bab i

54
LaporanPraktikum Acara 1 PembuatanDenahdanPenilaian Tata LetakAwal Kelompok D1 Anggota : Sintari Rahayu ( 11/318934/TP/10180 ) F. Antonio S. ( 11/318947/TP/10192 ) Nadia Adelia ( 11/318996/TP/10204 ) Agung Widhi N.( 11/319688/TP/10219 ) NooritaYanuasti (11/320103/TP/10237 ) Co – Asisten : Asih Rachmayanti LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAIN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

Upload: petra-raditya-ivanny

Post on 29-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wefcadszfvsfs

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

LaporanPraktikum

Acara 1

PembuatanDenahdanPenilaian Tata LetakAwal

Kelompok D1

Anggota :

Sintari Rahayu( 11/318934/TP/10180 )

F. Antonio S. ( 11/318947/TP/10192 )

Nadia Adelia ( 11/318996/TP/10204 )

Agung Widhi N.( 11/319688/TP/10219 )

NooritaYanuasti (11/320103/TP/10237 )

Co – Asisten :

Asih Rachmayanti

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAIN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penataan tata letak fasilitas perusahaan yang tidak baik dapat

meningkatkan biaya bagi perusahaan dan terbuangnya waktu untuk

menyelesaikan suatu rangkaian pekerjaan. Contohnya pada lantai

produksi, dimana peletakan mesin yang tidak beraturan dapat berakibat

pada waktu perpindahan material yang lama sehingga waktu

menyelesaikan suatu produk menjadi lebih lama dan menyebabkan biaya

yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Menurut Tompkins (1996),

penataan lingkungan perusahaan yang baik dapat memberikan manfaat

berupa:

Visi dari perusahaan dalam hal peningkatan material handling,

material control, dan perawatan dapat terdukung;

Meningkatkan utilitas manusia, peralatan, tempat, dan energi;

Meminimalkan penanaman modal;

adaptasi dan meningkatkan perawatan;

Meningkatkan keamanan dan kepuasan saat bekerja.

Penataan lingkungan perusahaan tidak dapat dilakukan hanya

sekali, namun harus diadakan terus pengevaluasian, perbaikan, dan

perencanaan kembali apabila perusahaan sudah mulai merasa

ketidaksesuaian.

Praktikum dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap tata letak

awal perusahaan yang dijadikan sebagai bahan kajian untuk kemudian

dilakukan perancangan urutan pekerjaan yang baru dengan dasar urutan

proses produksi awal dan bertujuan agar proses produksi dapat lebih

singkat, sehingga waktu proses dapat lebih singkat.

Tujuan utama dari praktikum ini adalah tercapainya target

perusahaan, dengan tetap memperhatikan faktor penilaian utama dalam

memilih alternatif yaitu alternatif yang memiliki biaya investasi dan biaya

Page 3: BAB I

operasional yang paling kecil. Merancang tata letak mesin dengan juga

memperhatikan jarak perpindahan material. Kekurang efektifannya adalah

dari sering terjadinya back tracking pada aliran materialnya.

Praktikum ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi

praktikan dalam hal menggambar peta aliran bahan dan melakukan

penilaian terhadap tata letak awal suatu industri sehingga nantinya dapat

memberikan usulan perbaikan terhadap tata letak dan aliran bahan dalam

industri yang digunakan sebagai bahan kajian sehingga produktivitas

industri tersebut dapat meningkat.

B. Tujuan

1. Praktikan dapat menggambarkan tata letak awal suatu industri

2. Praktikan dapat menilai tata letak suatu industri

3. Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai

kondisi umum industri yang digunakan sebagai objek kajian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: BAB I

Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat

berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tat leetak pabrik. Tata letak

dapat didefinisikan sebagai tata cara pegaturaa fasilitas-fasilitas pabrik guna

meunjang kelancaran proses produksi (2009,Wignjosoebroto).

Dalam merancang tata letak pabrik terdapat criteria-kriteria yang menjadi

ukuran tata letak pabrik yang baik. Tata letak pabrik yang baik perlu

mempertimbangkan aspek-aspek social dan aspek-aspek teknik, hal ini dikenal

dengan istilah socio-technical system (Ahyari, A., 1979).

Ada beberapa cirri yang bisa dijadikan criteria tata letak pabrik yang baik yaitu

(Apple,1990):

1. Keterkaitan kegiatan yang terencana

2. Pola aliran barang terencana

3. Aliran yang lurus

4. Langkah balik (ke tempat yang telah dilalui) yang minimum

5. Jalur aliran tambahan

6. Gang yang lurus

7. Perpindahan yang minimum antar operasi

8. Metode pemindahan terencana

9. Jarak pemindahan minimum

10. Pemrosesan digabung dengan dengan pemindahan barang

11. Pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman

12. Operasi pertama dekat dengan penerimaan

13. Operasi terakhir dekat dengan pengiriman

14. Penyimpanan pada tempat pemakaian jika mungkin

15. Tata letak yng dapt disesuaikan dengan perubahan

16. Persediaan/tumpukan barang setengah jadi minimum

17. Sedikit mungkin bahan yag tengah diproses

18. Pemakaian seluruh lantai pabrik yang maksimum

19. Ruang penyimpanan yang cukup

20. Bahan diantar ke pekerja dan diambil dari tempat kerja

Page 5: BAB I

21. Sesedikit mungkin jalan kaki antar operasi produksi

22. Penempatan yang tepat untuk fasilitas pelayanan produksi dan pekerja

23. Pengendalian kebisingan,kotoran,debu,asap, kelembapan dll

24. Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan dan pengiriman

Penentuan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

hal, antara lain (Moore, J.M,1962):

Melayani konsumen dengan memuaskan.

Mendapatkan bahan mentah kontiniu, harga layak/memuaskan.

Mendapatkan tenaga kerja yang cukup.

Memungkinkan perluasan perusahaan kemudian hari.

Menurut Heizer, Jay and Render, Barry (2005) untuk melakukan pemilihan lokasi,

terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, antara lain: (1) Pemeringkatan

faktor (factor rating); (2) Analisis nilai ideal; (3) Analisis ekonomi; (4) Analisis

volume-biaya; (5) Pendekatan pusat graviti; dan (6) Metode transportasi.

(1) Pemeringkatan Faktor (Factor Rating)

Adalah suatu pendekatan yang berguna untuk mengevaluasi dan

membandingkan berbagai alternatif. Metode ini memberikan suatu landasan

rasional dalam menganalisis dengan memberikan bobot terhadap faktor yang

dipertimabangkan, selain faktor kuantitatif juga faktor kualitatif. Faktor kualitatif

di kuantitatifkan dengan pendekatan nilai tertimbang (weighted score).

Prosedur penyusunan pemeringkatan faktor (factor rating), antara lain:

Tentukan faktor-faktor yang relevan, misal: lokasi pasar, bahan baku, dan

air).

Berikan bobot setiap faktor yang menunjukan tingkat kepentingan. Jumlah

bobot total 100% atau 1.

Tentukan skala penilaian terhadap faktor, misal: 1 – 10 atau 1 – 100.

