bab i

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi, bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan hanya menentukan content tetapi juga relationship. Makin baik hubungan interpersonal makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan (Rakhmat, 2011). Menjadi teknisi kompeten pada keterampilan komunikasi tidaklah cukup. Yang penting untuk dipahami adalah bagaimana pasien bertahan dan berubah dan juga bagaimana komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan. Hal ini tidak berarti mengusulkan bahwa tenaga kesehatan menjadi seorang ahli dalam psikologi sosial, teori kepribadian atau psikoterapi, tetapi tanpa memiliki kerangka kognitif tambahan untuk memahami bagaimana orang bertingkah laku dalam caranya sendiri, maka kemampuan untuk membantu pasien menjadi terbatas 1

Upload: sahal-bahar

Post on 29-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok i

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Setiap kali melakukan komunikasi, bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan,

tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan hanya menentukan

content tetapi juga relationship. Makin baik hubungan interpersonal makin

terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang

orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang

berlangsung diantara komunikan (Rakhmat, 2011).

Menjadi teknisi kompeten pada keterampilan komunikasi tidaklah cukup.

Yang penting untuk dipahami adalah bagaimana pasien bertahan dan berubah dan

juga bagaimana komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan. Hal ini tidak berarti

mengusulkan bahwa tenaga kesehatan menjadi seorang ahli dalam psikologi

sosial, teori kepribadian atau psikoterapi, tetapi tanpa memiliki kerangka kognitif

tambahan untuk memahami bagaimana orang bertingkah laku dalam caranya

sendiri, maka kemampuan untuk membantu pasien menjadi terbatas

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?

2. Bagaimana proses anamnesa?

3. Bagaimana peran komunikasi dalam proses anamnesa?

1.3 Tujuan

Agar kita mampu mengetahui hubungan komunikasi dalam proses anamnesa.

1

Page 2: BAB I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau

informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga

orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai

pikiran-pikiran atau informasi (Hardjana, 2003).

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda atau komunikasi (Hardjana, 2003).

2.1.2 Proses Komunikasi

Komunikasi sebagai suatu proses menurut Uchjana Effendi (1993), dapat

dibagi dalam 2 bentuk:

1) Komunikasi Primer atau Komunikasi Langsung

Yaitu komunikasi tanpa menggunakan suatu alat perantara teknik yang

mencetak ataupun berbentuk alat elektronika. Dalam kegiatan komunikasi primer,

komunikasi berbentuk kata–kata, gerakan–gerakan yang berarti khusus, dan

penggunaan isyarat–isyarat. Misalkan kita berbicara langsung kepada seseorang

dihadapan kita.

2) Komunikasi Sekunder atau Komunikasi Tidak Langsung

Dalam komunikasi sekunder terjadi komunikasi tidak langsung, dimana

orang menggunakan alat dan mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima

pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan– hambatan seperti hambatan

geografis yang dapat diatasi dengan radio dan televisi, bahkan penggunaan satelit

2

Page 3: BAB I

dan stasiun bumi. Hambatan waktu juga teratasi dengan penggunaan media

telefon, radio (gram), tape, piringan hitam dan buku memungkinkan orang

berkomunikasi dengan generasi–generasi berikutnya.

2.1.3 Jenis-Jenis Komunikasi

Adapun Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau

meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok

Jenis komunikasi menurut Effendy (1998) terdiri dari:

1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif

bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu

olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila

kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu

lambat.

c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga

pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara

yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan

dalam berkomunikasi.

d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Catatan bahwa

dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa

mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor

adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas: Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara

singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih

mudah dimengerti.

f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena

berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi,

artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan

apa yang disampaikan.

3

Page 4: BAB I

2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan

komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

a. Ekspresi wajah

Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi

wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan

mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti

orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan

untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata

juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang

lainnya

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih

bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti

perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau

simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.

d. Postur tubuh dan gaya berjalan: Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri

dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya

berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu

ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan

komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non

verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat

jelas.

f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan .

Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti

mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara

menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai

upaya untuk menghilangkan stress.

