bab i
DESCRIPTION
bab 1 hnpTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia modern saat ini, tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan
tekanan fisik dan psikis pada seseorang. Hal ini memperbesar risiko pekerjaan
atau terkena penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya. Untuk
mendukung daya saing produksi, penggunaan alat-alat modern, bahan-bahan
berbahaya, zat kimia beracun dalam proses produksi serta tuntutan pekerjaan yang
tinggi sering tidak dapat dihindari. Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk
Low Back Pain (LBP) telah dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. Keluhan
nyeri biasanya self limiting, tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya serius. Hal
ini akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas orang yang mengalami low
back pain. Banyak penyebab nyeri muskuloskeletal telah diidentifikasi. Faktor-
faktor psikologis dan sosial berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan
mempengaruhi persepsi nyeri dan perkembangan disabilitas kronik (Main and
William, 2002).
Low Back Pain (LBP) adalah penyebab utama dari keterbatasan gerak
(WHO, 2003). Kejadian LBP berhubungan dengan faktor kebiasaan yang dapat
dihubungkan dengan kualitas kehidupan dan sikap dalam bekerja. Beberapa kasus
LBP disebabkan oleh penyebab yang spesifik, namun pada umumnya kasus yang
sering terjadi tidak disebabkan oleh penyebab yang spesifik. Pada fase akut, gejala
yang terlihat adalah keterbatasan gerak, hal ini biasanya terjadi kurang dari tiga
bulan. Pada fase kronik, masalah yang dialami lebih sulit, dimana pada fase ini
sering disertai gangguan psikologi, yaitu kerja yang tidak puas, jenuh, dan tidak
bias focus dalam bekerja. Salah satu gejala khusus untuk dapat menegakkan
diagnosa LBP pada fase kronik adalah gejala fibromialgia, walaupun terlihat
adanya penonjolan diskus pada hasil foto rontgen yang sering disalahartikan. Pada
penonjolan diskus, penderita belum tentu mengeluhkan rasa nyeri dan biasanya
tindakan pembedahan tidak dapat menghilangkan nyeri tersebut. Tidak ada
pengobatan tunggal yang dapat mengatasi keluhan penderita dan umumnya
penderita lebih memilih terapi kombinasi, namun belum ada hasil penelitian yang
membuktikan bahwa terapi kombinasi dapat mengatasi keluhan penderita (WHO,
2003).
Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti sikap
bekerja (duduk, berdiri, mengangkat), merokok, minuman beralkohol, aktivitas
rumah tangga, paritas, umur, indeks masa tubuh, olahraga, stress psikososial,
repetitif dan vibrasi. Duduk lama merupakan salah satu penyebab tersering
timbulnya LBP dengan angka kejadian pada orang dewasa 39,7- 60%. Duduk
lama mengakibatkan ketegangan dan keregangan ligamentum dan otot tulang
belakang sehingga mengakibatkan LBP. LBP berkaitan dengan duduk selama
lebih dari 4 jam. Selain lamanya duduk, sikap duduk turut mempengaruhi risiko
LBP. Sikap tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Pada sikap duduk tegak, ligamentum
longitudinalis posterior tidak teregang karena vertebralumbal dalam keadaan
lordosis. Namun pada sikap duduk membungkuk mengakibatkan penambahan
peregangan ligamentum longitudinalis posterior sehingga menimbulkan nyeri, dan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis. Bila ini
terjadi akan dapat mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Oleh karena itu agar
tidak terjadi LBP yang makin parah, maka perlu diperhatikan lama dan sikap
duduk yang benar. Penggunaan penyangga lumbal ketika duduk pada kursi
bersandar sangat membantu mengurangi risiko LBP. Istirahat sejenak dari duduk
dengan berdiri dan relaks perlu dilakukan untuk mengurangi risiko. Selain itu
aktivitas olahraga untuk mengurangi dan mencegah LBP lebih parah perlu
dilakukan (Samara, 2004).
Low back pain merupakan masalah yang umum terjadi pada negara maju.
Studi epidemiologi di Australia pertama kali menunjukkan bahwa insiden LBP
dalam 1 tahun sebesar 6,3%- 15,4%, sedangkan kejadian LBP setiap tahunnya
sebesar 1,5%- 36%. Pada klinik kesehatan yang berbasis penelitian, kejadian
remisi (kekambuhan) LBP sebesar 54%- 90%, namun kebanyakan studi tidak
menunjukkan apakah episode itu terus-menerus. Pada umumnya, penderita LBP
mengalami episode berulang. Perkiraan kekambuhan pada penderita LBP sebesar
24% menjadi 80% dalam 1 tahun (Hoy et all., 2010). Di Amerika Serikat
prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15%-20% sedangkan insidensi
berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter adalah 14,3%. Data epidemiologik
mengenai LBP di Indonesia belum ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah
berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada
laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia (Sadeli et all., 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Samara dkk (2005) pada bulan Oktober – Desember 2004 di Jakarta dengan
subyek penelitian berjumlah 223 orang, yang menderita LBP sebesar 36,8%.
Menurut penelitian Widiyanti (2009), angka kejadian dari LBP diperkirakan
sebesar 7,6% sampai 37% (Widiayanti et all., 2009).
Berdasarkan data di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai prevalensi penderita LBP di Indonesia, khususnya daerah Provinsi
Aceh.