Page 6: BAB I

Berikan nilai pada setiap alternatif lokasi.

Kalikan bobot dengan nilai setiap faktor, dan jumlahkan setiap alternatif

lokasi.

Pilih lokasi dengan nilai tertimbang yang terbesar.

(2) Analisis Nilai Ideal

Perbedaan metode ini dengan pemeringkatan faktor adalah bobot yang

diberikan menunjukan nilai ideal dari setiap faktor.

Contoh: Faktor Nilai Ideal Lokasi A Lokasi B

Letak pasar 25 25 20

Letak bahan

baku

20 18 20

Tenaga kerja 20 20 18

Tenaga listrik 15 15 12

Ketersediaan air 10 9 10

Prasarana umum 5 4 5

Kemungkinan

perluasan

5 5 5

Total 100 96 90

Dari tebel di atas, Lokasi A merupakan lokasi terpilih, karena memiliki skor

tertimbang yang lebih besar dari pada lokasi B.

Metode ini lebih simple, namun untuk memberikan nilai pada setiap lokasi agak

lebih sulit.

(3) Analisis Ekonomi

Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara

bersama untuk mendapatkan penilaian yang lebih lengkap.

Contoh:

(dalam juta

I II III IV

Page 7: BAB I

rupiah)

Lokasi

Faktor Biaya

Biaya

Tenaga

Kerja

370 387 412 442

Biaya

Transportasi

88 80 78 62

Biaya

Umum dan

administrasi

27 17 23 22

Biaya Bahan

bakar dan

utility

17 12 11 18

Total Biaya 502 496 524 544

Terdapat beberapa jenis tata letak (lay-out), antara lain: (1) Tata letak proses; (2)

Tata letak produk; dan (3) Tata letak posisi tetap (Agung, dan Machfud. 1990.) :

(1) Tata letak proses

Tata letak proses (process layout)/tata letak fungsional adalah penyusunan

tata letak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan

dalam bagian yang sama, contoh: pergudangan, rumah sakit, universitas, dan

perkantoran.

Terdapat beberapa keuntungan dari tata letak proses, antara lain:

1. Memungkinkan utilisasi alat/mesin yang tinggi.

2. Memungkinkan penggunaan alat-alat/mesin-mesin yang multiguna

sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi.

Page 8: BAB I

3. Memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh

kerusakan alat/mesin.

4. Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personil dan peralatan.

5. Investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi

peralatan.

Sedangkan kelemahan dari tata letak proses, antara lain:

1. Peningkatan kebutuhan penanganan bahan (material handling)

karena aliran proses yang beragam dan tidak dapat digunakannya

ban berjalan.

2. Pengawasan produksi lebih sulit.

3. Meningkatnya persediaan barang dalam proses.

4. Total waktu produksi perunit yang lebih lama.

5. Memerlukan skill yang lebih tinggi.

6. Pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih

sulit, karena setiap ada order baru harus dilakukan

perencanaan/perhitungan kembali.

(2) Tata letak produk

Dipilih apabila proses produksinya telah distandarisasikan dan berproduksi dalam

jumlah besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari

awal sampai akhir.

Beberapa keuntungan menerapkan tata letak produk, antara lain:

1. Aliran material simpel dan langsung.

2. Persediaan barang dalam proses rendah.

3. Total waktu produksi per unit rendah.

Page 9: BAB I

4. Tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi.

5. Kebutuhan material handling yang rendah.

6. Pengawasan proses produksi yang lebih mudah.

7. Dapat menggunakan mesin khusus dan otomatis.

8. Dapat menggunakan ban berjalan karena aliran material sudah

tertentu.

9. Kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwal dengan

mudah

Sedangkan kelemahan dari tata letak produk adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan pada sebuah mesin dapat menghentikan produksi.

2. Perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifnya

tata letak yang bersangkutan.

3. Apabila terdapat bottle neck dapat mempengaruhi proses

keseluruhan.

4. Biasanya memerlukan investasi mesin/peralatan yang besar.

5. Karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan

kebosanan.

(3) Tata letak posisi tetap

Diperlukan apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain

sehingga menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan.

Produk tetap berada ditempat yang telah ditentukan, namun peralatan dan tenaga

kerja yang mendatangi produk tersebut. Misalnya: pembuatan kapal laut, pesawat

terbang, lokomotif, atau proyek-proyek konstruksi (produk besar/bulky), tapi

berlaku juga untuk industri perakitan komputer atau arloji (perakitan/ pengujian

ditempat yang sama).

Page 10: BAB I

Mulai

Pengambilan dataPanjang dan lebar seluruh area industri diukur

Seluruh ruangan dan masing-masing stasiun kerja diukur

Gambar denah industri pada kertas A4 dengan skala yang sesuai.Gambar denah dibuat tampak atas

Adapun keuntungan menggunakan tata letak tetap, antara lain:

1. Berkurangnya gerakan material.

2. Adanya kesempatan untuk pengayaan tugas.

3. Sangat flexibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam desain

produk, bauran produk, dan volume produksi.

4. Dapat memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat

menyelesaikan seluruh pekerjaan.

Sedangkan kelemahan menggunakan tata letak tetap, antara lain:

1. Gerakan personil dan peralatan tinggi.

2. Dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan.

3. Memerlukan tenaga kerja yang berkemampuan tinggi.

4. Biasanya memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam

proses yang tinggi.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode pengumpulan

data dan metode kualtatif. Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpukan data

tata letak dengan cara survey langsung ke industry yang akan diteliiti. Kemudian

dilakukan metode kualitatif terhadap data yaitu tata letak dinilai dengan

memberikan skor pada masing-masing criteria tata letak yang baik berdasarkan

kondisi nyata saat ini. Masing-masing criteria di beri bobot sesuai dengan

perannya dalam mendukung tata letak yang baik.

Page 11: BAB I

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1) Denah Tata Letak

Terlampir

2) Deskripsi Industri

Gambaran umum industri

a. Nama industri : Roti Fadhillah

b. Alamat industri : Perum Boko Permata Asri RT 05

RW 30 Bokoharjo, Prambanan,

Sleman

c. Tahun berdiri : 2006

d. Bidang usaha : Industri bakery skala menengah

e. Jumlah tenaga kerja : 14 orang

Page 12: BAB I

f. Kapasitas produksi : 9697 roti kering atau setara dengan

4211 roti basah per hari

g. Jam kerja per hari : Delapan jam

h. Jam kerja per minggu : 56 jam

i. Bentuk usaha : Usaha makanan khususnya bakery

Dalam skala home industry

j. Pendiri : Karyono Noto Sejati, SIP.

k. Konsumen : Semua umur, dengan sasaran

konsumen yang berada di sekitaran

lingkungan produksi

Bahan baku dan bahan pembantu

a. Bahan baku : Tepung, margarin, guladantelur

b. Bahan pembantu : Bumbu yang terdiri dari garam,

bread improver, kalsium propionate

dan ragi

Ruang atau area kerja

a. Resepsionis

Fungsi : Untuk melayani keperluan administrative seperti

Pemesanan melalui telepon atau pelayanan

Langsung kepada konsumen yang ingin membeli

Secara langsung di pabrik. Selain itu untuk

keperluan lain yang berhubungan dengan industri

dan pihak lain (konsumen, reseller, dll).