4

Page 5: BAB I

2.2 Anamnesa

2.2.1 Pengertian Anamnesa

Anamnesa adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang

lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien

beserta permasalahannya medisnya (Poernomo, 1999).

2.2.2 Jenis Anamnesa

Ada dua jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan

alloanamnesis atau heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan

teknik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap

pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan

menceritakan permasalahnya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien

sendirilah yng paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya ia rasakan.

Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat

dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk

menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk

menceritakan permasalahnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain

ini disebut alloanamnesis atau heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek

sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama autoanamnesis dan alloanamnesis

2.2.3 Tehnik Dasar Anamnesa

a. Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa anda bersedia meluangkan waktu

untuk bicara dengannya (Poernomo, 1999).

b. Ajak bicara: usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara

sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengungkapkan pikiran dan

perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat

memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat

5

Page 6: BAB I

menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali

informasi (Poernomo, 1999).

c. Jelaskan: beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya,

yang ingin diketahuinya dan yang akan dijalani / dihadapinya agar ia tidak

terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan

penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detail

(Poernomo, 1999).

d. Ingatkan: percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin

memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya

kembali. Dibagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang

penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan

klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi

terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta

mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting (Poernomo,

1999).

2.2.4 Tahap awal tehnik dasar anamnesa

Sebelum melakukan anamnesa dokter perlu memperhatikan tehnik-tehnik

awal seperti :

a. Dokter bersikap ramah terhadap pasiennya Ketika berhadapan dengan

pasien, seorang dokter harus mampu menunjukkan dan bersikap ramah

terhadap pasien.

b. Memberi salam, senyum, dan sapa. Selain bersikap ramah terhadap pasien,

sebaiknya dokter juga memberi salam, senyum, dan sapa agar pasien

merasa nyaman dan senang.

c. Mempersilahkan kepada pasiennya untuk duduk. Mempersilahkan pasien

duduk merupakan suatu hal yang juga harus dilakukan dokter saat

menghadapi pasien.

d. Menciptakan suasana yang santai, agar pasien tidak merasa tegang saat

konsultasi. Suasana yang santai juga diperlukan dalam tahap awal

anamnesa, agar pasien merasa nyaman selama proses konsultasi

6

Page 7: BAB I

berlangsung. Suasana yang santai tersebut bisa juga divariasi dengan

humor.

e. Menanyakan keadaan pasien atau kabar pasien pada saat itu. Sebelum

melakukan anamnesa, sebaiknya seorang dokter terlebih dahulu

menanyakan keadaaan / kabar pasien pada saat itu. Sehingga dokter bisa

mengetahui apa yang sedang dialami pasien saat itu.

2.3 Peran Komunikasi dalam Proses Anamnesa

Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampiakan suatu

rangsangan berupa lambang, bahasa dan gerak yang berguna untuk mendapat

kesamaan informasi, sikap dan ide tentang pesan-pesan dari sumber komunikasi

kepada penerima untuk menciptakan suatu arti oleh sang penerima pesan. Seperti

yang sudah kita ketahui bersama, tujuan komunikasi yakni untuk membangun dan

menciptakan akan pengertian dan pemahaman bersama.

Komunikasi berperan penting dalam proses anamnesa. Karena tanpa adanya

komunikasi, proses anamnesa tidak akan terjadi. Dalam proses anamnesa

komunikasi berperan sebagai motivasi pada pasien, dengan cara dokter

memberikan penjelasan pada pasien. Dan juga komunikasi juga berperan untuk

mengungkapkan atau melukiskan emosi persaan dari pasien, selain itu juga

berperan sebagai alat untuk menciptakan kesamaan pengertian yang dimaksud

yaitu kesamaan pengertian antara dokter dan pasien berdasarkan apa yang telah

dijelaskan dokter pada pasiennya.

