhatian dan mengadakan pembicaraan dan menjelaskan tentang pencetakan yang akurat.

· Pada pasien yang kurang dapat mentolerir terhadap rangsangan muntah disarankan pada waktu pencetakan pasien diajak melakukan percakapan dengan topik tertentu. Misalnya menghitung secara cepat sampai 50 atau 100 dan meminta pasien untuk membaca dengan keras.

· Menurut Krol, untuk mengalihkan perhatian pasien diinstuksikan untuk mengangkat kakinya dan menahannya di udara. Karena otot pasien lelah maka perhatian akan muntah dapat dialihkan.

Pengobatan

Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik mutah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis gastrointestinal tract yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), appendiciyis, batu ginjal, obstruksi usus, tekanan intrakranial yang meningkat. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk (motion sickness), nausea dan mutah pasca operasi, khemoterapi kanker, cyclic vomiting, gastroparesis, dan gangguan motilitas gastrointestinal. Obat-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide, domperidome, cisapride, dan bethanechol.

Metoklopramide cukup efektif, cisapride sebagai prokinetik memberikan hasil yang baik, sebenarnya komplikasi jarang terjadi.

Antihistamines

Dimenhydrinate (dramamine) berhasil untuk terapi terutam pada mabuk (motion sickness) atau kelainan vestibuler.

Anticholinergic

Scopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada mutah oleh karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik.

Phenothiazines dan Butyrophenones

Prochlorperazine (Comphazine), Clorpromazine (Thorazine) dan Butyrophenon

20

haloperidol (Haldol) tidak dianjurkan pada anak tetapi mutah pada orang dewasa karena obat, radiasi, pembedahan tetapi dengan efek samping extrapyramidal yang irreversibel dan kelainan darah.

Cannabinoids

Tetrahydrocannabinol adalah komponen aktif dari marihuana dan nabilone suatu sintetik dari derivat cannabinoid efektif untuk terapi mutah oleh karena khemotherapi. Alternatif lain dapat diberikan metoclopramide dosis tinggi dandiphenhydramine untuk menghilangkan efek samping extrapyramidal.

Anxiolytics, sedative, dan tricyclic antidepresan

Diazepam (valium) dan derivat yang terkait mempunyai efek antiemetik pada dewasa dan anak terutama oleh karena faktor psikogenik.

Steroid

Steroid mempunyai sifat antiemetik, tetapi kelompok obat ini tak digunakan sebagai obat primer pada mutah. Efek samping antiemetik yang menguntungkan pada pengobatan steroid oleh indikasi lain.

Betadrenergic antagonist

Propanolol efektif untuk mencegah mutah oleh karena migraine.

BAB IV

KESIMPULAN

Refleks muntah atau gagging refleks adalah suatu mekanisme fisiologis

untuk melindungi tubuh dari bahayabenda-benda atau substansi-substansi asing

yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Gagging refleks atau refleks muntah

21

ditandai dengan napas yang semakin cepat, hipersalivasi, pupil megecil, nyeri

perut dan sebagainya. Refleks muntah diawali dengan adanya suatu rangsang yang

memberikan sinyal kepada pusat muntah atau vomiting centre yang kemudian

diteruskan ke batang otak hingga kembali ke saraf motorik pada tubuh dan

terjadilah muntah. Refleks muntah dapat diminimalisasi dengan berbagai cara

yang diantaranya adalah dengan berkumur atau minum menggunakan air es, terapi

obat-obatan, psikologi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F William. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid 1 Edisi 17.

Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C. and Hall. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta : EGC

22

Guyton, Arthur C. and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

G. S. Bassi, BDS. Jurnal Prosthetic Dentistry 2004 Volume 91 Nomer 5. etiology and management of gagging : A review of the literature

Subijanto Marto Sudarmo . Management of vomiting in infant and children . Divisi Gastroenterologi Laboratotrium Ilmu Kesehatan Anak . RSUD Dr.Soetomo/FK Unair

23