Luas : 200 x 198 cm atau 3,96 m2

b. Area kerja penyemiran

Fungsi : Untuk penyemiran roti kering atau bagelan

Luas : 313 x 137 cm atau 4,2881 m2

c. Gudang

Fungsi : Untuk menyimpan bahan atau perabotan yang

Tidak terpakai contohnya seperti kardus

Page 13: BAB I

Luas : 376 x 322 cm atau 12,1072 m2

d. Area kerja pembentukan adonan

Fungsi : Untuk membentuk adonan menjadi bulatan adonan

Dan sekaligus diberiisian saat pembentukn tersebut

Luas : 430 x 310 cm atau 13,33 m2

e. Area kerja pengemasan

Fungsi : Untuk pegemasan produk roti yang sudah

Didinginkan dan siap dimasukkan dalam plastik

kemasan

Luas : 123 x 129 cm atau 1,5867 m2

f. Kamar mandi

Fungsi : Untuk fasilitas pemenuhan kebutuhan mandi cuci

Kakus pekerja

Luas : 160 x 138 cm atau 2,208 m2

g. Mushola

Fungsi : Untuk fasilitas pekerja yang ingin melaksanakan

ibadah

Luas : 315 x 310 cm atau 9.765 m2

h. Dapur

Fungsi : Untuk keperluan yang berhubungandengandapur

bagi Pekerja seperti makan dan minum karena

terdapat fasilitas makan dari pabrik

Luas : 407 x 310 cm atau 12, 617 m2

i. Rest room

Fungsi : Untuk tempat beristirahat pekerja

Luas : 235 x 235 cm atau 5,5225 m2

Alat dan mesin

a. Panel pengendali oven

Dimensi : p : 13 cm; l : 13 cm; t : 19 cm

b. Oven

Dimensi : p : 390 cm; l : 230 cm; t :

c. Fermentor

Page 14: BAB I

Dimensi : p :

d. Loyang

Dimansi :

e. Krat plastik

Dimensi :

f. Krat kayu

Dimensi :

g. Troli

Dimensi : p : 89 cm; l : 67 cm; t : 82 cm

h. Mesin pemutar panggangan

Dimensi : p : 35 cm; l : 33 cm; t : 117 cm

i. Kipas untuk oven

Dimensi : p : 29 cm; l : 25 cm; t : 27 cm

j. Tungku untuk fermentasi

Dimensi : d : 30 cm; t : 53 cm

k. Mixer

Dimensi : p : 91 cm; l :73 cm; t : 87 cm

l. Alat pencampur adonan

Dimensi : p : 138 cm; l :67 cm; t : 94 cm

m. Timbangan besar

Dimensi : p : 27 cm; l : 23 cm; t : 28 cm

n. Timbangan kecil

Dimensi : p : 7 cm; l : 5 cm; t : 20 cm

Kapasitas maksimum produksi

Dalam sehari dapat mencapai 4.211 roti basah atau setara dengan

9.697 roti kering

Page 15: BAB I

3) Form Penilaian Tata Letak

LEMBAR PERIKSA PENILAIAN FASILITAS

Namaindustri: Roti Fadhillah Tanggal

penilaian : 8 Maret 2013

Alamat industri: Perum Boko Permata Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan,

Sleman

Dinilaioleh : Kelompok D1

Skorpenilaian : 1.Sangat kurang, 2.Kurang, 3.Bagus, 4.Sangat bagus

Hasil penilaian akhir = bobot x skor

KriteriaBob

otSkor

Bobot

x skorKeterangan

I.ALIRAN BAHAN

Pola aliran terencana

0.07 3 0.21

Pola aliran terencana tetapi ada

aliran yang tidak berurutan

(berbelok)

Aliran bahan lurus

0.05 2 0.10

Proses penerimaan berada di

depan, sedangkan stasiun

operasi awal ada di belakang.