2.4 Proses Hubungan Interpersonal Pada Pasien

Pada proses hubungan interpersonal diperlukan hal-hal sebagai berikut :

1. Bersikap ramah dan bersahabat

Dokter yang mampu bersikap ramah dan bersahabat sehingga, dapat

membuat pasien tersebut menjadi senang. Rata-rata anak senang dengan

orang yang bersikap ramah dan mampu bersahabat dengan mereka

(Hardjana, 2003).

7

Page 8: BAB I

2. Mengenal sifat dan karakter pasien

Sifat dan karakter juga perlu diperhatikan dalam proses hubungan

interpersonal. Jika seorang dokter telah mengetahui sifat dan karakter dari

pasien tersebut, telah dokter telah mengetahui apa yang diinginkan oleh

anak dengan sikap dan karakter seperti itu.

3. Mengajak pasien berbicara dengan menggunakan kata-kata yang mudah

dimengerti.

Saat berbicara dengan seorang pasien, sebaiknya dokter menggunakan

bahsa dan kata-kata yang mudah dimengerti. Misalnya menggunakan

bahasa pergaulan dalam keseharian anak-anak. Dokter harus menggunakan

bahasa yang sederhana agar anak-anak bisa mengerti dan mencerna apa

yang dikatakan oleh dokter.

4. Merayu anak dengan berbagai cara agar anak mau melakukan

pemeriksaan

Sebaiknya dokter mampu merayu anak tersebut agar mau diperiksa.

Dengan cara menjanjikan sesuat atau memberikan pilihan pada anak,

misalnya ingin sembuh tapi diperiksa atau tidak diperiksa tapi tetap sakit.

Sebagai seorang dokter, kita harus bisa mengambil hati pasien khususnya

anak-anak.

5. Memotivasi pasien agar tidak takut terhadap alat-alat yang digunakan

dokter dalam pemeriksaan.

Kebanyakan anak takut pada alat-alat yang digunakan dokter dalam

pemeriksaan. Ini merupakan tantangan bagi dokterdalam melakukan

tugasnya. Untuk itu dokter harus mampu dan bisa menanganinya dengan

cara memberi motivasi pada anak-anak agar tidak merasa takut jika

berhadapan dengan alat-alat yang digunakan dokter, sebab alat tersebut

sangat membantu untuk proses penyembuhan mereka.

8

Page 9: BAB I

2.5 Faktor pendukung dan penghambat terciptanya hubungan interpersonal

Faktor pendukung dan penghambat terdiri dari:

a. Faktor pendukung:

1. Penampilan dokter

Dokter yang berpenampilan menarik, bersih dan tampak ramh akan

membuat anak-anak kagum dan semakin mempercayai bahwa dokter

tersebut mampu mengatasi masalah atau penyakit yang sedang

dialaaminya.

2. Tempat dan suasana

Tempat dan suasana disebut sedemikian rupa agar anak merasa

nyaman, serta tidak merasa diinterogasi saat proses anamnesa berlangsung.

3. Perhatian dokter kepada anak

Perhatian yang diberikan dokter pada pasien akan membuat pasien

senang. Pada dasarnya setiap anak membutuhkan perhatian, apalagi pada

saat berhadapan dengan dokter, anak harus mendapatkan banyak perhatian

agar ia tidak merasakan takut dan tegang. Jika anak senang proses

anamnesa dapat berjalan dengan baik.

4. Keterbukaan seorang anak

Anak yang mempunyai sikap terbuka, dengan menceritakan

keluhan yang dialaminya dan menjawab pertanyaan dari dokter, dapat

membantu dokter untuk bisa mendiagnosis penyakit yang dialami anak

tersebut. Dengan demikian hubungan interpersonal anak tersebut dan

dokter telah berjalan dengan baik.

5. Motivasi dokter terhadap anak

9

Page 10: BAB I

Dengan memberi motivasi pada anak, pemikiran dan pemahaman

anak mengenai dokter dan alat-alat yang digunakan dalam bidang

kedokteran yang menakutkan dan mengerikan itu akan hilang. Yang ada

dalam pemikiran mereka yaitu dokter dan alat yang digunakan sangat

membantu dan berguna untuk proses pemeriksaan dan penyembuhan

mereka.

