bab i

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah endemik beragam penyakit tropis, diantaranya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang di tularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti (Tyagi dan Hijriyan, 2004). Penyakit DBD merupakan penyakit tropis yang paling banyak dilaporkan di lebih dari 100 negara dan 2,5 miliar penduduk dunia bermukim di daerah endemik dengue (Guzman dan Kouri, 2002). Negara kepulauan Indonesia yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau- pulau kecil juga mengalami musim kering serta musim hujan dengan masa transisi pada bulan September. Selama masa transisi, sumur dan genangan air ditemukan di mana-mana dan menguntungkan untuk terpeliharanya siklus hidup nyamuk. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti menyebabkan meningkatnya kasus demam berdarah (Widyaningsih dan Pin, 2008). 1

Upload: marjoana-burju-harahap

Post on 24-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah endemik beragam penyakit tropis,

diantaranya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang di tularkan oleh

vektor nyamuk Aedes aegypti (Tyagi dan Hijriyan, 2004). Penyakit DBD

merupakan penyakit tropis yang paling banyak dilaporkan di lebih dari 100 negara

dan 2,5 miliar penduduk dunia bermukim di daerah endemik dengue (Guzman dan

Kouri, 2002). Negara kepulauan Indonesia yang terdiri dari lima pulau besar dan

ribuan pulau-pulau kecil juga mengalami musim kering serta musim hujan dengan

masa transisi pada bulan September. Selama masa transisi, sumur dan genangan

air ditemukan di mana-mana dan menguntungkan untuk terpeliharanya siklus

hidup nyamuk. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti menyebabkan

meningkatnya kasus demam berdarah (Widyaningsih dan Pin, 2008).

Demam berdarah dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti

dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem

pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan karena kebiasaannya

menggigit dan menghisap darah. Nyamuk dewasa memiliki ciri berwarna hitam,

berukuran sedang dan terdapat bintik-bintik hitam putih di kaki atau badan

nyamuk. Nyamuk ini selalu bertelur dalam air tergenang atau ditempat-tempat

yang lembab yang akan tergenangi air hujan. Aedes aegypti merupakan nyamuk

yang bersifat diurnal (aktif siang hari) dan berperan sebagai vektor penyakit yang

dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat. Nyamuk Aedes aegypti termasuk

1

Page 2: BAB I

2

jenis antropofilik (lebih menyukai darah manusia). Nyamuk jantan memperoleh

makanan dari sari bunga, sedangkan nyamuk betina menggigit manusia dan

binatang karena memerlukan darah dan protein untuk pembentukan telur

(Gandahusada, dkk., 2000).

Nyamuk demam berdarah Aedes aegypti sangat cepat menyebarkan virus,

karena dapat menggigit berulang kali dan berpindah-pindah. Hal ini dikarenakan

kemampuan dari nyamuk betina yang terinfeksi virus sangat berkurang dalam

menghisap darah, sehingga berulang kali memasukkan alat penusuknya dan sulit

berhasil mengisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang

lain dengan tusukan yang berulang-ulang. Hal ini mengakibatkan resiko penularan

virus menjadi semakin besar (Womack, 1993).

Perlindungan terhadap gigitan serangga terutama nyamuk dapat dilakukan

dengan cara menghindari habitat yang ditempati nyamuk, menggunakan pakaian

yang terlindung dari serangan nyamuk, dan penggunaan insektisida termasuk

senyawa penolak nyamuk atau repelan. Penggunaan repelan umumnya tidak

langsung mematikan serangga, namun lebih berfungsi untuk menolak kehadiran

serangga, terutama disebabkan oleh baunya yang menyengat (Novizan, 2002).

Repelan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk menolak serangga adalah

repelan sintetik yang merupakan hasil sintesis di laboratorium yang salah satunya

adalah N,N-dietil-m-toluamida (DEET) yang digunakan untuk menolak nyamuk

dan di-n-propil-2,5-piridin dikarboksilat yang digunakan untuk menolak lalat

rumah. Penggunaan repelan sintetik menimbulkan banyak efek negatif, sehingga

perlu alternatif penggantinya. Hal ini disebabkan oleh bahan kimia yang

diperdagangkan secara luas untuk bahan dasar dalam mensintesis repelan tersebut

Page 3: BAB I

3

mengandung hidrokarbon terhalogenasi yang diketahui mempunyai waktu paruh

terurai relatif panjang dan dikuatirkan sifat racunnya (Flint and robert Vanden

Bosch, 1995), sehingga harus dicari alternatif lain yaitu penggunaan tanaman

yang menghasilkan bahan anti nyamuk.

Usaha mendapatkan insektisida alternatif adalah dengan menggunakan

insektisida alami, yakni insektisida yang dihasilkan oleh tanaman yang hanya

beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap

lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. Senyawa yang terkandung dalam

tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan

sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid dan minyak atsiri (Kardinan,

2000). Minyak atsiri adalah senyawa yang mudah menguap dan memiliki aroma

khas sehingga banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi,

penyedap, insektisida dan obat-obatan termasuk penggunaannya sebagai repelan

(Guenther, 2006). Minyak bunga lavender, minyak kayu putih, minyak serai

wangi, minyak akar wangi, minyak cengkeh, dan minyak mimba merupakan

tanaman penghasil bahan antinyamuk (Kardinan, 2003).

Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) dari famili Burseraceae

merupakan salah satu tumbuhan yang menarik untuk dikaji potensinya sebagai

senyawa penolak nyamuk, karena secara traditional telah banyak dimanfaatkan

sebagai obat, kosmetik dan insektisida. Beberapa spesies seperti Protium bahiaum

dan Protium heptaphylum diketahui memiliki aktivitas insektisida sebagai penolak

serangga (Rudiger, dkk., 2007). Sukmajaya, 2012 telah berhasil mengisolasi dan

menganalisis 9 komponen senyawa penyusun minyak atsiri daun tenggulun yang

terdiri dari β-osimen, β-kariofilen, α-pinen, β-elemen, α-humulen, α-armopen,

Page 4: BAB I

4

germakren, kariofilen oksida dan spatulenol. Oleh karena minyak atsiri banyak

yang berfungsi sebagai repelan nyamuk (Guenther, 2006) maka dalam penelitian

ini dilakukan isolasi minyak atsiri daun tenggulun dan menguji aktivitasnya

sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan yaitu apakah minyak atsiri daun tenggulun dapat digunakan sebagai

repelan nyamuk Aedes aegypti dan bagaimanakah efektivitasnya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas dan

efektifitas minyak atsiri daun tenggulun sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes

aegypti.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai efektifitas minyak atsiri dari daun tenggulun terhadap

nyamuk, serta memberikan informasi baru di bidang ilmu pengetahuan mengenai

senyawa yang bersifat repelan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kemudahan bagi masyarakat, untuk mencari alternatif repelan nyamuk yang

memiliki keamanan dan kemampuan hampir sama dengan N,N-dietil-m-

toluamida.