Selain hal tersebut aliran bahan

lurus

Langkah balik

minimum0.06 4 0.24 Tidak ada backtracking

Keterkaitan kegiatan

terencana

0.06 3 0.18 Keterkaitan kegiatan terencana

urut, tetapi polanya melingkar

Page 16: BAB I

karena pintu masuk dan pintu

keluar berada pada satutempat

yang sama

II.PEMINDAHAN BAHAN

Frekuensi

pemindahan

minimum0.05 3 0.15

Frekuensi pemindahan bahan

minimum karena sekali angkut

dengan jumlah yang banyak

namun jaraknya cukup jauh

Metode terencana0.05 4 0.20

Metode pemindahan bahan

langsung dan terencana

Alat pemindah yang

sesuai

0.05 4 0.20

Sesuai dengan tempat yang

sempit, banyak bahan dan

tenaga manusia yang

digunakan. Alat yang

digunakan troli

Jarak minimum

0.05 3 0.15

Waktu pemindahan tidak terlalu

mempengaruhi proses produksi

hanya saja tempat (gang) yang

sempit

Digabung dengan

proses0.05 1 0.05

Tidak ada pemindahan bahan

yang digabung dengan proses

Bergerak dari

penerimaan menuju

pengiriman

0.04 3 0.12

Bahan bergerak dari

penerimaan menuju pengiriman

namun tidaklurus

III.RUANG

Gang lurus

0.05 2 0.10

Terlalu banyak belokan karena

penempatan alatdan bahan yang

kurang baik

Pemakaian ruang

maksimum 0.04 2 0.08

Terdapat space yang

pemakaiannya kurang

maksimum

Ruang penyimpanan 0.05 3 0.15 Ruang penyimpanan cukup

Page 17: BAB I

mencukupi namun kurang tertata

Ruang antar

peralatan mencukupi0.05 4 0.20 Ruang antar peralatan cukup

Direncanakan untuk

perluasan0.03 2 0.06

Tidak ada space kosong karena

banyaknya loyang. Namun ada

rencana untuk memperluas

bangunan pabrik

IV.PROSES PRODUKSI

Operasi pertama

dekat dengan

penerimaan

0.04 2 0.08Jarak antara operasi pertama

dengan penerimaan cukup jauh

Operasi terakhir

dekat dengan

pengiriman

0.04 4 0.16Jarak operasi terakhir dengan

pengiriman dekat

Penyimpanan di

tempat pemakaian0.03 3 0.09

Jarak antara penyimpanan

dengan tempat pemakaian

cukup dekat, sesuai dan

berkesinambungan

Bahan setengah jadi

minimum0.03 4 0.12

Hampir tidak ada bahan

setengah jadi karena proses

produki berjalan secara

kontinyu untuk efisiensi waktu

Waktu produksi total

hampir seluruhnya

merupakan waktu

pemrosesan

0.03 3 0.09

Tidak seluruhnya waktu

produksi total adalah waktu

pemrosesan karena ada waktu

menunggu saat fermentasi

menuju pengovenan

Penempatan bagian

penerimaan dan

pengiriman yang

pantas

0.02 2 0.04

Penerimaan dan pengiriman

berada pada satu tempat yang

sama, dapat terjadi bentrok

ketika suatu saat kedua proses

berjalan bersamaan

Page 18: BAB I

V.LAIN-LAIN

Pelayanan pekerja

memadai0.02 3 0.06

Fasilitas lengkap namun

kurangbersih

Pengendalian

kebisingan, kotoran,

debu dsb 0.02 1 0.02

Pemasangan atap (seng) kurang

baik sehingga menimbulkan

bunyi saat terkena angin. Tidak

ada langit-langit sehingga bila

ada kotoran langsung jatuh

Pembuangan barang

sisa minimum

0.02 3 0.06

Penggunaan bahan untuk

produksi sudah diperhitungkan

sehingga bahan sisa sedikit,

yaitu hanya yang tersisa sedikit

dari proses pembentukan

TOTAL PENILAIAN 2.91

B. PEMBAHASAN

Deskripsi industri

Industri yang kami kunjungi bernama “Fadhillah”. Sebuah industri

pangan yang bergerak dalam produksi roti. Produksinya sendiri terbagi dua yaitu

untuk roti kering dan roti basah. Industri ini terletak di Perumahan Boko Permata

Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Industri yang

berdiri pada Mei 2006 ini dimiliki oleh bapak Karyoni Noto Sejati, SIP. Kapasitas

produksi pabrik ini dilakukan sesuai permintaan pasar. Ketika ada pesanan maka

hari itu juga segera dibuatkan pesanannya, sehingga hari berikutnya dapat

diambil. Faktor lain juga tergantung pada banyaknya karyawan serta kemampuan

masing-masing karyawan. Untuk satu kali produksi dalam sehari dapat diperoleh

9697 produk roti kering atau setara dengan 4211 roti basah.

Dalam produksinya industri ini mempunyai beberapa stasiun kerja

yang terbagi menurut jenis-jenis kegiatan yang dilakukan di stasiun tersebut,

yaitu:

1. Stasiun kerja penimbangan

Page 19: BAB I

Stasiun ini terletak pada sisi belakang pabrik. Dalam stasiun kerja ini

dilakukan penimbangan bahan-bahan roti. Bahan utama terdiri dari margarin,

tepung, gula, dan telur. Sedangkan bahan tambahannya yaitu garam, bread

improver, kalsium propinat, dan ragi. Bahan tersebut ditimbang sesuai takaran

yang diperlukan. Biasanya dalam sehari, 5 kali produksi, menghabiskan tepung

terigu sebanyak 1,5 kwintal. Dalam stasiun kerja ini terdapat peralatan dan mesin

yaitu timbangan besar dengan dimensi panjang 27 cm, lebar 23 cm, dan tinggi 28

cm.

2. stasiun kerja pencampuran

Setelah semua bahan yang diperlukan ditimbang, bahan-bahan

tersebut dicampur dalam mesin yang disebut molen. Pencampuran dilakukan

hingga adonan tersebut kalis atau tidak lengket. Adonan ini nantinya disebut

adonan dasar. Adonan dasar ini nanti dibagi menjadi dua bagian yang besarnya

sesuai pesanan pasar untuk nantinya dibentuk menjadi roti kering dan roti basah.

Letak stasiun kerja ini berdekatan dengan stasiun kerja penimbangan. Mesin yang

digunakan dalam stasiun ini yaitu molen memiliki panjang 138cm, lebar 67 cm,

dan tinggi 94cm. Luas area dalam stasiun kerja ini yaitu 376x182cm

3. stasiun kerja pembentukan

Adonan dasar yang sudah kalis sempurna dipindahkan ke stasiun kerja

pembentukan. Dalam stasiun kerja ini adonan dasar dibagi untuk bagian roti basah

dan roti kering, kemudian dibentuk. Untuk menyeragamkan ukuran pada masing-

masing jenis roti , setiap adonan yang sudah terbentuk ditimbang dahulu

menggunakan timbangan kecil biasa. Pada roti basah berat standar berkisar antara

36-40 gram dan untuk roti kering 15-18 gram. Dalam stasiun kerja ini dilakukan

pula pengisian rasa pada adonan roti basah. Rasa sendiri terbagi atas krim dan

coklat. Macam rasa yang diisikan tergantung besarnya pesanan pasar. Untuk rasa

yang standar yaitu coklat, diisikan pada saat proses pembentukan. Sedangkan rasa

krim diisikan setelah proses pemanggangan sengan membelah bagian tengah roti.

Setelah diisi dengan rasa coklat, roti diberi toping untuk membedakan rasa agar

tidak tertukar serta supaya terdapat variasi hiasan pada roti. Pembentukan dan

pengisian rasa dilakukan secara manual menggunakan sumber daya manusia yang

Page 20: BAB I

tersedia. Dalam stasiun ini terbagi menjadi tiga operasi yaitu operasi pembulatan,

operasi pengisian, operasi pemberian toping. Dalam operasi pembulatan setiap

adonan dibulat-bulat sesuai keinginan roti yang akan diproduksi. Dalam hal ini

kita ambil roti dengan toping kismis. Setelah adonan roti dibuat maka roti akan

diberi isian. Roti yang diberi isian dalam stasiun kerja ini adalah roti cokelat.

Cokelat untuk isian dibuat sendiri dalam industri tersebut. Kemudian roti diberi

toping untuk variasi tampilan atau pembedaan rasa (kismis). Luas area stasiun

kerja ini yaitu 430 x 310 cm atau 13,33 cm2 .dalam stasiun ini juga terdapat

timbangan kecil yang berguna untukmngukur keseragaman adonan tadi,

dimensinya yaitu 2x5x20 cm.

4. stasiun kerja fermentasi

Dalam stasiun kerja ini dilakukan fermentasi roti dalam suatu ruangan

yang sudah diatur suhu dan kelembabannya atau kita sebut sebagai fermentor. Hal

tersebut dilakukan agar adonan dapat mengembang sesuai ukuran yang

diinginkan. Adonan ditata dalam loyang-loyang kecil kemudian ditumpuk

menjadi satu dalam fermentor tersebut. Suhu dalam fermentor yaitu 40 derajat

celcius, pengaturan ini disebabkan suhu tersebut sesuai dengan pertumbuhan

starter. Lamanya fermentasi tergantung dari maksut ukuran roti yang dibutuhkan.

Biasanya berkisar antara 3,5 sampai 5 jam. Semakin lama fermentasi, maka roti

semakin mengembang. Untuk ukuran roti yang kecil biasanya diambil sebelum

mengembang maksimal. Tungku yang digunakan untuk fermentasi memiliki

diameter 30 cm dan tinggi 53 cm,.

5. stasiun kerja pengovenan

Setelah dari fermentor, adonan kemudian di proses dalam stasiun kerja

pengovenan. Di stasiun ini adonan roti yang telah mengembang di masukkan

dalam oven besar. Oven yang digunakan sudah cukup bagus dan modern

menggunakan roda bergerigi. Hal ini bertujuan untuk memutar loyang-loyang

berisi adonan dalam oven agar tingkat kematangan dapat sempurna dan merata.