6. Penggunaan bahasa dokter yang mudah dimengerti anak

Dokter menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti

oleh anak. Sehingga tidak ada kesenjangan dalam komunikasi, dan

komunikasi akan berjalan dengan lancar.

b. Faktor-faktor penghambat:

1. Anak yang tertutup

Anak yang tertutup cenderung membisu dan tidak mau menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari dokter. Ini merupakan hambatan bagi dokter

untuk melakukan proses anamnesa.

2. Anak yang terlalu banyak keluhan

Dalam menghadapi pasien, dokter sering berhadapan dengan

pasien anak-anak yang cerewet. Anak yang cerewet cenderung memiliki

keluhan, sehingga membuat dokter menjadi sedikit pusing. Untuk itu

dokte rharus jeli memilih keluhan mana yang merupakan keluhan

utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Sehingga diperlukan

kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan

yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan yang mengada-

ngada.

3. Hambatan bahasa dan intelektual

Pada daerah tertentu orang cenderung menggunakan bahasa daerah

setempat. Jika dokter ditugaskan pada daerah tersebut, ia akan mengalami

hambatan dalam proses kerjanya. Apabila jika ia berhadapan dengan anak

10

Page 11: BAB I

tidak bisa berbahasa indonesia. Dokter tersebut mengalami maslah dan

membutuhkan penerjemah.

Selain itu jika ia berhadapan dengan anak yang intelektualnya

rendak, maka dokter tersebut harus menggunakan bahasa yang

sesederhana mungkin agar anak tersebut dapat mengerti dan menanggapi

apa yang dokter katakan.

1. Anak dengan gangguan atau penyakit jiwa

Merupakan sebuah hambatan jika dokter berhadapan dengan

anakyang mempunyai atau mengalami penyakit jiwa. Jika demikian dokter

harus menggunakan teknik anamnesa khusus.

2. Anak yang cenderung dan menyalahkan

Saat berhadapan dengan anak seperti ini, sebaiknya dokter

menahan diri agar tidak terpancing dengan apa yang dilakukan anak

tersebut. Karena akan menjadi sebuah masalah jika dokter terpancing dan

menjadi emosi. Sebaiknya dokter tetap tenang melakukan anamnesa.

11

Page 12: BAB I

BAB III

PEMBAHASAN

Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan sesuatu

rangsangan berupa lambang, bahasa dan gerak yang berguna untuk mendapatkan

kesamaan informasi, sikap dan ide tentang pesan-pesan dari sumber komunikasi

kepada penerima untuk menciptakan suatu arti oleh sang penerima pesan. Seperti

yang sudah kita ketahui bersama, tujuan komunikasi yakni untuk membangun dan

menciptakan akan pengertian dan pemahaman bersama.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan

oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa

mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter,

tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan

komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari.

Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien

pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses

penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh

dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin

bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya

bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

BAB IV

12

Page 13: BAB I

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam teknik dasar anamnesa kita harus mampu menggali, memahami,

dan merekam riwayat penyakit pasien dan keluhan yang dirasakan oleh

pasien, agar dapat melakukan perawatan dan mendiagnosa penyakit pasien,

sehingga paasien puas dengan pelayanan yang kita berikan.

3.2 Saran

Bagi seorang dokter gigi harus dapat menerapkan tehnik dasar anamnesa

yang baik dan benar untuk menggali riwayat pasien yang dapat mendukung

proses pemeriksaan dan perawatan pasien.

13

Page 14: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Cetakan Kedua. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 1998. Hubungan Masyarakat suatu studi

Komunikasi. CV. Mandar Maju. Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Dinamika Komunikasi. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Komunikasi teori dan praktek. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Hardjana, A, M. 2003. Komunikasi interpersonal dan intrapersonal.

Kanisius. Yogyakarta.

Poernomo, Ieda SS. 1999. Program Family Health Nutrition. Jakarta.

Poernomo, Ieda SS. 2006. Konsil kedokteran indonesia. Jakarta.

Citrobroto, Suhartin.1979. Prinsip Dasar dan teknik Berkomunikasi, Bhatara

Karya Aksara. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi.

Jakarta.

14