Untuk roti basah pengovenan hanya dilakukan satu kali, sedangkan untuk jenis

roti kering (bagelan) dilakukan sebanyak dua kali (sebelum pengovenan kedua

Page 21: BAB I

dilakukan pengolesan krim dahulu). Perbedaan antara roti basah dan roti kering

sebenarnya hanya terletak pada proses pengovenannya saja. Karena untuk

mendapatkan tekstur kering tersebut memang diperlukan pengovenan sebanyak

dua kali. Suhu yang digunakan untuk roti basah dan roti kering berbeda, untuk roti

basah 180-200 derajat celcius selama 12 menit, untuk roti kering kurang lebih 100

derajat celcius selama 20 menit. Oven yang digunakan sendiri memiliki dimensi

panang 390 cm dan lebar 230 cm. Panel pengendali oven nya 13x13x19cm. Kipas

untuk oven 29x25x27cm. Mesin pemutar panggangan 35x33x117cm.

6. stasiun kerja pendinginan

Loyang-loyang yang telah selesai dioven kemudian dipindahkan

dalam stasiun kerja pendinginan, loyang ditumpuk-tumpuk pada stasiun ini, untuk

didiamkan agar adonan tidak berembun ketika sudah dikemas. Karena jika

langsung dikemas akan mempengaruhi tekstur dan rasa serta aspek estetika di

dalamnya. Dimensi loyang sendiri yaitu 100x45cm. Lamanya pendinginan

tergantung roti yang telah masak, jika dirasa sudah cukup maka akan langsung

dikemas dalam plastik. Dalam stasiun ini tidak ada perlakuan apapun.

Pendinginan pun tidak dilakukan menggunakan alat namun secara alami

didiamkan saja. Pendinginan dilakukan selama satu jam. Karena untuk roti kering

pendinginan dirasa sangat penting sebab hal tersebut dapat memperkeras tekstur

roti. Tekstur yang mengeras ini memudahkan operasi selanjutnya yaitu

penyemiran. Apabila semir dioleskan saat roti masih panas maka semir akan

meleleh dan roti menjadi lembek serta kekeringan untuk proses pengovenan kedua

menjadi tidak sempurna.

7. stasiun kerja pemberian krim

Operasi yang berlangsung dalam stasiun ini terbagi menjadi dua

bagian. Namun terjadi dalam satu tempat yang sama. Operasi tersebut terdiri dari

operasi pengirisan dan operasi penyemiran. Dalam operasi pengirisan dilakukan

menggunakan pisau roti panjang dengan sistem manual. Roti yang jenisnya basah

dibelah tengahnya (tidak sampai putus) kemudian disemir. Oprerasi penyemiran

dilakukan untuk memberikan rasa pada roti. Rasa yang diberikan pun beraneka

Page 22: BAB I

ragam, ada mocca, strawberry, dan yang lainnya. Sedangkan untuk roti kering,

dibelah hingga putus kemudian disemir menggunakan jenis krim susu vanilla.

Roti kering ini lalu dipindahkan lagi ke stasiun kerja pengovenan untuk

selanjutnya di masukkan dalam oven agar kering. Luas stasiun kerja ini yaitu

123x317cm.

8. stasiun kerja pengemasan

Dalam stasiun kerja ini roti-roti yang sudah siap dikemas dalam

kantong plastik yang dilabeli merk “fadhillah” kemudian di steples agar rapi.

Operasi yang terjadi dalam stasiun kerja ini yaitu operasi pemasukan yaitu roti

dimasukkan dalam kantong-kantong plastic yang telah diberi merk. Proses ini

dilakukan tiap penyetoran 20 loyang. Setelah itu pindah ke operasi finishing. Roti

yang telah dimasukkan dalam plastic kemudian di tutup menggunakan streples

atau di rekatkan dengan lilin. Stasiun kerja ini memiliki luas 123x129cm.

Setelah dikemas roti masuk dalam ruang penyimpanan. Dalam ruang

ini roti-roti yang telah dikemas, disimpan dalam krat-krat plastik dan kayu,

menunggu diambil oleh sales-sales roti. Wadah produk akhir terdapat di sebelah

pengemasan dengan luas area 207x235cm. Roti yang sudah siap ambil akan

dimasukkan dalam krat kayu (80x45cm) dan krat plastik (63x43cm)

Alasan pemakaian ruang didaerah tersebut karena lahan yang dimiliki

bukan disitu. Untuk tata letak dalam pabrik seperti letak oven, ruang fermentor,

kamar mandi, mushola, ruang administrasi, dan ruang penyimpanan dari awal

sudah direncanakan demikian.

Ruang lain yang terdapat dalam industri ini yaitu gudang yang

berdimensi 376x372cm. Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan yang

sudah tidak terpakai seperti kardus. Mushola untuk tempat beribadah pekerja

dengan luas 315x310cm, 3 kamar mandi yang ada dalam industri ini untuk

keperluan mck pegawai masing-masing 160138cm, 160x138cm, dan 130x130 cm.

Dapur untuk membuat makan pekerja memiliki dimensi 407x138cm. Tempat

persediaan bahan bakar untuk meletakkan bahan bakar yang diperlukan selama

proses produksi memiliki luas 466x117,5cm. Lalu terdapat ruang istirahat pekerja

untuk tempat beristirahat, didalamnya terdapat televisi juga untuk hiburan pekerja.

Page 23: BAB I

Ruang istirahat ini memiliki luas 235x235cm. Selain itu juga terdapat resepsionis

sebagai tempat pelayanan administratif seperti pemesanan melalui telepon atau

pelayanan langsung kepada konsumen yang ingin membeli secara langsung di

pabrik. Juga dapat sebagai keperluan lainnya yang berhubungan dengan industri

seperti konsumen, reseller, sales, dan sebagainya. Ruangan ini memiliki luas

200x198cm.

Karyawan utama perusahaan berjumlah 14 orang. . pada bagian

produksi 5 orang, packaging 6 orang, 1 orang admisnistrasi, dan 2 orang sebagai

sales. Untuk sales sendiri ada dua jenis yaitu sales tetap dan sales freelance. Sales

tetap merupakan sales dari perusahaan itu sendiri, sedangkan sales freelance

mempunyai tanggung jawab masing-masing dan tidak terikat oleh perusahaan.

Perusahaan memberlakukan sistem kerja 8 jam sehari, 7 kali dalam

seminggu. Jam kerja dimulai pukul 06.30 hingga 14.30. jika karyawan masih

bekerja setelah jam tersebut maka kelebihan jam dihitung lembur. Tidak ada

sistem pembagian kerja dalam perusahaan ini karena industrinya masih skala

menengah. Dalam satu bulan karyawan mendapat jatah libur 3 hari, apabila jatuh

libur dalam satu bulan tidak diambil maka dapat diambil bulan berikutnya.

Untuk sistem penggajian tergantung dari kemampuan masing-masing

karyawan. Tidak ada patokan gaji tetap dalam industri ini. Namun untuk

karyawan training mendapatkan gaji perbulan Rp 350.000,00 dalam jangka waktu

3 bulan masa training. Untuk jatah makan disediakan perusahaan.

Tata letak

Tata letak dalam industri sangat penting karena dapat membantu suatu

industri tersebut menentukan titik-titik produktivitas maksimumnya dengan

mengatur denah maupun letak ruangan sehingga berkesinambungan dengan

kinerja produksi. Tata letak dapat digunakan untuk menentukan alur produksi

supaya efektif dan efisien. Tata letak dapat menentukan daya saing perusahaan

dalam hal kapasitas, proses, flesibilitas, dan biaya serta kualitas lingkungan kerja,

kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu

sebuah industri maupun perusahaan mencapai sebuah fleksibilitas dengan dampak

biaya produksi yang rendah. Sebuah tata letak yang efektif, misalnya,

Page 24: BAB I

memfasilitasi berbagai elemen di dalamnya meliputi adanya aliran bahan,

penembatan mesin, penanganan bahan yang baik dan terencana. Penanganan

bahan yang baik nantinya jugaa dapat membantu mengurangi biaya produksi.

Karena dalam hal ini waktu serta kegiatan yang dilakukan berupa operasi-operasi

di dalamnya dapat berjalan dengan efektif. Sehingga kegiatan seperti back

tracking, waktu delay, serta operasi-operasi yang tidak penting dapat dikurangi.

Adanya akibat dari kegiatan ini dapat menguntungkan suatu industri contohnya

dengan naiknya kapasitas produksi. Sistem tata letak pun dapat diatur dan bersifat

fleksibel, sebab tata letak dalam suatu industri akan berbeda dengan industri yang

lain terkait bahan, luas area, dan produk yang akan dihasilkan nantinya.

Tata letak di industri Roti fadhillah ini secara umum sudah berdekatan

untuk setiap stasiun kerjanya namun masih terdapat beberapa bagian yang perlu

diperbaiki. Bentuk dari industri ini sendiri yaitu memanjang dari arah timur ke

barat. Bagian stasiun kerja pertama yaitu penimbangan terletak pada bagian

belakang sendiri dari bangunan ini. Keberadaan pintu masuk sekaligus pintu

keluar akan menghambat alur pemindahan bahan dari penerimaan menuju

penimbangan yang dirasa terlalu jauh. Hal tersebut dianggap kurang efektif dan

efisien. Setelah stasiunkerja penimbangan terdapat stasiunn kerja pencampuran.

Stasiun ini terletak di bagian belakang bangunan pula, bersebelahan dengan

stasiunkerja pertama. Setelah itu bahan akan dipindahkan ke stasiun kerja

pembentukan yang terdapat di sebelah barat kedua stasiun ini, jarak yang di

tempuh juga tidak jauh. Kemudian dipindahkan ke fermentor. Letak fermentor

bersebelahan dengan stasiun kerja pembentukan tentunya hal ini dimaksudkan

untuk kemudahan dalam memindahkan tumpukan loyang yang berisi adonan-

adonan roti. Kemudian di pindahkan dalam oven besar yang terletak tidak jauh

dari fermentor. Dari oven ini roti di dinginkan pada stasiun kerja pendinginan

yang terletak di tengah-tengah bangunan, untuk roti kering di semir lalu dioven

kembali. Stasiun kerja penyemiran terletak berdekatan dengan stasiun kerja

pendinginan. Lalu roti-roti yang sudah jadi dikemas, pengemasan dilakukan di

tempat yang sama dengan pendinginan lalu disimpaan dalam kotak kayu atau

kotak plastik yang terletak di dekat pintu masuk. Letak ini dapat dilihat pada

denah.

Page 25: BAB I

Kelebihan tata letak industri roti fadhillah :

1. jarak antar stasiun berdekatan

Jarak ini tentunya memepermudah karyawan untuk menjangkau tiap

stasiun karena tidak terpencar-pencar terlalu jauh. Namun pada penerimaan bahan

dan stasiun pertama terpisah jauh karena penerimaan terletak di depan sedangkan

stasiun pertama yaitu penimbangan terletak di bagian belakang pabrik. Jarak yang

berdekatan ini juga disebabkan oleh terbatasnya lahan pabrik sehingga

penempatan setiap stasiun kerja cenderung berdampingan.

2. kegiatan dalam setiap stasiun terpusat pada satu area saja

Dalam industri ini masing-masing stasiun dan operasi di dalamnya

telah dilokalisir menjadi satu area saja sehingga tidak terpencar menjadi beberapa

titik. Hal ini sudah memudahkan sumber daya manusia di dalamnya untuk

mengelola produk.

Kekurangan tata letak industri roti fadhillah :

1. alur produksi tidak lurus

Maksud dari pernyataan ini adalah alur untuk setiap nstasiun kerja

yang ada dalam industri roti ini berbelok-belok. Tentunya hal ini merugikan

mobilisasi pekerja, karena resiko adanya kecelakaan kerja juga semakin besar.

Alur yang kurang tertata rapi dengan tempat industri yang terbatas akan

memungkinkan tabrakan antar pekerja yang sedang menangani bahan. Jika hal ini

terjadi tentunya menimbulkan kerugian dalam sisi produksi serta waktu. alur yang

berkelok-kelok akan membuat bingung para pekerja yang dalam masa training

atau belum terbiasa dengan tata letak industri yang demikian. Apalagi dengan

banyaknya tumpukan loyang-loyang yang tersebar dimana-mana tentunya

menyulitkan manusia yang menanganinya. Alur produksi yang berkelok-kelok

akan membuang tenaga, sehingga pemanfaatan sumber daya manusia menjadi

kurang efektif dan efisien, serta dapat menimbulkan ketidaknyamanan pekerja

dalam melakukan kegiatan maupun tugasnya masing-masing. contohnya dengan

karyawanyang sedang membawa troli, hal itu akan menyulitkan kinerja karyawan

Page 26: BAB I

ini, dengan membawa beban berat misal troli berisi roti atau bahan yang akan

ditimbang namun harus melewati jalan yang berbelok-belok untuk mencapai

stasiun kerja pertama akan sangat merepotkan tentunya.

2. banyak barang yang tidak terlokalisir

Barang-barang yang dimaksud disini adalah loyang-loyang tempat

menaruh roti maupun adonan. Loyang-loyang ini tersebar di hampir seluruh

bagian pabrik, dan tertumpuk sangat tinggi. Pada bagian selatan terdapat

tumpukan loyang yang tidaak terpakai, pada bagian pendinginan tumpukan loyang

terlalu memenuhi space yang ada. Hal tersebut dapat memungkinkan loyang

tersenggol sehingga jatuh dan roti menjadi kotor menyentuh lantai. Seharusnya

untuk barang-barang yang tidak terpakai lagi dilokalisir dalam satu tempat

sehingga tidak memenuhi ruangan. Ruangan dengan area yang sempit tentunya

tidak menjadi hambatan dalam suatu industri untuk melakukan produktivitas

maksimum. Hanya saja perlu dimasimalkan tata letaknya agar membuat nyaman.

Tumpukan loyang yang sudah tidak terpakai tentunya akan menjadi sarang debu,

adanya karat, maupun kerusakan lain dapat berdampak pada produk yang

dihasilkan jika nantinya mengkontaminasi. Tumpukan loyang ini juga

mengganggu estetika dalam tata letak. Jika dapat dilokalisir tentunya tata letak

akan semakin bagus dan space ruang semakin besar sehingga membuat proses

produksi menjadi nyaman.

3. adanya tata letak yang kurang sesuai dan masih berantakan

Contohnya yaitu pada stasiun kerja pencampuran. Di depan stasiun

kerja ini persis ada kamar mandi. Padahal pencampuran merupakan proses yang

sangat erat aitannya dengan bahan baku. Lalu rak penyimpan krim yang terletak di

stasiun kerja pendinginan. Hal ini menyulitkan karyawan untuk menjangkau.

Seharusnya industri membuat tata letak yang lebih ergonomis baim dari segi

tempat, kelayakan, maupun jangkauannya. Tata letak lainnya yaitu di depan

stasiun kerja penyimpanan digunakan sebagai tempat menaruh sepeda motor dan

sepeda biasa. Padahal ruangan tersebut merupakan ruang produksi bukan sebagai

Page 27: BAB I

garasi. Minimalnya area tentu dapat di antisipasi dengan pemberian tata letak

ruang yang baik sehingga segi keergonomisan tetap terjaga.

4. kurangnya sistem pengendali kebisingan

Atap ruang produksi yang tersusun dari seng tidak terikat dengan

rapat, ditambah dengan intensitas angin yang besar di daerah ini membuat bunyi

seng menjadi keras dan sering erjadi. Hal ini dapat menganggu konsentrasi

pekerja dalam melakukan penanganan bahan. Dalam jangka panjang bisa saja

menimbulkan kelelahan awal, stress, dan keluhan lainnya terkait segi fisik

maupun psikis pekerja.

5. pemakaian ruang kurang maksimum

Adanya tata letak yang kurang sesuai membuat beberapa area untuk

setiap stasiun kerja terlihat boros dan memakan tempat, seperti stasiun kerja

pendinginan yang paling banyak membutuhkan space di ruangan ini. Adanya

bagian-bagian yang kurang tertata dengan rapi membuat ruangan produksi

terkesan tidak higienis. Seperti ruang penimbangan dan pencampuran yanng

terletak didepan kamar mandi, dinding-dinding yang kurang bersih dan tidak

adanya langit-langit. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat mempengaruhi mutu

produk.

Kriteria tata letak yang baik yaitu :

1. aliran bahan :

- pola aliran terencana : bertujuan agar menjaga kelancaran dan kemudahan

kegiatan proses produksi dan pendukung lainnya

- aliran bahan lurus : agar aliran bahan tidak melompat-lompat dan lurus serta

memperpendek perpindahan bahan

- langkah balik minimum : berkaitan dengan jarak perpindahan bahan, supaya

waku produksi dapat efektif dan efisien

- keterkaitan kegiatan terencana : agar produksi berjalan lancar, mengurang

gangguan dan kendala yang ada, sehingga produktivitas dapat maksimal

Page 28: BAB I

2. pemindahan bahan :

- frekuensi pemindahan minimum : apabila waku operasi digabungkan kriteria

ini menjadi patokan untuk waktu penyelesaian produk

- metode terencana : bertujuan menjaga kualitas bahan yang dihasilkan

- alat pemindah yang sesuai : menyesuaikan alat dengan operasi yang dilakukan

- jarak minimum ; bertujuan untuk menjaga keteraturan aliran bahan dan

merepresentasikan biaya pemindahan bahan

- digabung dengan proses : untuk meminimalkan waktu produksi

- bergerak dari penerimaan menuju pengiriman : bertujuan untuk memperlancar

pergerakan bahan

3. ruang :

- gang lurus : kriteria ini bertujuan untuk mempermudah kelancaran aliran bahan

- pemakaian ruang maksimum : untuk memberikan nilai tambah terhadap luas

lantai produksi yang tersedia

- ruang penyimpanan mencukupi : bertujuan agar penumpukan produk dan

komponen tidak menyebabkan kerusakan

- ruang antar peralatan mencukupi : untuk menjaga kelonggaran demi kelancaran

kegiatan manufaktur

- direncanakan untuk perluasan : supaya produksi dapat meningkat, dan

memperbaiki tata letak sebelumnya

4. proses produksi :

- operrasi pertama dekat dengan penerimaan : untuk menghemat pemakaian

ruang dan memperpendek jarak pemindahan bahan

- operasi terakhir dekat dengan pengiriman : untuk memperpendek jarak

perpindahan bahan

- penyimpanan di tempat pemakaian : untuk mempermudah proses dan

memperpendek waktu produksi

- bahan setengah jadi minimum : bertujuan untuk mencapai keseimbangan

lintasan dengan cara menghindari penumpukan barang setengah jadi untuk

proses selanjutnya

Page 29: BAB I

- waktu produksi total seluruhnya merupakan waktu pemrosesan : bertujuan

untuk memaksimalkan waktu pemrosesan dibandingkan dengan waktu

pemindahan bahan dan barang

- penempatan bagian pengiriman dan penerimaan yang pantas : untuk

menunjang kelancaran aliran bahan dan barang

5. lain-lain :

- pelayanan kerja memadai : untuk memberikan fasilitas dan kenyamanan bagi

para pekerja

- pengendalian kebisingan kotoran debu dll : bertujuan untuk menjaga K3 bagi

parapekerja

- pembuangan barang sisa minimum : guna meminimalkan buangan dan

memaksimalkan bahan untuk produksi

Untuk kriteria tata letak dalam industri roti fadhillah ini, kami

jabarkan sebagai berikut :

Aliran bahan pada pola aliran terencana kami nilai bagus yaitu 3 poin.

Maksud pemberian poin 3 karena kami rasa industri ini sudah mempunyai pola

aliran yang terencana dan bagus. Walaupun dalam beberapa bagian terdapat aliran

yang berkelok. Aliran bahan lurus bernilai kurang. Hal ini dikarenakan aliran

bahan yang tidak lurus. Penempatan stasiun kerja pertama di belakang tanpa

adanya akses dari belakang serta tempat penerimaan yang berada di depan.

Langkah balik minimum kami beri skor sangat bagus. Sebab salah satu kelebihan

industri ini adalah tidak adanya langkah balik minimum. Hal ini dapat membuat

proses produksi menjadi berjalan efektif dan efisien karena tidak adanya

backtracking. Keterkaitan kegiatan terencana memiliki skor bagus. Keterkaitan

kegiatan terencana secara urut akan tetapi polanya melingkar karena pintu masuk

dan pintu keluar berada di tempat yang sama sehingga pola kegiatannya tidak

lurus

Pemindahan bahan terbagi menjadi beberapa aspek. Yang pertama

adalah frekuensi pemindahan minimum. Hal ini kami nilai bagus karena bahan-

bahan yang dibutuhkan diangkut dalam sekali angkut dengan jumlah yang

Page 30: BAB I

sekaligus banyak sehingga bahan tidak dipindah-pindah. Namun jarak

pemindahan dari penerimaan bahan sampai ke tempat penyimpanan cukup jauh.

Metode terencana memiliki skor 4. Metode pemindahan bahan langsung urut dari

satu stasiun kerja ke stasiun kerja selanjutnya sehingga dapat meminimalkan jarak

perpindahan bahan. Alat pemindah yang sesuai dengan skor sangat bagus pula.

Alat pemindah yang digunakan adalah troli. Alat ini sesuai untuk digunakan di

tempat yang sempit, tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia dan untuk

memindahkan bahan seperti tepung. Jarak minimum memiliki skor bagus. Jarak

antar pemindahan bahan minimum dan waktu untuk proses pemindahan tidak

terlalu mempengaruhi proses produksi hanya saja tempat yang sempit sehingga

sedikit berpengaruh pada jarak tempuh. Digabung dengan proses kami memberi

nilai sangat kurang. Dalam industri ini tidak ada pemindahan bahan yang

digabung dengan proses karena hampir seluruh proses tidak disertai dengan

pemindahan bahan. Bergerak dari penerimaan menuju pengiriman bernilai sangat

bagus(3). Pemindahan bahan bergerak dari penerimaan menuju ke pengiriman

namun alur proses pemindahannya tidak lurus.

Ruang dalam industri ini termasuk dalam kriteria tata letak yang baik.

Dalam hal ini dibagi juga menjadi beberapa bagian yaitu : Gang lurus yang kami

beri skor kurang (2). Skor ini terjadi karena dalam insutri roti fadhillah ini terlalu

banyak belokan yang terjadi karena penempatan barang seperti loyang yang

kurang tertata dengan baik. Hal lainnya yang menjadi pertimbangan yaitu pada

pemakaian ruang maksimum yang kurang (skor 2). Terdapat beberpa space yang

pemakaiannya kurang maksimum karena peletakan barang kurang tertata dengan

baik. Pada ruang penyimpanan mencukupi dirasa sudah cukup baik (skor 3).

Ruang untuk penyimpanan bahan pada industri ini mencukupi namun kurang

tertata dengan baik seperti contohnya ruang untuk penyimpanan bahan baku

seperti telur, tepung dan gula. Ruang antar peralatan mencukupi dan dalam status

yang sangat baik untuk itu kami beri skor 4. Ruang untuk sela antar peralatan

mencukupi dan tidak terlalu berhimpitan menyebabkan kemudahan dalam

mobilitas pekerja sehingga tidak menganggu proses produksi. Sedangkan untuk

aspek perencanaan untuk perluasan kami rasa kurang ( skor 2). Hampir tidak ada

Page 31: BAB I

space kosong untuk perluasan ruang karena banyaknya loyang. Namun ada

rencana untuk perluasan pabrik saat ini dengan membeli tanah dibelakang pabrik.

Pada bagian proses produksi, operasi pertama tidak dekat dengan

penerimaan (skor 2). Jarak antara operasi pertama dengan penerimaan cukup jauh

karena operasi pertama berada di bagian belakang dari pabrik sedangkan

penerimaan berada di bagian depan. Sedangkan untuk operasi terakhir dekat

dengan pengiriman (skor 4) karena jarak operasi terakhir dekat dengan

pengiriman karena berada pada satu tempat yang sama. Penyimpanan di tempat

pemakaian memiliki kondisi yang bagus dengan skor 3 karena jarak antara

penyimpanan dengan tempat pemakaian cukup dekat, sesuai dan

berkesinambungan. Bahan setengah jadi minimum (skor 4) sebab hampir tidak

ada bahan setengah jadi karena proses produki berjalan secara kontinyu untuk

efisiensi waktu. Waktu produksi total hampir seluruhnya merupakan waktu

pemrosesan (skor 3) walaupun tidak seluruhnya waktu produksi total adalah

waktu pemrosesan karena ada waktu menunggu saat fermentasi menuju

pengovenan. Penempatan bagian penerimaan dan pengiriman yang pantas

memiliki kekurangan (skor 2) Penerimaan dan pengiriman berada pada satu

tempat yang sama, dapat terjadi bentrok ketika suatu saat kedua proses berjalan

bersamaan.

Untuk aspek lain-lain terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada

pelayanan pekerja yang memadai sudah bagus, respon yang cepat dan tanggap

pada kegiatan produksi maupun sales pemasaran sudah mencukupi. Fasilitas yang

ada dalam industri ini yang berhubungan dengan pekerja seperti kamar mandi,

ruang istirahat, ruang ibadah atau mushola, dapur sudah mencukupi. Dalam

industri ini semua pekerja melakukan kegiatannya masing-masing dan dapat

fleksibel jadi tidak ada satu profesi khusus yang dibebankan pada pekerja

sehingga proses produksi dilakukan secara gotong royong. Aspek ini memiliki

skor 3. Untuk pengendalian kebisingan, kotoran, dan debu kami rasa kurang

sehingga skor yang didapat 1. Karena dalam industri ini seng-seng yang menjadi

atap tidak terikat dengan baik. Angin di daerah ini lumayan kencang sehingga

mengakibatkan atap-atap menjadi sedikit terbuka dan berisik. Untuk kotoran pada

industri ini masih kurang karena beberapa area kumuh serta penembatan estetika

Page 32: BAB I

yang kurang baik seperti operasi pencampuran dilakukan di depan kamar mandi,

tidak adanya langit-langit sehingga debu dapat rontok mengenai adonan, lantai

yang berdebu dan kurang higienis juga dapat mempengaruhi kualitas bahan.

Untuk pembuangan barang sisa minimum sudah cukup bagus karena memang

jumlah barang sisa yang dibuang sedikit (hanya pada saat pembentukan adonan

saja) sebab sejak awal sudah diperhitungkan sehingga kami beri skor 3.

BAB V

KESIMPULAN

1. Tata letak awal industri digambarkan pada denah tata letak yang terdapat

pada lampiran.

Page 33: BAB I

2. Tata letak awal industri sudah cukup bagus dengan total skor yang

diperoleh adalah 2,91 dari total maksimal skor 4.

3. Industri bernama “Roti Fadhillah” yang beralamat di Perum Boko Permata

Asri RT 05 RW 30 Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengan

mana pemilik Karyono Noto Sejati, SIP. Karyawan berjumlah 8 orang,

dengan total produksi per hari mencapai penggunaan tepung hingga 1,5

kwintal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A., 1979. Manajemen Produksi. Balai Penerbitan Fakultas

Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Page 34: BAB I

Agung, dan Machfud. 1990. Perancangan Tata letak pada Industri

Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor

Apple, J.M., 1990. Plant Layout and Material Handling Third Edition.

John Wiley and Sons, Inc, New York.

Heizer, Jay and Render, Barry. 2005.“Operations Management

(Manajemen Operasi)”. Edisi Tujuh. Salemba Empat.

Moore, J.M. 1962. Plant Layout Design. MacMillan Publishing Co, Mc.

New York. USA

Wignjosoebroto, S. 1996. Ergonomi, Studi Gerak dan Studi Waktu.

Penerbit Guna Widya. Surabaya

Page 35: BAB I

LAMPIRAN